Diary Seorang Istri
Part 43 - Anto Muncul Lagi
“Pagi pak..” Sapa Nissa saat melihat bosnya itu muncul di kantor.’
“Pagi juga Nis, sudah bawa semua perlengkapan kamu kan, nanti sore kita langsung ke bandara.” Tanya Adam.
“Sudah pak, saya juga sudah pamitan pada bulik, kalau ada tugas ke Surabaya.” Jawab Nissa.
Adam menganggukan kepalanya, “Sip..oke sampai nanti sore..” Adam kemudian masuk keruangannya.
Nisa hanya senyum membalas, Nisa tahu kalau beberapa rekan kerjanya sedang memandangnya dengan tatapan iri, namun Nissa sudah tak mau peduli dengan pikiran mereka, Nisa tak peduli mereka mau berpikir apa, karena Nissa hanya berniat kerja secara baik disini.
Dalam ruangannya Adam tengah memeriksa file yang akan dibawanya, Adam mulai memilah milih dokumen yang akan di tunjukkan pada calon bosnya nanti, Adam tersenyum, dia sudah memutuskan untuk menerima tawaran pak Robert, dan nanti di surabaya, Adam akan bernegosiasi tentang gaji dan lain-lainnya, ya semua ini demi keinginan Adam untuk membawa istri tercintanya ke Singapura untuk menjalani program Bayi tabung. Dan Adam juga bisa menerima alasan Maya untuk terus bekerja di Jakarta, Adam merasa apa yang disampaikan Maya sangat masuk akal, Adam hanya ingin Maya merasa bahagia dengan hidupnya,
sungguh Adam sangat mencintai istrinya itu, tak terbayangkan jika dia tahu apa yang dilakukan istri cantiknya di belakangnya, sungguh tragis.
Handphone disakunya bergetar, Adam kemudian mengambil hpnya, dan tersenyum saat melihat Nama orang yang menelponnya.
“Hai To, pa kabar, baru gue mau telpon lo.” Ucap Adam.
“Wihh, ada apa emangnya Dam, keliatannya senang banget hari ini.” Tanya Santoso.
“Gue entar sore terbang ke Surabaya bos..nanti kita minum kopi ya, banyak yang mau gue ceritain ama lo To.’’ Jawab Adam.
“Loh, aku malah nanti sore ke Jakarta Dam, ini aku nelpon malah mau ajak kamu ngopi entar malam, Hahaha..’’ Sahut Santoso tergelak.
“Waduh kok bisa gitu..trus lo ada acara apa ke Jakarta To? Kenapa gak bilang-bilang?” Tanya Adam.
“Ehmm..tadinya besok aku mau ke Jakarta Dam, tapi ternyata acaranya di majukan, ya udah aku juga harus berangkat ntar sore.” Jawab Santoso.
“Ohh gitu toh.” Ujar Adam.
“Ya, aku ada janji ama pemilik resort di Carita Dam, rencana mau Aku akuisisi, Aku rencana mau bikin resort di Carita, prospeknya udah ku pelajarin, dan kayaknya menjanjikan, ini aku mau lihat tempatnya.” Ujar Santoso kemudian.
“Waw..mantab tenan..nanti gue nginep gratis ya sob.” Ujar Adam.
“Tenang aja Bro, buat kamu aku kasih pelayanan VIP untuk sahabat terbaik ku hahaha.. oh ya kamu ada acara apa ke Surabaya?” Tanya Santoso.
“Masih inget kan urusan gue ke Surabaya waktu itu, nah bos Suraya Capital minta gue datang bro.” Jawab Adam.
“Maksud kamu Edwin? Dia minta kamu datang secara pribadi? Wahh..hebat kamu Dam.” Sahut Santoso.
“Lo kenal Edwin To?” Tanya Adam.
“Siapa yang gak kenal dia bro, Crazy Rich banget itu orang..emang ada apaan sampai kamu dipanggil khusus secara pribadi ama dia Dam.” Santoso balik bertanya.
“Panjang ceritanya, nanti gue ceritain, oh ya, gue mau ketemu ama big bos dulu bro, kapan-kapan kita lanjutin obrolan ya, oh ya lo jam berapa sampe Jakarta, kalau sempet kita ketemu aja di bandara.” Ujar Adam.
“Jadwal terbang sekitar jam setengah empat bro, ya mungkin jam 5 atau setengah enam sore udah mendarat.” Balas Santoso.
“Oalah, gue juga sekitar jam segitu, ya udah jangan balik ke Surabaya dulu ya, tungguin gue di Jakarta loh..awas kalau balik ke Surabaya sebelum ketemu gue.” Ucap Adam.
“Oke siap bro, aku juga mau refreshing sejenak di jakarta.” Ujar Santoso.
“Oke Bro, sampai ketemu lagi, bye..” Adam menyudahi telponnya, di letakkan hpnya di mejanya.
“Bisa samaaan gitu ya, gue ke Surabaya, Santoso malah ke Jakarta, kayak dah diatur, apa bakalan ada sesuatu yang hebohkah??” Adam tersenyum-senyum sendiri sambil garuk-garuk kepala.
***
Di ruangannya, Maya semakin gelisah, Anto seolah menghilang di telan bumi, tadi saat jam makan siang, Maya pergi ke Bank, disanapun dia tak menjumpai Anto, sebenarnya Maya malu untuk bertanya keberadaan Anto pada rekan-rekan kerjanya, namun karena dorongan penasaran, akhirnya Maya menguatkan mental untuk bertanya pada mereka.
Menurut rekan-rekannya, Anto pulang kampung menemui mantan istrinya, soal alasan pulang kampung rekan-rekaannya tak ada yang bisa memberikan kepastian, mereka hanya menduga-duga tanpa info yang benar-benar valid, namun ada salah seorang rekannya yang bercerita kalau kemungkinan Anto pulang kampung karena anaknya sakit, menurut temannya itu, sudah beberapa hari ini Anto sering melamun, dan saat ditanya dia hanya bilang lagi bingung soal anaknya, namun temannya itu tak tahu pasti apa yang sedang di khawatirkan Anto.
Cerita rekan-rekan Anto, membuat Maya semakin gelisah, seingatnya terakhir bertemu dengan Anto, sama sekali tak ada yang berbeda dengan pria itu, Anto tak pernah mengungkap soal kekahawatirannya tentang anaknya di kampung, Maya menggigit ujung jarinya, tampak jelas raut kegelisahan di wajahnya, berkali-kali di ceknya chat di hpnya, chat terakhirnya pada Anto masih menunjukkan centang 1 pertanda Hpnya tak aktif.
Chat yang ada hanya dari suaminya Adam yang mengingatkan agar Maya tak lupa untuk mengantarkan ke bandara nanti sore, Maya meliat jam masih jam setengah dua siang, setengah jam lagi Maya akan menjemput Suaminya untuk langsung diantar ke Bandara.
Sejak pagi Maya juga telah meminta izin pada Pak Budi untuk ulang lebih cepat karena alasan mengantar Adam ke bandara, karena pekerjaan di kantor juga sudah clear dan longgar, Pak Budi mengizinkan Maya untuk pulang lebih awal.
Maya terus berpikir tentang apa yang terjadi pada Anto, dia benar-benar bingung dengan semua ini, kenapa Anto malah mematikan hpnya, kenapa Anto tak cerita padanya tentang apa yang sebenarnya terjadi, segenap perasaan Maya semakin hanyut memikirkan Anto, dalam benaknya hanyalah ada Anto, pengaruh pertemuan terakhir malam itu, membekas parah di setiap relung sukma dan benaknya, Maya tak tahu kenapa dia terus memikirkan pria itu, dan kenapa dia mulai merindukan Pria itu, pria yang seharusnya tak ada dipikirannya, pria yang harusnya tak perlu membuatnya resah dan bingung, Duh! Maya melirik jam di dinding kantor, hampir jam dua siang, Maya kemudian bersiap untuk menjemput Adam suaminya.
***
“Yank, aku sudah di parkiran, kamu udah siap-siap kan?” Maya menelpon Adam.
“Sudah ini lagi periksa dokumen yang mau dibawa, tunggu bentar ya, lima menit lagi, atau kamu turun aja masuk dulu.” Ujar Adam
“Males Ah, aku tunggu di mobil aja, cepetan ya..” balas Maya.
“Oke sayang, ini juga udah beres, aku turun ya.” Ucap Adam.
Maya meletakkan hpnya untuk di charge, dinyalakan tape mobil, lagu dari Stevan Pasaribu yang sedang viral mengalun lembut di kabin mobil Maya,
“Ternyata belum siap aku
Kehilangan dirimu, Belum sanggup untuk jauh darimu, Yang masih s'lalu ada dalam hatiku..”
Lagu itu seolah membius Maya, sesaat Maya terpana dan merasa atmosfer kerinduannya pada Anto merebak menyesakkan dadanya, lagu itu seolah menjadi pelatuk yang meledakkan hasrat dan kekhawatiraannya pada sosok pria yang bukan siapa-siapa baginya, air mata menggenang di pelupuk mata indah Maya, tiba-tiba kaca mobilnya diketuk, Maya menoleh, rupanya Adam suaminya telah tiba di parkiran, bergegas Maya menganmbil tissue di mobil dan secepatnya menghapus jejak air matanya.
Maya membuka pintu mobil, sosok pria tampan tersenyum manis padanya, pria itu yang seharusnya menjadi penghuni hatinya, namun kini benaknya malah dipenuhi sosok pria lain yang secara brutal dengan segala cara menyeruak masuk dalam pikirannya.
Maya sedikit tak senang dengan kehadiran seorang perempuan di belakang Adam, Maya memperhatikan perempuan itu, sesaat kesedihannya soal Anto teralihkan oleh kehadiran Anissa.
Adam yang menyadari suasana menjadi kaku, dengan sigap menjelaskan kehadiran Nissa. “Ini Asisten aku yank, dia khusus di perintah pak Robert untuk ikut meeting.”
“Assalamualaikum bu, saya Nisa.” Nisa tersenyum manis memperkenalkan dirinya, Nisa teringat malam itu saat dia melihat perempuan yang didepannya ini berciuman dengan pria lain,
“ya ini perempuan itu, gak salah lagi!” Benak Nisa, walau hatinya kesal, namun Nisa berupaya tak menunjukkan kekesalannya itu.
Maya tersenyum hambar membalas senyum Nisa, sekilas hatinya merasa terancam dengan kehadiran gadis itu, gadis itu sangat cantik dan sangat segar, sikapnya juga sangat baik dan lembut, Maya kemudian melihat ke arah Adam dengan pandangan tak senang.
Adam yang tengah sibuk melihat hpnya tak menyadari raut wajah Maya yang bete, “Yank..langssung ke bandara kan.” Tanya Maya dengan nada kesal, Adam menoleh dan mengangguk.
Sepanjang jalan Maya sama sekali tak berkata apa-apa, sesekali dia melirik suaminya yang masih sibuk membalas chat, dan akhirnya Adam memasukkan hpnya ke dalam saku celananya, Adam menoleh ke arah Maya, Adam baru sadar dengan kekakuan di kabin mobilnya.
“Yank..kok diem aja.” Tanya Adam.
Kata-kata yang terdengar biasa bagi orang lain, di telinga Anisa bagai suara bising yang membuat telinganya terganggu, Nissa merasa tak senang mendengar Adam berkata lembut pada perempuan yang sedang mengemudikan mobil ini, apalagi sebutan yank, seolah kata-kata itu terdengar menjijikan baginya, Nissa benar-benar tak betah di mobil ini, namun dia terus menahan hatinya untuk bersabar.
Maya melirik ke Anisa melalui kaca tengah, Maya juga tak senang dengan keberadaan gadis ini di mobilnya, Maya kini ingin menunjukkan kalau pria yang duduk disampingnya adalah suaminya, “Hmmm abis kamu kayaknya sibuk chat terus, ya udah aku diem aja gak mau ganggu.” Ujar Maya.
“Yank, kamu berapa hari di surabaya?” Tanya Maya dengan nada sengaja dibuat manja.
“Minggu malam aku juga sudah sampai dirumah lagi yank..” Jawab Adam.
“Lama ya..aku bakalan kangen banget yank..” Ujar Maya, menatap mesra suaminya, Anissa yang melihat di belakang merasa hatinya berdebar kencang.
Dalam hati Maya terkekeh merasa menang dengan situasi ini, sebaliknya Nisa merasa sangat tak betah di mobil ini berlama-lama, kabin pajero yang sejuk dan nyaman bagi Nisa tak berarti apa-apa, Nisa malah merasa dirinya berada di angkot yang berjubel, dan sungguh tak nyaman.
Nisa melihat ke luar jendela, Nisa menghela napas lega saat patung dua orang proklamator bangsa sudah mulai terlihat, sungguh Nisa ingin secepatnya tiba di bandara, mobil ini sangat sesak dan membuatnya sulit bernapas.
***
“Yank gak usah parkir, berhenti disana aja.” Adam menunjuk suatu tempat dengan logo besar drop point
Maya segera mengarahkan mobilnya ke arah yang ditunjuk Adam, tak lama Maya kemudian menghentikan mobilnya, seorang petugas bergegas menghampiri mereka sambil membawa trolley, Adam menurunkan tasnya dan membantu Nisa menurunkan tasnya juga.
Maya mematikan mobil dan turun, seorang satpam mendekati mereka, “Tolong jangan lama-lama ya pak, selesai menurunkan bagasi, tolong segera pindahkan kendaraan, atau kalau mau lama, silahkan ke tempat parkir yang disediakan.” Ujar Satpam tersebut.
“Siap pak, gak lama kok.” Adam tersenyum pada petugas keamanan itu.
“Pak saya cetak boarding pass dulu ya.” Ujar Nissa, Adam membalas dengan anggukan kepala, Anissa kemudian berpamitan pada Maya lalu pergi menuju pintu masuk bersama petugas yang mendorong trolly.
“Yank, hati-hati dirumah ya, jaga diri kamu baik-baik, aku minggu malam udah sampai rumah kok.” Ucap Adam sambil menggenggam tangan istrinya.
Maya mengangguk, dan tersenyum pada suaminya, di ciumnya tangan suaminya, “Kamu juga hati-hati ya yank.”
Adam mengecup kening dan kedua pipi Maya, “Aku berangkat ya..” Maya mengangguk, Adam kemudian berbalik menuju pintu masuk.
Nissa yang sejak tadi melihat adegan itu di balik pintu, sungguh merasa kesal, apalagi teringat kelakuan istri bosnya itu, sungguh ingin sekali Nissa mengungkap apa yang dilihatnya malam itu, namun Nisa sadar, jika dia melakukan itu maka sudah pasti Adam tak akan percaya, alih-alih percaya, mungkin Adam akan menilainya sebagai perempuan pengadu, atau…. ahh Nissa benar-benar bingung, sungguh dia muak melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh Maya, Nisa bingung dan gondok bisa-bisanya perempuan itu seolah tak merasa bersalah pada suaminya yang begitu baik, Nisa bergegas menuju anjungan check in mandiri saat diklihatnya sosok Adam semakin mendekat.
Maya melambaikan tangan sambil tersenyum pada Adam yang menghilang di balik pintu masuk, Maya kemudian kembali ke mobilnya, saat bersiap-siap dibalik kemudinya, Hpnya yang sedang di charge berkedap kedip, pertanda ada notifikasi masuk, Maya mencabut hpnya, dan terkejut melihat ada tiga panggilan tak terjawab di sana, Maya melihat siapa yang memanggil, Maya terkejut dan hampir berteriak rupanya Anto yang melakukan misscall.
TOK..TOK..
Suara ketukan kaca mobil membuat Maya kembali terkejut, Maya menurunkan kaca mobilnya, satpam yang tadi memintanya untuk segera jalan, Maya sedikit kesal kemudian mengangguk, dan mulai menyalakan mobilnya.
Maya membelokkan mobilnya ke tempat parkir yang agak sepi, setelah memarkirkan mobilnya Maya kembali meraih hpnyaa, dadanya berdebar keras, tagannya sedikit gemetar karena begitu terkejut sekaligus senang.
Maya membuka chat dari Anto,
“Kamu dimana dek?” duh…kata panggilan itu sungguh terasa erotis baginya, Maya kemudian menekan tombol telepon.
“Halo Mas…” suara Maya bergetar..
_________________
Bersambung