Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DUA ANAK DAN DUA IBU

Sesok bengi update 15k kata spesial 🤣🤣🤣
Ora sido mbengi iki ki @Aswasada
Tiwas wes nyanding kopi 2 gelas ...

:Peace:
patroli malam
Update nya Nunggu jam 12 pas ulang tahun mamanya alex ya hu...
Ojo Om....
Gledakkk nasuha baca kata "spesial" dibolan baleni diulang ulang 15k kali
Swear ojo yo Suhu Aswasada...
Aku ngalah deh sama tante @umam
Ikut absen
Mantab surantab
Pokoknya saya ucapkan terima kasih atas dukungan suhu-suhu ...
:ampun:
 
CHAPTER 9

Aku menepikan mobilku di sisi jalan persis depan rumahku karena jalan masuk rumah penuh dengan dua mobil yang kutahu itu adalah milik Aji dan yang satunya lagi milik Tante Mawar. Aku dan Dokter Yanti berjalan ke teras rumah. Belum juga sampai di teras, pintu rumah terbuka. Ibu berlari mengarah padaku. Air matanya bercucuran, ia menangis sejadi-jadinya. Tangisan kelegaan yang luar biasa.

“Sayang ... Hiks ... Hiks ... Hiks ...” Kata ibu sambil menangis lantas menubrukku dan memelukku. Menurutku, ini adalah pelukan yang terbaik di dunia karena pelukannya begitu ikhlas.

“Jangan menangis, ma ... Kalau mama menangis aku juga jadi ingin menangis ... Maafkan aku ma ...” Ucapku penuh kasih sayang sembari membalas pelukannya.

“Hiks ... Hiks ... Hiks ...” Tangisan ibu malah tambah keras.

“Sudah ma ... Aku minta maaf. Aku yang salah. Aku seharusnya tidak boleh membuat mama bersedih dan menangis. Lebih baik kita masuk ke dalam.” Kataku lagi coba menghibur ibu.

Ibu mengurai pelukannya lalu menatapku dengan kedua tangannya menangkup pipiku, “Hiks ... Hiks ... Hiks ... Mama yang salah. Mama telah mengabaikanmu dan terlalu sibuk dengan kesenangan mama. Mama yang seharusnya minta maaf padamu. Hiks ... Hiks ... Hiks ...” Ibu terus menangis.

“Kita masuk dulu. Nangisnya mama teruskan di dalam.” Kataku bernada bercanda.

Ibu pun tersenyum sambil menangis. Kami semua masuk ke dalam rumah karena bukan saja aku, ibu dan Dokter Yanti yang berada di laur rumah, Aji dan Tante Mawar pun berada di luar. Kami berlima akhirnya duduk di ruang tengah. Ibu tak pernah melepaskanku, ia terus bergelayutan di lenganku seakan tidak ingin ditinggal lagi.

“Ya ... Syukurlah ... Akhirnya kamu pulang lagi ke rumah. Memaafkan bukan karena ibumu pantas mendapatkan pengampunanmu, tetapi karena kamu pantas mendapatkan kedamaian.” Ujar Dokter Yanti penuh makna.

“Benar, dok ...” Kata-kataku langsung dipotongnya.

“Aku gak suka kamu memanggil aku seperti itu!” Dokter Yanti langsung cemberut.

“Iya cantik ...” Kataku dan semua orang tertawa. “Benar ... Selama aku kabur tidak ada kedamaian di hatiku, yang ada rasa resah dan gelisah. Saat ini, aku benar-benar merasa damai. Terima kasih cantik.” Kataku sambil menganggukan kepala kepada Dokter Yanti.

“Lagian kamu juga, sih ... Terlalu emosian!” Ucap Tante Mawar.

“Ya, aku salah. Maafkan aku ya ma ...” Responku cepat lalu mencium kening ibu.

“Mama yang harus minta maaf, karena mama sudah lupa diri.” Sahut ibu seraya mempererat pelukannya ke lenganku.

“Sekarang lebih baik kita lupakan semuanya. Biarlah yang lalu berlalu, karena yang lebih indah sudah menunggumu. Hi ... Hi ... Hi ...” Ucap Dokter Yanti yang diakhiri dengan cekikikannya.

“Setuju ... Sekarang apa acara kita?” Tanya Tante Mawar.

“Oh ya ... Acaranya perlu tempat yang luas. Kita benahi ruang ini dulu. Kita benahi sofa ini supaya ke pinggir semua, dan kita pasang karpet di tengah ruangan.” Kataku.

Meskipun semua orang pada bingung dengan rencanaku, namun mereka mengikuti juga instruksiku. Sementara orang-orang membenahi ruangan, aku bergegas ke teras belakang. Sesampainya di sana, aku mengambil smartphone dari saku celana. Jariku mencari nomor kontak. Lalu memencet pilihan dial. Nada sambung pun terdengar hingga lawan bicaraku mengangkat panggilan.

Hallo, Lex ...” Sapa temanku yang bernama Jefri begitu ramah.

“Jeff ... Nyokap gue ulang tahun. Lu dateng ke sini ya ... Beliin kue ulang tahun buat nyokap. Ntar gue ganti duitnya.” Kataku.

Oh, siap boss ... Gue meluncur sekarang ...” Jawabnya bersemangat.

“Tolong ... Samper si Doni sekalian.” Kataku lagi.

Dia lagi sama gue ... Kita berdua ke tempat lu.” Katanya.

“Bagus ... Gue tunggu secepatnya.” Aku senang mereka berdua siap.

Berangkat boss ...” Ucap Jefri lalu sambungan telepon terputus.

Aku kembali ke dalam rumah lalu membantu orang-orang yang membereskan ruangan. Karpet tergelar menutupi sebagian lantai ruangan di bagian tengah. Kami pun duduk di sana sambil ngobrol dan ngemil makanan ringan. Sekitar 15 menit berselang, tiba-tiba saja terdengar bel rumah berbunyi dan aku pun bergegas membuka pintu dan menemukan Jefri dan Doni berdiri di ambang pintu. Jefri membawa kue ulang tahun yang sangat cantik.

“Jeff ... Don ... Lu tau kalau nyokap lu ulang tahun. Nah, gue harus ngasih hadiah istimewa sama nyokap lu. Hadianya adalah lu berdua. Lu pada tau kan apa yang harus kalian lakukan?” Kataku yang sontak kedua temanku terperanjat.

“Eh! Lu yakin?!” Ucap Jefri dengan mata membulat.

“Tenang aja ... Gue bayar lu ...” Kataku.

“Bukan soal itu, Lex ... Gue gak percaya kalau lu ngasihin nyokap lu sama kita ...” Doni menimpali.

“Lu mau kagak?” Tanyaku.

“Oke ... Gue terima tawaran lu.” Jawab Jefri.

“Gue juga ...” Sambung Doni.

“Bagus ... Ayo masuk!” Ajakku kepada kedua temanku.

Aku dan kedua temanku pun masuk ke dalam rumah dan langsung ke ruang tengah. Semua yang hadir langsung tertegun, terutama ibu, dengan kedatangan Jefri dan Doni. Jefri pun meletakan kue ulang tahun di tengah-tengah riuangan lalu aku perkenalkan kedua orang temanku ini kepada masing-masing orang kecuali Aji yang sudah mengenal mereka. Tentu saja mata para wanita tak akan pernah lepas pada wajah kedua temanku itu karena Jefri dan Doni memiliki paras yang sangat tampan dan rupawan. Ketampanan Jefri dan Doni sangat mampu meluruhkan segala keteguhan hati para wanita. Kedua temanku ini mampu menggaet perempuan di sekitarnya. Paras mereka yang ‘tidak biasa’ itu membawa pancaran tersendiri bagi mata yang memandangnya.

Aku lantas duduk di depan ibu berhadap-hadapan yang kini ibu sudah diapit oleh Jefri dan Doni. Aku meraih tangan ibu dan mencium punggung tangannya.

“Selamat ulang tahun yang ke-47. Semoga ibu dipanjangkan umur, dimudahkan rezekinya dan selalu dalam keadaan sehat wal’afiat.” Kataku pada ibu.

“Oh ... Terima kasih, sayang ...” Katanya kemudian merangkul dan mencium keningku.

Setelah itu, semua orang mengucapkan selamat ulang tahun kepada ibu satu persatu. Suasana menjadi riuh dan hangat. Acara ulang tahun yang sangat sederhana ini berjalan khidmat namun ceria. Acara ulang tahun ibuku ini cukup meriah, semua orang bergembira, menyanyikan lagu ulang tahun untuk ibu. Setelah selesai menyanyi ibu pun meniup lilin lalu memotong kue untuk semua orang yang hadir. Di sini kami mulai bercanda dan tertawa. Suasana seperti ini yang hanya bisa aku dapatkan bersama mereka dan kedua temanku.

“Lex ... Temanmu ganteng-ganteng banget ya ...” Bisik Dokter Yanti memuji ketampanan Jefri dan Doni yang sedang ngobrol dengan ibu.

“Itulah kejutan yang aku berikan pada ibu. Biarkan ibu menghabiskan waktunya dengan mereka. Kamu malam ini menjadi pasanganku.” Kataku sambil melirik ke arah Aji yang sedang bercengkrama dengan ibunya.

“Hi hi hi ... Kamu ini bisa saja. Seharusnya aku yang bersama mereka. Ibumu dengan kamu.” Dokter Yanti terkekeh renyah.

“Lain hari kamu akan merasakan kejantanan mereka. Sekarang bagian ibu dulu. Ibu kelihatannya sangat bernafsu pada mereka.” Bisikku sembari mengalihkan lagi pandangan ke arah ibu yang mulai tubuhnya digerayangi oleh Jefri dan Doni.

“Lex ...” Bisik Dokter Yanti dekat telingaku.

“Apa?” Tanyaku pelan.

“Aku sudah kepingin.” Bisiknya lagi.

Aku pun tersenyum dan tanpa aba-aba lagi aku bawa tubuh Dokter Yanti ke pangkuanku dengan posisi saling berhadapan. Kami langsung berciuman panas tanpa memperdulikan orang lain lagi. Aku dan Dokter Yanti saling melumat dan bercumbu mulut dengan liarnya, cukup lama kami saling mencumbu berusaha membangkitkan gairah kami masing-masing. Tanganku pun mulai meremas payudaranya hingga ia mendesah keenakan.

“Aaaahh ...” Dokter Yanti mendesah setelah melepaskan ciuman, kepalanya mendongak ke atas akibat remasan tanganku di payudaranya.

Aku melirik ke arah ibu yang ternyata sudah bugil dan dikerubuti oleh Jefri dan Doni. Bahkan wajah Doni baru saja tenggelam di selangkangan ibu. Terdengar ibu mengerang keras ketika Doni mulai mempermainkan organ intimnya. Sementara itu Jefri sedang asik menete di gunung kembar milik ibu. Jefri dan Doni pun sudah telanjang bulat. Kulihat kejantanannya yang besar dan panjang. Pantas mereka mempunyai perkakas yang gagah karena keduanya memiliki gen orang-orang Eropa, tepatnya Belanda. Kulihat juga ibu sangat menikmati permainan kedua temanku. Ibu sangat bersemangat melayani Jefri dan Doni binal sekali.

Kemudian aku melirik ke arah Aji dan ibunya, mereka bahkan sudah dalam posisi 69. Aku tersenyum melihat mereka karena itu adalah adegan seks pertama bagi mereka. Tante Mawar berada di atas dan sedang mengulum penis Aji yang sesekali ia kocok dalam genggamannya, sementara Aji sedang asyik menjilati dan mengobok-obok memek ibunya. Wajah Tante Mawar memerah menahan gejolak nafsunya yang sudah tak tertahan lagi, sesekali keluar desahan sensual dari bibir mungilnya. Ia mengocok batang kemaluan Aji hingga terlihat kepala penis itu terkadang menyembul di antara kulit kelaminnya. Batang kemaluan Aji nampak berwarna merah ketika darah beserta nafsunya terpompa akibat kocokan tangan ibunya. Sementara Aji menghujani klitoris ibunya dengan jilatan dan gesekan jemari tangannya, bibir memeknya juga ia jelajahi dengan jilatan lidah yang mengelilingi liang kenikmatannya itu. Mungkin kira-kira seperti itu lah karena aku melihatnya dari dekat.

Aku dan Dokter Yanti yang melihat pasangan lain telah bugil semua, kami pun melepaskan pakaian kami hingga tak bersisa. Dokter Yanti langsung duduk di pangkuanku. Dokter Yanti agak bangkit dari mengangkangnya di atas selangkanganku. Penisku dalam genggamannya lalu diurut pelan, kemudian diarahkan ke lubangnya. Penisku mulai masuk ke lubangnya sedikit demi sedikit seiring dokter cantik itu menurunkan tubuhnya. Desahan mulai terdengar dari mulutnya. Dokter Yanti berhenti begitu penisku tenggelam seluruhnya ke dalam memeknya. Dia tersenyum manis ke arahku. Kedua tangannya diletakkan ke dadaku, memainkan kedua puting kecilku. Aku hanya bisa menggelinjang. Kemudian dia mulai menaik-turunkan tubuhnya. Semakin lama gerakannya semakin cepat. Aku tidak bisa tidak untuk mendesah.

“Ooohh ...” Dokter Yanti mulai liar menggerakan pantatnya agar memeknya mengurut penisku yang keluar masuk di lubang peranakannya.

Desahan Dokter Yanti semakin menjadi saat payudara kirinya mulai kuremas. Dokter Yanti semakin bergerak liar seakan ingin memutuskan kejantananku sebelum akhirnya mendongak akibat kenikmatan yang menjalar karena stimulasi kenikmatan di dua titik sensitifnya. Bibirku turun, kali ini menuju puting payudara kanannya yang sudah sangat mencuat. Langsung kumainkan puting berwarna cokat tersebut dengan mulutku. Kugigiti pelan puting yang sudah mengeras tersebut. Lidahku menjilat areolanya berputar, sebelum akhirnya kuhisap kuat puting yang menggemaskan tersebut.

"Awwuuh ..." Erang Dokter Yanti cukup kencang sembari meremas rambutku. Punggungnya terasa menegang, menekan ke arah wajahku, pinggulnya semakin kencang berpacu. Deru nafas Dokter Yanti semakin terdengar memburu. Dia benar-benar terbakar nafsu birahinya sendiri.

Dokter Yanti kembali melenguh saat bibir kami berpagut. Tangannya menarik tengkukku dan menekan kuat ke arahnya. Kulumat bibir Dokter Yanti yang menggairahkan tersebut, atas dan bawah secara bergantian. Beberapa kali lidahku menyeruak ke dalam mulutnya, dan disambut dengan hisapan mulut Anin. Sementara itu gerakan wanita cantik itu di atas tubuhku semakin tak beraturan. Aku yakin memek wanita ini sangat gatal karena klitorisnya terus-terusan bersentuhan dengan batangku yang besar dan panjang.

"Hhmmpp ... Aaahhmmpp ...."

Lenguh terus bersahutan di sela cumbuan kami. Jarak antara tubuh kami pun semakin menghilang. Tubuhnya yang terus bergerak di atasku membuat payudaranya bergesekan kuat di dadaku. Gemas, kulepas cumbuan dan beralih turun menuju payudaranya. Kupegang dan langsung kuremas berputar payudaranya kirinya.

“Aaaahh ... Aaaahh ... Punyamu enaakk sekalliii ...” Desah Dokter Yanti sambil terus bergoyang.

Aku tersenyum di sela aktivitas meneteku. Aku selalu takjub melihat penisku tertelan memek, seperti sedang melihat film porno dan aku menjadi aktor utamanya. Aktor yang mampu membawa lawan mainku sampai puncak tertinggi kenikmatan. Dokter Yanti bergerak lincah memompa penisku yang asik menyusu di payudaranya. Kami berpacu dalam kenikmatan yang tidak mau kami akhiri. Ingin agar kenikmatan itu kami rasakan dalam waktu yang lama, sangat lama.

Aku terus menciumi belahan dadanya, lalu menjilati putingnya. Aku mendongak menatap Dokter Yanti yang mendesah ketika aku lakukan demikian. Dokter Yanti memutar-mutar pinggulnya, tak henti-hentinya mendesah membakar gairah dan semangatku.

“Alex ... Aaahh ...” Namaku terdengar begitu seksi ketika disebutkan oleh wanita cantik di atasku itu. Aku tak pernah tahu namaku bisa sesensual itu ketika disebutkan oleh seseorang. Lantas aku mencium bibir Dokter Yanti dengan penuh perasaan, selama pompaan tubuhnya di atasku semakin keras dan cepat. Menumbuk dengan cepat, membuat suara seks terdengar nyaring di ruang tengah itu.

"Sai! Ah! Ah! Ah! Uhhhh ..."

"Oh cantik..." Bisikku mengerang pelan. Penisku mulai merasakan kedutan-kedutan ketika jepitan di dalam sana semakin keras. Dokter Yanti semakin kehilangan kendali dirinya.

"Alex ... Ssssshhhh ... I'm cumming ..."

Tepat saat Dokter Yanti mengucapkan itu, ia langsung tersentak-sentak mempererat pelukannya. Eskpresi paling seksi terlihat di wajahnya. Mata Dokter Yanti membelalak ke atas ketika orgasme itu melandanya dengan hebat dan aku merasakan sesuatu cairan hangat menerpa kejantananku di dalam sana.

“Aaaaaccchhh ..........!” Dokter Yanti mendesah panjang setelah mendapatkan orgasmenya yang sangat hebat membuat seluruh tubuhnya bergetar.

Gerakan Dokter Yanti pun terhenti total. Tubuhnya lemas bagaikan kapas. Aku memeluknya agar dia tidak terkulai ke karpet. Sementara itu Aji dan ibunya sudah selesai dengan permainan mereka. Aji menatapku sambil tersenyum puas dan Tante Mawar sedang asik menyaksikan ibu yang masih berjuang meladeni serangan-serangan dari Jefri dan Doni. Kulihat ibu sekarang berposisi menungging. Doni menghantamkan kejantanannya ke memek ibu sedangkan Jefri sedang menikmati blow job dari ibu.

“Mereka begitu seksi ...” Bisikku di telinga Dokter Yanti.

“Siapa?” Tanya Dokter Yanti yang masih terkulai di dekapanku.

“Mama ...” Jawabku. Dokter Yanti pun menoleh lemas ke arah ibu.

“Wow!” Respon Dokter Yanti takjub.

“Sekarang turunlah ... Aku akan ngewe sama tanteku ...” Pintaku pada Dokter Yanti.

Dokter Yanti pun melepaskan pertautan kedua alat kelamin kami, lalu dia duduk selonjoran di atas karpet. Aku bergeser mendekati Tante Mawar. Aji tahu kalau aku ingin bercinta dengan ibunya. Aji pun bergeser mendekati Dokter Yanti. Tante Mawar menyambutku dengan senyuman manisnya. Aku menarik lengannya dan mendudukkannya di pangkuanku, aku peluk tubuhnya dan kami berciuman dalam dan intens, suara berdecap keluar dari bibir kami, tak jarang Tante Mawar melenguh dan mendesah. Aku mengakhiri ciuman kami dan aku langsung merebahkan tubuh Tante Mawar terlentang di atas karpet.

Tante Mawar tersenyum ketika aku duduk diantara kedua pahanya yang mengangkang. Sungguh hebat! Hanya dalam beberapa menit saja, Tante Mawar sudah sedemikian terangsangnya sehingga memeknya sudah siap untuk dimasuki oleh penisku. Kemudian kaki Tante Mawar aku angkat dan aku sandarkan di bahuku, sebelum aku dorong hingga lututnya menyentuh dadanya. Kali ini aku akan mempraktekan tusukan bawah atas yang akan aku kombinasikan dengan teknik tusukan dangkal dalam.

Aku sudah memposisikan kepala rudalku tepat di depan pintu masuk kewanitaan Tante Mawar. Tanpa ada halangan berarti penisku berhasil menembus liang yang terasa hangat tersebut. Mungkin saat orgasme tadi bersama Aji, memek Tante Mawar memproduksi cairan yang cukup banyak sehingga melancarkan penetrasiku. Mata Tante Mawar mengerjap saat penisku yang setengah dari panjangnya menghentak-hentak liang kenikmatannya. Aku menusuk memek Tante Mawar dari arah atas sehingga klitorisnya seakan ikut masuk ke dalam lorong cintanya. Tante Mawar yang terlihat menikmati genjotanku hanya mendesah dan melenguh sembari memejamkan matanya. Tubuhnya tersentak-sentak seirama dengan genjotan penisku yang terus menghujam memeknya dengan dua teknik bercinta sekaligus.

“Aaahh ... Aaahh ... Aaahh ... Aaahh ...” Erang Tante Mawar yang mulai kuat.

“Wow!” Terdengar suara Aji. Aku pun menoleh ke arah sepupuku itu. Aji terlihat membulatkan mata melihat aksiku pada ibunya.

“Aaahh ... Aaahh ... Terruss sshaayyaaanggh ... Aaahh ... Aaahh ...” Tante Mawar melanjutkan desahannya.

Aku pun memalingkan lagi pandangan ke arah wajah Tante Mawar. Wajahnya sangat sensual saat menikmati permainanku. Aku merasakan cairan Tante Mawar membasahi kejantananku yang tak lelah mengorek-ngorek isi memeknya. Tusukan atas bawah dan teknik dangkal dalam ternyata berhasil menyentuh dua titik manis milik Tante Mawar. Karuan saja, Tante Mawar terlihat kepayahan menerima serangan nikmat dariku. Punggunga melenting dan terdengar lengkingan suaranya yang menandakan betapa nikmatnya rasa yang tengah ia dapatkan saat ini.

"Alex ... Aaahh ... A-aku bisaaah ... Kelluuaaaaaaaarrrr ...!!! " Kepala Tante Mawar menengadah dengan mata membulat dan mulut menganga saat menerima gelombang orgasmenya.

Tidak lebih sepuluh menit Tante Mawar sudah kalah olehku. Aku hentikan genjotanku untuk memberikan waktu untuk Tante Mawar meresapi orgasmenya. Tante mawar akhirnya melepaskan cengkraman tangannya di lenganku sampai gelombang orgasmenya berhenti. Tante Mawar melemas, ia tergeletak di atas karpet dengan tangan terentang.

“Apakah tante mau lagi?” Tanyaku setengah bercanda.

“Tidak ... Aku lemas ...” Jawabnya lemah.

Aku menengok ibuku yang terlihat sedang duduk menyaksikanku. Ibu tersenyum padaku dan dengan genit menggerakan telunjuknya sebagai kode agar aku mendekati dirinya. Aku keluarkan kejantananku dari dalam tubuh Tante Mawar, lalu merangkak mendekati ibu. Ibu pun langsung terlentang sambil membuka pahanya lebar-lebar.

“Aku sudah lama merindukan memekmu.” Kataku setelah memposisikan diri di antara kedua paha ibu.

“Lakukan segera ... Jangan banyak bicara.” Ucap ibu sambil membuka bibir memeknya dengan dua jari tangannya.

Seperti yang aku lakukan sebelumnya kepada Tante Mawar, aku meletakkan kaki ibu di bahuku. Aku dorong hingga lututnya menyentuh dadanya. Sekarang aku akan menyetubuhi ibu dengan teknik yang sama yaitu tusukan bawah atas yang akan aku kombinasikan dengan teknik tusukan dangkal dalam. Tak lama, penis jumboku sudah membelah bibir memek ibu yang aku benamkan hanya setengah bagian dengan posisi dari atas terjun ke bawah. Aku angkat lagi hingga kepalanya dan kubenamkan kembali setengah bagian. Kini aku memakai ritme 6:1.

“Ooohhh ... Eeennnaak ... Aaaaachhh!” Ibu menjerit saat aku melakukan tusukan dalam. Matanya membeliak dan mulut menganga. Aku hanya tersenyum sambil terus mengayun tongkat saktiku.

“Ah! Gila lu ...” Terdengar Jefri berkomentar.

Aku menoleh ke arah temanku itu lalu bertanya, “Apanya yang gila?”

“Lu gila banget ngentotnya ... Kuat banget ...” Akhirnya Jefri memujiku.

“He he he ... Daripada lu pada bengong ... Lebih baik urus tante gue ...” Kataku.

Jefri dan Doni pun tertawa kecil. Mereka kemudian bergerak mendekati Tante Mawar. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan pada Tante Mawar karena posisiku membelakangi mereka. Namun aku bisa melihat Aji yang berada di sampingku yang sedang asik menggenjot Dokter Yanti. Setelah itu, perhatianku tertuju pada ibu yang mulai mendesis-desis menerima kenikmatan hasil genjotanku.

“Gimana ma? Enakkan?” Tanya candaku dengan terus bergerak menyetubuhinya.

“Ooohh sayang ... Eeennakk ssaayyangghh ... Terruuss ... Aaaahh lebbiihh kencaannggh!” Racau ibu.

Racauan ibu membuatku semakin bersemangat. Hingga saat penisku maju, bibir kemaluan ibu pun ikut masuk ke dalam. Belum lagi klitorisnya yang terus-terusan bersentuhan dengan kejantananku membuat ibu blingsatan. Bibir merah dan seksi milik ibu terus merancau nakal, bahkan pinggulnya ikut menari menyambut setiap hentakan yang bisa membuat dirinya kecanduan. Payudara yang ikut naik-turun itu terlihat menggoda di mataku. Aku pun meraup puting coklat itu dengan mulutku, menyesap seperti anak bayi yang menyusu.

Beberapa menit pun belalu. Ibu menjerit dan aku merasa ada yang keluar dari memek ibu, bagaikan membuang air kecil. Ibu menyemprotkan cairannya sehingga membasahi penisku. Cairan cinta itu aku manfaatkan sebagai pelumas alami. Aku semakin mempercepat genjotanku, tidak memperdulikan jeritan-jeritan ibu yang semakin sering terdengar. Gerakan menggenjotku semakin menggila, aku lantas melepas teknik Tao karena aku tahu ibu sudah orgasme. Posisi ibu yang terlentang aku ubah secara reflek. Aku mengangkat ibu untuk mendudukiku.

"Di atas ya ..." Kataku dan ibu mengangguk mengerti.

Pinggul ibu kini timbul tenggelam menelan kejantananku yang mengacung seperti pasak bumi. Bokong berisi ibu aku remas gemas. Gerakan yang liar dan berputar, aku tak lagi menjadi kuda jinak untuk penunggangnya. Cepat-cepat aku kembali mendorong ibu terlentang, sudah waktunya untuk menumpahkan air maniku ke dalam memeknya.

"Memek ibu begitu ketat dan menjepit." Kataku sambil terus melakukan gerakan menyundul, menubruk titik-titik kenikmatan yang selalu aku ingat dimana letaknya. Kaki ibu semakin direnggangkan, pinggulnya ditarik sedikit ke atas sampai aku bisa melihat lubang merah gelap yang kini mengulum bulat-bulat kejantananku.

"Sayang aaahh ... Mama hampir sampai laghiii ..." Bisik ibu.

"Aku juga maaa ..." Balasku yang sama sekali tak memelankan laju sodokan. Aku sudah diujung batas, aku menggeram di ceruk leher ibu. Sebuah ledakan terjadi di bawah sana, baik aku maupun ibu sama-sama meraup puncak kenikmatan.

“Aaaaahh ...” Ibu mendesah ketika rasa hangat mengalir masuk ke dalam dirinya. Begitu banyak sampai ada yang menetes lewat sela persatuan kami.

“Oh, kamu jantan sekali sayang.” Ucap ibu sambil mengusap-usap keningku yang berkeringat.

“Jadi sekarang mau milih aku atau Aji?” Candaku.

“Mama milih kamu. Mama gak mau kamu pergi lagi!” Tiba-tiba ibu memelukku.

“Aku juga gak akan meninggalkan mama lagi.” Aku balas pelukannya.

“Maafkan mama ya sayang ... Mama tidak akan membuatmu kecewa dan marah lagi ...” Bisik ibu.

“Aku juga minta maaf ma ...” Kataku.

Mama mengurai pelukannya. Mata kami saling beradu dengan jarak yang begitu dekat. Tanpa aku duga sebelumnya ibu kemudian mencium bibirku. Kami pun terlibat ciuman panas. Kutelusupkan lidahku dan mengajak lidahnya untuk berdansa. Kurapatkan tubuhku dengannya dan saling mendominasi. Ciuman panas ini mengundang birahi kami lagi, dan kami pun melanjutkan penyatuan tubuh kami.

Malam itu menjadi malam spesial aku dan ibu. Sementara yang lain berganti-ganti pasangan, aku dan ibu enggan melepaskan satu sama lain. Aku terus menyetubuhi ibu hingga titik darah penghabisan. Aku dan ibu melakukannya terus tanpa bosan sampai yang lain tertidur pun kami masih meneruskan permainan. Pada ronde terakhir, aku dan ibu memutuskan bermain di kamar hingga kami benar-benar kelelahan dan akhirnya tertidur pulas.


EPILOG

Aku dan ibu bahagia, begitu pun Aji dan ibunya. Kami berempat menjalani kehidupan rahasia kami dengan sangat hati-hati. Hidup itu beragam tujuannya. Pun beragam pengertiannya. Ada yang mengatakan bahwa hidup untuk mati. Ada juga yang mengatakan hidup itu adalah kesempatan besar mengembangkan diri. Itu semua adalah ruang pemahaman dan penakaran manusia atas hidupnya.

Tetapi bagi kami berempat, hidup itu adalah kesenangan. Bahagia saat kita merasakan kesenangan adalah hal yang sangat luar biasa, karena saat kita merasa senang maka pikiran kita menjadi lebih lega dan kita dapat melakukan apa saja dengan gembira. Seks adalah kebahagiaan dan kesenangan bersama dan harus dinikmati satu sama lain. Kami berempat menyukai seks. Bagi kami, seks adalah kehidupan. Tanpa seks, tidak ada hidup. Tanpa seks, tidak ada keinginan-keinginan untuk bertahan, untuk mencintai, untuk menciptakan. Seks adalah sebuah gairah yang tertinggi pada diri setiap manusia. Gairah yang membuat seseorang menjadi ada.
T A M A T
 
Close to perfection.... congrats tamatnya
Bro @Aswasada
•⌣»̶·̵̭̌✽̤̈🐡 Terima Kasih 🐡✽̤̈·̵̭̌«̶⌣•
Terima kasih juga sahabat @Byey ... Terima kasih atas dukungannya selama ini. Saya akan membuat tread anyar hu. Seperti biasa minta dukungannya. Longokin lapak saya yang baru setiap hari ya sobat ...
:ampun:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd