Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dunia baru di kota perantauan (No SARA)

Status
Please reply by conversation.
Ijin memantau kisahnya ya hu....tetap semangat ya....jangan lupa tetap jaga kesehatan ya hu....
 
keren alurnya, cuma ada sedikit menganggu, adegan percakapan mungkin jangan dibikin kaya skenario dialog drama
a: "blalabla"
mending "bla bla bla." Ujar A
Saran ditampung,
Makasih banyak hu sarannya. Awalnya juga ane agak kebingungan sih buat penulisan bagian percakapan, akhirnya ane liat contoh cerita2 lainnya dan nyari2 gugel juga tuh. Buat ubah ke format yang begitu nanti ane pertimbangin lagi yaa hu, lebih enak yang sekarang atau format yang suhu saranin akan ane coba keduanya. Kalo pun ada perubahan paling nanti di eps 3 atau 4.
Sekali lagi makasih banyak atas masukannya
:beer::mantap:
 
Pagu suhu2 semuaa....
Seperti janji ane sebelumnya, update part 2 akan ane upload di hari Selasa atau Rabu dan akhirnya ane bisa kelarin ini tepat waktu hehehe....
Makasih banyak buat suhu2 yang udah setia dan nungguin update selanjutnya serta memberikan saran2 yang sangat ane butuhin. Makasih juga buat kalian yang udah ikut meramaikan dengan memberikan komen dan like, seneng banget sih cerita picisan ini bisa rame:D

Akhir kata,
Tetap jaga protokol kesehatan!




PART 2

191046056-309837560666476-8947937200031313103-n.jpg

(SALWA)

118539146-188418409359938-6845284734569044173-n.jpg

(FITRI)

123255847-269464544508239-7097434658377689783-n.jpg

(MAYA)

Kehidupanku berubah seutuhnya setelah malam pernyataan cinta Faza padaku. Hidupku menjadi lebih berwarna dan penuh rasa cinta. Mungkin inilah yang dinamakan sebagai 'bucin'. Setiap hari kami selalu bertemu selepas kuliah maupun di sela2 kuliah. Jurusan yang sama membuat kami mudah mengatur waktu untuk menghabiskan waktu bersama, kecuali ketika ada urusan UKM atau organisasi kampus lainnya yang sedikit menyita waktu kami. Cukup banyak gosip2 yang beredar bahwa aku berpacaran dengannya tapi aku maupun Faza selalu menampik hal tersebut. Aku belum siap untuk mengekspos hubungan kami ke banyak orang karena aku takut nantinya Fitri maupun Maya akan tau. Faza pun tidak keberatan dengan hal itu. Ia mewajari sikapku karena ini merupakan pengalaman pertamaku dan mengingat orangtuaku yang melarang berpacaran.

Sejak pertama kali kami berciuman entah mengapa aku menjadi sedikit 'addict' dengan hal itu. Meski baru seminggu hubungan kami berjalan sudah tidak terhitung berapa kali aku dan dia selalu beradu bibir. Setiap kali akan berpisah Faza selalu memberikan hadiah perpisahan yang sangat kusukai itu. Tak jarang ketika selepas kuliah kami selalu berciuman dalam mobil di parkiran kampus. Beruntung kaca mobil Faza cukup gelap dan letak parkirannya pun jauh dari aktivitas orang2. Ketika pulang kampus pun aku selalu diajak jalan2 sampai malam dan barulah aku diantar pulang ke kontrakan. Sebelum turun mobil pun kami kembali melakukan aktivitas yang aku sukai itu. Bahkan pernah di suatu hari aku mencumbuinya ketika ia sedang menyetir mobil di malam hari. Secara tiba2 aku melepas seatbeltku dan langsung melompat ke pangkuannya lalu mulai mencumbuinya. Aku tetap duduk dipangkuannya sampai tiba di depan kontrakanku. Untungnya malam itu jalanan sedang macet jadi Faza tidak terlalu kesulitan dalam menyetir mobil hehehe...

Menurutku berciuman dengannya adalah hal yang wajar karena itu merupakan salah satu aktivitas orang berpacaran. Menurut beberapa artikel yang kubaca, berciuman merupakan salah satu cara untuk mengungkapkan rasa sayang kepada pasangannya. Namun ada perasaan lainnya yang timbul sejak pertama kali aku berciuman. Setiap kali aku berciuman kemaluanku pasti selalu terasa lembab dan berkedut kedut. Apalagi ketika aku melakukan itu dipangkuannya. Aku selalu merasakan kemaluannya yang terasa keras mengganjal selangkanganku. Ketika benda itu mengeras aku selalu menekan nekannya dengan selangkanganku, akibatnya Faza selalu mendesah dan ciumannya pun semakin beringas.

Pada malam minggu ini aku dan Faza akan pergi menonton bioskop. Untung saja saat ini Fitri sedang ada kerja kelompok dari pagi tadi sampai malam jadi aku tidak perlu khawatir akan ketauan olehnya. Sedangkan Maya sudah dari siang pergi dari kontrakan. Ketika aku mengantarnya ke depan pagar ternyata dia sudah dijemput oleh lelaki yang kurasa itu merupakan pacarnya. Kukira hanya aku saja yang sudah mendapatkan pacar, ternyata Maya juga sudah punya juga. Sekitar pukul 7 malam Faza menjemputku. Sesampainya di mall tersebut kami tidak langsung mendapatkan tempat parkir karena pengunjung mall malam ini sangat ramai dan sepanjang mata memandang semua parkiran sudah terisi mobil. Untungnya kami mendapatkan 1 tempat di pojokan. Mobil sudah terparkir dan ketika aku akan turun Faza menahan tanganku. Saat aku menoleh ia langsung menyambar bibirku.

Cup...

Aku: "mau cium sekarang?" Tanyaku sambil mengigit bibir bawahku.
Fasa: "masih ada 1 jam kurang kok sampe filmnya mulai." Jelasnya padaku.

Dengan perlahan aku duduk dipangkuannya. Kami saling terdiam dan mata kami berpandangan terlebih dahulu. Dengan lembut ja mengelus pipiku dengan kedua tangannya. Perlakuannya yang lembut tersebut membuatku tersenyum terbuai kasih sayangnya. Puas saling bertatapan aku langsung menyambar bibirnya.

Cupp... cupp.. cuuppp....

Ciuman kami begitu perlahan. Kuhayati tiap sentuhan bibirnya yang lembab dan dapat kurasakan betapa besar rasa sayangnya padaku. Secara bertahap ciuman Faza pun mulai meningkat. Bibir bawahku beberapa kali mulai digigit dan lidahnya pun mulai menari nari dalam rongga mulutku. Dia pun semakin menekan badanku pada badannya. Kusadari juga bahwa kemaluan Faza mulai mengembang sehingga aku mulai menekan nekan kemaluannya itu sembari sedikit bergoyang goyang.

Faza: "kamu pinter banget sih." Ucapnya terengah engah di sela2 ciuman kami.
Aku: "pinter maksudnya?" Balasku sedikit bingung.
Faza: "pinter bikin aku keenakan."
Aku: "keenakan gimana? Kan ciuman emang enak sayang." Balasku sambil mengecup bibirnya lagi.
Faza: "iya itu emang enak, tapi maksud aku keenakan karena kamu goyang2in pantat kamu jadi kemaluan aku keteken teken deh." Jelasnya lebih detail dibarengi kecupan darinya.
Faza: "aku suka kamu begini." Bisiknya ditelingaku yang membuat buluku merinding.

Kemudian aku makin semangat bergoyang goyang diatas pangkuannya. Efeknya adalah Faza jadi semakin terengah engah dan terkadang mendesah desah. Ditambah lagi ciuman kami jadi tambah liar. Karena mesin mobil sudah dimatikan dapat kurasakan keringat mulai mengalir di dahiku dan sekujur tubuhku.

Aku: " kamu suka aku begini?" Tanyaku sambil tetap bergoyang goyang.
Faza: "iya sayang aku suka kamu begini." Balasnya dengan nafas memburu.
Aku: "sukur deh kalo kamu suka. Aku juga suka kok kalo kamu suka aku begini. Apalagi ekspresi kamu gemesin banget." Ucapku sambil tersenyum dan melanjutkan percumbuan kami

Kemudian tanpa kuduga tangan Faza yang daritadi hanya mengelus punggungku mulai merayap kearah perutku. Dari perutku perlahan ia mulai naik ke arah dadaku. Dengan reflek sekuat kilat kutahan tangannya itu sebelum sampai ke titik tujuannya dan goyanganku pun aku hentikan sesaat.

Aku: "jangan ya sayang. Aku belum siap" Ucapku lembut.
Faza: "maaf ya, aku gak maksa juga kok." Balasnya meminta maaf penuh penyesalan.

Karena kasian aku pun mulai menghiburnya dengan kembali menciumi bibirnya. Tak lupa aku bergoyang goyang diatas pangkuannya itu. Karena panas akhirnya Faza pun kembali menyalakan mobilnya dan AC mobil pun mulai berhembus. Terasa dingin mulai menjalar di sekujur tubuhku yang mulai keringetan. Entah sudah berapa menit kami berciuman. Rasanya sudah seharian kami melakukan ini dan tidak ada satupun dari kami yang ingin menyelesaikan aktivitas ini. Kemudian kucoba melihat jam tanganku, ternyata film akan dimulai 10 menit lagi.

Aku: "sayang udahan dulu ya, 10 menit lagi filmnya mulai."
Faza: "yaampun aku lupa kalo nanti mau nonton, udah keenakan gini sih hehe..."

Dengan segera kami beres2 pakaian kami yang berantakan akibat aksi tadi dan berjalan menuju bioskop. Di dalam bioskop aku terus berada di dalam rangkulannya. Di tempat inilah Faza menyatakan perasaannya padaku. Bagiku tempat ini memiliki nilai historis dalam kehidupanku dan akan selalu kuingat kedepannya. Seusai nonton Faza mengajakku makan malam sebelum aku diantarnya pulang ke kontrakan. Sama seperti biasanya, Faza selalu membuatku senang dan nyaman di dekatnya. Dia juga suka sekali bercerita maupun membicarakan hal2 yang sedang up to date belakangan ini. Pemikiran2nya yang dewasa dalam menanggapi isu2 terkini membuatnya tampak pintar dan berwawasan luas. Sungguh beruntung aku memiliki pacar pertama yang begitu perhatian lagi cerdas.

Singkat cerita kami sudah sampai di depan kontrakanku.

Aku: "thanks for the night, babe." Ucapku sambil tersenyum.
Faza: "sama2 sayang." Balasnya dengan senyuman juga, namun aku merasa ada yang aneh dengan senyumannya itu.
Aku: "kamu gapapa sayang? Kok kamu keliatan sedih?"
Faza: "aku minta maaf ya, aku ngerasa bersalah udah mau nyentuh tetek kamu." Jawabnya penuh penyesalan.
Aku: "kamu gak salah kok, aku tadi kaget dan juga belum siap buat hal itu. Kamu gak usah sedih yaa sayang." Ucapku berusaha menenangkannya.

Kemudian kupegang kepalanya dan kuarahkan pandangannya itu padaku. Dengan perlahanku kecup bibirnya.

Cuuuppp...

Kecupanku kemudian membuatnya busa tersenyum kembali. Aku merasa lega melihatnya sudah tidak sedih lagi. Kali ini dia juga mengelus pipi kananku sambil mengecup bibirku bergantian. Kulepas seatbelt yang kupakai dan segera berpindah ke pangkuannya. Ciuman kami begitu pelan dan tidak terburu buru. Ketika mulai memanas dan kemaluannya sudah mengeras, kumulai goyangkan pantatku. Maju mundur, naik turun, sampai gerakan memutar kuberikan untuknya. Hal yang paling kusuka dari sini adalah ketika mendengar dirinya terengah engah menikmati goyanganku dipangkuannya. Suara seru nafasnya membuatku semakin bernafsu meladeni ciumannya. Ditambah lagi gerakan tangannya dipunggungku yang membuat bajuku tertarik ke atas dan angin embusan AC bisa langsung mengenai kulit punggungku meninggalkan rasa geli disana. Tidak bosan2nya aku melakukan hal ini berulang ulang. Aku sangat menyukai hal ini dan berharap akan terus melakukannya sepanjang malam.

Kemudian muncul ide yang sempat membuat jantungku berdebar. Cukup lama aku berpikir hingga akhirnya kuputuskan untuk melakukan hal ini. Kuambil tangan kanannya yang sedang berada dipunggungku dan kuarahkan tangannya ke payudara kiri ku. Faza pun sepertinya kaget dan nenghentikan ciumannya. Dia kemudian menatap mataku tidak percaya dengan apa yang aku lakukan.

Faza: "kamu yakin?" Tanyanya dengan tangan kanannya yang masih belum bergerak dari payudaraku.
Aku: "do it honey. I want you to touch me." Balasku dengan mengecup bibirnya.

Kemudian dia mulai bermain2 di payudara kiriku. Tak menunggu lama tangan kanannya mulai bergabung meremas yang sebelah kiri. Ternyata hal itu memberikan sensasi baru buatku. Ada rasa nikmat ketika ia meremas lembut dan rasa geli ketika putingku bergesekan dengan bh ku. Kemudian jempolnya mencoba mengelus putingku yang masih terhalang kemeja dan bh yang kukenakan. Rasa yang baru kukenali ini membuatku melayang layang. Kemudian Faza melepaskan ciumannya.

Faza: "kamu suka?" Tanyanya padaku
Aku: "iya aku sukaa... aahhh..." desahku perlahan
Faza: "boleh aku buka kancingnya?" Tanyanya meminta izin
Aku: "ahh... kenapa dibuka?"
Faza: "biar makin enak rasanya..." Balasnya berbisik di dekat telingaku.

Aku pun mengizinkannya untuk membuka kancing kemejaku. Dengan perlahan dia mulai membuka satu persatu kancingku hinga terlepas semua. Jadilah sekarang ia bisa menatap payudaraku yang masih tertutup bh.

Faza: "wow... it's perfect." Pujinya yang membuatku malu sekaligus bangga mendengar hal itu.

Cukup lama dia terkesima dengan payudaraku yang berukuran cukup besar ini. Matanya memandangi tubuhku dari bagian perut hingga berhenti di mataku. Sambil memegangi bh ku dia menatap mataku seakan meminta izin untuk membuka pelindung terakhir yang membungkus payudaraku. Aku pun hanya mengangguk dengan tersenyum tanda aku menyetujuinya. Kemudian dia melepas bh ku yang pengaitnya berada di depan. Setelah terbuka lagi2 ekspresinya seperti orang terkejut.

Aku: "kenapa sayang? Kok kayak kaget gitu." Tanyaku gemas melihat ekspresinya.
Faza: "tetek kamu bagus. Aku suka." Jawabnya menatap mataku sambil meremas kedua payudaraku.

Aku merasakan kenikmatan yang lebih lagi ketika telapak tangannya menyentuh kulit payudaraku. Terlebih ketika ia mulai meremasnya dengan lembut. Ini lebih enak ketimbang ia meremasnya dari luar pakaianku. Mata kami masih bertatapan dan tanganku memegang kedua pipinya.

Aku: "emgnya tetek aku bagus?" Tanyaku menatap matanya
Faza: "iya bagus. Udah gede trus mulus lagi. Aku suka banget sama tetek kamu." Pujinya lagi yang membuatku merasa senang.
Aku: "then, enjoy it. The night doesn't last forever." Jawabku dengan menggigit bibir bawahku sambil tersenyum.
Faza: "boleh aku isep gak?"
Aku: "apapun itu lakuin aja sayang. I'm yours." Balasku sambil memegang kepalanya dan menatap dalam2 matanya.

Dengan perlahan ia mendekati kepalanya ke payudaraku. Dapat kurasakan nafasnya yang menjalar di kulit payudara dan putingku. Kemudian ujung lidahnya menyapu seluruh permukaan putingku dan diakhiri dengan kecupan lembut. Ulahnya itu membuatku menggelinjang dan mendesah. Kepalaku terdongak ketika ia melakukannya. Ia pun kembali melakukan hal itu di payudara sebelahnya, akbatnya aku tidak lagi mampu menahan desahanku. Ia terus melakukannya berulang kali membuatku hingga aku benar2 keenakan.

Aku: "aahhh... ahhh... terus sayaangg..."
Faza: "enak gak?"
Aku: "enak banget... ahh... jangan berhenti sayang..." balasku sambil menekan kepalanya agar ia terus menghisap payudaraku.

Dia pun menuruti permintaanku. Dia tidak berhenti meremas, menjilati, dan menghisap hisap payudaraku. Supaya lebih leluasa kulepaskan kemejaku dan kutaruh di sebelah serta tak lupa kutanggalkan juga bh ku. Setelahnya kupeluk kepalanya dan memejamkan mataku menikmati semua rangsangan yang diberikan Faza. Tak lupa aku terus menggoyangkan badanku di atas pangkuannya agar dia juga merasakan kenikmatan seperti yang kurasakan saat ini. Saat ini kemaluanku sangat terasa lembab dan berkedut kedut. Bahkan sepertinya terasa cairan yang keluar disana. Rasa nikmat tiada tara kurasakan ketika kemaluanku bergesekan dengan benda keras dibawah sana. Aku pun jadi semakin beringas menggoyangkan badanku. Faza juga sering menggerakan pinggulnya sehingga gesekan di kemaluanku jadi semakin terasa.

Dipikiranku saat ini hanya ada rasa nikmat dan nafsu yang terus meningkat. Semua ajaran agama dan norma2 yang sudah diajarkan padaku seakan akan hilang. Perkataan orangtuaku yang melarangku berpacaran tidak lagi kuhiraukan, kenikmatan ini benar2 sudah membuatku buta. Malam semakin larut dan kami belum puas dengan aksi perzinaan ini. Sekarang hijab pashminaku sudaj terlepas, begitu juga Faza sudah melepas pakaiannya. Jadi sekarang hanya tersisa celana saja yang masih kami pakai. Tak hanya bergerilya di payudara, bibir Faza juga terkadang bermaij main di leher sampa telingaku. Dia juga terkadang menjilati dan mengigit daun telingaku yang semakin membuatku keenalan. Faza pun memberikan sebuah cupangan di kedua payudaraku. Cupangannya itu meninggalkan bekas warna merah dikulitku yang putih. Aku pun tidak malu mendesah kuat meski terkadang diingatkan oleh Faza agar tidak terlalu keras. Saat sedang tenggelam dalam nikmat birahi, tiba2 ada yang menelpon HP ku. Aku dan Faza pun menghentikan aksi kami sejenak dan saling berpandangan. Kulihat HP ku yang ada di, dashboard ternyata Fitri yang menelponku.

Faza: "gak diangkat telponnya?" Tanyanya sambil meremas pelan payudaraku.
Aku: "biarin aja, kita lanjutin dulu." Ujarku sambil kembali menciuminya dan bergoyang2 lagi.

Payudaraku kini menekan2 dadanya. Gerakanku juga membuat putingku jadi bergesekan dengan dadanya. Tangannya kini beralih mengelus elus punggungku dengan lembut. Tiap elusannya dipunggung kembali membangkitkan gairahku yang sempat hilang akibat telpon dari Fitri tadi. Kali ini suara desahan kami selalu diganggu suara HP ku yang berdering. Merasa terganggu dengan HP ku Faza pun menghentikan cumbuannya.

Faza: "kamu angkat dulu gih telponnya." Ucapnya menyuruhku

Dengan bete kuambil HP ku yang dari tadi mengganggu aktivitas kamu. Kemudian aku pun mengangkat telponnya

Fitri: "halo Sal lu dimana!? Ada tikus niih di kontrakan. Takut banget guee..." jeritnya di telpon.
Aku: "bentar lagi gue pulang kok, tungguin aja."
Fitri: "yaudah nanti usirin yaa tikusnya."
Aku: "gue aja takut sama tikus. Minta tolong Maya sana.."
Fitri: "ihh Maya ngilang dari kapan tau. Gue telponin juga gak diangkat angkat."
Aku: "Hmm... yaudah deh gampang ntar diusirnya. Dah yaa gue bentar lagi nyampe nih." Segera kumatikan telponnya.

Setelah kumatikan aku lalu pindah duduk ke bangku sebelah. Kupakai kembali pakaianku serta hijabku yang terlepas tadi. Demikian juga Faza melakukan hal yang sama.

Faza: "ada tikus ya di dalem?" Tanyanya disaat aku masih memakai bajuku.
Aku: "iya tuh kata Fitri. Kamu bisa usirin tikusnya gak? Aku sama Fitri takut banget sama tikus." Mohonku padanya.
Faza: "bisa kok tenang aja. Udah selesai beres2 belum?"
Aku: "udah kok, yuk turun."

Sesudahnya kami berdua pun turun dari mobil dan berjalan ke depan pintu kontrakan. Kulihat dari jendela ternyata Fitri berada di atas bangku ruang tengah sedang memegang sapu dengan raut wajah ketakutan. Aku sedikit tertawa melihatnya seperti itu. Karena dia tidak memakai kerudung akhirnya aku menyuruh Faza untuk tetap di luar dulu. Aku pun masuk dan memberitahu Fitri untuk memakai kerudung karena akan ada cowo yang masuk ke dalam. Dengan segera Fitri pun berlari ke kamarnya dan kusuruh dia tetap di dalam sana sampai Faza berhasil menangkap tikusnya. Kemudian Faza kupersilakan masuk.

Aku: "tikusnya dimana Fit?" Tanyaku dari ruang tamu.
Fitri: "tadi di dapuuuurr... coba cari ajaa..." jelasnya sedikit teriak.
Fitri: "jangan dibunuh yaa tikusnya kesiaan.." jelasnya lagi dari dalam kamarnya.

Huuu dasar Fitrii.... dipikir gampang kali nangkep tikus. Faza pun langsung menuju dapur dan melihat lihat ke sekeliling. Sedangkan aku tetap di ruang tengah mengawasinya dari kejauhan sambil memegangi sapu yang tadi dipegang Fitri. Ketika ia menggeser tabung gas tiba2 tikus itu berlari ke arahku. Sontak aku pun menjerit sambil melompat lompat menghindari kejarannya. Sapu yang kupegang pun terlempar karena aku begitu kaget. Dari dalam kamar Fitri juga ikutan teriak, padahal dia aman2 saja disana. Tikus itu pun lari ke luar rumah dari pintu depan. Kata Faza tikus itu kabur masuk ke dalam got. Aku pun merasa lega karena drama pertikusan ini sudah usai.

Aku: "Fit keluar aja, udah kabur tikusnya." Ucapku sambil mengetuk pintu kamarnya.
Fitri: "seriusan udah? Bentar gue pake kerudung dulu." Ucapnya dari balik pintu tersebut.

Ketika ia keluar dia pun berkenalan dengan Faza.

Aku: "Fit kenalin, ini Faza. Za, ini Fitri temen kontrakan ak.... gue." Ucapku hampir keceplosan ngomong 'aku'.
Fitri: "makasih banyak yaa Faza. Kalo gak ada lu bisa2 gue tidur bareng sama itu tikus hehehe..."
Faza: "santai ajaa kok, udah malem nih gue cabut dulu yaa..."

Aku pun pergi mengantar Faza ke depan pagar. Ketika Faza akan menciumku, segera kudorong tubuhnya. Yang benar aja, nanti tiba2 Fitri ngintip bisa bermasalah hidupku. Setelah Faza pergi aku kembali ke dalam.

Fitri: "cieee cieee abis malmingan kan luu..." ucap Fitri yang membuatku malu.
Aku: "apaansih lu, kayak bocah aja cie2an." Balasku dan Fitri hanya tertawa meledekku.
Fitri: "gimana sih rasanya pacaran? Enak gak rasanya?" Tanyanya penasaran.
Aku: "yaa enaklaah... jadi ada yang ngejagain dan sayang sama gue hehehe..." Jawabku sekenanya.
Fitri: "duh jadi iri deh, mana ganteng lagi pacar lu. Kalo lu bukan temen gue udah gue rebut dah." Ucapnya bercanda.
Aku: "awas lu yaa kalo berani deketin dia. Gue bilangin Pak Umar nih." Balasku mengancamnya.
Aku: "makanya cari pacar sana. Kan banyak tuh yang deketin lu pas ospek kemaren." Komporku padanya agar dia punya pacar juga.
Fitri: "gak ah, gak ada yang tipe gue. Trus juga yang deketin kebanyakan sok2 ganteng gitu, jijik duluan gue yang ada." Jelasnya padaku.
Aku: "yaudah cari di jurusan lu aja. Gue sama Faza 1 jurusan kok."
Fitri: "jurusan gue kebanyakan cewe trus yang cowonya pada nerd dan loyo gitu. Gue tuh maunya yang gak loyo dan enak diliat." Jelasnya padaku tentang tipe cowonya.
Aku: "salah sendiri milih jurusan itu."
Fitri: "udah ah pusing gue mikirin pacar2an apalagi sama tikus tadi. Nonton series yang kemaren yuk Sal." Ajaknya padaku dan aku pun mengiyakan ajakannya.

Tidak kusangka ternyata respon Fitri sangat baik ketika mengetahui aku punya pacar. Awalnya kupikir dia akan menasehatiku, namun ternyata ia malah seperti mendukungku. Aku pun bilang padanya agar tidak cerita hal ini ke orangtuaku. Dia pun bersedia menjaga rahasia ini. Sama halnya denganku, Fitri juga dilarang oleh kedua orangtuanya untuk berpacaran. Tak heran ia begitu penasaran dan bertanya padaku bagaimana rasanya berpacaran. Ditambah lagi kebiasaannya yang sering nonton drama romance, pasti ia makin penasaran untuk punya pacar.

Aku dan dia akhirnya menonton series ini sampai larut malam. Hingga tak terasa kami berdua ketiduran di kamar Fitri dengan laptop masih menyala. Sekitar pukul 3 malam HP ku berdering. Ketika kulihat ternyata Maya menelponku. Saat akan kuangkat telpon itu sudah mati dan kudengar ada suara ketukan dari depan rumah. Duhhh... lagi2 aku lupa mengunci pagar depan. Untung saja sepertinya itu Maya yang baru pulang setelah hilang seharian. Dengan mata yang mengantuk aku pun ke depan dan membukakan pintu. Betapa terkejutnya aku ternyata ada seorang laki2 yang sedang membopong Maya.

Maya: "haiii Salwaa..." ucapnya dengan mata yang setengah melek dan tersenyum. Ia juga melambaikan tangannya padaku. Sepertinya ia dalam keadaan mabuk.
Si cowo: "sorry ganggu malem2, kamarnya Maya sebelah mana?" Tanyanya padaku.
Salwa: "itu yang sebelah toilet, bentar gue bukain dulu." Kubantu si cowo itu dengan membukakan pintu kamar Maya.

Si cowo itupun membopong Maya masuk ke dalam dan menidurkannya di atas kasur. Kulihat Maya seperti meminta si cowo untuk menginap disini. Namun si cowo itu menolak dengan halus. Cukup lama Maya membujuk si cowo untuk menginap, tapi tetap saja si cowo terus menolak dan dengan sabar meladeni sikap Maya yang sedang dalam keadaan mabuk itu. Akhirnya Maya menyerah dan tertidur dengan pulas. Si cowo itu akhirnya keluar dari kamar dan kututup pintu kamar Maya.

Si cowo: "sorry ya gue jadi gangguin lu tidur. Abis gue bingung mau bawa Maya kemana, jadinya gue anter pulang aja kesini." Ujarnya meminta maaf padaku.
Aku: "iya gapapa santai aja kok, makasih ya udah bawa pulang Maya."
Si cowo: "iyaa sama2, eh btw nama gue Bryan. Lu Salwa kan?"
Aku: "iya gue Salwa, salam kenal Bryan. Lu yang tadi jemput Maya bukan?"
Bryan: "iyaa tadi gue yang jemput Maya. Gue rekan kerjanya di pemotretan. Gue cabut dulu ya Sal, udah malem gak enak kalo nanti tetangga lu liat ada cowo disini." Ucapnya sambil berjalan ke depan.

Setelah kuantar Bryan kedepan aku kembali masuk ke dalam rumah. Tak lupa kukunci gerbang depan dan pintu rumah. Sempat kuintip keadaan Maya disana, ternyata ia sudah tertidur sangat pulas di kasurnya meski beberapa kali ia ngomong sendiri seperti orang ngigo. Setelah mengeceknya aku ke kamarku dan melanjutkan tidurku lagi. Saat akan terlelap aku baru ingat, ternyata ketika membukakan pintu untuk Bryan aku belum memakai kerudung. Saat ini juga aku hanya menggunakan celana sepaha dan bajuku agak oversize. Yasudahlah, karena sudah terlanjur aku pun tidak mempedulikannya, ditambah lagi aku sudah mengantuk saat ini. Aku pun akhirnya tertidur sambil mengingat ingat kejadian di mobil tadi. Sungguh malam ini memberikan pengalaman baru dan juga gila untukku. Dalam hati kuberharap kedepannya dapat melakukan itu lagi tanpa harus mendapat gangguan apapun.

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd