Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Endless Love

Nubitol mau sekedar memprediksi alur cerita..

Menilik dari cerita yang lain, yang di mana tokoh utama ga balikan sama mantannya (faldo dengan tika, denny dengan silvi) apakah nanti kalau eka dan renata berpisah akan ga balikan juga???

Kasihannnn cewenya T.T
 
BAB VII : MOVE AWAY


Suasana tegang dan terasa sedikit mencekam bagi 3 orang wanita yang sedang duduk di ruang tamu rumah besar kuno milik keluarga Sri Wulandari, dan ikut duduk disana ialah Sri Wulandari, Ningrum, dan bapak Kapolsek, Abimanyu dan juga ada 2 orang petugas polsek berjaga diluar rumahnya.

Warsini, Yulinda dan anaknya Renata, hanya bisa duduk diam dan pucat pasi, mereka bingung dan seperti menunggu apa vonis yang akan dijatuhkan untuk mereka, karena keteledoran dan kesalahan yang mereka sudah lakukan.

Mungkin factor ekonomi dan juga strata social yang mememisahkan, membuat pertemuan ini seperti pertemuan formal antara majikan dan pembantunya…..

“ saya minta dengan segera, agar segera pergi dari kota ini…” ultimatum dari Abimanyu bagaikan gelegar petir di saing bolong.

Semua yang ada disitu terkejut mendengarnya….

“Mbok minta maaf sebesar besarnya Den bagus…. “ sambil terisak Warsini menangis..” tapi jika disuruh pergi kita mau pergi kemana…?”

“bukan urusan saya…” tegas Abimanyu

“kita ngga ada tempat lain Den Bagus..”

“sudah saya bilang bukan urusan saya, Mbok…!!” bentak Abimanyu lagi….

Yulinda terdiam, dia yang selama ini hanya sibuk mengurus warung nasinya memang lalai dan gagal menjaga anaknya….

“kamu jangan terlalu begitu dong, Bi…” tegur Sri ibunya

“keterlaluan gimana Bu?? Mereka ini sudah membalas air susu dengan tuba ke keluarga kita, lalu Ibu bilang saya keterlaluan??”

Kasar sengatan kata-kata Abimanyu

“ mau taruh dimana muka saya? Saya menghadap Kapolda, minta waktu seperti pengemis untuk bertemu Gubernur Akpol, agar anak bisa dibantu masuk….. lalu kemudian gagal total karena perempuan ini…”

Semua diam, bertiga wanita lusuh dan sederhana hanya bisa menangis dan tertunduk

“saya kasih waktu 3 hari kalian sudah harus pindah…”

Kata-kata dari Abimanyu ibarat paku yang dihajar dengan palu, dan membuat hati mereka benar-benar pilu dan kaget….

“jika tidak, saya perintahkan anak buah saya untuk bongkar rumah kalian, toh itu juga bukan rumah kalian…”

Semua hening ketakutan, mereka tahu ancaman komandan ini bukanlah main main

“warung kamu juga ilegal berdirinya…. Jadi sekalian akan saya bongkar jika kamu tidak pindah dalam 3 hari…”

Ancamnya ke Yulinda

“ dan kamu Renata, perbuatan kamu ini sungguh saya tidak bisa maafkan….ibu saya terlalu baik dan memanjakan kamu, dan kamu balas itu dengan jahatnya…” kini ucapannya tajam ke Renata

“jika kamu mau gugurkan, kamu bisa bilang ke istri saya, nanti kita biayai… tapi jika tidak, itu terserah kamu…”

Lanjutnya lagi

“Lagipula, itu bukan cucuku….sampai kapanpun aku tidak akan mengakui jika anak di perut kamu itu adalah cucuku…”

Bagaikan petir kembali menggelegar…dada Renata bagai ditusuk sembilu mendengarnya….

Sri langsung bangun dari kursinya dan masuk ke dalam lagi….

Abimanyu tidak memperdulikannya

“seharusnya kamu saya penjarakan, karena sudah menodai anak dibawah umur….” Bentak Abi lagi “Eka usianya baru 18 tahun dan masih bisa dikategorikan dibawah umur, dan kamu bisa dikenakan pidana perlindungan anak..”

Renata dibuat gemetar dan pucat… dia bagaikan ingin mati saja mendengar ultimatum di siang hari ini… sudah dibentak dan dimarahi, lalu diancam dan bahkan hendak dipenjarakan, dan lebih sadis lagi mereka harus pindah dari kota ini, dan tidak tahu hendak kemana perginya….

Rasa sakit dan kecewa yang dipendam oleh Renata sungguh luar biasa. Dalam posisi lagi mengandung, dihina dan bahkan harus diusir, dan lebih sakit lagi ialah bagaimana dia melihat orangtuanya diperlakukan seperti bukan manusia oleh Bapaknya Eka.

“kita ini hanya orang kecil, Nak…” ujar neneknya sambil bercucuran airmata saat mereka dipermalukan dan diusir dari rumah Ibu Sri. Mereka hanya disuruh datang untuk dihina, dimaki maki, bahkan Renata harus mendapat ancaman pidana.

Dia sungguh malu dan merasa sangat tersayat, dia seakan tidak mampu berpikir jernih lagi, malu dan kecewa, tapi bagaimanapun dia yang dianggap paling bersalah. Jika tidak membiarkan Eka masuk ke area yang bukan atau belum seharusnya dia masuk, mungkin hal ini tidak akan terjadi.

Renata hanya bisa menangis tersedu sedu, dia meminta maaf dengan penuh penyesalan ke Ibunya, dan neneknya, atas musibah ini. Masih terngiang di telinga ucapan bengis “mertuanya” bahwa akan memenjarakan dirinya, dan tidak mengakui anak yang di perutnya sebagai cucunya.

“dami Allah, Nek….ini anak Eka, ngga ada laki-laki lain yang nyentuh Menik, Cuma Eka….” Sambil menangis di sudut kamar.

Neneknya dan ibunya hanya bisa terdiam, meski marah dan kecewa dengan Renata, mereka tidak ingin menghukum cucu dan anak mereka satu-satunya itu, mereka lebih fokus dengan bagaimana memulai hidup baru lagi, karena mereka sadar bahwa ancaman Abimanyu bukanlah gertak sambal, kelakuan dia selama memimpin kepolisian di beberapa sector dan wilayah, sudah sangat terkenal.

“besok kita harus berbenah, Yul” ujar Warsini ke anaknya “ Bapakmu besok juga datang, kita harus segera pindah dan cari tempat lain…”

“Tapi kemana Bu?”

“nanti besok kita lihat, tergantung bapakmu…”

Renata hanya terdiam, dia bingung, kalut dan sudah mendekati depresi. Eka sendiri tidak datang menemuinya semenjak pulang dari Semarang, mungkin dia juga depresi, karena pasti dia habis dihajar oleh bapaknya. Renata bingung, kini dia sadar bahwa bencana seperti ini memang tidak mudah dilalui, apalagi dengan kondisi seperti sekarang….

Hanya airmata dan tangis yang menemaninya, Renata benar-benar hilang semangat hidupnya. Jika mereka pergi, lalu bagaimana Eka mencarinya? Bagaimana dia bisa melewati hari-hari tanpa Eka? Renata kembali menangis. Di tengah kehamilan dan raas mual serta perih yang harus dia lalui, sakit hati dan kecewa dengan kondisi ini lebih membuatnya tertekan.

Dia hanya bisa menangis dan diam, Ibu dan neneknya mulai berkemas kemas, dia sendiri masih menangis dan menangis, neneknya kasihan melihat dia, dan tidak memaksa ataupun memarahinya. Ibunya juga mulai berkemas di warungnya untuk bersiap pergi.

Malamnya….

Renata kaget ada ketokan di jendela kamarnya, dia tidur di kamar belakang, dan kebetulan rumah di kampong tidak berdempetan seperti rumah-rumah di kota, jadi jendelanya masih ada halaman kecil, sehingga orang bisa masuk hingga samping kamarnya.

Dia terbangun sesaat….

“yang…. Aku ini….” Terdengar suara….

Renata segera membuka jendelanya, dan sosok yang dia rindukan ternyata muncul di jendela itu….

Segera dia memeluk laki-laki itu, airmatanya tumpah dan dan tangisannya pecah melihat Eka, pria itupun demikian, tangisannya juga tumpah sambil memeluk wanita yang dia cintai itu…..

“maafin aku Yang…..” tangis Eka terdengar…..

Renata tidak mampu berbicara lebih banyak lagi selain menangis….airmatanya seperti habis terkuras dalam 2 hari ini karena masalah ini……

Renata lalu membuka pintu dapurnya, dan meminta Eka masuk dari belakang, dan mereka langsung berpelukan erat. Kesedihan, amarah dan juga rasa takut bercampur jadi satu….Eka benar-benar menyesali semua yang sudah dia lakukan.

“kalo aku ngga maksa, mungkin ngga begini Yang…” ujarnya dia sambil berurai air mata

“ngga Mas….aku yang harusnya menahan kamu…” sambil membelai wajah kekasihnya

Kembali lagi mereka hanya bisa bertangisan dan saling berpelukan, Renata membelai wajah Eka yang terlihat jelas lebam dan bekas pukulan ayahnya masih membekas di sudut bibir dan matanya. Belum lagi badannya yang memar memar.

“ini dipukul?” tanya Renata sambil menahan isak tangis

Eka hanya tersenyum pahit

“mendengar papah bentak Ayang, jauh lebih sakit…” dia membelai dan memeluk Renata.

Eka hanya bisa terdiam saat mendengar cerita bahwa mereka diusir dari kota ini, harus keluar kota dan menghilang, karena Abimanyu tidak segan-segan untuk membongkar rumah dan warung mereka jika masih disini.

Mendengar suara didapur belakang malam hari, Nenek dan Ibunya Renata pun terbangun, dan betapa kagetnya mereka melihat ada Eka disitu, mereka tidak menyangka jika Eka akan senekat itu datang ke rumah mereka, malam hari dan ditengah ancaman dan pengawasan ketat dari ayahnya.

“Mas….aduh mohon maaf, sebaiknya pulang deh….Mbok takut jika ketahuan…” Cemas dan ketakutan dari wajah Warsini.

“Menik, kok kamu bolehin sih?” bisik Ibunya ke Renata

Eka dan Renata bingung dibuatnya….

“saya minta maaf Bu, Mbok…” ujar Eka

Mereka kebingungan saling berpandangan

“mas segera balik deh, nanti ayah Mas tau ada disini, kita bisa kena marah lebih besar lagi…” ujar Yulinda

Eka hanya terdiam….

Dia lalu memeluk Renata, tanpa mempedulikan ada nenek dan ibunya disitu

Renata pun kembali hanya bisa menangis….

“mas, jaga diri baik-baik, kelak nanti Mas sudah selesai kuliah, aku selalu tunggu Mas…. “ Renata menatap wajah Eka dengan tatapan sendu dan sedih

“aku selalu sayang ama Ayang…..aku janji akan cari Ayang…aku bersumpah…” Jawab Eka

Renata hanya bisa menganggukan kepalanya

“aku sudah berdosa, aku ngga mau lagi nambah dosa dengan membuang anak ini….” Sambil mengusap perutnya. “ dia anak kita, mas…. Aku akan jaga dia selalu…”

Eka memeluk erat Renata…. Dia menangis seperti anak kecil. Sejak masih bayi dia selalu bersama dengan Renata, hanya terpisah beberapa tahun karena dia ikut ayahnya tugas, tapi semenjak SMP hingga sekarang, nyaris tidak pernah dia berpisah dengan Renata, dan kali ini dia harus menerima kenyataan pahit itu, berpisah dengan kekasihnya, dan tujuan awalnya untuk jadi perwira polisi, kini harus buyar dengan kejadian ini.​
 
ratap

bisakah kau
ucapkan sayang itu kembali

bisakah kau
peluk erat itu kembali

bisakah kau
lukis cinta itu kembali

ya, kepadaku
sekali lagi meski itu sakit

bagaimana aku bisa hidup tanpamu
sedang hati ini telah kau tertanam di hatimu


Semarang ,Jumat 11 Maret 2022

thanks ya Subes Elkintong




:kk::stress::bye:
 
BAB VIII a : LIFE AFTER FAILED


Setelah ujian pengumuman nilai akhir SMA keluar…..

“Masukin ke STIP saja” usul Aditya, adik nomor 3 dari Abimanyu

“Pelayaran? Jadi pelaut dia?”

“ngga dong Mas…ambil jurusan kepelabuhan, dia untuk management pelayaran,” jelas Aditya

“Ikatan dinas?”

“ngga lah, satu-satunya sekolah perhubungan yang tidak ikatan dinas hanya pelayaran”

“uangku ngga ada….” Tegas Abimanyu

“wis, biar aku yang nyekolahin Eka…”

“kenapa ngga ditaruh di yang ikatan dinas sih?”

“kalo ikatan dinas dia ngga bisa ikut SIPSS. Kalau disana dia lulus ikut SIPSS langsung jadi Ipda….’

Abimanyu terdiam sejenak…SIPSS ialah Sekolah Inspektur Sumber Sarjana yang menghasilkan perwira polisi dari kalangan sarjana.

“ya sudah, kamu yang urus aja Dik…”

Keputusan pun dibuat sudah, meski Eka enggan, neneknya juga apalagi, namun keputusan Abimanyu sudah dibuat, dan Eka harus ikut apa yang dia perintahkan, dan dia sudah mengatur semuanya dengan adiknya Aditya.

Eka lalu berangkat ke Jakarta, sekolah yang bagian utara Jakarta tepatnya di Marunda itu menjadi tujuan berikutnya, dan dia harus bisa melupakan sejenak semua kenangan dia di Blora, termasuk kenangan dia dengan Renata.

Renata sendiri, secara diam-diam keluarganya sehari sebelum ultimatum dari Abimanyu, mereka segera pindah keluar daerah, ketakutan dan rasa malu jauh lebih besar mengalahkan keberanian dan juga lelah di badan.

Untungnya Ibu Sri memberi uang kepada neneknya Renata sebesar 7 juta rupiah untu membantu mereka, jadi beban untuk pindah dan sewa angkutan membawa barang-barang mereka sedikit banyak terbantu.

Dan Renata sudah memutuskan bahwa dia tidak akan menggugurkan kandunganya, bagi dia cukup sudah dia berdosa denan Eka, tapi bayi yang ada dalam kandungannya itu tidak berdosa sama sekali, dan buah cintanya dia dengan Eka harus dia jaga.

Dan itulah kali terakhir warga di kecamatan disitu dan tetangga mereka, termasuk Sri dan juga Eka, melihat terakhir Renata dan keluarga, mereka lalu menghilang bagai ditelan bumi. Tidak terdengar lagi ada kontak, atau ada kedatangan mereka ke kawasan itu, meski mereka tinggal lama disitu, seakan ingin memberi sinyal bahwa mereka sudah memulai hidup baru tanpa melihat masa lalu lagi.​
 
BAB VIII b : LIFE AFTER FAILED - lanjutan



9 bulan kemudian….


“tarmud…” seorang taruna tingkat II berteriak memanggil taruna tingkat I di dormitory STIP

“siap senior..” kompak jawaban mereka….

Taruna tersebut berkeliling, dan kemudian mulai isengnya keluar. Satu-persatu juniornya ditempeleng, termasuk taruna junior yang paling besar badannya disitu, Eka Putra Perdana.

“eh Bangkok…” teriaknya memanggil Eka.

“lu harus sama tinggi ama gue…”

Eka lalu sedikit berjongkok menuruti perintah seniornya. Gayanya itu membuat teman-teman dari taruna tingkat II menertawakan temannya yang sedang mengisengi adik kelasnya. Mendapat komporan tersebut dia makin sadis memukul wajahnya Eka…

“lu belagu lu? Mentang2 badan lu gede?? Ayo duel ama gue…” sambil memukul wajah Eka, meninju dada Eka berkali kali

Eka hanya terdiam, sambil sedikit jongkok dia menahan badannya agar tidak tumbang, dia sangat mengerti bahwa beginilah hidup diasrama sekolah ketarunaan seperti ini, apalagi senior yang satu ini yang namanya Maskur ini memang terkenal isengnya. Semua junior paling malas berurusan dengan dia.

Dan hari ini kesekian kalinya Eka harus berhadapan dengan dia. Saat kepalanya sedang pening karena memikirkan bahwa ini kondisi Renata yang mau lahiran, dia bingung dengan dimana dia harus mencarinya, dan kali ini seniornya yang iseng ini selalu menggangunya.

Dan entah kenapa, mungkin karena badanya yang besar, dia selalu menjadi incaran keisengan mereka, termasuk kali ini.

“ayo ribut ama gue, bangsat…” ajak Maskur dengan mukanya yang menyebalkan dirasa oleh Eka

Ditambah komporan dari teman-temannya…

“mukanya kayaknya ngga senang ama lu, Kur…” kata senior yang lain

“iye iye…:

“lu ngga senang ama gue…” Maskur kembli menarik kerah baju dinas pdhnya Eka…

“ngga usah liat angkatan,ngga usah liat balok…ayo ribut am ague…” teriak Maskur

Dia lalu meludahi wajah Eka…. Dan seketika Eka pun tersulut emosinya, dia tidak pandang lagi ini seniornya atau bukan, dia melihat wajahnya dengan muka penuh marah…

Maskur yang melihat tampang Eka yang marah, makin kesal dan tambah marah…..

“nantang lu…’ kembali wajah Eka ditempeleng dua kali…

Kali ini Eka benar-benar tidak tahan, dia langsung bediri tegak, dan dengan sekali ayunan, seniornya itu dihajar di bagian pelipis…. Belum reda kagetnya mereka, kini tendangan Eka mendarat tepat di ulu hatinya Maskur.

Semua yang ada disitu kaget, yang senior kaget karena Eka berani melawan seniornya bahkan memukul seniornya, yang junior lebih kaget lagi, apalagi melihat Maskur langsung jatuh pingsan di lantai dormitory.

“woi woi….. bawa ke klinik…buruan….” Eka hanya terdiam….saat melihat teman-temannya menggotong Maskur ke klinik…..

2 hari kemudian….

Aditya dengan lemas keluar dari ruangan direktur atau ketua STIP, keputusan dari kampus akhirnya keluar, dan Eka Putra Perdana, taruna tingkat 1, jurusan TataLaksana kepelabuhan dinyatakan secara resmi DIKELUARKAN dari kampus.

Perjuangannya membawa Eka masuk ke sekolah ini harus berakhir singkat gara-gara pukulan Eka membuat pingsan seniornya, dan tindakannya tidak bisa ditolerir, sehingga dia harus drop out dari kampus di Marunda ini.

“ngga bakal beres anak itu…mending kamu usir aja dia dari rumah, biar jadi gelandangan” Ultimatum Abimanyu

Ibunya Sri dari kemarin sibuk menelponnya, kakak iparnya juga Ningrum tadinya malah ingin ke Jakarta, namun dilarang oleh suaminya. Abimanyu seperti menganggap Eka sudah bukan seperti anaknya lagi dengan kejadian-kejadian ini.

“itu memang sudah tabiat dia, ribut, berantem, menghamili anak orang….” Ujar Abimanyu…

Aditya kini terpojok, dia sendiri bisa memahami amarah Eka setelah medengar kesaksian Eka dan juga kesaksian sahabatnya satu angkatan Reza, yang ada di tempat kejadian saat itu, meski kesaksiannya tidak menolong juga, Eka tetap dikeluarkan.

Dia juga tidak enak dengan istrinya Magda, untungnya wanita itu mengerti dan tidak mepermasalahkannya, meski ada kecewa dihatinya, karena biaya masuk Eka hingga dia mulai sekolah disana hingga puluhan juta itu keluar dari kantong dia berdua

“Eka anak baik, dia lagi sial aja…”

Mereka berdua anak 2 orang, dan semua perempuan. Dan dari semua cucunya Eyang Sri Wulandari memang hanya Eka, dan anaknya Anidya yang baru berusia 3 tahun yang laki-laki. Anak dia dan anaknya Naya semua perempuan.

Jadi Eka disayang sebetulnya oleh bibinya Magda, dan sementara tinggal balik ke rumah lagi, tugas Eka ialah antar jemput adik-adiknya sekolah, kadang suka diajak ke proyek perumahan milik Aditya, karena memang bisnis Aditya ialah kotraktor pembuatan rumah.

Hingga suatu hari setelah beberapa bulan kemudian…

“nih….” Aditya menyodorkan sebuah brosur, dan juga surat formulir pendaftaran.

“kamu kan bahasa Inggris lumayan bagus, itu ada program beasiswa full untuk ke National University of Singapore, lebih baik apply kesana, dan sekolah disana.”

Eka terdiam dan melihat sejenak formulir tersebut

“ kamu harus maju… supaya orang lihat kamu mampu…bukan hanya jadi tukang onar saja…”

Magda melirik dari meja makan…..

“ kamu pintar, berbakat, Paman yakin kamu bisa kuliah disana….’

“beasiswa Pah?” tanya Magda

“iya, full dan diperpanjang per tahun tergantung prestasi… tidak ada ikatan juga…” Jawab Aditya

Eka hanya diam, lalu menganggukan kepalanya….

“Kamu ingat Eka…dunia tidak suka dengan orang kalah….dan jika kamu hanya seperti ini, maka nasib kamu sama saja dengan orang kalah….buktikan kamu mampu…” Aditya menyemangatinya…

“iya, besok lihat aja dulu, apply dan test… “

Sahut Bibinya lagi….

“setidaknya kamu tunjukin ke nenek kamu, paman dan bibi kamu….” Tambah Aditya lagi

“ jangan cari Renata jika kamu masih pengangguran, anak kamu makan apa??” bakar Aditya lagi…

“sekolah yang pintar, jadi orang, jika kalian jodoh pasti bertemu lagi….”

Aditya terpekur dalam diam… kerinduannya kepada Renata menyiksanya sekali, dia ingin tahu kabar Renata, kabar anaknya, dan juga semuanya… tapi dia sadar, mencarinya pasti sulit karena sudah hilang kontak, dan jika hanya modal nekat mencarinya, tanpa ada kerjaan yang jelas, maka hanya akan menambah masalah buat dia dan Renata.

Belum lagi ejekan dari ayahnya, dan bibi-bibinya serta keluarga dia yang lain, hanya Paman Aditya dan Bibi Magda yang mau menerimanya, serta dua adiknya Irene dan Cika yang dekat dengannya yang mau peduli, yang lain bahkan orangtuanya seperti membiarkannya, Nenek yang membantunya mengirim uang jajan saja dimarahi oleh bapaknya.

Semangat Eka kini membara, setelah gagal di Akpol, gagal juga ke STIP, apa iya dia harus jadi pecundang seumur hidup? Apa yang harus dia tunjukan ke anaknya nanti jika dia gagal dan gagal terus? Apa kata orang?

Kamu hanya bajingan kecil yang bisanya menghancurkan harapan orangtua, menghamili anak orang, dan kini hanya bisa mengahbiskan uang paman kamu dengan percuma. Disekolahkan tidak beres, bahkan disayang pun kamu tidak pantas.

Kata-kata Papahnya sangat membekas dihatinya…. Dia ingat tatapan Renata…. Bisikan terakhir Renata di kupingnya di malam terakhir dia melihat gadisnya… temui aku jika kamu sudah selesai kuliah dan jadi orang, aku janji tidak akan pernah berpaling hingga kamu kembali…. Dan anak ini akan aku besarkan dan jaga hingga kamu datang…..

Airmata Eka menetes tanpa dia sadari…. Semua ingatan itu membekas dihatinya, dia harus bangkit dan maju. Dia harus berjuang untuk cita-citanya sendiri…harus berhasil untuk menutup mulut-mulut yang meremehkan dirinya….

Dan tidak terasa kemudian…..

3 bulan dari itu, Eka sudah dalam pesawat Singapore airlines yang terbang dari bandara Cengkareng membawanya ke Bandara Changi di kota Singa tersebut, dan siklus barunya sebagai mahasiswa asing di negeri orang pun dimulai….​
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd