Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dina - Maafkan Aku Jika Mulai Menikmatinya

Apakah cerita ini bisa membuat pembacanya terangsang ??

  • Ya

    Votes: 299 96,1%
  • Tidak

    Votes: 12 3,9%

  • Total voters
    311
Bimabet
EPISODE 6 : KEDATANGAN PAK YANTO

Selesai mandi aku merasakan kesegaran pada tubuh ku, terlebih lagi aku sudah mendapatkan kepuasan yang tadi malam aku inginkan. Walaupun rasa puas yang aku terima bukan dari suami ku, tetapi dengan aku bermasturbasi dengan membayangkan orang lain yaitu pak Yanto. Setelah aku menuntaskan kewajiban ku, kemudian aku memutuskan untuk membuka warung ku. Sebenarnya aku sangat malas untuk membuka warung siang ini, tapi karena aku merasa bosan dan tidak ada lagi yang bisa aku kerjakan akhirnya aku mutuskan untuk membuka warung ku saja.

Aku duduk dimeja kasir sambil menunggu pelanggan yang datang sambil melihat – lihat media sosial dan e – commerce. Rasa bosan menunggu pelanggan membuat ku sedikit termenung, semenjak perkataan pak Yanto yang selalu terngiang dipikiran ku membuat ku beberapa waktu belakang sering memikirkan tentang selangkangan dan kepuasan yang membuat ku selalu bertanya – tanya tentang arti sebuah kepuasan yang dikatakan oleh pak Yanto.

Tak terasa hari semakin sore, aku masih melamun sambil memainkan Hp ku. Beberapa kali aku kembali membuka video yang dikirimkan oleh pak Yanto, seperti tidak ada rasa bosan saat aku melihat betapa besarnya penis pak Yanto yang berwarna gelap dengan urat yang melingkari batangnya, aku sempat berfikir pantasan saja istri pak Yanto merasa puas sampai tidak bisa jalan, karena pak Yanto memiliki penis yang besar. Tentunya memikirkan hal tersebut menimbulkan rasa takut sekaligus penasaran dengan rasanya, apakah memang senikmat yang dikatakan oleh pak Yanto.

Setiap membayangkan hal tersebut, membuat hasrat ku juga ikut kembali bangkit. Terkadang aku merasa sangat benci dengan terhadap diriku sendiri karena begitu mudah terbuai dengan rayuan laki – laki yang selama ini belum pernah aku rasakan. Rayuan yang aku dapatkan dari laki – laki yang sangat jauh dari suami ku, dari sisi usia pun terlampau sangat jauh dengan ku. Tak terasa sore pun menjelang, dimana terdengar suara – suara dari masjid yang menandakan waktu ashar semakin dekat. Aku pun berniat untuk menutup warung ku dan bersiap – siap melaksanakan kewajiban ku. Namun sebelum aku berdiri untuk menutup warung ku, tiba – tiba masuk sebuah pesan yang aku lihat dari pak Yanto.

Yanto : Nuk.. Bapak ke warung ya.. (isi pesan dari pak Yanto)

Dina : Iya pak… (Balas ku kemudian)

Seperti biasa, disaat waktu ibadah aku selalu menutup warung ku agar bisa fokus beribadah. Namun kali ini aku menutup warung bukan karena alasan ibadah namun karena aku bersiap menyambut kedatangan pak Yanto. Hingga beberapa menit kemudian, seseorang datang dan masuk kedalam warung ku, seperti yang aku duga seseorang yang datang adalah salah satu pelanggan setia warung ku yaitu “PAK YANTO” dengan wajah tua nya menatap ku dengan tajam seperti akan menyerang ku. “Pak Tutup Roling Dornya dulu” perintah ku ke pak Yanto saat menunjuk pintu warung ku yang langsung dilakukan oleh pak Yanto.

Setelah semua pintu tertutup, pak Yanto langsung berjalan ke arah ku sambil menarik tangan ku menuju ruang tengah rumah ku yang berhubungan langsung dengan pintu warung ku. Sejenak aku dan pak Yanto pun mematung sambil berhadapan, sambil saling menatap seakan mengerti antara satu dengan yang lain. Tatapn pak Yanto membuat ku sedikit takut, karena saat ini kedua tangannya sudah berada dilengan ku dan tanpa basa basi pak Yanto menarik tubuh ku untuk dipeluk nya dengan erat. Pelukan erat dari pak Yanto membuat ku sedikit sudah bernafas, aku yang berusaha menolak pun tidak bisa karena saat ini perbandingan antara tenaga ku dan tenaga pak Yanto jauh berbeda.

Yanto : Nuk,, bapak suka sama kamu … Bapak mau kamu selalu berada disamping bapak.. apa kamu mau nuk.. (Bisikan pak Yanto ditelinga ku)

Dina : Tapi pak, aku sudah bersuami.. aku gak mau mengkhianati suami ku pak.. lepaskan aku pakk.. aku mohon.. (Saat ini aku berusaha untuk melepaskan diri dari dekapan pak Yanto yang begitu erat memeluk ku) pakk… aku mohon lepaskan pakk… (aku berusaha mengiba agar pak Yanto mau melepaskan dekapannya dari tubuh ku)

Yanto : Bapak pengen menikmati hari ini bersama kamu Nuk (ucap pak Yanto sambil menatap mata ku dengan tajam, sambil mengendorkan pelukannya dari tubuhku. Tangan nya yang tadi mendekap tubuh ku pun sudah mulau berpindah posisi dimana tangan kiri berada dipinggang ku, sedangkan tangannya kanannya memegang dagu ku)

Dina : Pak,, jangan begini pak.. ini semua salah (ucap ku, walapun aku berusaha menolak tapi gejolak didalam diri ku menginginkan pak Yanto untuk dapat berbuat lebih kepada ku)

Dengan cepat kini wajah pak Yanto mulai mendekat, desahan nafas rokok mulai tercium dihidungku yang membuat ku menjadi kurang nyaman dengan aromanya, hingga membuat ku berusaha memalingkan wajah ku dari tatapan pak Yanto yang begitu sangat tajam dan sangat bernafsu yang membuat ku semakin takut dengan apa yang akan selanjutnya dilakukan oleh pak Yanto kepada ku.

Dina : Pak… lepaskan aku pakk.. hikkss.. hiiikssss (aku berusaha melepaskan diri dan memohon kepada pak Yanto)

Yanto : Maafkan bapak Nuk, bapak beneran sudah gak tahan lagi (pak Yanto pun berusaha mencium bibir ku dengan nafsunya, yang membuat ku semakin gemetaran dan berusaha sekuat tenaga menutup mulut ku dari ciuman yang dilakukan oleh pak Yanto)

Dina : Bapakk… hentikan paakk.. hummppp…. Hummpppp (aku berusaha sekuat tenaga menahan untuk tidak bertiriak karena aku sangat takut) hummpppp….. eemmhhh.. eemhhhh.. (hanya desahan yang tertahan dari mulut ku saat berusaha untuk menghindar dari nafsu pak Yanto sampai memikirkan cara yang terbaik untuk menyudahi semua ini)

Kini pak Yanto pun sudah tidak memperdulikan apa yang terjadi kepada ku dan terus memaksakan bibir hitamnya yang ingin mencium bibir ku, tentunya keadaan sangatlah tidak berpihak kepada ku saat ini. Selain karena kalah tenaga, postus badan pak Yanto yang kuat pun juga tidak seimbang dengan tubuh ku.

Aku sadar bahwa semua ini pasti akan terjadi, hal ini juga akibat kesalahan ku yang berani membuka ruang kepada orang lain apalagi ruang untuk seorang laki – laki. Namun tetap saja aku belum siap dengan momen yang terjadi saat ini. Dalam keadaan ini, aku hanya bisa pasrah tanpa sedikit pun bisa melawan karena sudah kalah tenaga. Tatapan pak Yanto yang penuh makna, membuat ku paham akan banyak hal yang ingin dia sampaikan kepada ku saat ini dihadapan ku. “Paakkkk … heennnnttt mmpphhhhhhhh” kata – kata yang akan keluar dari mulut ku pun terhenti ketika kini pak Yanto kembali mendaratkan ciumannya dibibir ku yang membuat mulut ku pun terkunci. Tapi kini ciuman dari pak Yanto tidak sekasar sebelumnya, nanum kini ciuman pak Yanto lebih berani untuk melumat bibir ku dengan lebih halus dan penuh gairah.

Posisi ku saat ini yang sudah tidak dapat untuk menghindar, hanya bisa pasrah dan menutup mata ku untuk mencoba menikmati setiap getaran yang dialirkan oleh pak Yanto melalui ciuman nya dibibir ku yang mulai kelamaan terasa sangat lembut dibibir ku menimbulkan sensasi aneh yang belum pernah aku rasakan sebelumnya saat bersama suami ku, apa karena suami ku yang kaku atau karena pak Yanto yang sudah berpengalaman.

Ciuman lembut dari pak Yanto membuat dorongan nafsu didalam diri ku yang pelan – pelan mulai membalas ciuman pak Yanto dengan refleks yang tanpa sadar juga ikut membalas melumat bibir pak Yanto. Kalau boleh jujur, saat ini aku sangat menikmatinya karena saat ini secara tanpa sadar aku pun sudah berani mebalas ciuman pak Yanto yang mengisyaratkan kalau aku juga merasakn hal yang sama dengan apa yang sedang dirasakan oleh pak Yanto saat ini.

Yanto : Nuk, maafkan bapak.. bapak terlalu nekat dan bernafsu (ucap pak Yanto kepada ku yang menghentikan ciumannya sambil menatap ku)

Dina : Jangan minta maaf pak (ucap ku kembali, karena sudah terbawa nafsu aku pun melumat balik bibir pak Yanto)

Saat ini akal sehat ku pun sudah mulai hilang dan terkubur didalam bahasa tubuh yang menginginkan sesuatu yang sebenarnya sudah melanggar semua kode etik sebagai seorang istri dan agama ku karena gelombang nafsu yang sudah tidak bisa lagi tertahan. Kini antara aku dan pak Yanto sudah berada didalam cumbuan nafsu dari hangat dan lembutnya ciuman yang dibarengi dengan permainan lidah yang membuat ku semakin terhanyut dalam gelora nafsu namun tetap masih ada sedikit keragu – raguan yang terlintas didalam pikiran ku saat ini.

Pak Yanto pun gak kalah semangat melumat bibir ku dengan penuh gairah namun tetap berprilaku lembut, aku bisa merasakan saat ini baik aku maupun pak Yanto sedang mencoba untuk meluapkan nafsu yang sedang mendera dengan saling berciuman dengan air liur yang membasahi bibir kami yang sedang dilanda birahi setan.

Bibir ku sudah dikunci oleh pak Yanto agar tidak bisa lepas dari ciumannya karena pak Yanto tidak ingin melepaskan setiap momen ini untuk cepat selesai. Aku pun tentunya memiliki rasa yang sama dengan pak Yanto, yang juga tidak ingin momen ini selesai pun dengan cepat membalas lumatan bibir pak Yanto dengan penuh gairah seperti ingin mengatakan kalau aku ingin mendapatkan sesuatu yang lebih dari sekedar ciuman.

Yanto : Kamu begitu sangat manis Nuk (Ucap pak Yanto sambil menatap ku sambil menahan daguku dengan jarinya untuk menatapku) apa bapak boleh mendapatkan hal yang lebih dari kamu Nuk ? (tanya pak Yanto yang menghentikan ciumannya yang membuat ku berdiam diri senjenak dan menatap pak Yanto sambil tersenyum yang seolah – olah ingin mengatakan kalau saat ini yang telah kami lakukan adalah kegilaan yang sunggu diluar batas dan benar – benar gila.

Dina : Bapak jahat (hanya itu yang dapat aku ucapkan sambil menepuk pelan dada dadanya, sambil tersenyum malu dan mencoba mengalihkan pandangan ku karena tidak berani menatap tatapan pak Yanto terlalu lama.)

Yanto : Kamu juga Nuk, hehehehe (senyum pak Yanto kepada ku yang membuat ku semakin malu dengan tatapannya)

Aku berusaha untuk menghindar dengan membalikkan badan ku, namun saat membalikkan tubuh ku pak Yanto tiba – tiba memeluk tubuh ku dari belakang dengan sangat kuat seakan – akan tidak ingin aku untuk pergi jauh dari nya saat ini.

Dina : Lepasin pak (ucap ku protes sambil berusaha untuk melepaskan diri dari pelukan yang dilakukan oleh pak Yanto)

Yanto : Jangan pergi dulu Nuk (rayu pak Yanto kembali kepada ku tanpa mengurangi eratan pelukannya pada tubuh ku)

Dina : Pak sudah, lepaskan aku (ucap ku sambil menggelengkan kepala untuk menolak keinginannya)

Sekeras apapun usaha ku tetap saja aku kalah tenaga dari pak Yanto yang kini sudah berhasil membalikkan tubuh ku sehingga bisa berhadapan lagi dengannya. Tanpa melepas pelukannya, dengan cepat pak Yanto pun memajukan wajahnya mendekati wajah ku “Cuuupppssss” sebuah ciuman kini kembali mendarat di bibir ku bahkan kali ini tidak sekedar ciuman biasa namun pak Yanto langsung melumat bibir ku dengan nafsunya. Aku yang mendapatkan perlakukan dari pak Yanto hanya bisa menggeliat dan berusaha untuk memprotes tindakan yang dilakukannya serta berusaha mencoba untuk kembali melepaskan diri dari pelukan dan ciuman dari pak Yanto yang begitu intens dari yang sebelumnya dengan penuh hawa nafsu yang begitu sangat besar.

Cimuan dari pak Yanto tidak hanya melumat bibir ku yang kini sudah basah dengan liur dari yang keluar dari mulut pak Yanto, namun lidahnya juga saat ini mulai ikut masuk untuk menggelitik setiap rongga yang ada didalam mulut ku. Aku pun bisa merasakan bagaimana lembutnya lidah dari marbot masjid yang sedang bermain – mian didalam mulut ku, bahkan lidah pak Yanto berusaha untuk melilit lidah ku untuk menariknya keluar dari dalam mulut ku hingga lidah kami pun bertautan dan saling bertukar liur yang membasahi kedua bibir yang sedang bercumbu dengan nafsunya.

Untuk kesekian kalinya, aku dan pak Yanto kembali berciuman tanpa ada rasa penolakan, bahkan untuk berhenti sejenak saja rasanya sangat enggan karena pikiran ku yang saat ini sudah tidak selaras dengan gelombang nafsu yang sudah mengambil alih tubuh ku. Walaupun di lain sisi, pikiran ku tetap saja sadar kalau semua yang aku lakukan dengan pak Yanto merupakan sesuatu yang salah karena sudah melewati kenormaan yang aku yakini dalam agama ku karena perbuatan ini adalah perbuatan dosa. Hanya saja, pembenaran dalam pikiran ku tidak bisa menghentikan gelora nafsu yang membuat ku tidak memiliki jalan kembali untuk berjalan ditempat yang saharusnya. Walaupun ada rasa bersalah dalam diri ku, tetap saja nafsu sudah menguasai tubuh ku.

Aku yang tidak bisa berbuat apa – apa untuk memprotes perlakukan yang dilakukan pak Yanto kepada ku, hanya bisa menutup mata dan menikmati setiap ciuman dan cumbuan yang pak Yanto berikan kepada ku. Kepasrahan ku menjadi kesempatan bagi pak Yanto yang lebih leluasa tanpa menyia – nyiakan waktu dengan langsung memajukan wajahnya ke wajah ku semakin dekat hingga bibir kami pun kembali berciuman dengan lebut dan lebih mesra seperti pasangan kekasih yang sedang dilanda asmara dan penuh nafsu.

Cluupppsss,, Sluuurrrppsss… ckckckkkc… sluuurrpppss.. Begitu lah suara yang keluar dari peraduan bibir kami berdua yang sudah terdengar basah dan begitu menggairahkan di telinga ku. Perlahan tapi pasti, nafsu birahi mulai mengambil alih dan semakin sangat besar sudah mengusai tubuh ku. Harus aku akui, pak Yanto sangat pandai dalam memainkan ritme pada setiap kecupan – kecupannya yang membuat ku terhanyut dalam sebuah kenikmatan yang belum pernah aku rasakan saat bersama suami ku, saat mendapatkan dan merasakan rangsangan yang hebat dari pak Yanto saat ini.

Aku tidak tau kemana gelombang birahi yang akan membawa ku, yang pasti aku hanya ingin menikmati momen ini dengan senikmat mungkin.Tapi yang sangat pasti, yang aku rasakan adalah perasaan dan hati ku yang lama – lama mulai tenang meski tadinya aku sempat merasakan kegilasahan karena perbuatan yang aku lakukan dengan pak Yanto saat ini adalah perbuatan yang sangat salah.

Didalam rangsangan ciuman pak Yanto, aku mulai merasakan tangan pak Yanto yang tadi berada dipinggang ku mulai naik untuk menuju ke bagian buah dada ku yang masih terbungkus dengan pakaian yang aku gunakan. Aku yang kaget dan terkejut, dengan reflex berusaha menahan tangan pak Yanto.

Dina : Jangan pak (ucapku meminta pengertian darinya)

Mendapatkan penolakan dari ku, pak Yanto pun memahami dan mulau menjauhkan tangannya dari buah dada ku dan kedua tangan kekarnya yang kuat pun kini kembali berpindah memeluk pinggangku dengan begitu erat yang membuat tubuh ku semakin rapat dengan tubuhnya dan membuat ciumannya berhenti untuk mengatakan sesuatu kepada ku :

Yanto : Kenapa Nuk ?? apa bapak gak boleh menyentuhnya kali ini ?? (tanya pak Yanto dengan nada memelas saat berbisik di telinga ku)

Dina : Jangan pak, aku masih istri orang pak (ucap ku mencoba memasang tembok pertahanan yang tinggi untuk menghalang tindakan dari tangannya)

Yanto : (Bukannya menjauh, namun pak Yanto malah tersenyum saat mendengar jawaban dari ku dan kembali berkata kepada ku) Apa bedanya Nuk, toh bapak dan kamu saat ini sama – sama menginginkannya nya bukan ? (ucap pak Yanto, sambil kembali mencium bibir ku yang kali ini aku terima dengan mesra)

Ciuman dari pak Yanto membuat ku lagi – lagi terbawa dan terbius dari perkataannya serta perbuatannya yang semakin paham dalam memainkan emosi ku yang membuat pertahanan ku pun runtuh. Bahkan permainan tarik ulur dari pak Yanto sukses membuat ku berpikir ulang kalau semua yang telah terjadi tak perlu lagi aku sesali. Selain itu tentunya ada rasa bersalah dalam diri ku saat mendengar ucapan dari pak Yanto, dalam hati ku pun bertanya “untuk apa aku melarangnya, bukannya aku udah mengikhlaskan apa yang terjadi antara aku dan pak Yanto saat ini dan aku juga sudah berusaha untuk sepenuhnya menikmati setiap cumbuan yang diberikan oleh pak Yanto kepada ku saat ini… lalu apa yang membuat semua ini berbeda” itu lah pertanyaan yang muncul didalam hati ku.

Namun entahlah, rasanya aku masih sedikit ragu untuk memberikan raga dan hatiku sepenuhnya. Karena masih terlintas dalam pikiran ku kalau yang aku lakukan ini adalah hal yang salah, karena aku adalah seorang wanita yang sudah terikat janji suci dengan lelaki lain. Namun lama – lama perasaan ku pun sadar, kalau momen ini adalah momen yang sangat aku inginkan walaupun akhirnya aku akan merelasakan separuh hati ini untuk orang lain dan separuhnya lagi tetaplah menjadi milik suami ku.

Aku pun kini meraih tangan pak Yanto yang berada dipinggang ku, tangan kekar dan kuat milik pak Yanto pun kini ku arahkan di buah dada ku, seolah – olah mengisyaratkan padanya kalau aku telah memberikan izin kepadanya untuk menyentuh buah dada ku saat ini. Apa yang aku lakukan membuat pak Yanto tersenyum dan menghentikan sejenak ciumannya, sesaat kemudian pak Yanto kembali melumat bibir ku ditambah dengan remasan tanggannya yang kini sudah berada di kedua buah dada ku. Dengan pelan pak Yanto menggenggam lembut daging kenyal yang belum pernah disentuh oleh orang lain selain suami ku, betapa beruntungnya pak Yanto berhasil menjadi orang kedua yang menjamah buah dada ku. Kini bukan hanya menggenggam, pak Yanto juga meremas dengan lembut kedua buah dada ku secara bergantian yang membuat ciumannya terlepas dari mulut ku.

“Paakkkkkk …. Aahhhhhh” suara desahan yang kaluar dari mulut ku yang tidak diperdulikan oleh pak Yanto yang kini sedang sibuk meremas payudara ku sambil lidahnya menjilati leher ku. Pak Yanto terus melancarkan aksi mesumnya pada tubuh ku dengan terus bergerak nakal memancing birahi, dimana kini tangan kirinya yang tadi berada di payudara ku pun sudah berpindah untuk meremasi pantat ku yang tentunya menambah sensasi yang luar biasa dalam birahi ku “Oughhhh tuhan nikmat sekali” suara batin ku saat menerima setiap tindakan dari pak Yanto pada tubuh ku saat ini.

Jujur aku yang sudah terbawa suasana pun hanya bisa menikmati dan mulai menyodorkan tubuh ku untuk digerayangi oleh tangan pak Yanto. Dibawah sana, pada pangkal paha ku juga sudah mulai terasa panas dan basah, seperti ada sesuatu yang sedang mengalir keluar membasahi paha dalam ku. Rasanya geli yang seolah – olah membuat tingkat sensitifnya semakin meningkat berkali – kali lipat.

“Aaacccchhhhhhhhhh” desahan yang keluar dari mulut ku dan membuat pak Yanto menghentikan aksinya sementara waktu.

Yanto : Kamu sudah basah ya Nuk ?? (ucap pak Yanto dengan senyumannya, yang tanpa meminta izin kepada ku pun langsung menyentuk gundukan selangkangan ku yang masih terbalut dengan celana dalam dibalik rok kembang yang aku gunakan saat ini)

Sentuhan tangan pak Yanto membuat ku kaget, namun yang anehnya badan ku malah tidak mau beranjak dari tangan pak Yanto yang mulai semakin nekat mengelus kemaluan ku dari luar celana dalam ku. “Aaaahhhhh gatell pakk aaahhhh” ucap ku tanpa sadar saat menggesekkan balik bagian selangkangan ku di tangan pak Yanto. Tak sampai disitu saja, kini aku mulai merasakan nafas pak Yanto yang sudah sangat berat. Saat ini aku sudah terhanyut dalam nafsu, yang membuat ku tanpa sadar kalau tangan pak Yanto kini sudah berada didalam celana dalam ku dan berhasil menyentuk kemaluan ku sambil berkata :

Yanto : Memek kamu sudah basah yaa Nuk, sudah banjir.. (komentar pak Yanto saat telah berhasil menyentuk vagina ku)

Secara reflex aku pun mengatupkan kedua paha ku, sehingga membuat tangan pak Yanto terjpit kuat di paha ku. Tangan kasar yang terjepit di selangkangan ku pun malah langsung bergerak untuk mengorek – ngorek kemaluan ku yang sudah basah hingga rasa nikmat pun kembali datang menerpa ku. Namun, belum sempat aku menikmati rangsangan yang diberikan pak Yanto kepada ku, kami pun dikejutkan dengan bunyi Hp ku yang tertulis panggilan dari suami ku. Bunyi panggilan HP ku pun berhasil menyadarkan ku dari gejolak nafsu dan langsung mendorong tubuh pak Yanto menjauh untuk melepaskan dekapan nya sehingga aku bisa terbebas dan langsung meraih ponsel ku “Waalaikum salam pahhhh…..” jawab ku.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd