Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Durjana Pemetik Bunga

maklela

Suka Semprot
Daftar
3 Oct 2011
Post
24
Like diterima
330
Bimabet
Mohon maaf para suhu semuanya. Ndak pakai basa-basi dengan pertimbangan outbreak corona semakin mencekam. Seperti kisah Lela kali ini:

27 Maret 2020
Sebuah pesan Whatsapp mengejutkanku pagi ini:

PULANG KE RUMAH BAPA
"Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara Iman " ( 2 Timotius 4:7 )

Telah pulang ke Rumah Bapa di Surga dalam damai sejahtera Kristus pada hari Jumat, 27 Maret pukul 02.45 WIB. Suami dan Papa tercinta, FRH.
Jenazah langsung diberangkatkan dari Regional Referral Hospital untuk dimakamkan di Santa Monica Hills, Palabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat sesuai pesan terakhir.

"Oom Frans!!!" pekikku tertahan.

Dari pesan duka cita itu aku tahu ia adalah salah satu yang terinfeksi virus corona. Pemakamannya langsung dari rumah sakit tanpa persemayaman dan misa requiem.

Tapi, mengapa aku memekik tertahan? Sudah hampir delapan tahun aku tak bertemu dengannya. Mungkin aneh, karena kebaikan keluarga Frans tetaplah menopang hidupku, bahkan masa depanku.

Kini kepergiannya terasa begitu mendadak. Aku menghela napas sejenak dan berusaha menyusun untaian kata untuk membalas pesan WA kepada pengirimnya, putri Oom Frans: Veronica, salah satu sahabat terdekat yang berteman denganku sejak kelas 3 Sekolah Dasar.

"Untuk Vero dan Tante Magda terima kasih, Lela ikut berduka cita sedalam-dalamnya atas kepergian Oom Frans. Hanya doa dari jauh yang dapat Lela semoga Om Frans damai di sorga, dan Vero juga Tante Magda tetap tabah dan kuat."

Klik. Pesan itu langsung terkirim dan notifikasi telah dibaca oleh penerima terlihat di layar hp-ku.

"Thanks Lela," balas Vero yang terlihat online di layarku.

Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Namun, aku sangat membenci kematian.

Itulah ironi kehidupan. Siapa yang dapat menolak kematian, sementara kita tak mengetahui kapan ia akan datang?

Kematian mungkin akan menutup rahasia. Maka, ku putuskan untuk membuka rahasia pada sisiku saja karena Oom Frans kini sudah tiada.

Semuanya bermula dalam perjalanan pulang dari pertandingan olah raga antarsekolah pada Jumat malam itu. Tentu aku masih sangat belia, jauh berbeda dari Lela dewasa saat ini. Memang belum banyak yang berubah, rambut hitam dan kulit kuning langsat masih sama. Tapi tubuhku memang baru tumbuh dibandingkan dengan sekarang. Ramping mungkin, tak sampai 50 kg dengan tinggi belum 165 seperti sekarang dengan lekuk tubuh dan otot anak baru gede. Masih SMA

Malam itu pacarku langsung pergi bersama teman-teman lelakinya setelah pertandingan basket antar-SMA. Sedangkan aku harus mengikuti lomba pidato esok pagi. Papa Vero yang akhirnya mengantarku pulang, seperti yang sudah berkali-kali ia lakukan sebelumnya.

"Kamu baik-baik saja?" Di belakang kemudi Ia mengucapkannya dengan cepat sambil melirik ke arahku lantas menghadapakan kembali wajahnya ke jalan.

"Ya ... aku gugup untuk lomba pidato besok, agak tegang. Berpidato di depan juri dan peserta lain, Oom Frans tahu kan bagaimana itu? "

"Tapi Oom nggak bisa membantu. Apalagi menang dalam lomba pidato," kata dia sambil tertawa renyah

Aku tersenyum gugup. Aku sebal jika ada yang mengucapkan tentang "menang". Aku adalah seorang "juara". Aku selalu duduk di ranking tiga besar di sekolah. Malah tahun itu, aku jadi juara umum dan memenangi sejumlah lomba. Jadi, setiap kali ada yang menyebut pemenang, menang, pertama, juara, nomor satu, aku seakan mendengar bisikan manis ibuku. "Aku datang bukan untuk menemui seorang pecundang, Lela ..."

Aku menggigil tanpa sadar. "Lela kedinginan?" begitu kata Papa Vero sambil memutar tombol AC di dashboard mobilnya.

Kepalaku menggeleng, "Nggak Oom, Lela baik-baik saja." Aku menarik napas dalam-dalam dan meletakkan kepalaku ke kulit kursi dan menutup mataku. Kami tidak berbicara hingga mobil tiba di depan rumahku.

"Mama dan Papa pergi lagi?" katanya, menghentikan mobil.

"Mereka akan kembali nanti malam," ucapku dengan mata masih tertutup.

"Hei," katanya sambil menyentuh pipiku dengan lembut, "kamu akan baik-baik saja ..." Ketika membuka mata dan menoleh padanya, aku terkejut. Aku tahu Oom Frans memang ganteng, tetapi kali ini tiba-tiba saja aku merasa bergetar ketika beradu pandang dengannya.

"Terima kasih," kataku menyentuh tangannya, karena masih menempel di pipiku. Aku menatapnya saat dia memandang wajahku. Tiba-tiba, dia menciumku! Bibirnya lembut, dan aku bisa merasakan bulu-bulu halus di wajahnya membuat geli kulitku. Aku membalas ciumannya, meski tidak tahu caranya. Lidahnya menyelinap di antara bibirku saat lidahku menjelajahi mulutnya. Aku mengerakkan tanganku meraih lehernya.

Tiba-tiba benakku membunyikan alarm rasa bersalah sebagai gadis Katolik. Aku menarik diri dengan cepat, tanganku mencari pegangan pintu, “Terima kasih, Oom Frans!” Aku berusaha mengucapkannya sesama mungkin seperti setiap kali ia mengantarku pulang sejak aku berusia 10 tahun. Aku berlari ke rumah, membanting daun pintu, jantungku berdebar kencang. Aku bernapas terengah-engah. Papa salah satu teman terbaikku menciumku untuk pertama kali!

Malam itu aku menangis karena merasa bersalah hingga tertidur. Bukan karena aku telah mencium papa Vero, melainkan karena aku berbaring di tempat tidur sambil menyentuh lembut celah di antara dua pahaku sampai merasakan puncak kenikmatan. Masturbasi adalah dosa besar, menurut semua bahan yang aku baca. Terlebih lagi hingga orgasme dengan membayangkan papa sahabatku yang sudah menikah dan bahagia. Itu pasti akan membuatku langsung masuk ke neraka. Itulah kekhawatiran Sekolah Katolik kuno yang baik. Kalian yang pernah bersekolah di sana akan mengerti; Yang tidak, akan sulit membayangkan rasa bersalah yang khas itu.

Aku yakin akan pergi ke neraka karena bersenang-senang sambil mengkhayalkan papa Vero, namun aku bukannya berhenti, malah meneruksannya hingga sampai ke puncak kenikmatan. Itulah sebabnya aku membenci kematian karena takut masuk neraka.

(Bersambung seminggu sekali karena duka corona)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd