Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

BAB XIX : MERCUSUAR PENUNJUK ARAH


Kompleks perumahan ini luasnya 2 hektare, dibeli oleh Cakrawala tadinya untuk gudang logistik mereka, namun batalnya kerjasama dengan perusahaan asing untuk pembangunan pabrik logistik, lalu dirubah menjadi lahan untuk membangun perumahan. Sempat terpikir membangun rumah yang besar dan taman luas, namun Eka menolak ide itu, dia memilih untuk membangun perumahan, dengan 4 tipe, dari yang terkecil type 70, 120, 180 hingga 300 +. Dia mendiami salah satu dari 4 unit tipe 300+ dengan luas tanahnya yang lebih dari 600 meter.

Perhitungan bisnis Eka memang tepat dan tokcer, perumahan yang total rumahnya mencapai 48 unit akhirnya terjual semua, sehingga biaya pembelian lahan, termasuk biaya pembangunan rumahnya yang super mewah itu, bisa tertutupi bahkan mendapat keuntungan dari hasil penjualan rumah-rumah yang lain berbagai tipe.

Kepulangannya sore ini dari Malaysia, disambungnya dengan mampir di kantornya untuk menandatangi beberapa dokumen penting, dia lalu segera pulang, dia memilih beristirahat sebelum besok dia harus berpacu lagi dengan kerjaannya yang sduah menunggu.

Kevin Huang baru saja menelponnya dan planningnya untuk mengakusisi pelabuhan private di kawasan Sulawesi Tenggara ingin dimatangkan, membuat Eka dan juga timnya jadi semakin sibuk untuk mempersiapkan semua proposal, dokumen dan juga pendekatan awal ke masyarakat setempat serta aspek hukumnya.

Pengelolaan pelabuhan merupakan hal yang baru, tadinya Eka kurang berminat, namun setelah tetap didesak sahabatnya Kevin, serta presentasi awal dari tim analisnya secara internal mengenai potensi keuntungan yang didapat, Eka manjadi melunak dan mau ikut membahas serta mencoba menggunakan tim marinenya untuk melaksanakan proyek besar ini.

Gerbang perumahan langsung terbuka dan satpamnya membungkuk memberi hormat melihat mobil Alphard milik Eka masuk ke kompleks perumahannya. Mobil meluncur ke sebelah kiri jalur dan membelok ke blok H yang hanya terdiri dari 4 unit rumah berukuran jumbo, dan yang dipojok itulah rumah Eka.

Rumah mewah dengan total kamar 6 ditambah 4 kamar pembantu di area basement, dilengkapi dengan berbagai fasilitas mewah membuat rumah ini disebut luxury smart living house, ditambah dengan banyaknya piranti canggih, memang layak dimiliki oleh eksekutif sekelas Eka, dengan penghasilan yang luarbiasa dari beberapa unit usahanya.

Dia turun dan masuk garasinya, sederatan mobilnya terparkir rapih di garasi basement itu, selain mobil sport, sedan mewah, hingga SUV berjejer dan satu dipojokan terparkir satu buah mobil sedan putih Toyota Soluna dengan plat no B 87 RCA. Mobil itu bukan sembarang mobil, tapi mobil yang memiliki segudang alasan dan arti.

“aku itu suka sama Soluna lho, Mas......”

“kok soluna?”

“iya, kayaknya apik...”

Dialog dia dengan Renata ketika sedang nongkrong dulu, membahas mobil idaman mereka masing-masing di masa depan, dan Soluna ialah mobil yang disukai oleh Renata

Eka tersenyum melihat mobil tersebut. Dia sengaja membeli mobil pertama kali saat bisnisnya booming, dan mencari soluna yang bagus, lalu merubah catnya dengan warna putih, jika kelak dia bertemu Renata, maka impiannya akan mobil idaman dulu, sudah dia wujudkan.

“Mas....”

Ningrum segera memeluk anaknya begitu muncul dari pintu samping arah masuk dari gaarsi bawah..

“lho? Mama kapan datang?” tanya Eka

Eka lalu mencium tangan Mamanya, tidak lama Abimanyu juga muncul, Eka pun mencium tangan ayahnya. Dia sedikit kaget melihat ada orangtuanya datang tanpa pemberitahuan.

“tadi malam...” jawab Ningrum

“nginap di ade?”

“ngga...nginap disini semalam”

“oh....”

Biasanya Ibu dan Bapaknya jika datang menginap di rumah Tari, yang juga satu kompleks dengan Eka, di type yang 120 di blok B. Makanya Eka agak sedikit terkejut Ningrum dan Abimanyu datang ke rumahnya, tanpa pemberitahuan juga

“mama buatin Soto kletek sama Pecel Pincuk kesukaan Mas....” ujar Ningrum

Eka tersenyum, meletakan tas nya. Kopernya yang diantar sopirnya langsung dibawah keatas oleh pembantunya.

Ruang makan mewah dengan view kolam renang dan taman terbuka, serasa berbeda kali ini, karena ada makanan kesukaan Eka, dia tahu pasti dari Neneknya yang memberi tahu ke Mamanya, karena memang Ningrum jarang sekali peduli dengan Eka, karena mungkin Eka anak laki-laki, berbeda dengan Tari yang memang dari kecil dengan Mama, kuliah di jakarta hingga mulai kerja dengan Eka selulusnya.

Ningrum lalu menyiapkan makanan untuk anaknya ini. Semua mbak pembantu yang ada dirumah jadi ikut sibuk, karena memang jarang sekali Eka makan dirumah, meski dia punya pembantu yang khusus masak untuknya, meski dia jarang makan.

“ini kesukaan kamu, Mas....”

Sambil menghidangkan Soto Kletek yang spesial dia masak hari ini, karena dia tahu Eka akan pulang hari ini.

“Papa ngga makan?” tanya Eka

“udah tadi” Abimanyu duduk di depan Eka, sambil minum kopi dan makan lumpia.

Ningrum terenyuh melihat anaknya laki-laki ini makan. Momen yang jarang dia lihat dari dulu, dia merasa memang kedekatannya dengan Eka berbeda dengan Tari, karena Eka selain lebih dekat dengan neneknya, selepas SMA pun dia sudah nyaris bisa dihitung dengan jari mereka bertemu dalam setahun.

Setelah disentil oleh mertuanya saat acara ulang tahun malam itu, Ningrum memang jadi merasa sangat bersalah, dia jadi seperti menjadi ibu yang gagal memahami perasaaan anaknya sendiri, sehingga semua beban ditimpahkan ke Eka, yang justru mampu keluar dari tekanan tersebut dan jadi anak yang hebat.

Melihat Eka menyuap nasinya, Ningrum seketika terharu, dia jadi ingat foto cucunya yang ditunjukan oleh Sri Wulandari. Astaga Eka, anak itu mirip sekali dengan dirimu, mirip sekali dengan Tari adikmu, Mamanu merasa sangat berdosa sekali Nak.... bathin Ningrum serasa ingin menangis teringat foto yang ditunjukan oleh Eyang Putri

Eka kaget melihat Mamanya seperti termenung, dan ada airmata di ujung matanya

“Mama kenapa?” tanya Eka heran

Ningrum buru-buru mengalihkan pandangannya

“ngga sayang, Mama kangen aja ama Mas...” sambil tersenyum dia menutupi rasa galaunya. Abimanyu sepertinya mengerti dengan apa yang Ningrum rasakan, dia hanya terdiam.

Eka hanya diam, lalu menghabiskan makanannya, tepat sekali karena dia juga belum makan.

“Naik pesawat atau bawa mobil?”

“pesawat berdua, ngga kuat Papa nyetirnya, Mas” jawab Ningrum

“mobil parkir di Semarang?”

“ngga, diantar Om Ony” Ujar Ningrum menyebut nama adiknya.

“oh....”

“tadinya mo pinjam mobil eyang”

“trus?”

“ngga jadi, takut ngga diijinin ama Eyang.... Yang Ti kan agak rewel kalo mobil kesayanganya dipakai orang” kata Ningrum sambil tertawa

Hampir semua anggota keluarganya memang disupply mobil oleh Eka, usahanya yang benar-benar booming dalam 3 tahun terakhir ini membuat dia dengan mudahnya memberi apa yang mungkin sulit bagi orang lain, bahkan bapak dan ibunya yang membeli rumah di perumahan biasa, kini sudah pindah ke rumah yang lebih besar lagi.

“padahal kalo naik Alphard mau 3 jam ke Semarang kan ngga berasa..”

Eka terdiam sejenak, memang mamanya hanya pakai Innova, dan Papanya dibelikan Fortuner.

“fortuner?”

“papa ngga ngijinin Om Ony nyetirin fortunernya” jawab Mama lagi

Abimanyu hanya diam aja

“ Mama ama Pap balik kapan?”

“besok sih Mas...”

“lho? Datang cuma sehari aja?”

“iya....kangen aja ama Mas....”

Eka kembali tersenyum, sambil medorong piringnya yang sduah kosong sedikit ke tenagh

“bawa aja Velfire itu”

Ningrum senyum pas ditawarkan begitu

“mau Pa?” tanyanya ke Abimanyu

Abimanyu hanya tersenyum kecut

“yah kalau disuruh bawa, tinggal bawa...”

Ningrum makin lebar senyumannya, mobil Alphard Eka memang ada dua unit di garasinya.

“yah sudah, Ony suruh datang aja besok pagi dari Semarang, jadi siang kita bisa pulang biar dia yang nyetir” putus Ningrum

Ningrum bangkit, dia memeluk anaknya yang sedang duduk dari belakang

“makasih yah Mas....”

Eka memegang tangan mamanya yang sedang merangkulnya dari belakang, dia mendengar ada suara isakan tangis. Meski bertanya tanya dalam hati, dia hanya diam saja, dia membiarkan pelukan ibunya yang wajahnya disembunyikan dibalik kepala Eka.

***********

Layar besar di ruang meeting di Cakrawala Tower di lantai 7 berhadapan dengan Jakarta tim, dimana Eka dan Hendra Rinaldi, Direktur Utama Cakrawala Group, sedang berbincang dengan tim dari Hongkong yang dipimpin langsung oleh Kevin Huang, sahabat erat Eka semasa kuliah.

Langkah besar mereka ambil hari ini, yaitu kesepakatan pengambilalihan pelabuhan private di Sulawesi Tenggara, untuk keperluan loading nikel. Ini membuat cost besar mereka untuk meyewa pelabuhan bisa dialihkan untuk pembelian dan pembangunan pelabuhan tersebut, dan bahkan mereka bisa menyewakan ke pihak ketiga untuk pemakaian pelabuhan yang mereka kelola nantinya.

Selanjutnya tim Marine dari Cakrawala lalu membeberkan presentasi mereka tentang bagaimana pengelolaanya, kondisi alam pelabuhan yang sudah mereka survey, serta kedalaman laut, safetynya serta tentu pemasalahan dengan pihak syahbandar setempat untuk masalah lalu lintas laut dan perijinan jika sudah beroperasi nantinya.

Tiba-tiba Intan, personal assistant Eka dari luar memberi kode ke arah Eka, sepertinya ada yang penting. Eka memberi tanda agar Intan masuk. Intan lalu merapat dan menyodorkan ponselnya Eka yang tertinggal di ruangannya.

“Pak Reza, katanya penting”

Eka melihat ponselnya sejenak, lalu

“bilang Reza, suruh wa aja, masih meeting”

Memang kali ini Reza tidak ikut rapat, dia sedang ditugaskan mengurus persayaratan dan dokumen untuk masalah perijinan kepelabuhan yang tidak kalah pentingnya, sehingga dia tidak mucul dalam meeting ini.

getaran ponsel menerima whatsapp

Boss, pick up the phone please. Urgent

I am on the meeting. whats up??


Apa sih ngga penting buat lu? Semua juga urgent, pikir Eka

OK, noted. Petunjuknya sudah jelas, mohon dan dikonfirmasi, berdasarkan info dilapangan jika ini A1 infonya.

Eka sedikit tertegun, lalu

Picture received

Tangan Eka seketika gemetar melihat foto tersebut, meski sudah lama tidak melihat, namun sosok wanita tua yang sedang memegang kayu bakar itu wajahnya terlihat jelas dan dia sangat mudah mengenalinya.....

Mbok Warsini....... desis mulut Eka tanpa sadar...

Eka seketika langsung gugup, masih nanar melihat foto di depannya

Boss, bener kah itu?

Eka tersadar seketika

“Kevin, would you please exscuse me for a while? I have a very important call from my family, so you may continue this presentation with Pak Hendra, please?”

“yes sure, Eka. Take your time, we can talk later on....”

“Lanjutin dulu....” perintahnya ke Hendra

Eka dengan cepat setengah berlari ke ruangannya, langsung dia membuka ponselnya dan menelpon Reza, dadanya bergemuruh dengan kencang, tangannya gemetaran dengan beribu rasa yang bercampur aduk menjadi satu.

“Ya Za...gimana?” tanya dia tidak sabar

“Ya Boss, sudah ketemu kakek dan neneknya, mereka di Malang”

Eka terkejut

“Renata dan anak gue? Disana juga?”

“negatif Boss, yang terpantau hanya mereka berdua suami istri...”

“kok cuma mereka?”

“Boss, setidaknya ini pintu masuk untuk tahu dimana Renata dan anak lu....”

Eka seketika tersadar

“anak buah lu udah bicara ama mereka?”

“belum Boss, tunggu perintah dari lu, gue takut bicara dan tanya lalu mereka bungkam khan susah lagi kita, lagipula gue ngga yakin itu mereka, karena lu doang yang tahu”

“identitas mereka?”

“yang kakek namanya Sukartono, yang perempuan namanya Muwarni”

Eka terdiam lagi, jika nama memang beda, tapi wajah mbok Warsini memang itu persis meski terlihat semakin tua, tapi tidak banyak berubah

“ada clue lain?”

“ada laporan dari lapangan, kakek itu pindahan dari Batu, pemetik apel disana juga, dan sering pulang ke Blora, istrinya dijemput dari Blora dulu, sama anak dan cucunya, panggilannya dia Karsono”

Dada Eka bagaikan drum yang ditabuh, berdentang keras.....

“confirmed itu pasti dia... wajah Mbok Warsini yang difoto juga gue masih bisa ingat” setengah memburu nafasnya Eka

“oke jika begitu”

“amankan semuanya, gue cari tiket hari ini juga kesana...kalau perlu kita sewa pesawat pribadi”

“boss....sabar.....”

“kenapa?” suara Eka meninggi

“lokasinya itu di desa Taji, di lereng gunung, lu nyampe malam disana pun belum tentu kita bisa naik keatas, lebih baik besok pagi, sekalian gue suruh siapin semuanya....”

“gue pengen ketemu anak gue....” bentak Eka agak keras

“ iya ngerti, tapi lu denger dulu... ini sudah jam 3, lu dapat tiket sekarang palingan jam 6, itupun ke Surabaya, trus ke Malang sekitar 2 jam, belum lagi mendaki keatas, better besok pagi-pagi lu terbang. Ngga ada tiket, lu tinggal pesan private jet” jelas Reza

Eka terdiam, dia membenarkan omongan Reza

“oke kalo gitu”

“nah gitu, gue siapin semua perbekalan dan juga transporatsi besok, pasukan dilapangan juga gue suruh standby untuk pengawalan besok”

Eka kini benar-benar dibuat gugup....dia meneteskan airmata bahagia, penantian panjangnya akhirnya sebentar lagi akan terjawab, dia akan segera bertemu dengan anak dan Renata, dia saking gugupnya sampai bingung harus berbuat apa dulu.

Bagaimana besok aku ketemu anakku? Dia kenalin aku ngga? Lalu apa yang harus aku bawa dan kasih untuk besok sebagai hadiah? Semua pertanyaan itu berseliweran di kepala Eka, dia bingung, bahagia, cemas dan gugup bercampur aduk jadi satu.

“intan....”

“iya pak”

“panggil Manda” ujar dia agar memanggil Manda, manager HRD yang juga orang kepercayaannya

Begitu dua orang kepercayaannya datang, Eka malah bingung

“iya Pak....?” tanya Manda

“eh....gimana yah.....eh....”

Semua bingung melihat gaya Eka yang kebingungan

“Pak..... tenang dikit...mau Intan ambilin minum?” tawar Intan...

“ngga-ngga....” tukas Eka dengan cepat

Mereka diam menunggu intruksi

“hadiah untuk anak cewe apa yah?”

Manda dan Intan kaget dan saling berpandangan

“yah banyak Boss” kata Manda

“iya banyak itu apa?”

“yah apa yah...tas, sepatu, dompet, gadget....tinggal pilih aja sih....” ujar Manda bingung.

“iya bener sih Pak” sambung Intan

Eka diam sejenak.

“kalau begitu beli semuanya...”

Manda dan intan kaget

“semuanya??”

“iya.... biar dia nanti dia yang pilih dia mau yang mana...” suara Eka agak bergetar

Manda bingung

“buat siapa Boss?”

Eka terdiam sejenak, lalu dengan mata yang sedikit berair, suaranya kembali bergetar....

“looks like we found her.....”

Manda dan Intan kaget

“Renata? And your child?” tanya Manda memastikan

“ya... neneknya sebenarnya, tapi pasti dia tahu mereka dimana.....” Ujar Eka

“ya Allah...alhamdulillah Boss....” penuh haru Manda memandang Eka

Intan pun demikian, bertahun tahun dia jadi PAnya Eka, dia sedikit banyak tahu perjuangan Eka selama ini mencari anak dan kekasihnya itu, dan hanya sedikit orang di kantor yang dia percayain untuk dia ceritakan, termasuk dia dan Bu Manda.

“boss....i am really happy for you....” suara Manda kini diiringi tangisan haru

Manda memeluk Boss nya itu dengan erat, dia sangat dekat semenjak awal dibentuk perusahaan ini, ikut membangun dan berdarah darah dengan Eka, sehingga kedekatan mereka sangat kental sekali, baginya Eka bukan hanya sekedar Boss, tapi sudah seperti adik sendiri, dan dia tahu persis bagaimana perjuangan Eka mencari Renata, termasuk konflik di keluarga besarnya. Makanya hari ini dia mendengar berita ini, dia sangat berbahagia.

“oke, apa yang perlu kita siapkan sekarang?” tanya Manda ikut gugup

“Intan, besok kamu dengan Reza ikut gue ke Malang, dan tolong semua siapkan, pakai kartu gue untuk beli semua yang diminta tadi” perintah Eka

“no kaki dan ukuran?”

“hmmmmm anak cewe umur 13 tahun sekitar 36-38 nomornya sih” ujar Manda yang anaknya sudah masuk kuliah

“beli semua nomor yang disebutin Manda, warnanya juga beli semua warna”

Manda dan Intan kaget.

“sweater dan tas juga sama, beli beberapa yang warnanya kira-kira anak cewe suka”

“Baik Pak....”

“iphone, ipad, jam tangah, dan jangan lupa beliin kalung juga”

Intan terngangah

“kalung emas atau?”

“no, berlian....”

“siap Pak....”

“semua malam ini sudah siap, besok kita berangkat pagi-pagi dengan pesawat pertama ke Surabaya, pastikan semua ready”

“oke Boss, yuk Intan....” ajak Manda

Dia kembali menengok ke arah Eka

“kesabaran lu dibalas sama Allah..... congratulation yah”

Eka menganggukan kepalanya penuh haru

“Manda” panggil Eka sebelum Manda dan Intan keluar

“jangan bilang ke siapapun masalah ini dulu, termasuk ke Tari” pesannya

“baik Boss” jawab Manda.

“buat mamanya ngga disiapin hadiah?” tanya Manda

Eka tersenyum akhirnya

“hadiah buat mamanya sudah banyak dirumah”
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd