Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Dibalik Teduhnya Senyum Ibuku

Wah makin seru aja nih. Keknya abis ini mundur ke cerita awal ibunya jadi begini(?) Jadi makin penasaran aja awalnya kek gimana

Lanjut hu
 
6 | NELAYAN DAN PUTERI IKAN

"Arga sini, bapak mau cerita sama kamu" ucap Bayu ayah kandung dari Arga sekaligus suami pertama dari Yunie.
Arga kecil yang saat itu masih berseragam putih merah berlari mendekati bapak nya. Tangan nya kotor karena habis membantu ibunya Yunie yang menanam tanaman baru.

Arga kecil menepuk tangan pada pahanya yang membuat Bayu menggeleng pelan, Arga sangat mirip dengan dirinya terlebih mata Arga yang berwarna cokelat muda.

Bayu tersenyum dan memangku Arga, tangan Bayu ikut mengusap telapak tangan Arga yang masih kotor. Keduanya saling tertawa meski wajah Bayu sudah pucat.

"Arga, bapak mau cerita." Ucap Bayu pada anaknya.
"Wihh dongeng baru ya" teriak Arga antusias dan langsung diam menyimak.

"Dahulu ada seorang nelayan yang kesepian, dia sebenarnya memiliki keluarga tetapi tak ada yang peduli dan mendengarkan. Suatu hari dia pergi untuk memancing ikan dengan peralatan seadanya, dia memberanikan diri untuk mengambil keberuntungan disisi dermaga. Dari pagi hingga malam dia hanya duduk dan tak kunjung kailnya dimakan oleh ikan, nelayan itu hanya bisa pasrah saat suara perut semakin sering dan keras karena minta diisi." Bayu memberi jeda pada cerita nya sebelum melanjutkan kembali.

"Hingga saat tengah malam ada keajaiban terjadi, kali nya ditarik bahkan sangat kuat, nelayan itu tertawa dan dengan semangat menarik tali pancing. Ikan pun mulai terlihat dan denga sisa tenaga nelayan itu terus menarik hingga ikan pun berhasil ia pegang."

"Nelayan itu langsung berlari menuju rumah nya untuk memberi tahu keluarga bahwa ia berhasil mendapatkan ikan, dengan cepat nelayan itu menarik orangtuanya hingga semua sudah berkumpul didepan pancingan yang ia simpan."

"Sang nelayan sudah berbinar-binar dan ia berlari menuju jaring tempat ia menyimpan ikan. Namun saat jaring itu diangkat alangkah terkejutnya ia melihat jaring nya sudah sobek dan ikan yang ia tangkap hilang"
"Keluarga sang nelayan hanya tertawa dan mengejek nelayan, semua menyebutnya gila dan pintar berbohong. Nelayan sudah berusaha meyakinkan namun semua tak ada yang percaya hingga semua meninggalkan nelayan yang sedang menangis."

"Ditengah tangisan sang nelayan tiba-tiba ada seekor ikan yang muncul disekitar pancingannya, ikan itu bergerak memutar dan nelayan pun mengambil ikan itu."
"Sang nelayan lagi-lagi mengabari keluarga nya sembari membawa seekor ikan, namun keluarga nya hanya tertawa bahkan kalo ini semakin keras karena ikan yang ia bawa berukuran kecil"

"Sang nelayan hanya bisa menangis kembali, hingga ikan itu tiba-tiba berubah menjadi seorang puteri laut dan membuat keluarga nelayan terkejut."
"Puteri laut itu memberikan nelayan dengan banyak ikan hingga rumah keluarga nelayan sudah penuh dengan berbagai ikan. Sejak saat itulah sang nelayan mulai terkenal dan menjadi nelayan yang dipercaya banyak orang"

Bayu mengambil napas mukanya semakin pucat.

"Apapun yang kamu percayai sebagai kebenaran harus kamu buktikan hingga semua tahu dan percaya. Memang kita selalu direndahkan dan dicemooh tetapi itulah hidup." Bisik Bayu pada Arga dengan pelan.

"Jadi kita haru terus berjuang ya pak?" Tanya Arga. Namun tak ada balasan dari Bayu--- dari arah dapur Yunie berteriak memanggil anaknya.

"Sayangg!" Teriak Yunie yang membuat Arga kebingungan.
Ibunya itu berlari dan menggoyangkan tubuh bapaknya namun tak ada respon hingga ia tahu bapaknya sudah meninggal dan meninggalkan dirinya dengan sebuah pertanyaan yang tak sempat dibalas.

----

Yunie masih terduduk didepan pintu kamar Arga, setelah ditinggalkan Bayu ia memutuskan untuk menikah kembali dengan Ardi-teman masa kecilnya. Namun ada satu rahasia yang tak akan ia buka pada anak-anaknya bahwa suami barunya itu hanya bisa menyukai pria bahkan hingga saat ini suami barunya itu belum pernah menjamah dirinya. Hingga sebuah pertemuan dirinya dengan seorang pria yang membuka pintu kebinalan pada dirinya.

6 bulan lalu.

Sudah 8 tahun Yunie ditinggalkan Bayu, dan selama itu pula dia tak pernah dijamah oleh pria. Suami barunya ternyata seorang gay dia pun tak bisa berbuat apa-apa karena terlanjur malu pada keluarga jika harus bercerai.

Entah mengapa diumurnya saat ini hasrat bercinta itu muncul bahkan terlalu besar untuk bisa dipendam. Terlebih pertemanan dikantornya yang seringkali membahas hal-hal berbau seks.

Saat itu Yunie sedang melaksanakan dinas luar kota dimana ia dan timnya harus mendata masyarakat untuk kebutuhan statistik, hingga iapun sampai di desa yang menjadi objek penelitian.
Jarak dari bandara menuju lokasi membutuhkan waktu hingga 8 jam lamanya, selain jalan yang belum bagus cuaca pun sedang tidak baik. Setelah sampai lokasi Yunie pun harus memakai perahu untuk sampai disebuah pulau yang terdapat 50 keluarga itu.

Dia dan timnya disambut dengan senyum ramah warga, di desa itu hanya ada satu orang yang berbicara lancar bahasa Indonesia adapun yang lain hanya lancar bahasa daerah. Sehingga Yunie harus berhubungan dengan translator sekaligus kepala desa dipulau itu.

Hari pertama Yunie dan timnya hanya berjalan-jalan mengelilingi pulau yang kesehariannya sebagai nelayan, mata ibu dari dua anak itu tak berhenti takjub dengan keindahan alam yang tersaji--air yang jernih dan ikan yang berbagai macam pun ada.
Haripun menjelang sore saat Yunie dan timnya kembali dititik awal, ia pun memutuskan untuk istirahat. Kepala desa yang bernama Abel itu telah menyiapkan sebuah pondok yang bisa diisi oleh dua orang, dikarenakan jumlah tim Yunie genap maka ia hanya sendiri didalam pondok.

Suasana didalam pondok itu bisa dikatakan nyaman karena terbuat dari material kayu dan ada ornamen kain tradisional dibeberapa sudut. Rasanya tulang Yunie seperti remuk, tangannya reflek mengambil gawai untuk menghubungi Arga tetapi sinyal pun tidak ada. Karena terlalu lelah wanita dengan kulit putih itu pun tertidur.

---

Suara ketukan memaksa Yunie untuk membuka mata, rasanya badannya semakin berat untuk bergerak-tangannya menggapai gawai dan sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sedikit terkejut Yunie memaksa untuk duduk dan meregangkan otot-otot tubuh nya dan berdiri saat ketukan dipintu semakin kerasa dan disertai panggilan namanya.

Krek ...

"Bu Yunie!" Teriak tim kantornya.
Bu Yunie mengerenyitkan dahinya karena bingung dengan posisinya saat ini.
Timnya langsung masuk dan menyentuh dahi Yunie semua pun meringis karena suhu tubuh nya panas.

"Bu istrihat aja" setelah ucapan itu Yunie sadar jika tubuhnya semakin lemas dan kesadaran nya hilang disusul suara teriakan semua orang.

---
"Bu Beta sudah siapkan makanan, mari dimakan" ucap Pak Abel disisi ranjang Yunie.
Yunie pun hanya bisa menoleh dan tersenyum simpul. Dengan bantuan tenaga Yunie berhasil bersandar dan kakaknya masih diselonjorkan.

Meski suhu pada pulau ini panas namun Yunie merasakan sensasi dingin dan panas yang bersamaan. Badannya seperti habis bekerja keras hingga menggerakkan tangan pun sulit.

"Sudah Jang kau memaksakan diri, biar Beta saja yang membantu ibu makan." Ucap pak Abel yang sedih melihat Yunie.
"Terimakasih pak" ucap Bu Yunie yang baru sadar jika Pak Abel yang membantunya karena sedari tadi fokusnya masih kabur.

"Ini Beta siapkan sup dengan ikan asap." Terang Pak Abel yang masih memotong ikan dengan sendok. Hingga suapan pertama pada mulut Bu Yunie tak ada ucapan apapun dari mulut wanita itu.
Wajar saja karena Yunie tak dapat merasakan apapun dan semuanya terasa hambar-hanya untuk mengisi perut agar tenaganya terisi kembali.

"Semoga cepat sembuh Bu, Beta ijin pamit." Ucap Pak Abel sesudah membersihkan sisa makanan Yunie.
Saat ingin berdiri tangan Yunie menyentuh paha Pak Abel dan membuat pria berumur 60 tahun itu berhenti dan menatap mata Yunie.

"Pak bisa tolong pijat kaki saya" pinta Yunie dengan suara yang lemah.
"Mmm Beta tidak enak, tetapi jika itu permintaan ibu Beta siap." Balas pak Abel yang menurunkan nampan menuju lantai dan menggeser posisi sehingga semakin dekat dengan Yunie.

Pak tua itu hanya bisa menahan napas saat kedua tangannya menyentuh betis dari ibu dari dua orang anak itu. Bagaimana tidak tangannya yang hitam legam sangat kontras dengan kulit Yunie yang putih langsat.

Tangan nya meremas kaki kiri Yunie yang saat ini hanya memakai celana sontok dengan bahan tipis karena sudah tidak tertutup selimut, dimulai dari telapak kaki dan berlanjut menuju betis dan berakhir di lutut.

Gerakannya berulang hingga Yunie hanya bisa memejamkan mata karena rasa pegalnya sedikit berkurang.
Dua orang dewasa itu saling diam dengang pikirannya masing-masing. Yunie yang masih menahan rasa sakit sedangkan Pak Abel menahan nafsunya yang mulai naik.

Setelah cukup lama memijat kaki kiri, tangan Pak Abel lanjut memijat kaki kanan dan terpaksa menyondongkan tubuhnya.

"Kaki ibu masih panas." Ucap pak Abel yang tak berhenti menelan ludahnya sendiri. Namun, Yunie tak membalas ucapan pak Abel karena masih lemas.

"Ibu disini rencana berapa hari?" Tanya pak Abel.
"2 Minggu pak, jika lancar mungkin bisa lebih cepat" Balas Yunie malas.

"Pak bisa pijat punggung saya?" Pinta Bu Yunie yang membuat jantung Pak Abel bekerja lebih cepat. Tangan pria timur itu mengambil gelas dibawah karena rasa hausnya kian meningkat.

"Eee boleh Bu" jawab Pak Abel ragu.
Bu Yunie pun berbalik dan tangannya bertumpu pada bantal yang ia taruh dipaha nya.
"Saya pijat ya Bu" ucap Pak Abel menetral kan bahu Yunie. Saat ini Yunie memakai kaos pantai yang menampilkan bahu mulusnya.

Keringat dingin mulai muncul dari dahi Pak Abel karena kontolnya sudah berdiri tegak.
"Istri bapak kemana, kamarin saya tidak melihat" ucap Yunie membuka percakapan karena merasa Pak Abel hanya diam dan pijatan nya berubah-cenderung diam dan tak memakai tenaga.

"Sudah meninggal tahu lalu."
"Maaf pak." Balas Yunie cepat.
"Kalo ibu keluarga gimana?" Tanya pak Abel yang kembali fokus memijat.
"Sudah meninggal juga pak, delapan tahun lalu." Balas Yunie yang tak jujur jika memiliki suami baru.

Keduanya kembali diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing, hari semakin sore saat pijatan Pak Abel melemah karena kehabisan tenaga. Wajar saja umurnya sudah memasuki kepala enam dan tadi pagi dirinya baru selesai mencari ikan semalaman.

Entah sejak kapan hawa pondok berubah menjadi semakin panas.
Pijatan Pak Abel berubah menjadi usapan dari bahu hingga pinggang.

"Akhh" desah Yunie tanpa sadar.
Seketika usapan Pak Abel terhenti dan Yunie pun melotot tak percaya respon dirinya.
Pak Abel pun melanjutkan setelah diam beberapa saat namun saat ingin menyentuh bahu, tangan Yunie bergerak kebelakang dan tak sengaja keduanya bersentuhan.

Pak Abel menahan napas dan rasanya sulit untuk melanjutkan pijatannya, Yunie pun hanya diam karena rasa itu muncul kembali.

Nafsu.

Tidak bisa dibohongi jika nafsu pada diri Yunie mulai muncul karena tangan Pak Abel yang yang sejak tadi memijatnya.

Angin dari luar pondok masuk dengan pelan, suasana sore ini pun rasanya sangat nyaman untuk bermalas-malasan. Tangan pak Abel kembali meremas bahu Yunie yang terbuka dan Yunie pun merespon dengan desahan. Rasanya sudah tidak ada yang perlu ditutupi, tangan Yunie pun ikut meremas tangan Pak Abel.

"Shhh terus pak" desah Bu Yunie yang mulai terpancing dengan gerakan jari Pak Abel yang terus meremas bahunya.
Pak Abel pun memberanikan diri memutar posisi duduk Yunie yang diamini tanpa protes.

Mata keduanya saling terikat hingga tanpa kata dan perintah bibir keduanya bersentuhan - hanya kecupan kecil karena rasa percaya yang timbul entah darimana.
Mata Yunie mental wajah Pak Abel yang sudah berkeriput dengan kulit hitam, sedangkan mata Pak Abel menatap bibir wanita didepannya yang berwarna merah muda.

Kecupan itu berubah menjadi lumatan saat Pak Abel memaksa Yunie membuka mulutnya dengan lidah. Mulut Pak Abel yang beraroma rokok itu bermain dengan lidah Yunie yang masih bergerak pasif.
Yunie hanya bisa memejamkan mata dan menikmati sensasi yang tak pernah ia rasakan setelah delapan tahun lalu, rasa hangat sekaligus adrenalin yang meningkat membuat lidahnya ikut bergerak mengikuti gerakan pria yang baru ia kenal kemarin.

Ruangan pondok itu berubah semakin penas dan pipi Yunie pun semakin merona. Tangan putih ya meremas dada Pak Abel yang masih tegak itu.

"Sshh mmhhh" desah Yunie saat ciuman itu berubah menuntut dan tangan kasar Pak Abel pun berpindah menuju payudara Yunie.
Yunie terdiam dan bingung harus merespon apa saat tangan hitam itu meremas payudaranya yang lama tak dijamah.
"Lembut sekali kau punya ini" puji Pak Abel yang semakin membuat pipi Yunie semakin merah.

Sentuhan itu berpindah menuju perut Yunie namun sebelum itu mata Pak Abel seperti meminta restu yang mendapa satu kali anggukan dari Yunie.

Pria itu pun membuka kaos Yunie dengan tangan bergetar karena baru kali ini ia melihat wanita dengan fisik yang sempurna. Dengan pelan kulit putih Yunie mulai tampak dan membuat Pak Abel tidak dapat mengdipkan mata.

"Buka aja pak." Ucap Yunie setelah terdiam beberapa lama.
Pak Abel tak membalas ucapa Yunie, tangannya merespon dengan mengangkat kaos itu hingga terlihat sudah tubuh Yunie.

Yunie kesulitan untuk berekspresi dan tangannya berinisiatif ikut membuka celana sontoknya itu, hingga hanya tersisa celana dalam dan bra yang masih menempel pada tubuhnya.

Pak Abel berdiri dan melepaskan pakaiannya dengan cepat, pria tua itu pun menelan ludah berkali-kali sebelum kembali duduk pada ranjang.
Tenaga Yunie terisi kembali dan saat ini sudah dipenuhi oleh nafsu yang menggebu.

Yunie memilih untuk langsung berbaring dengan posisi kaki terbuka, ingatannya terulang saat bermain dengan suaminya. Namun, wanita itu terheran heran saat Pak Abel turun hingga berada dikedua pahanya. Jujur, selama menikah Yunie hanya berhubungan dengan sewajarnya dan terhitung cepat dalam bercinta.

Dirinya baru kali ini merasakan hubungan seksual seperti ini, seperti....

Jantungnya berdetak kencang saat celana dalamnya dibuka dan terlihat wajah Pak Abel yang tersenyum.
Dan benar saja Yunie langsung memejamkan mata saat menerima sensasi baru seperti ini, lidah itu menjilati vaginanya dari bawah hingga berakhir di perutnya.

Kepala desa itu menjilatinya dengan napas panas yang tak ia duga bisa senikmat ini, tangannya hanya bisa meremas ranjang dan desahannya tak dapat ia tahan.

"Aduhhh pakkm sshhh" desah Yunie yang tak tahan dengan permainan lidah Pak Abel.
Lidah pak Abel mulai intens menjilati dengan tempo yang semakin cepat hingga tubuh Yunie semakin maju dan menempel pad wajah Pak Abel.

Pak Abel tahu jika Bu Yunie baru kali ini merasakan jilatan pada vaginanya, dengan pengalamannya pria tua itu semakin semangat menjilati.
Namun keseruan nya terhenti saat tangan Yunie menepuk kepalanya pelan.

Dan matanya melihat wajah Yunie yang sudah dipenuhi nafsu dan ia pun mengerti untuk melaksanakan tugasnya. Celana dalam Pak Abel pun dibuka dan Yunie terkejut melihat ukuran yang jauh berbeda dengan milik suaminya dahulu.

Penis hitam yang belum disunat itu berukuran jauh lebih besar, Yunie hanya bisa menelan ludah.

"Beta cobaa shhh" ucap Pak Abel bergetar.
Yunie hanya menganggukan kepala dan memejamkan mata.

Panas.

Satu kata yang langsung terpikirkan oleh Yunie saat kepala penis Pak Abel sudah menyentuh vaginanya. Namun beberapa kali Pak Abel mencoba masuk vagina Yunie tak kunjung siap untuk dimasuki.

Delapan tahun tak dijamah vagina Yunie seperti kembali rapat meski sudah memiliki dua anak, pak Abel pun mengerti dan memasukkan jarinya terlebih dahulu.
"Akhhh" desahan Yunie lolos begitu saja dan tangannya hanya bisa meremas ranjang.

Gerakan jari Pak Abel yang keluar-masuk membuat cairan vagina Yunie mulai keluar dan basah.
Pak Abel pun bergerak cepat dan memposisikan pinggangnya diantara paha Yunie.

Dengan sekali hentakan penis Pak Abel merangsek masuk dan membuat Yunie melotot.

"Sakithh Pak..." Adu Yunie kaget saat vaginanya dimasuki kontol besar.
"Sabar Bu," tenang Pak Abel dan mendiamkan kontolnya bersarang menunggu Yunie adaptasi.

Melihat Yunie yang sudah tak meringis pinggul Pak Abel mulai bergerak pelan, saat kontol itu ditarik lapisan vagina Yunie seperti ikut tertarik dan hanya bisa meringis.
"Sakit pak" desis Yunie seperti dirobek.
Namun Pak Abel sudah tertutupi nafsu dan melanjutkan gerakannya, perlaha tapi pasti kontol besar itu semakin mudah bergerak hingga Pak Abel yang sedari tadi diam mulai mendesah merasakan pijatan vagina Yunie.

Mata Yunie pun terbuka dan menatap wajah Pak Abel dari bawah, dirinya tak habis pikir bisa dijamah oleh kepala desa yang kemarin tampak berwibawa itu. Dada yang dipenuhi buku dan wajah khas Timur membuat Yunie semakin nafsu. Tangannya mulai ikut meremas tubuh Pak Abel yang ditanggapi dengan senyum lebar.

Yunie sudah bisa menikmati kontol besar Pak Abel yang bergoyang keluar-masuk. Mulutnya tak berhenti meracau bahkan tangan yang selama ini merawat Arga ikut meremasi tubuh kepala desa itu.

Pak Abel pun merendah kepalanya dan menghisap kedua payudara Yunie secara bergantian, tangannya ia tumpu pada ranjang dan pinggangnya aktif bergoyang dengan tempo santai.
Mendapat sensasi luar biasa Yunie menggelengkan kepala dan benar saja belum sampai lima menit vagina Yunie berubah semakin sempit.
Mata Yunie memutih dan mulutnya mengerucut lucu.
"Akhhh aku keluar pakkk!!" Teriak Yunie sembari memeluk tubuh Pak Abel. Pak Abel pun diam dan merasakan cairan vagina Yunie yang menyembur hingga terpaksa ia melepaskan kontolnya.

Napas Yunie terengah-engah menerima kenikmatan yang bertubi. Suhu badannya masih panas, tetapi nafsunya jauh lebih panas.

"Makasih pak" ucap Yunie tulus. Namun Pak Abel tak menjawab pria dengan rambut yang sudah memutih itu menggerakkan tubuh Yunie untuk berbalik.
"Beta belum keluar Bu" ucap pak Abel dingin.

Yunie hanya bisa menurut dan memposisikan pinggangnya hingga menungging. Dalam sekali hentakan kontol panas Pak Abel masuk tanpa hambatan hingga badan Yunie terdorong kedepan.

Suara decitan ranjang dan desahan Yunie terdengar hingga membakar semangat Pak Abel untuk menggenjot Yunie.

"Legit sekali" teriak Pak Abel tanpa malu. Tangan hitam itu menarik rambut Yunie hingga terpaksa mendongak. Diperlakukan seperti pelacur Yunie malah merasakan sensasi baru, pantatnya ditampar dengan keras hingga hampir seluruh pantatnya sudah memerah.

Tangan kanan Yunie ikut ditarik kebekang dan payudaranya ikut bergoyang saat genjotan Pak Abel semakin cepat.
"Akhhhh pakkk!" Teriak Yunie yang merasakan sakit juga nikmat.
Sedangkan pak Abel hanya menggeram dan fokus pada genjotan nya.

Yunie pun ikut mendorong pinggulnya hingga mencapai titik syaraf nikmatnya, Pak Abel mempercepat genjotan nya karena hampir klimaks.
Tangannya meremas pantat Yunie dengan keras dan tubuhnya ia rendahkan hingga suara pertemuan antara kulit itu terdengar kencang.

"Goyang kau!" Teriak Pak Abel yang ditanggapi dengan desahan kencang dari Yunie. Hingga momen yang ditunggu pun datang.

Tubuh Yunie semakin rendah dengan pinggul yang meninggi, Pak Abel pun tak kalah mempercepat genjotan nya.

"Terus pakk sshhh" desah Yunie.
"Diam kau orang " desah Pak Abel dengan napas yang terengah-engah.
"Akhhhh Anjing enakk" teriak Yunie yang merasakan cairannnya keluar
Disusul Pak Abel yang memuntahkan sperma pekat yang begitu banyak.

"Akhhhh" napas keduanya saling memburu, tubuh Yunie jatuh dan pak Abel pun ikut berbaring disisi nya.
Keduanya menatap langit-langit pondok, hari sudah menjelang magrib. Tubuh keduanya pun mengkilap karena dipenuhi keringat.

Saat ini suasana menjadi canggung, Yunie pun memilih untuk membersihkan diri ke kamar mandi dibelakang pondok. Setalah mengganti pakaian wanita itu balik menuju kamar dan melihat Pak Abel yang sudah memakai kembali pakaiannya.

Kepala desa itu pun langsung mengambil nampan dibawah ranjang, dengan satu anggukan pria itu meminta izin untuk pamit. Yunie p
un malu untuk berbicara setalah permainan panas nya.

Keduanya saling diam didepan pintu pondok yang belum terbuka, tanpa malu pak Abel meremas payudara Yunie secara bergantian sebelum keluar dari pondok.
"Terimakasih Yunie" ucap Pak Abel yang hanya dibalas dengan anggukan.

Bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd