Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri

Diary Seorang Istri
Part 24 – Pertemuan Tak Disangka



Adam perlahan mulai memompa batang kontolnya ke dalam Vagina Maya, gerakannya sangat lembut tak terburu-buru, Wajah Maya terlihat begitu menggairahkan di mata Adam, wajah cantik Maya terlihat menikmati setiap tumbukan kontol suaminya itu, Maya berharap Adam bisa menahan ejakulasinya selama mungkin, dan paling tidak bisa memberikannya orgasme sekali saja.


Adam merebahkan tubuhnya menindih tubuh Maya, bibirnya menangkap bibir Maya yang sedikit terbuka, Maya menyambut lumatan Adam dengan cukup bergairah, sambil berciuman, Adam terus memompa batang kontolnya keluar masuk vagina Maya.


Entah kenapa perasaan Adam sedikit berbeda melihat Maya saat ini, di matanya, Maya terlihat seksi dan menggairahkan bagaikan para terapis yang sering ditidurinya di spa, sebenarnya itu yang diinginkan Adam dari istrinya, selama dua tahun ini Adam ingin Maya tampil lebih nakal saat di ranjang, namun Adam tak punya keberanian untuk mengungkapkan kepada Maya, sehingga tak heran Adam merasa hambar saat harus menyetubuhi istrinya, bagi Adam meniduri Maya hanyalah sebuah kewajiban bukan suatu keasyikan, dan semua yang Adam impikan dari wanita diperolehnya dari para terapis spa, namun kini saat Maya mengenakan lingerie seksi dan berani mengulum kontolnya, pandangan Adam terhadap Maya berubah total, istrinya terlihat seksi dan menggiurkan.


Lenguhan dan rintihan lirih Maya terdengar merdu di telinga Adam, membuat syahwatnya makin berkobar, Adam semakin beringas menciumi leher jenjang Maya yang mulai berkeringat, Maya menjerit tertahan saat lehernya terasa sedikit perih, Maya bergidik melihat bola mata Adam yang berkilat penuh birahi, belum pernah Maya melihat Adam seperti ini, suaminya yang tampan dan kalem, biasanya menatapnya lembut saat mereka bersetubuh, kini Adam terlihat bagai seekor harimau lapar yang sedang memuaskan napsunya, dan pompaan Adam mulai cepat menumbuk vaginanya, Maya juga tak mau kalah, digigitnya lembut bahu Adam yang menindih tubuhnya, tumbukan kontol suaminya terasa menggaruk gatal birahinya, tiba-tiba berkelebat bayangan persetubuhannya dengan Anto.


Membayangkan hal itu, Maya menjadi semakin bergairah, dia ingin kembali menikmati momen saat orgasme hebat melandanya, dan Maya menyadari kalau yang diatas tubuhnya kini bukan Anto, tapi Adam, suami syahnya, lelaki yang seharusnya menjadi satu-satunya orang yang berhak menikmati tubuhnya, namun rasa adrenalin perselingkuhan membuatnya malah bergairah, gaya bercinta dua lelaki ini sungguh berbeda, Adam lebih kalem dari Anto, dan Jujur Maya menyukai perasaan bersalah atas perselingkuhannya, perasaan bersalah itu malah membuat gairahnya semakin meninggi, Maya bergairah membayangkan memiliki dua kontol yang siap memuaskan dirinya dengan gaya berbeda, ohhh Maya mulai merasakan orgasme berdatangan menghampirinya, kontol Adam semakin cepat memompa memeknya, Maya meringis dan memeluk Adam erat-erat..”yank terus..yank…aku hampir dapet…jangan berhenti yang..ohhhh…terus yank..terus…. aohh Ahhhhhhhhhhhhh…” Maya menjerit pelan, tangannya mencengkram sprei, tubuhnya mengejang tegang………


Adam memandang tak berkedip saat Maya melonjak-lonjak merasakan orgasme, gejolak syahwatnya semakin menggelora, Adam kembali memompa kontolnya dengan cepat menghujam lubang senggama istrinya itu, melihat wajah Maya yang orgasme hebat, membuat Adam tak kuasa menahan ejakulasinya, Adam menghentak-hentakkan pantatnya melepaskan seluruh benihnya membanjiri rahim Maya, Adam tersungkur lelah menindih tubuh Maya, napas keduanya tersengal-sengal, Adam melumat kembali bibir Maya, dan Maya menyambutnya dengan penuh gairah, keduanya saling melumat melepaskan gairah yang sedikit tersisa dalam keletihan tubuh mereka..


***


Maya terbangun pagi itu, jam dinding kamar menunjukkan pukul 5 pagi, Maya melihat suaminya masih mendengkur telungkup, Maya tersenyum memandang Adam, Maya mencari ikat rambut di meja nakas, lalu dia berjalan ke meja rias, dipandangi wajahnya di kaca meja rias, terlihat tanda merah sedikit hitam dilehernya, Maya mengusap tanda keganasan suaminya tadi malam, Maya tersenyum mengingat betapa ganasnya Adam tadi malam, suaminya itu bagikan bukan Adam yang selama ini dikenalnya, saat mengelus tanda merah itu, Maya teringat pada Anto, dadanya berdesir mengingat kembali keperkasaan tukang parkir saat menyetubuhi dirinya kemarin malam, Maya meihat sosok Adam yang masih lelap melalui kaca meja rias, dua orang pria berbeda telah menikmati tubuhnya, Anto pria yang telah memberikannya pengalaman hebat, dan juga Adam sosok suami yang selama ini dingin tiba-tiba menjelma ganas, duh Maya mulai merasa permainan sungguh asyik.


“Duhh, Gimana ini Maya, kenapa sekarang lu seperti wanita binal yang haus kontol..” gumam Maya memandang wajahnya di kaca meja rias, perasaan bersalah mulai menghinggap kembali di sanubarinya, namun sisi hatinya mencoba membenarkan perselingkuhan yang di lakukannya, “Adam duluan yang selingkuh loh..trus kenapa kalau lo balas dengan perselingkuhan juga, kan adil itu namanya, gak usah bersalah deh..lagian kalo gak selingkuh ama Anto, lo gak bakal ngerasain orgasme kaya kemaren, udah sekarang santai aja, nikmati aja dua kontol itu sebaik-baiknya, lo berhak bahagia juga kok May.”


Sisi hatinya yang kelam mulai menguasai logika dan pemikiran Maya tentang perselingkuhannya, sungguh Maya tak ingin atau tepatnya tak bisa menghentikan gairah ingin mengulangi persetubuhannya dengan Anto, dia ingin kembali menjerit-jerit di atas ranjang menikmati kontol pria gagah itu, Maya ingin menikmati lidah Anto menjalar di setiap inchi kulit tubuhnya, menggelitik lubang vaginanya, merasakan nikmatnya saat kontol hitam besar itu menghujam kencang memeknya, ohhh bagimana mungkin bisa menghentikan semua itu..Hati Maya berdesir hebat membayangkan semua itu.


Di sisi lain, Maya juga tak ingin imagenya sebagai wanita baik-baik jadi hilang, selama ini Maya adalah seorang istri yang baik bagi Adam, dan sungguh Maya tak bisa membayangkan hidup tanpa Adam, Maya tahu cintanya hanya untuk Adam, sedangkan Anto adalah pemuas gairahnya belaka, dan Maya tak ingin kehilangan cinta dan gairahnya itu, “Ya udah nikmatin aja dua-duanya gak usah dilema, anggap aja punya suami dua, asik kan ada dua kontol yang siap memuaskan lo..” sisi Kelam hatinya mulai mempengaruhinya lagi.


Maya menghela napasnya, dia kemudian bangkit menuju kamar mandi, dia harus siap-siap untuk berangkat kerja dan sekaligus memainkan perannya sebagai istri yang baik menyiapkan sarapan untuk suaminya.


*** “Nis…sudah siapkan? Sebentar lagi jalanan macet..” Ucap Bulik Harti sambil mengetuk kamar Anissa.





“Ya bun, sudah kok.” Tak lama pintu kamar Anissa terbuka, muncullah sosok gadis cantik dengan dari dalam kamar, Bulik Harti terperangah melihat penampilan Anissa.


“Duh cantik banget kamu, tapi kok pakaiannya kurang update nih, kamu sih datangnya mepet banget, tapi tenang, nanti sore bunda ajak kamu belanja pakaian baru biar tambah cakep.” Ucap Bulik Harti, memang pakaian yang dikenakan Nisa termasuk sederhana, Kaos rajutan berwarna coklat dipadu dengan cardigan hitam serta celana berwarna hitam, hijab yang dikenakannya juga berwarna hitam.


“Jelek ya bun.” Tanya Nisa bingung melihat buliknya memperhatikan pakaiannya dari atas hingga bawah.


“Jelek sih gak, Cuma terlalu sederhana, kecantikan kamu jadi gak glowing, nanti sore bunda jemput kita belanja pakaian yang keren buat kerja, kayaknya perusahaan kamu itu di pusat kota, jadi gak pantes untuk sederhana, keren kan gak perlu mahal, udah serahkan saja pada bunda.” Jawab Bulik Harti.


Nisa hanya tersenyum, memang buliknya ini sangat fashionable soal pakaian, Nisa mengamit lengan buliknya dia kebingungan kenapa berangkatnya harus sepagi ini, Bulik Harti sepertinya paham dengan kebingungan keponakan cantiknya itu.


“Ini jakarta nduk, kalau kita telat keluar rumah, yang ada waktu kita abis di jalan karena macet, apalagi kamu kan baru, masa anak baru datengnya terlambat.” Ucap Bulik Harti, sebenarnya bulik harti tau kalau sejak sebelum subuh tadi Nisa sudah bangun, kebiasaan Nisa selalu mandi sebelum menunaikan sholat subuh, setelah itu Nisa menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, Nisa juga telah mencuci piring kotor bekas makan malam, setelah selesai membereskan rumah, nisa kemudian berganti pakaian.


“Kamu sarapan dulu ya nduk..tadi bunda nyicipin nasi goreng buatan kamu, wuih sedap tenan nduk..kamu gak perlu lah bebenah segala, biar bunda saja..” Ujar Bulik Harti.


“Gak apa kok bun, Nisa di rumah memang udah biasa kaya gitu, kan bunda bilang anggpe rumah sendiri, kalau Nisa gak boleh bebenah, berarti Nisa dianggap tamu dong.” Ucap Nisa sambil memonyongkan bibirnya manja.


Bulik Harti tertawa sambil mencubit bibir ponakannya itu, “Ya sudah kalau kamu gak cape, Bunda seneng kamu disini sayang..”


“Nisa juga seneng kok disini bun.” Nisa memeluk Buliknya.


“Ehmmm…. kak Nisa kok gak bangunin aku sih..” Sekar tiba-tiba muncul


“Tidur kamu enak banget sih, kakak jadi gak tega bangunin kamu.” Jawab Nisa.


“Sekar, udah sana kamu cepat mandi, abis mandi sarapan dulu tuh kak Nisa bikinin nasi goreng enak, nanti bunda mau antar kak nisa ke kantor, kamu jangan main hp lagi ya, abis sarapan langsung berangkat sekolah.” Ujar Bulik Harti.


Ya..ya…Bund.” Balas Sekar, yang kemudian berjalan malas menuju kamar mandi. Nisa tersenyum melihat sepupu Abg nya itu.


***


Apa yang dikatakan Bulik Harti ternyata terbukti, setengah tujuh mereka keluar rumah, sekarang jam tangan Nisa menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat dirinya tiba didepan gedung megah menjulang tinggi didepannya ini, setelah berpamitan dengan Bulik, Nisa segera bergegas masuk ke dalam gedung.


Karyawan dan karyawati yang bekerja di gedung tersebut juga mulai berdatangan, Nisa tersenyum-senyum sendiri, hatinya diliputi suasana bahagia di hari pertamanya ini, Nisa melihat surat tugas yang diberikan kantor Cabang di Surabaya, Nisa mencocokan nama kantornya dengan nama-nama kantor yang ada di papan besar dinding lobby gedung ini, rupanya kantor Nisa berada di lantai 17, Nisa memasukkan kembali surat tugasnya kedalam tas dan bergegas menuju lift.


Setelah menunggu antrian Lift selama 10 menit, akhirnya Nisa tiba di lantai 17, Nisa celingak celinguk mencari keberadaan Kantornya, dia melihat Nama kantor yang ditujunya berada di sebelah kiri pintu keluar lift, Nisa segera berjalan ke arah tempat itu, seorang Satpam menyambutnya dengan ramah, Nisa segera mengutarakan keperluannya pada Satpam tersebut.


“Bu Dewi belum datang mbak, silahkan tunggu di dalam saja, oh ya mari saya tunjukkan ruangan bu Dewi.” Ujar Satpam tersebut, Nisa mengikuti Satpam tersebut, didalam gedung beberapa karyawan hilir mudik mempersiapkan kesibukan mereka masing-masing, tiba-tiba Nisa merasa canggung berada di tempat tersebut, orang-orang itu bersikap acuh tak acuh dengan keberadaan Nisa.


“Mbak, itu sebelah kanan adalah ruangan Bu Dewi, mbak bisa tunggu di depannya saja, sudah paham kan tempatnya.” Tanya Satpam itu.


“Ya pak, makasih ya.” Jawab Nisa.


Satpam tersebut kembali ke tempatnya, Nisa berjalan menuju tempat yang ditunjukkan satpam tadi, Nisa melihat sebuah ruangan yang tertutup pintu kaca bertuliskan ruangan HRD, didepan ruangan itu ada sebuah bangku panjang, Nisa kemudian duduk disana.


Tak berapa lama Nisa duduk di sana, seorang perempuan berpenampilan menarik keluar dari ruangan tersebut, perempuan itu tersenyum pada Nisa dan berlalu menuju ke suatu tempat, Nisa mengikuti perempuan itu dengan pandangannya, tak lama Perempuan itu kembali menuju ke ruangan yang ada didepan Nisa.


“Mbak ada keperluan apa ya.” Perempuan itu menyapanya.


“Ini mbak, saya di suruh bertemu dengan Bu Dewi, manager HRD, saya dari Surabaya,” jawab Nisa, dari id card yang dikalungkannya ternyata perempuan yang menyapanya tadi bernama Agustina.


Nisa memberikan surat tugasnya kepada Agustina, perempuan itu membaca dan mengangguk, “Ohh mbak ini karyawan dari Surabaya itu ya, tadi bu Dewi nelpon aku, katanya kalau mbak datang suruh tunggu di dalam saja, Bu dewi mungkin agak terlambat sedikit, yuk kita ke dalam mbak.” Ucap Agustina.


Nisa mengikuti Agustina ke dalam ruangan HRD, didalam ruangan ada sejumlah Karyawan dan Karyawati yang tengah asik dengan kesibukan masing-masing, “Mau bikin kopi mbak? itu di sana ada alat bikin kopi dan teh.” Ucap Agustina menunjuk ke sebuah meja panjang.


“Ya mbak.” Jawab Nisa singkat, dia merasa semakin canggung berada di ruangan ini, Agustina tersenyum menyadari kecanggungan Nisa.


“Santai aja mbak, gak usah tegang, semua orang juga pernah di posisi mbak sebagai karyawan baru hehehe, duduk dekat aku aja sambil nunggu Bu Dewi datang.” Agustina berusaha membuat Nisa nyaman.


Agustina merupakan gadis yang supel, sebentar saja Nisa mulai akrab dengannya, hal itu membuat Nisa lebih bisa bersikap santai, 1 jam menunggu, pintu ruangan terbuka, seorang wanita setengah baya dengan dandanan modis masuk ke ruangan, “selamat pagi..” Ucap wanita itu.


Seluruh karyawan serentak berdiri membalas salam wanita itu, Nisa juga ikut berdiri, wanita itu memandang Nisa, sejenak dia seperti bingung dengan kehadiran wajah baru yang belum dikenalnya, “Kamu yang dari Surabaya itu ya.” Tanya wanita yang rupanya bernama Bu Dewi, orang yang sedang ditunggu oleh Nisa sejak tadi.


“Ya bu..” Jawab Nisa singkat.


“Ayuk ikut saya, kita kedalam ruangan saya.” Bu Dewi kemudian masuk ke ruangannya, Nisa menoleh pada Agustina yang mengangguk, “santai aja..” ucap Agustina.


“Terima Kasih ya mbak sudah menemani saya menunggu.” Ujar Anisa santun, Agustina hanya tersenyum mengangguk, Nisa kemudian berjalan menuju ruangan Bu Dewi tadi, setelah mengetuk pintu, Nisa masuk kedalam ruangan.


Nisa melihat sosok seorang wanita cantik dengan pakaian modis tengah duduk tersenyum padanya, Parfum yang dikenakan Bu Dewi menyerbak memenuhi ruangan, parfum itu sangat soft wanginya, seketika Nisa minder, bahkan dia tak menggunakan parfum berangkat kerja, hanya bedak bayi saja di balurkan di sekujur tubuhnya sebelum berangkat tadi.


“Lho kok bengong, silahkan duduk Nis.” Bu Dewi menyapanya dengan panggilan akrab.


Nisa kemudian berjalan membungkuk dan duduk di kursi di hadapan meja Bu Dewi, sopan santun memang selalu dijaga oleh Nisa.


Nisa..ini kamu isi formulir data Karyawan terlebih dahulu ya.” Ujar Bu Dewi sambil menyerahkan selembar kertas.


Sambil mengisi formulir Bu Dewi bertanya kepada Nisa, beberapa hal, diaman dia tinggal, dan bebrepa pertanyaan ringan untuk mencairkan suasana, Bu Dewi paham anak baru seperti Nisa pasti akan gugup menghadapi suasana kerja di hari pertama, dan sikap Bu Dewi itu rupanya mampu mengembalikan kepercayaan diri Nisa yang tadi sempat hilang.


“Ini bu sudah selesai.” Nisa menyerahkan kembali formulir yang sudah diisinya.


“Wow tulisan kamu bagus banget nis, kayaknya emang cocok ya kamu di posisi kamu nanti.” Ujar Bu Dewi. Nisa hanya tersenyum, dia memang selalu canggung kalau dipuji.


“Satu lagi nih, kamu tekan disini ya jempol kanan dan kiri kamu, untuk keperluan scan Absen.” Bu Dewi meyerahkan sebuah kotak kaca mirip seperti di tempat pembuatan SIM, Nisa kemudian mengikuti arahan dan petunjuk Bu Dewi tersebut.


“Nah udah lengkap semua, nanti sore kamu kembali kesini ya untuk ambil Id Card kamu, nah ini ada surat kontrak kerja yang harus kamu tanda tangani, di surat tersebut ada beberapa hal antara lain, posisi dan tanggung jawab pekerjaan kamu, gaji dan tunjangan yang akan kamu dapat, jam kerja dan lembur, serta tata tertib serta sanksi, silahkan kamu baca dulu.” Bu Dewi menyerahkan sebuah lembaran yang berada di dalam Map berwarna abu-abu.


Nisa berdebar membaca isi surat kontrak dihadapannya ini, bukan gaji yang membuatnya berdebar, tapi lebih karena dia merasa bangga dan terharu sebentar lagi dia akan resmi menjadi karyawan, sebentar lagi niatnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya dapat dia wujudkan, sungguh Nisa tak peduli gaji yang akan didapatkannya, dia hanya ingin bekerja sebaik mungkin di kesempatannya sekarang.


Dengan tangan gemetar dan berusaha keras menahan air mata haru yang jatuh, nisa menanda tangani surat kontrak tersebut, Bu Dewi tersenyum melihat Nisa, dalam waktu singkat Bu Dewi bisa menilai betapa santun dan baiknya gadis cantik didepannya ini.


Nisa menyerahkan surat kontrak yang telah ditanda tanganinya itu, Bu dewi menerima dengan seyum ramah, “Selamat ya Nis, kamu udah resmi menjadi bagian dari perusahaan ini.”


“Terima kasih bu.” Ucap Nisa sambil mencium tangan Bu Dewi.


“kamu ditempatkan menjadi asisten manajer pemasaran, ya mirip dengan sekretaris tugasnya, nanti pak Manager yang akan menjelaskan pekerjaan kamu, ruangannya ada di ujung ruangan ini, kamu keluar pintu lalu ke sebelah kiri, ntar saya minta agustina mengantar kamu, ya sudah kamu segera ke ruangan kamu, sepertinya pak manager juga sudah datang, kamu bawa surat ini kesana ya.” Bu Dewi menyerahkan salinan surat kontrak kepada Nisa.


Setelah berpamitan, Bu dewi mengantar Nisa keluar ruangan, Bu Dewi meminta Agustina mengantar Nisa ke ruangan manajer pemasaran, Nisa kembali membungkuk hormat pada Bu dewi, dan berjalan mengikuti Agustina menuju ruangan Manager pemasaran.


“Nih tempatnya Nis, masuk aja sendiri ya, aku banyak kerjaan soalnya.” Ujar Agustina, Nisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Nisa kemudian mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara seorang lelaki menyuruhnya masuk.


“Permisi pak.” Nisa masuk keruangan, dilihatnya seorang pria bertubuh atletis tengah menelpon membelakanginya, Nisa berdiri menunggu pria itu selesai menelpon.


Tiba-tiba Nisa terkejut seperti melihat hantu, saat pria yang menjadi manager pemasaran itu berbalik, sama seperti Nisa, Pria itu juga terperanjat melihat Nisa, “Lho..kamu…” ucap pria itu.


Mas..eh om…eh..” ucap Nisa terbata-bata


____________________________________________


Bersambung
 
Diary Seorang Istri
Part 24 – Pertemuan Tak Disangka



Adam perlahan mulai memompa batang kontolnya ke dalam Vagina Maya, gerakannya sangat lembut tak terburu-buru, Wajah Maya terlihat begitu menggairahkan di mata Adam, wajah cantik Maya terlihat menikmati setiap tumbukan kontol suaminya itu, Maya berharap Adam bisa menahan ejakulasinya selama mungkin, dan paling tidak bisa memberikannya orgasme sekali saja.


Adam merebahkan tubuhnya menindih tubuh Maya, bibirnya menangkap bibir Maya yang sedikit terbuka, Maya menyambut lumatan Adam dengan cukup bergairah, sambil berciuman, Adam terus memompa batang kontolnya keluar masuk vagina Maya.


Entah kenapa perasaan Adam sedikit berbeda melihat Maya saat ini, di matanya, Maya terlihat seksi dan menggairahkan bagaikan para terapis yang sering ditidurinya di spa, sebenarnya itu yang diinginkan Adam dari istrinya, selama dua tahun ini Adam ingin Maya tampil lebih nakal saat di ranjang, namun Adam tak punya keberanian untuk mengungkapkan kepada Maya, sehingga tak heran Adam merasa hambar saat harus menyetubuhi istrinya, bagi Adam meniduri Maya hanyalah sebuah kewajiban bukan suatu keasyikan, dan semua yang Adam impikan dari wanita diperolehnya dari para terapis spa, namun kini saat Maya mengenakan lingerie seksi dan berani mengulum kontolnya, pandangan Adam terhadap Maya berubah total, istrinya terlihat seksi dan menggiurkan.


Lenguhan dan rintihan lirih Maya terdengar merdu di telinga Adam, membuat syahwatnya makin berkobar, Adam semakin beringas menciumi leher jenjang Maya yang mulai berkeringat, Maya menjerit tertahan saat lehernya terasa sedikit perih, Maya bergidik melihat bola mata Adam yang berkilat penuh birahi, belum pernah Maya melihat Adam seperti ini, suaminya yang tampan dan kalem, biasanya menatapnya lembut saat mereka bersetubuh, kini Adam terlihat bagai seekor harimau lapar yang sedang memuaskan napsunya, dan pompaan Adam mulai cepat menumbuk vaginanya, Maya juga tak mau kalah, digigitnya lembut bahu Adam yang menindih tubuhnya, tumbukan kontol suaminya terasa menggaruk gatal birahinya, tiba-tiba berkelebat bayangan persetubuhannya dengan Anto.


Membayangkan hal itu, Maya menjadi semakin bergairah, dia ingin kembali menikmati momen saat orgasme hebat melandanya, dan Maya menyadari kalau yang diatas tubuhnya kini bukan Anto, tapi Adam, suami syahnya, lelaki yang seharusnya menjadi satu-satunya orang yang berhak menikmati tubuhnya, namun rasa adrenalin perselingkuhan membuatnya malah bergairah, gaya bercinta dua lelaki ini sungguh berbeda, Adam lebih kalem dari Anto, dan Jujur Maya menyukai perasaan bersalah atas perselingkuhannya, perasaan bersalah itu malah membuat gairahnya semakin meninggi, Maya bergairah membayangkan memiliki dua kontol yang siap memuaskan dirinya dengan gaya berbeda, ohhh Maya mulai merasakan orgasme berdatangan menghampirinya, kontol Adam semakin cepat memompa memeknya, Maya meringis dan memeluk Adam erat-erat..”yank terus..yank…aku hampir dapet…jangan berhenti yang..ohhhh…terus yank..terus…. aohh Ahhhhhhhhhhhhh…” Maya menjerit pelan, tangannya mencengkram sprei, tubuhnya mengejang tegang………


Adam memandang tak berkedip saat Maya melonjak-lonjak merasakan orgasme, gejolak syahwatnya semakin menggelora, Adam kembali memompa kontolnya dengan cepat menghujam lubang senggama istrinya itu, melihat wajah Maya yang orgasme hebat, membuat Adam tak kuasa menahan ejakulasinya, Adam menghentak-hentakkan pantatnya melepaskan seluruh benihnya membanjiri rahim Maya, Adam tersungkur lelah menindih tubuh Maya, napas keduanya tersengal-sengal, Adam melumat kembali bibir Maya, dan Maya menyambutnya dengan penuh gairah, keduanya saling melumat melepaskan gairah yang sedikit tersisa dalam keletihan tubuh mereka..


***


Maya terbangun pagi itu, jam dinding kamar menunjukkan pukul 5 pagi, Maya melihat suaminya masih mendengkur telungkup, Maya tersenyum memandang Adam, Maya mencari ikat rambut di meja nakas, lalu dia berjalan ke meja rias, dipandangi wajahnya di kaca meja rias, terlihat tanda merah sedikit hitam dilehernya, Maya mengusap tanda keganasan suaminya tadi malam, Maya tersenyum mengingat betapa ganasnya Adam tadi malam, suaminya itu bagikan bukan Adam yang selama ini dikenalnya, saat mengelus tanda merah itu, Maya teringat pada Anto, dadanya berdesir mengingat kembali keperkasaan tukang parkir saat menyetubuhi dirinya kemarin malam, Maya meihat sosok Adam yang masih lelap melalui kaca meja rias, dua orang pria berbeda telah menikmati tubuhnya, Anto pria yang telah memberikannya pengalaman hebat, dan juga Adam sosok suami yang selama ini dingin tiba-tiba menjelma ganas, duh Maya mulai merasa permainan sungguh asyik.


“Duhh, Gimana ini Maya, kenapa sekarang lu seperti wanita binal yang haus kontol..” gumam Maya memandang wajahnya di kaca meja rias, perasaan bersalah mulai menghinggap kembali di sanubarinya, namun sisi hatinya mencoba membenarkan perselingkuhan yang di lakukannya, “Adam duluan yang selingkuh loh..trus kenapa kalau lo balas dengan perselingkuhan juga, kan adil itu namanya, gak usah bersalah deh..lagian kalo gak selingkuh ama Anto, lo gak bakal ngerasain orgasme kaya kemaren, udah sekarang santai aja, nikmati aja dua kontol itu sebaik-baiknya, lo berhak bahagia juga kok May.”


Sisi hatinya yang kelam mulai menguasai logika dan pemikiran Maya tentang perselingkuhannya, sungguh Maya tak ingin atau tepatnya tak bisa menghentikan gairah ingin mengulangi persetubuhannya dengan Anto, dia ingin kembali menjerit-jerit di atas ranjang menikmati kontol pria gagah itu, Maya ingin menikmati lidah Anto menjalar di setiap inchi kulit tubuhnya, menggelitik lubang vaginanya, merasakan nikmatnya saat kontol hitam besar itu menghujam kencang memeknya, ohhh bagimana mungkin bisa menghentikan semua itu..Hati Maya berdesir hebat membayangkan semua itu.


Di sisi lain, Maya juga tak ingin imagenya sebagai wanita baik-baik jadi hilang, selama ini Maya adalah seorang istri yang baik bagi Adam, dan sungguh Maya tak bisa membayangkan hidup tanpa Adam, Maya tahu cintanya hanya untuk Adam, sedangkan Anto adalah pemuas gairahnya belaka, dan Maya tak ingin kehilangan cinta dan gairahnya itu, “Ya udah nikmatin aja dua-duanya gak usah dilema, anggap aja punya suami dua, asik kan ada dua kontol yang siap memuaskan lo..” sisi Kelam hatinya mulai mempengaruhinya lagi.


Maya menghela napasnya, dia kemudian bangkit menuju kamar mandi, dia harus siap-siap untuk berangkat kerja dan sekaligus memainkan perannya sebagai istri yang baik menyiapkan sarapan untuk suaminya.


*** “Nis…sudah siapkan? Sebentar lagi jalanan macet..” Ucap Bulik Harti sambil mengetuk kamar Anissa.





“Ya bun, sudah kok.” Tak lama pintu kamar Anissa terbuka, muncullah sosok gadis cantik dengan dari dalam kamar, Bulik Harti terperangah melihat penampilan Anissa.


“Duh cantik banget kamu, tapi kok pakaiannya kurang update nih, kamu sih datangnya mepet banget, tapi tenang, nanti sore bunda ajak kamu belanja pakaian baru biar tambah cakep.” Ucap Bulik Harti, memang pakaian yang dikenakan Nisa termasuk sederhana, Kaos rajutan berwarna coklat dipadu dengan cardigan hitam serta celana berwarna hitam, hijab yang dikenakannya juga berwarna hitam.


“Jelek ya bun.” Tanya Nisa bingung melihat buliknya memperhatikan pakaiannya dari atas hingga bawah.


“Jelek sih gak, Cuma terlalu sederhana, kecantikan kamu jadi gak glowing, nanti sore bunda jemput kita belanja pakaian yang keren buat kerja, kayaknya perusahaan kamu itu di pusat kota, jadi gak pantes untuk sederhana, keren kan gak perlu mahal, udah serahkan saja pada bunda.” Jawab Bulik Harti.


Nisa hanya tersenyum, memang buliknya ini sangat fashionable soal pakaian, Nisa mengamit lengan buliknya dia kebingungan kenapa berangkatnya harus sepagi ini, Bulik Harti sepertinya paham dengan kebingungan keponakan cantiknya itu.


“Ini jakarta nduk, kalau kita telat keluar rumah, yang ada waktu kita abis di jalan karena macet, apalagi kamu kan baru, masa anak baru datengnya terlambat.” Ucap Bulik Harti, sebenarnya bulik harti tau kalau sejak sebelum subuh tadi Nisa sudah bangun, kebiasaan Nisa selalu mandi sebelum menunaikan sholat subuh, setelah itu Nisa menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, Nisa juga telah mencuci piring kotor bekas makan malam, setelah selesai membereskan rumah, nisa kemudian berganti pakaian.


“Kamu sarapan dulu ya nduk..tadi bunda nyicipin nasi goreng buatan kamu, wuih sedap tenan nduk..kamu gak perlu lah bebenah segala, biar bunda saja..” Ujar Bulik Harti.


“Gak apa kok bun, Nisa di rumah memang udah biasa kaya gitu, kan bunda bilang anggpe rumah sendiri, kalau Nisa gak boleh bebenah, berarti Nisa dianggap tamu dong.” Ucap Nisa sambil memonyongkan bibirnya manja.


Bulik Harti tertawa sambil mencubit bibir ponakannya itu, “Ya sudah kalau kamu gak cape, Bunda seneng kamu disini sayang..”


“Nisa juga seneng kok disini bun.” Nisa memeluk Buliknya.


“Ehmmm…. kak Nisa kok gak bangunin aku sih..” Sekar tiba-tiba muncul


“Tidur kamu enak banget sih, kakak jadi gak tega bangunin kamu.” Jawab Nisa.


“Sekar, udah sana kamu cepat mandi, abis mandi sarapan dulu tuh kak Nisa bikinin nasi goreng enak, nanti bunda mau antar kak nisa ke kantor, kamu jangan main hp lagi ya, abis sarapan langsung berangkat sekolah.” Ujar Bulik Harti.


Ya..ya…Bund.” Balas Sekar, yang kemudian berjalan malas menuju kamar mandi. Nisa tersenyum melihat sepupu Abg nya itu.


***


Apa yang dikatakan Bulik Harti ternyata terbukti, setengah tujuh mereka keluar rumah, sekarang jam tangan Nisa menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat dirinya tiba didepan gedung megah menjulang tinggi didepannya ini, setelah berpamitan dengan Bulik, Nisa segera bergegas masuk ke dalam gedung.


Karyawan dan karyawati yang bekerja di gedung tersebut juga mulai berdatangan, Nisa tersenyum-senyum sendiri, hatinya diliputi suasana bahagia di hari pertamanya ini, Nisa melihat surat tugas yang diberikan kantor Cabang di Surabaya, Nisa mencocokan nama kantornya dengan nama-nama kantor yang ada di papan besar dinding lobby gedung ini, rupanya kantor Nisa berada di lantai 17, Nisa memasukkan kembali surat tugasnya kedalam tas dan bergegas menuju lift.


Setelah menunggu antrian Lift selama 10 menit, akhirnya Nisa tiba di lantai 17, Nisa celingak celinguk mencari keberadaan Kantornya, dia melihat Nama kantor yang ditujunya berada di sebelah kiri pintu keluar lift, Nisa segera berjalan ke arah tempat itu, seorang Satpam menyambutnya dengan ramah, Nisa segera mengutarakan keperluannya pada Satpam tersebut.


“Bu Dewi belum datang mbak, silahkan tunggu di dalam saja, oh ya mari saya tunjukkan ruangan bu Dewi.” Ujar Satpam tersebut, Nisa mengikuti Satpam tersebut, didalam gedung beberapa karyawan hilir mudik mempersiapkan kesibukan mereka masing-masing, tiba-tiba Nisa merasa canggung berada di tempat tersebut, orang-orang itu bersikap acuh tak acuh dengan keberadaan Nisa.


“Mbak, itu sebelah kanan adalah ruangan Bu Dewi, mbak bisa tunggu di depannya saja, sudah paham kan tempatnya.” Tanya Satpam itu.


“Ya pak, makasih ya.” Jawab Nisa.


Satpam tersebut kembali ke tempatnya, Nisa berjalan menuju tempat yang ditunjukkan satpam tadi, Nisa melihat sebuah ruangan yang tertutup pintu kaca bertuliskan ruangan HRD, didepan ruangan itu ada sebuah bangku panjang, Nisa kemudian duduk disana.


Tak berapa lama Nisa duduk di sana, seorang perempuan berpenampilan menarik keluar dari ruangan tersebut, perempuan itu tersenyum pada Nisa dan berlalu menuju ke suatu tempat, Nisa mengikuti perempuan itu dengan pandangannya, tak lama Perempuan itu kembali menuju ke ruangan yang ada didepan Nisa.


“Mbak ada keperluan apa ya.” Perempuan itu menyapanya.


“Ini mbak, saya di suruh bertemu dengan Bu Dewi, manager HRD, saya dari Surabaya,” jawab Nisa, dari id card yang dikalungkannya ternyata perempuan yang menyapanya tadi bernama Agustina.


Nisa memberikan surat tugasnya kepada Agustina, perempuan itu membaca dan mengangguk, “Ohh mbak ini karyawan dari Surabaya itu ya, tadi bu Dewi nelpon aku, katanya kalau mbak datang suruh tunggu di dalam saja, Bu dewi mungkin agak terlambat sedikit, yuk kita ke dalam mbak.” Ucap Agustina.


Nisa mengikuti Agustina ke dalam ruangan HRD, didalam ruangan ada sejumlah Karyawan dan Karyawati yang tengah asik dengan kesibukan masing-masing, “Mau bikin kopi mbak? itu di sana ada alat bikin kopi dan teh.” Ucap Agustina menunjuk ke sebuah meja panjang.


“Ya mbak.” Jawab Nisa singkat, dia merasa semakin canggung berada di ruangan ini, Agustina tersenyum menyadari kecanggungan Nisa.


“Santai aja mbak, gak usah tegang, semua orang juga pernah di posisi mbak sebagai karyawan baru hehehe, duduk dekat aku aja sambil nunggu Bu Dewi datang.” Agustina berusaha membuat Nisa nyaman.


Agustina merupakan gadis yang supel, sebentar saja Nisa mulai akrab dengannya, hal itu membuat Nisa lebih bisa bersikap santai, 1 jam menunggu, pintu ruangan terbuka, seorang wanita setengah baya dengan dandanan modis masuk ke ruangan, “selamat pagi..” Ucap wanita itu.


Seluruh karyawan serentak berdiri membalas salam wanita itu, Nisa juga ikut berdiri, wanita itu memandang Nisa, sejenak dia seperti bingung dengan kehadiran wajah baru yang belum dikenalnya, “Kamu yang dari Surabaya itu ya.” Tanya wanita yang rupanya bernama Bu Dewi, orang yang sedang ditunggu oleh Nisa sejak tadi.


“Ya bu..” Jawab Nisa singkat.


“Ayuk ikut saya, kita kedalam ruangan saya.” Bu Dewi kemudian masuk ke ruangannya, Nisa menoleh pada Agustina yang mengangguk, “santai aja..” ucap Agustina.


“Terima Kasih ya mbak sudah menemani saya menunggu.” Ujar Anisa santun, Agustina hanya tersenyum mengangguk, Nisa kemudian berjalan menuju ruangan Bu Dewi tadi, setelah mengetuk pintu, Nisa masuk kedalam ruangan.


Nisa melihat sosok seorang wanita cantik dengan pakaian modis tengah duduk tersenyum padanya, Parfum yang dikenakan Bu Dewi menyerbak memenuhi ruangan, parfum itu sangat soft wanginya, seketika Nisa minder, bahkan dia tak menggunakan parfum berangkat kerja, hanya bedak bayi saja di balurkan di sekujur tubuhnya sebelum berangkat tadi.


“Lho kok bengong, silahkan duduk Nis.” Bu Dewi menyapanya dengan panggilan akrab.


Nisa kemudian berjalan membungkuk dan duduk di kursi di hadapan meja Bu Dewi, sopan santun memang selalu dijaga oleh Nisa.


Nisa..ini kamu isi formulir data Karyawan terlebih dahulu ya.” Ujar Bu Dewi sambil menyerahkan selembar kertas.


Sambil mengisi formulir Bu Dewi bertanya kepada Nisa, beberapa hal, diaman dia tinggal, dan bebrepa pertanyaan ringan untuk mencairkan suasana, Bu Dewi paham anak baru seperti Nisa pasti akan gugup menghadapi suasana kerja di hari pertama, dan sikap Bu Dewi itu rupanya mampu mengembalikan kepercayaan diri Nisa yang tadi sempat hilang.


“Ini bu sudah selesai.” Nisa menyerahkan kembali formulir yang sudah diisinya.


“Wow tulisan kamu bagus banget nis, kayaknya emang cocok ya kamu di posisi kamu nanti.” Ujar Bu Dewi. Nisa hanya tersenyum, dia memang selalu canggung kalau dipuji.


“Satu lagi nih, kamu tekan disini ya jempol kanan dan kiri kamu, untuk keperluan scan Absen.” Bu Dewi meyerahkan sebuah kotak kaca mirip seperti di tempat pembuatan SIM, Nisa kemudian mengikuti arahan dan petunjuk Bu Dewi tersebut.


“Nah udah lengkap semua, nanti sore kamu kembali kesini ya untuk ambil Id Card kamu, nah ini ada surat kontrak kerja yang harus kamu tanda tangani, di surat tersebut ada beberapa hal antara lain, posisi dan tanggung jawab pekerjaan kamu, gaji dan tunjangan yang akan kamu dapat, jam kerja dan lembur, serta tata tertib serta sanksi, silahkan kamu baca dulu.” Bu Dewi menyerahkan sebuah lembaran yang berada di dalam Map berwarna abu-abu.


Nisa berdebar membaca isi surat kontrak dihadapannya ini, bukan gaji yang membuatnya berdebar, tapi lebih karena dia merasa bangga dan terharu sebentar lagi dia akan resmi menjadi karyawan, sebentar lagi niatnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya dapat dia wujudkan, sungguh Nisa tak peduli gaji yang akan didapatkannya, dia hanya ingin bekerja sebaik mungkin di kesempatannya sekarang.


Dengan tangan gemetar dan berusaha keras menahan air mata haru yang jatuh, nisa menanda tangani surat kontrak tersebut, Bu Dewi tersenyum melihat Nisa, dalam waktu singkat Bu Dewi bisa menilai betapa santun dan baiknya gadis cantik didepannya ini.


Nisa menyerahkan surat kontrak yang telah ditanda tanganinya itu, Bu dewi menerima dengan seyum ramah, “Selamat ya Nis, kamu udah resmi menjadi bagian dari perusahaan ini.”


“Terima kasih bu.” Ucap Nisa sambil mencium tangan Bu Dewi.


“kamu ditempatkan menjadi asisten manajer pemasaran, ya mirip dengan sekretaris tugasnya, nanti pak Manager yang akan menjelaskan pekerjaan kamu, ruangannya ada di ujung ruangan ini, kamu keluar pintu lalu ke sebelah kiri, ntar saya minta agustina mengantar kamu, ya sudah kamu segera ke ruangan kamu, sepertinya pak manager juga sudah datang, kamu bawa surat ini kesana ya.” Bu Dewi menyerahkan salinan surat kontrak kepada Nisa.


Setelah berpamitan, Bu dewi mengantar Nisa keluar ruangan, Bu Dewi meminta Agustina mengantar Nisa ke ruangan manajer pemasaran, Nisa kembali membungkuk hormat pada Bu dewi, dan berjalan mengikuti Agustina menuju ruangan Manager pemasaran.


“Nih tempatnya Nis, masuk aja sendiri ya, aku banyak kerjaan soalnya.” Ujar Agustina, Nisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Nisa kemudian mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara seorang lelaki menyuruhnya masuk.


“Permisi pak.” Nisa masuk keruangan, dilihatnya seorang pria bertubuh atletis tengah menelpon membelakanginya, Nisa berdiri menunggu pria itu selesai menelpon.


Tiba-tiba Nisa terkejut seperti melihat hantu, saat pria yang menjadi manager pemasaran itu berbalik, sama seperti Nisa, Pria itu juga terperanjat melihat Nisa, “Lho..kamu…” ucap pria itu.


Mas..eh om…eh..” ucap Nisa terbata-bata


____________________________________________


Bersambung
Makasih update nya mas bro @pujangga2000
 
Diary Seorang Istri
Part 24 – Pertemuan Tak Disangka



Adam perlahan mulai memompa batang kontolnya ke dalam Vagina Maya, gerakannya sangat lembut tak terburu-buru, Wajah Maya terlihat begitu menggairahkan di mata Adam, wajah cantik Maya terlihat menikmati setiap tumbukan kontol suaminya itu, Maya berharap Adam bisa menahan ejakulasinya selama mungkin, dan paling tidak bisa memberikannya orgasme sekali saja.


Adam merebahkan tubuhnya menindih tubuh Maya, bibirnya menangkap bibir Maya yang sedikit terbuka, Maya menyambut lumatan Adam dengan cukup bergairah, sambil berciuman, Adam terus memompa batang kontolnya keluar masuk vagina Maya.


Entah kenapa perasaan Adam sedikit berbeda melihat Maya saat ini, di matanya, Maya terlihat seksi dan menggairahkan bagaikan para terapis yang sering ditidurinya di spa, sebenarnya itu yang diinginkan Adam dari istrinya, selama dua tahun ini Adam ingin Maya tampil lebih nakal saat di ranjang, namun Adam tak punya keberanian untuk mengungkapkan kepada Maya, sehingga tak heran Adam merasa hambar saat harus menyetubuhi istrinya, bagi Adam meniduri Maya hanyalah sebuah kewajiban bukan suatu keasyikan, dan semua yang Adam impikan dari wanita diperolehnya dari para terapis spa, namun kini saat Maya mengenakan lingerie seksi dan berani mengulum kontolnya, pandangan Adam terhadap Maya berubah total, istrinya terlihat seksi dan menggiurkan.


Lenguhan dan rintihan lirih Maya terdengar merdu di telinga Adam, membuat syahwatnya makin berkobar, Adam semakin beringas menciumi leher jenjang Maya yang mulai berkeringat, Maya menjerit tertahan saat lehernya terasa sedikit perih, Maya bergidik melihat bola mata Adam yang berkilat penuh birahi, belum pernah Maya melihat Adam seperti ini, suaminya yang tampan dan kalem, biasanya menatapnya lembut saat mereka bersetubuh, kini Adam terlihat bagai seekor harimau lapar yang sedang memuaskan napsunya, dan pompaan Adam mulai cepat menumbuk vaginanya, Maya juga tak mau kalah, digigitnya lembut bahu Adam yang menindih tubuhnya, tumbukan kontol suaminya terasa menggaruk gatal birahinya, tiba-tiba berkelebat bayangan persetubuhannya dengan Anto.


Membayangkan hal itu, Maya menjadi semakin bergairah, dia ingin kembali menikmati momen saat orgasme hebat melandanya, dan Maya menyadari kalau yang diatas tubuhnya kini bukan Anto, tapi Adam, suami syahnya, lelaki yang seharusnya menjadi satu-satunya orang yang berhak menikmati tubuhnya, namun rasa adrenalin perselingkuhan membuatnya malah bergairah, gaya bercinta dua lelaki ini sungguh berbeda, Adam lebih kalem dari Anto, dan Jujur Maya menyukai perasaan bersalah atas perselingkuhannya, perasaan bersalah itu malah membuat gairahnya semakin meninggi, Maya bergairah membayangkan memiliki dua kontol yang siap memuaskan dirinya dengan gaya berbeda, ohhh Maya mulai merasakan orgasme berdatangan menghampirinya, kontol Adam semakin cepat memompa memeknya, Maya meringis dan memeluk Adam erat-erat..”yank terus..yank…aku hampir dapet…jangan berhenti yang..ohhhh…terus yank..terus…. aohh Ahhhhhhhhhhhhh…” Maya menjerit pelan, tangannya mencengkram sprei, tubuhnya mengejang tegang………


Adam memandang tak berkedip saat Maya melonjak-lonjak merasakan orgasme, gejolak syahwatnya semakin menggelora, Adam kembali memompa kontolnya dengan cepat menghujam lubang senggama istrinya itu, melihat wajah Maya yang orgasme hebat, membuat Adam tak kuasa menahan ejakulasinya, Adam menghentak-hentakkan pantatnya melepaskan seluruh benihnya membanjiri rahim Maya, Adam tersungkur lelah menindih tubuh Maya, napas keduanya tersengal-sengal, Adam melumat kembali bibir Maya, dan Maya menyambutnya dengan penuh gairah, keduanya saling melumat melepaskan gairah yang sedikit tersisa dalam keletihan tubuh mereka..


***


Maya terbangun pagi itu, jam dinding kamar menunjukkan pukul 5 pagi, Maya melihat suaminya masih mendengkur telungkup, Maya tersenyum memandang Adam, Maya mencari ikat rambut di meja nakas, lalu dia berjalan ke meja rias, dipandangi wajahnya di kaca meja rias, terlihat tanda merah sedikit hitam dilehernya, Maya mengusap tanda keganasan suaminya tadi malam, Maya tersenyum mengingat betapa ganasnya Adam tadi malam, suaminya itu bagikan bukan Adam yang selama ini dikenalnya, saat mengelus tanda merah itu, Maya teringat pada Anto, dadanya berdesir mengingat kembali keperkasaan tukang parkir saat menyetubuhi dirinya kemarin malam, Maya meihat sosok Adam yang masih lelap melalui kaca meja rias, dua orang pria berbeda telah menikmati tubuhnya, Anto pria yang telah memberikannya pengalaman hebat, dan juga Adam sosok suami yang selama ini dingin tiba-tiba menjelma ganas, duh Maya mulai merasa permainan sungguh asyik.


“Duhh, Gimana ini Maya, kenapa sekarang lu seperti wanita binal yang haus kontol..” gumam Maya memandang wajahnya di kaca meja rias, perasaan bersalah mulai menghinggap kembali di sanubarinya, namun sisi hatinya mencoba membenarkan perselingkuhan yang di lakukannya, “Adam duluan yang selingkuh loh..trus kenapa kalau lo balas dengan perselingkuhan juga, kan adil itu namanya, gak usah bersalah deh..lagian kalo gak selingkuh ama Anto, lo gak bakal ngerasain orgasme kaya kemaren, udah sekarang santai aja, nikmati aja dua kontol itu sebaik-baiknya, lo berhak bahagia juga kok May.”


Sisi hatinya yang kelam mulai menguasai logika dan pemikiran Maya tentang perselingkuhannya, sungguh Maya tak ingin atau tepatnya tak bisa menghentikan gairah ingin mengulangi persetubuhannya dengan Anto, dia ingin kembali menjerit-jerit di atas ranjang menikmati kontol pria gagah itu, Maya ingin menikmati lidah Anto menjalar di setiap inchi kulit tubuhnya, menggelitik lubang vaginanya, merasakan nikmatnya saat kontol hitam besar itu menghujam kencang memeknya, ohhh bagimana mungkin bisa menghentikan semua itu..Hati Maya berdesir hebat membayangkan semua itu.


Di sisi lain, Maya juga tak ingin imagenya sebagai wanita baik-baik jadi hilang, selama ini Maya adalah seorang istri yang baik bagi Adam, dan sungguh Maya tak bisa membayangkan hidup tanpa Adam, Maya tahu cintanya hanya untuk Adam, sedangkan Anto adalah pemuas gairahnya belaka, dan Maya tak ingin kehilangan cinta dan gairahnya itu, “Ya udah nikmatin aja dua-duanya gak usah dilema, anggap aja punya suami dua, asik kan ada dua kontol yang siap memuaskan lo..” sisi Kelam hatinya mulai mempengaruhinya lagi.


Maya menghela napasnya, dia kemudian bangkit menuju kamar mandi, dia harus siap-siap untuk berangkat kerja dan sekaligus memainkan perannya sebagai istri yang baik menyiapkan sarapan untuk suaminya.


*** “Nis…sudah siapkan? Sebentar lagi jalanan macet..” Ucap Bulik Harti sambil mengetuk kamar Anissa.





“Ya bun, sudah kok.” Tak lama pintu kamar Anissa terbuka, muncullah sosok gadis cantik dengan dari dalam kamar, Bulik Harti terperangah melihat penampilan Anissa.


“Duh cantik banget kamu, tapi kok pakaiannya kurang update nih, kamu sih datangnya mepet banget, tapi tenang, nanti sore bunda ajak kamu belanja pakaian baru biar tambah cakep.” Ucap Bulik Harti, memang pakaian yang dikenakan Nisa termasuk sederhana, Kaos rajutan berwarna coklat dipadu dengan cardigan hitam serta celana berwarna hitam, hijab yang dikenakannya juga berwarna hitam.


“Jelek ya bun.” Tanya Nisa bingung melihat buliknya memperhatikan pakaiannya dari atas hingga bawah.


“Jelek sih gak, Cuma terlalu sederhana, kecantikan kamu jadi gak glowing, nanti sore bunda jemput kita belanja pakaian yang keren buat kerja, kayaknya perusahaan kamu itu di pusat kota, jadi gak pantes untuk sederhana, keren kan gak perlu mahal, udah serahkan saja pada bunda.” Jawab Bulik Harti.


Nisa hanya tersenyum, memang buliknya ini sangat fashionable soal pakaian, Nisa mengamit lengan buliknya dia kebingungan kenapa berangkatnya harus sepagi ini, Bulik Harti sepertinya paham dengan kebingungan keponakan cantiknya itu.


“Ini jakarta nduk, kalau kita telat keluar rumah, yang ada waktu kita abis di jalan karena macet, apalagi kamu kan baru, masa anak baru datengnya terlambat.” Ucap Bulik Harti, sebenarnya bulik harti tau kalau sejak sebelum subuh tadi Nisa sudah bangun, kebiasaan Nisa selalu mandi sebelum menunaikan sholat subuh, setelah itu Nisa menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, Nisa juga telah mencuci piring kotor bekas makan malam, setelah selesai membereskan rumah, nisa kemudian berganti pakaian.


“Kamu sarapan dulu ya nduk..tadi bunda nyicipin nasi goreng buatan kamu, wuih sedap tenan nduk..kamu gak perlu lah bebenah segala, biar bunda saja..” Ujar Bulik Harti.


“Gak apa kok bun, Nisa di rumah memang udah biasa kaya gitu, kan bunda bilang anggpe rumah sendiri, kalau Nisa gak boleh bebenah, berarti Nisa dianggap tamu dong.” Ucap Nisa sambil memonyongkan bibirnya manja.


Bulik Harti tertawa sambil mencubit bibir ponakannya itu, “Ya sudah kalau kamu gak cape, Bunda seneng kamu disini sayang..”


“Nisa juga seneng kok disini bun.” Nisa memeluk Buliknya.


“Ehmmm…. kak Nisa kok gak bangunin aku sih..” Sekar tiba-tiba muncul


“Tidur kamu enak banget sih, kakak jadi gak tega bangunin kamu.” Jawab Nisa.


“Sekar, udah sana kamu cepat mandi, abis mandi sarapan dulu tuh kak Nisa bikinin nasi goreng enak, nanti bunda mau antar kak nisa ke kantor, kamu jangan main hp lagi ya, abis sarapan langsung berangkat sekolah.” Ujar Bulik Harti.


Ya..ya…Bund.” Balas Sekar, yang kemudian berjalan malas menuju kamar mandi. Nisa tersenyum melihat sepupu Abg nya itu.


***


Apa yang dikatakan Bulik Harti ternyata terbukti, setengah tujuh mereka keluar rumah, sekarang jam tangan Nisa menunjukkan pukul setengah delapan pagi saat dirinya tiba didepan gedung megah menjulang tinggi didepannya ini, setelah berpamitan dengan Bulik, Nisa segera bergegas masuk ke dalam gedung.


Karyawan dan karyawati yang bekerja di gedung tersebut juga mulai berdatangan, Nisa tersenyum-senyum sendiri, hatinya diliputi suasana bahagia di hari pertamanya ini, Nisa melihat surat tugas yang diberikan kantor Cabang di Surabaya, Nisa mencocokan nama kantornya dengan nama-nama kantor yang ada di papan besar dinding lobby gedung ini, rupanya kantor Nisa berada di lantai 17, Nisa memasukkan kembali surat tugasnya kedalam tas dan bergegas menuju lift.


Setelah menunggu antrian Lift selama 10 menit, akhirnya Nisa tiba di lantai 17, Nisa celingak celinguk mencari keberadaan Kantornya, dia melihat Nama kantor yang ditujunya berada di sebelah kiri pintu keluar lift, Nisa segera berjalan ke arah tempat itu, seorang Satpam menyambutnya dengan ramah, Nisa segera mengutarakan keperluannya pada Satpam tersebut.


“Bu Dewi belum datang mbak, silahkan tunggu di dalam saja, oh ya mari saya tunjukkan ruangan bu Dewi.” Ujar Satpam tersebut, Nisa mengikuti Satpam tersebut, didalam gedung beberapa karyawan hilir mudik mempersiapkan kesibukan mereka masing-masing, tiba-tiba Nisa merasa canggung berada di tempat tersebut, orang-orang itu bersikap acuh tak acuh dengan keberadaan Nisa.


“Mbak, itu sebelah kanan adalah ruangan Bu Dewi, mbak bisa tunggu di depannya saja, sudah paham kan tempatnya.” Tanya Satpam itu.


“Ya pak, makasih ya.” Jawab Nisa.


Satpam tersebut kembali ke tempatnya, Nisa berjalan menuju tempat yang ditunjukkan satpam tadi, Nisa melihat sebuah ruangan yang tertutup pintu kaca bertuliskan ruangan HRD, didepan ruangan itu ada sebuah bangku panjang, Nisa kemudian duduk disana.


Tak berapa lama Nisa duduk di sana, seorang perempuan berpenampilan menarik keluar dari ruangan tersebut, perempuan itu tersenyum pada Nisa dan berlalu menuju ke suatu tempat, Nisa mengikuti perempuan itu dengan pandangannya, tak lama Perempuan itu kembali menuju ke ruangan yang ada didepan Nisa.


“Mbak ada keperluan apa ya.” Perempuan itu menyapanya.


“Ini mbak, saya di suruh bertemu dengan Bu Dewi, manager HRD, saya dari Surabaya,” jawab Nisa, dari id card yang dikalungkannya ternyata perempuan yang menyapanya tadi bernama Agustina.


Nisa memberikan surat tugasnya kepada Agustina, perempuan itu membaca dan mengangguk, “Ohh mbak ini karyawan dari Surabaya itu ya, tadi bu Dewi nelpon aku, katanya kalau mbak datang suruh tunggu di dalam saja, Bu dewi mungkin agak terlambat sedikit, yuk kita ke dalam mbak.” Ucap Agustina.


Nisa mengikuti Agustina ke dalam ruangan HRD, didalam ruangan ada sejumlah Karyawan dan Karyawati yang tengah asik dengan kesibukan masing-masing, “Mau bikin kopi mbak? itu di sana ada alat bikin kopi dan teh.” Ucap Agustina menunjuk ke sebuah meja panjang.


“Ya mbak.” Jawab Nisa singkat, dia merasa semakin canggung berada di ruangan ini, Agustina tersenyum menyadari kecanggungan Nisa.


“Santai aja mbak, gak usah tegang, semua orang juga pernah di posisi mbak sebagai karyawan baru hehehe, duduk dekat aku aja sambil nunggu Bu Dewi datang.” Agustina berusaha membuat Nisa nyaman.


Agustina merupakan gadis yang supel, sebentar saja Nisa mulai akrab dengannya, hal itu membuat Nisa lebih bisa bersikap santai, 1 jam menunggu, pintu ruangan terbuka, seorang wanita setengah baya dengan dandanan modis masuk ke ruangan, “selamat pagi..” Ucap wanita itu.


Seluruh karyawan serentak berdiri membalas salam wanita itu, Nisa juga ikut berdiri, wanita itu memandang Nisa, sejenak dia seperti bingung dengan kehadiran wajah baru yang belum dikenalnya, “Kamu yang dari Surabaya itu ya.” Tanya wanita yang rupanya bernama Bu Dewi, orang yang sedang ditunggu oleh Nisa sejak tadi.


“Ya bu..” Jawab Nisa singkat.


“Ayuk ikut saya, kita kedalam ruangan saya.” Bu Dewi kemudian masuk ke ruangannya, Nisa menoleh pada Agustina yang mengangguk, “santai aja..” ucap Agustina.


“Terima Kasih ya mbak sudah menemani saya menunggu.” Ujar Anisa santun, Agustina hanya tersenyum mengangguk, Nisa kemudian berjalan menuju ruangan Bu Dewi tadi, setelah mengetuk pintu, Nisa masuk kedalam ruangan.


Nisa melihat sosok seorang wanita cantik dengan pakaian modis tengah duduk tersenyum padanya, Parfum yang dikenakan Bu Dewi menyerbak memenuhi ruangan, parfum itu sangat soft wanginya, seketika Nisa minder, bahkan dia tak menggunakan parfum berangkat kerja, hanya bedak bayi saja di balurkan di sekujur tubuhnya sebelum berangkat tadi.


“Lho kok bengong, silahkan duduk Nis.” Bu Dewi menyapanya dengan panggilan akrab.


Nisa kemudian berjalan membungkuk dan duduk di kursi di hadapan meja Bu Dewi, sopan santun memang selalu dijaga oleh Nisa.


Nisa..ini kamu isi formulir data Karyawan terlebih dahulu ya.” Ujar Bu Dewi sambil menyerahkan selembar kertas.


Sambil mengisi formulir Bu Dewi bertanya kepada Nisa, beberapa hal, diaman dia tinggal, dan bebrepa pertanyaan ringan untuk mencairkan suasana, Bu Dewi paham anak baru seperti Nisa pasti akan gugup menghadapi suasana kerja di hari pertama, dan sikap Bu Dewi itu rupanya mampu mengembalikan kepercayaan diri Nisa yang tadi sempat hilang.


“Ini bu sudah selesai.” Nisa menyerahkan kembali formulir yang sudah diisinya.


“Wow tulisan kamu bagus banget nis, kayaknya emang cocok ya kamu di posisi kamu nanti.” Ujar Bu Dewi. Nisa hanya tersenyum, dia memang selalu canggung kalau dipuji.


“Satu lagi nih, kamu tekan disini ya jempol kanan dan kiri kamu, untuk keperluan scan Absen.” Bu Dewi meyerahkan sebuah kotak kaca mirip seperti di tempat pembuatan SIM, Nisa kemudian mengikuti arahan dan petunjuk Bu Dewi tersebut.


“Nah udah lengkap semua, nanti sore kamu kembali kesini ya untuk ambil Id Card kamu, nah ini ada surat kontrak kerja yang harus kamu tanda tangani, di surat tersebut ada beberapa hal antara lain, posisi dan tanggung jawab pekerjaan kamu, gaji dan tunjangan yang akan kamu dapat, jam kerja dan lembur, serta tata tertib serta sanksi, silahkan kamu baca dulu.” Bu Dewi menyerahkan sebuah lembaran yang berada di dalam Map berwarna abu-abu.


Nisa berdebar membaca isi surat kontrak dihadapannya ini, bukan gaji yang membuatnya berdebar, tapi lebih karena dia merasa bangga dan terharu sebentar lagi dia akan resmi menjadi karyawan, sebentar lagi niatnya untuk membahagiakan kedua orang tuanya dapat dia wujudkan, sungguh Nisa tak peduli gaji yang akan didapatkannya, dia hanya ingin bekerja sebaik mungkin di kesempatannya sekarang.


Dengan tangan gemetar dan berusaha keras menahan air mata haru yang jatuh, nisa menanda tangani surat kontrak tersebut, Bu Dewi tersenyum melihat Nisa, dalam waktu singkat Bu Dewi bisa menilai betapa santun dan baiknya gadis cantik didepannya ini.


Nisa menyerahkan surat kontrak yang telah ditanda tanganinya itu, Bu dewi menerima dengan seyum ramah, “Selamat ya Nis, kamu udah resmi menjadi bagian dari perusahaan ini.”


“Terima kasih bu.” Ucap Nisa sambil mencium tangan Bu Dewi.


“kamu ditempatkan menjadi asisten manajer pemasaran, ya mirip dengan sekretaris tugasnya, nanti pak Manager yang akan menjelaskan pekerjaan kamu, ruangannya ada di ujung ruangan ini, kamu keluar pintu lalu ke sebelah kiri, ntar saya minta agustina mengantar kamu, ya sudah kamu segera ke ruangan kamu, sepertinya pak manager juga sudah datang, kamu bawa surat ini kesana ya.” Bu Dewi menyerahkan salinan surat kontrak kepada Nisa.


Setelah berpamitan, Bu dewi mengantar Nisa keluar ruangan, Bu Dewi meminta Agustina mengantar Nisa ke ruangan manajer pemasaran, Nisa kembali membungkuk hormat pada Bu dewi, dan berjalan mengikuti Agustina menuju ruangan Manager pemasaran.


“Nih tempatnya Nis, masuk aja sendiri ya, aku banyak kerjaan soalnya.” Ujar Agustina, Nisa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Nisa kemudian mengetuk pintu, dari dalam terdengar suara seorang lelaki menyuruhnya masuk.


“Permisi pak.” Nisa masuk keruangan, dilihatnya seorang pria bertubuh atletis tengah menelpon membelakanginya, Nisa berdiri menunggu pria itu selesai menelpon.


Tiba-tiba Nisa terkejut seperti melihat hantu, saat pria yang menjadi manager pemasaran itu berbalik, sama seperti Nisa, Pria itu juga terperanjat melihat Nisa, “Lho..kamu…” ucap pria itu.


Mas..eh om…eh..” ucap Nisa terbata-bata


____________________________________________


Bersambung
Nice suhu.

Kebetuan yang sangat berharga
 
Diary seorang Istri
Part 25 – Horny



“Lho, kamu kerja disini rupanya..” ujar Adam surprise..


“Ya mas, eh pak..” Nisa tertunduk malu, wajahnya merona merah, tak disangka bertemu dengan Adam kembali.


“Mari silahkan duduk, mana surat kerjanya..” Ujar Adam tersenyum melihat gadis manis ini salah tingkah dihadapannya.


Anissa menyerahkan surat yang tadi diberikan oleh Bu Dewi, “Ini pak..”


Adam memeriksa dan membaca surat tersebut, lalu melipat surat tersebut dan menyerahkan kembali ke Anissa, “Kamu terbiasa dengan aplikasi office kan? Nah sekarang tugas pertama kamu ini.” Adam memberikan sebuah bundle dokumen kepada Anissa.


“Coba kamu susun materi untuk presentase nanti sore, itu di bundle sudah saya kasih stabillo poin-poin yang akan kita sampaikan di rapat nanti, tugas kamu adalah meringkas poin-poin itu secara menarik, kamu paham kan?” Tanya Adam.


Nisa hanya mengangguk, walau sebenarnya masih bingung dengan apa yang diperintahkan bosnya ini.


“Tenang aja, kamu pelajari aja poin yang sudah saya stabillo, saya yakin kamu bisa segera paham, kalau ada kendala, jangan ragu untuk bertanya ama saya.” Ucap Adam sambil tersenyum ramah, Anissa sungguh semakin salah tingkah di hadapan Adam, pria ini semakin tampan dan berwibawa di matanya.


“Ya sudah kamu bisa kembali ke meja kamu.” Ucap Adam.


Nisa mengeluarkan charger dari tasnya. “untung saya bawa chargernya pak, kemaren gak sengaja kebawa ama saya, maaf ya pak, gak nyangka bisa ketemu bapak disini.”


“Sudah kamu simpan aja, saya udah beli yang baru, oh ya saya lupa, hari ini hari pertama kamu kerja, sekaligus juga lembur pertama, nanti jam empat sore kamu dampingi saya rapat dengan klien, dan saya harap materi presentase sudah kelar sekitar jam tiga ya.” Ucap Adam.


“Baik pak, saya permisi dulu…” Anissa bangkit dari duduknya dan berpamitan pada Adam.


“Nanti kamu tanya mbak Indah, biar dia carikan meja kosong buat meja kerja kamu…” Ujar Adam lagi.


“Ya pak..saya permisi..” Nisa jalan dengan menbungkukkan tubuhnya keluar dari ruangan Adam.


Adam memandang ke arah pintu, dia sungguh tak menyangka bisa bertemu dengan gadis manis itu lagi, namun sepertinya gadis itu agak canggung, tidak seperti yang dia temui di bandara, Telpon di meja Adam berdering, Adam kemudian mengangkat telpon dari kliennya.


***


Anto menggeliatkan tubuhnya yang telanjang dada, tubuh kekar dengan hiasan tato di sekujur tubuh membuat penampilannya terkesan macho, Anto membawa segelas kopi ke teras, di luar ada tukang Sayur yang sedang dikerubungi oleh ibu-ibu.


Anto tersenyum dan melangkah ke pagar, dari dalam pagar Anto tersenyum menyapa para ibu-ibu yang sedang asyik memilih sayur, “Mas ada tomat merah?” tanya Anto pada Tukang sayur.


“Ohh ada mas, mau berapa mas?” Tukang sayur bertubuh gemuk itu menjawab dengan ceria.


“Setengah kilo aja mas.” Anto membuka pagar dan menghampiri gerobak motor tukang sayur, ibu-ibu terlihat melirik-lirik ke arah tubuh Anto yang macho, memang Anto sengaja show off di hadapan para ibu-ibu itu.


Tentu saja Ibu-ibu itu melirik ke arah tubuh atletis Anto, biasanya yang mereka lihat di rumah adalah suami-suami mereka yang buncit, dan kini pria jantan macho dan bertato memamerkan tubuh atletisnya, dari sekelompok ibu-ibu itu, Anto melihat ada seorang ibu muda yang menempati rumah didepannya, Anto tersenyum mengangguk pada ibu muda yang bernama Indri itu.


“Bu indri tumben gak kerja?” sapa Anto.


Perempuan yang disapa Anto itu tersenyum salah tingkah, entahlah pesona Anto membuat sesuatu yang intim di tubuhnya berdenyut tak karuan, “Ya mas..saya ambil cuti..” Jawab Indri malu-malu tanpa menatap Anto.


Anto tahu benar apa yang dirasakan oleh perempuan ini, setiap berangkat kerja, Anto sering memergoki perempuan ini mencuri pandang padanya, dari tingkahnya, Anto yakin kalau perempuan muda ini merasa tak puas dengan performa suaminya di ranjang, sebenarnya Indri ini belum lama menjadi penghuni kompleks, kabarnya perempuan muda ini menikah dengan bosnya yang duda, dan Anto kenal dengan suami perempuan itu, seorang pria paruh baya yang merupakan pemilik rumah megah didepan kontrakannya.


Anto sendiri tahu, kalau semua ibu-ibu di kompleks ini selalu mencuri pandang pada tubuhnya yang atletis, dan itu membuat Anto sering menggoda ibu-ibu dengan pakaian yang menonjolkan otot tubuhnya, “Ini mas tomatnya.” Ujar si Tukang Sayur, anto memberikan sejumlah uang pada tukang Sayur itu.


“Permisi ibu-ibu, saya masuk dulu ya..” Anto berpamitan, ibu-ibu yang membeli sayur mengangguk dan tersenyum kepadanya.


Anto menutup kembali pagarnya sambil tersenyum pada Indri yang diam-diam memperhatikannya, dan terlihat ibu muda itu salah tingkah mendapat senyum Anto, dalam hati anto tertawa geli melihat respon ibu muda cantik itu.


Anto berjalan kedalam untuk menyimpan tomat yang dibelinya tadi kedalam kulkas, diambilnya handphone yang sejak semalam di charge, Anto kembali ke teras, saat diteras, tukang sayur didepan rumahnya sudah pergi, begitu juga ibu-ibu yang tadi ramai, lingkungan komplek mulai lengang, ya begitulah keadaan kompleks ini setiap hari, di jam-jam seperti ini para penghuninya terutama kaum lelaki sibuk bekerja, anak-anak sedang bersekolah, yang ada hanya kaum ibu yang sedang sibuk di rumah.


Anto mencari nomor telepon kawannya yang punya mobil, dia lalu menghubungi kawannya itu untuk memakai mobil hari ini, setelah itu Anto menelpon temannya yang menjaga parkir, mengabarkan kalau hari ini dia akan libur, Anto punya rencana hari ini, anto tersenyum-senyum memikirkan rencana itu di benaknya.


“Mas Anto baru keliatan..” Suara seorang wanita mengejutkannya, Anto menoleh ke arah suara, ibu tetangga sebelahnya menyapa di balik tembok yang membatasi rumah mereka.


“Eh ibu..ya bu..kemaren ada acara di luar kota, lagi ngapain bu..lagi jemur baju ya..” Anto menghampiri perempuan setengah baya itu.


Anto melipat tangan di atas tembok pembatas samping, matanya celingak celinguk, “lho Bapak kemana bu?”


“Ohh si bapak tadi pagi pergi mas, biasa mau ambil pensiunan..” jawab ibu itu.


Anto tersenyum mengangguk-angguk, diperhatikannya tetngganya yang sedang menjemur kain, Anto yakin di balik dasternya, ibu ini tidak mengenakan Bra, terlihat di lubang tangannya yang besar, sebagian payudara ibu itu terlihat, Anto tersenyum, sepertinya ibu ini sengaja untuk menggodanya.


Sebenarnya walau sudah berumur, perempuan paruh baya didepannya ini cukup bersih, kulitnya kuning langsat dan mulus dan terlihat masih cukup kencang, posturnya gemuk sewajarnya gak gemuk yang menggelambir, perempuan ini ketara sekali ingin menggoda Anto, berkali-kali dia mengangkat kedua tangannya tingi-tinggi memamerkan ketiaknya yang putih mulus, Anto merasa sedikit terhibur, timbul pikirannya untuk menggoda perempuan tetangganya ini.


“Mau dibantuin gak bu, kayaknya banyak banget cuciannya.” Ucap Anto basa-basi.


“bantuin apa, nyuci apa ngejemur mas hehehe.” Balas bu ratih.


“ya apa aja boleh, kali aja butuh bantuan jangan sungkan-sungkan bilang..” Anto tersenyum menggoda.


Bu Ratih tambah salah tingkah, berkali-kali di mengelap keringat dari dahinya, “apa aja nih.?..mandiin burungnya bapak mau?” bu ratih juga mulai terbawa suasana.


“hehehe kalau itu mah kan tugas Bu Ratih soal burung bapak, kalau mau gantiin burung bapak saya siap heheh, maksudnya naikin bu ratih eh..naikin kandang burung ke sana.” Anto semakin berani menggoda perempuan setengah baya itu.


Bu Ratih menjadi mati gaya, dia tak tahu harus membalas apa, wajahnya yang putih merona, “sebentar ya mas, tadi saya nyalain air lupa matiin.” Bu Ratih terburu-buru masuk ke dalam.


Anto terkikik geli melihat kepanikan perempuan setengah baya itu, Anto berjalan kembali menuju bangku teras, diseruputnya kopi yang mulai dingin.


Anto melihat hpnya kembali, dibukanya folder gambar di hpnya, Anto memilih salah satu foto disana, Anto menatap foto maya yang tertidur pulas dengan tubuh telanjang bulat, dibukanya kembali foto lainnya, semua foto Maya yang sedang telanjang bulat terpampang di sana.


Anto kemudian membuka folder video, diputarnya salah satu video, adegan dirinya dan Maya sedang bersetubuh, di video itu, maya dalam posisi menungging, hanya terlihat punggungnya yang putih mulus.


Anto tersenyum, senyumnya terlihat aneh, “semua ini akan berguna suatu saat.” Gumam Anto menyeringai..


***


“Duh bikin Kaget aja lu Mil.” Ucap Maya saat melihat tiba-tiba sahabtnya Milla masuk ke ruang foto kopi.


Milla mengunci pintu ruangan, ditutupnya jendela ruangan itu, sejak pagi Milla merasa Maya menghindari dirinya.


“Aduhh si Milla ini, udah dari tadi gue berusaha menghindar, eh akhirnya kesudut disini duh..” Ujar Maya dalam hati, Maya pura-pura sibuk membereskan copiannya.


“Mill, gimana kabar Fajar..” Maya berusaha menghindari topik pembicaraan yang pasti sedang ingin disampaikan Milla.


“Fajar sehat makasih..May….serius nih, lo gak mau cerita?” Milla melipat tangan di dada sambil menatap tajam ke sahabatnya yang sedang asik memfotocopy.


Maya menoleh, sedikit bergidik melihat Milla bagaikan penyidik di kantor polisi, “Cerita apaan Mil?” Tanya Maya santai.


“Sebenarnya lo anggap gue sahabat gak sih? Kalau emang gak ada artinya gue bagi lo, fine, ya udah gak apa-apa, teserah lo aja deh.” Nada suara Milla mulai meninggi, dia kesal karena Maya seolah tak peduli dengan keresahan hatinya.


Milla berbalik ingin pergi, namun tangannya tertahan oleh Maya, “Mill…aduhh jangan ngambek dong..” Maya sedikit takut kalau Milla benar-benar marah terhadapnya, Milla adalah sahabat terbaik dan satu-satunya teman yang dia miliki.


“Beneran gak ada apa-apa say..gue emang lagi bete kemaren dan ya tau-tau udah sampe Anyer.” Ucap Maya berusaha meyakinkan Milla.


Milla berbalik dan menatap kedua mata Maya, Milla tau kalau ada sesuatu yang disembunyikan oleh sahabatnya ini, soal Anyer Milla menangkap ada kejujuran di cerita Maya, namun ada sesuatu yang lain yang ditutupi oleh Maya, dan Milla sungguh tak mempunyai pikiran kalau Maya selingkuh, saat itu Milla hanya merasa ada sesuatu terjadi antara Maya dan Adam.


“Lo ama mas Adam baik-baik aja kan?” Milla memperhatikan raut wajah sahabatnya itu.


“Ehh ehmm baik,m kenapa sih kok lo nanya kayak gitu.?” Maya balas bertanya.


“Syukurlah kalau kalian berdua baik-baik aja, May..kalo lo butuh temen cerita, pliss cerita ama gue, jangan pendem sendiri, walau mungkin gue gak bisa bantu lo, tapi paling gak lo bisa ngelepasin apa yang menganggu pikiran lo.” Ujar Milla, tiba-tiba terdengar getaran Hp di sakunya, Milla membaca sebuah chat dari suaminya yang mengingatkan jadwal kontrol fajar nanti siang, Milla kemudian membalas pesan suaminya itu dan memasukkan hpnya kembali.


“Fajar kontrol lagi Mill?” tanya Maya.


Milla mengangguk, “Ya ini kontrol terakhir May, lo gak bisa bayangin May, energi gue habis untuk Fajar, gue takut terjadi apa-apa sama dia, kalau terjadi apa-apa, gue gak tau deh musti ngapain..”


Tiba-tiba Milla berjongkok dan terisak menangis, Maya terkejut dan ikut berjongkok, “Kenapa Mil? Kok lo nangis, ada apa Mil, jangan bikin gue panik dong pliss..” Maya mengusap pundak sahabatnya ini.


“Hari ini dokter mau kasih tau hasil tes Fajar May, gue takut banget..” Ucap Milla lirih.


“Tes? Emangnya kenapa sama fajar Mil?” Tanya Maya bingung, selama ini Maya berpikir kalau Fajar hanya sakit anak-anak biasa.


“Sudah beberapa kali Fajar melakukan tes May, dan hari ini dokter akan memberitahu hasil tes apakah anak gue itu ada kanker apa gak.” Suara Milla tercekat dan tangisnya kembali pecah.


“Kanker?” Maya semakin bingung.


“Ya May, dokter Khawatir kalau Fajar memiliki leukimia, makanya dokter berusaha memastikan, gue takut banget May..” Isak Milla.


Maya terkejut bagai mendengar petir di telinganya, dipeluknya tubuh sahabatnya ini. “Gue yakin fajar gak ada leukimia Mill, gue yakin banget, lo jangan berpikir yang gak-gak dulu..sabar ya say..” Maya berusaha menenangkan hati sahabatnya ini.


Tok..Tokk..


Terdengar seseorang mengetuk pintu ruangan foto kopi, Maya membantu Milla berdiri, “Dah yuk kita kembali ke ruangan kita, apa mau gua temenin ke Rumah Sakit Mil.” Ujar Maya.


“Nanti mas Andi jemput gue May, kita berdua sama-sama ke Rumah Sakit.” Ucap Milla


Maya mengangguk dan mengajak Milla keluar dari ruang fotokopi, Seorang Pria rekan kerja mereka sedikit terheran melihat Milla yang menangis, dengan pandangan matanya pria itu berusaha bertanya pada Maya, namun Maya hanya menggelengkan kepala pada rekan kerjanya itu.


Maya menggandeng lengan Milla, dan mengantarkan sahabatnya itu sampai ke meja kerjanya, “Pokoknya lo sabar aja, semua akan baik-baik saja, Fajar pasti baik-baik saja Mill, gua yakin.”


Milla memegang tangan Maya, “Makasih ya May..”


“Ya udah gue anterin dokumen ini ke ruangan Pak Budi dulu ya..strong bro..” Maya mengepalkan tangan pada Milla, yang disambut dengan senyum Milla.


***


Setelah memberikan dokumen kepada atasannya, Maya kembali ke meja kerjanya, kini hatinya diliputi kecemasan mengenai nasib Fajar, Maya tak menyangka kalau Milla harus mengahadapi pesoalan yang cukup berat itu.


Maya membuka Handphonenya, dia mencari foto Fajar, Maya tersenyum melihat kelucuan dari putra sahabatnya itu, air matanya mengembang membuat penglihatannya buram, Maya mengusap air matanya, sungguh dia tak bisa membayangkan berada di posisi Milla apabila hasil tes menunjukkan Fajar menderita kanker Leukimia.


Maya menghela napasnya, diletakkan hpnya diatas meja, wajahnya telungkup di meja kerja, “Ya Tuhan, aku tau aku telah berbuat dosa, mungkin aku tak pantas untuk meminta Engkau mengabulkan doaku, namun Tolong selamatkan Fajar Tuhan…jangan biarkan anak selucu Fajar menderita penyakit seberat itu, Tolong Tuhan..selamatkan Fajar..Aamiin..”


Tiba-tiba handphonenya bergetar, dengan malas Maya meraih hpnya, Maya mengangkat wajahnya, dan membuka chat yang masuk barusan, tiba-tiba hatinya berdegup keras, Maya memperbaiki duduknya dan membalas chat tersebut.



]



[URL=http://imgbox.com/3OtswiZC]


Hati maya semakin berdegup kencang, duhh sensasi ingin mengulangi persetubuhan dengan Anto membuat desiran dadanya semakin kuat, sambil celingukan Maya meraba putingnya, ohhhh putingnya pun terasa tegang merespon perasaan Maya saat itu, Maya memejamkan mata dan menggigit bibirnya, dahsyatnya persetubuhan dengan pria itu terulang jelas di memori otaknya, dan Maya tak kuasa menahan gejolak ingin mengulanginya kembali..


Maya mengambil hpnya kembali dan menuliskan balasan chat pada Anto, setelah itu sambil tersenyum tersipu Maya menyimpan hpnya kembali ke dalam tas, dilihatnya jam dinding kantornya, hati maya masih terus berdegup kencang….


-------------------------------------


Bersambung
 
Untuk yang sebelah besok akan update part 28, selamat beristirahat, selalu jaga kesehatan..

Sampai jumpa Rabu yang akan datang..mudah2an lancar selalu
 
Wahh thankss suhuu butt kentang nah
part 26 atau 27 nanti ada pete, cabe, bawang dan tomat juga, jadi kita bikin sambel goreng kentang sampe Maya merem melek..
 
sekapur sirih

cerita ini telah tayang di sebuah tempat yang karena sesuatu hal tak bisa saya sebutkan linknya disini (kalau mau tau silahkan dm aja), cerita ini adalah cerita premium yang butuh akses untuk membacanya, namun karena saya cukup senang dengan apresiasi dari teman-teman pembaca semua, maka saya putuskan cerita ini akan saya share gratis di forum tercinta ini, tentunya episodenya akan terlambat dari yang disebelah.

plot cerita ini adalah tentang seorang istri, seorang perempuan yang berasal dari keluarga baik-baik, perempuan yang penurut pada suami, namun suatu saat ada perilaku suaminya yang membuat dia kecewa, dan kebetulan ada sosok pria lain yang tanpa sengaja hadir di kehidupan perempuan ini, mereka berbeda kelas sosial, sang wanita adalah berasal dari kalangan mennegah keatas, sedangkan sosok pria yang itu berasal dari kalangan kebanyakan, mereka bertemu karena suatu hal.

mungkin terlalu bertele-tele jika saya panjang lebar disini, sebaiknya ikuti saja cerita ini, jika tak suka silahkan skip tak perlu protes, jika suka silahkan baca, mungkin bisa jadi khasanah bacaan baru buat kalian.

cerita ini minim adegan seks, ini adalah kategori cerita dewasa, adegan seks hanyalah pelengkap, sebagaimana semua cerita yang saya buat, buat momod atau mimin, jika cerita ini tak layak menjadi cerita panas, monggo di beritahukan, saya dengan ikhlas akan menghapusnya. terima kasih

tanpa panjang lebar yuk kita simak kisah ini.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
[URL=https://imgbox.com/co7K5C7x][/URL]


BAB 1
PROLOG



“Maya, nanti kamu tolong setor cek ini ke Bank ya, nanti seperti biasa, uangnya langsung masukin ke rekening saja.” Pak Budi menyerahkan beberapa lembar cek kontan kepadaku.

Aku menerima lembaran cek tersebut dan memeriksa jumlahnya “ Ada 5 cek ya pak.” Ujarku mengkonfirmasi.

Pak budi mengangguk, “ya benar, nanti kalau sudah, kamu langsung kabari saya ya.”, Pak budi berlalu menuju ke ruangannya kembali.

Aku menyimpan Lembaran Cek tersebut ke sebuah dompet, dan memasukkan dompet itu ke tasku, kulihat jam dinding kantor, baru pukul setengah 10 pagi, “Setengah jam lagi aku akan ke bank.” Batinku.

Menjelang tutup tahun, pekerjaanku sebagai kepala adminitrasi keuangan semakin banyak, piutang jatuh tempo yang harus dikejar, begitupula perhitungan bonus akhir tahun, sebagai orang yang paling bertanggung jawab di bagian ini, aku benar-benar tak boleh lengah, semua mesti cermat dan rapih.

***

Namaku adalah Maya, lengkapnya Dewi Maya, orang-orang yang mengenalku memanggilku dengan Maya, hanya almarhum ayah dan nenek yang selalu memanggil dewi.

Setelah ayah meninggal, aku dibesarkan oleh nenek, Almarhum ayahku adalah seorang selebrity terkenal di jamannya, harta peninggalan ayah, lebih dari cukup untuk menghidupi aku dan nenek berdua.

Sedangkan ibuku, orang bilang ibuku adalah penggemar ayah, mereka berdua berhubungan one night stand hingga kemudian hamil aku, sesuai kesepakatan, setelah lahir, maka aku diambil oleh ayah, sedangkan ibu yang melahirkanku akan diberikan kompensasi berupa uang yang lumayan besar, aku juga gak tahu terlalu persis detail kesepakatannya, itupun kudengar hanya dari rumor.

Aku sendiri tak pernah bertemu ibuku sejak aku lahir, entah apa dilarang ayah, atau hal lain, dari kecil hingga aku besar, aku tak pernah berjumpa dengan ibu kandungku, almarhum ayah juga tak pernah mengajak aku bertemu dengan ibu, bahkan gambar ibu saja tak ada di album lama foto keluargaku.

Sedangkan Ayah, Ayahku meninggal saat usiaku 12 tahun, Ayah mengalami kecelakaan di tol, kematian ayah membuat negeri ini terguncang, maklum saja, saat itu ayah adalah bintang paling terkenal di negeri ini, kepergian Ayah membuat heboh, berhari-hari televisi menayangkan breaking news peristiwa kecelakaan Ayah.

Narasi dan visual saat ayah menggendongku membuat banyak orang menaruh iba padaku, anak semanis dan secantik itu harus kehilangan ayah secepat ini, begitulah ungkapan simpati dari sebagian besar pengemar ayah, aku sendiri sudah tak terlalu ingat detailnya, seingatku banyak sekali tamu-tamu yang datang ke pemakaman ayah.

Bahkan rekan-rekan ayah mengadakan acara perpisahan dengan ayah, dari acara itu terkumpul sumbangan yang cukup besar, dan aku ingat, Om rebun salah satu pembawa acara terkenal meyerahkan secara simbolis hasil sumbangan dari teman-teman ayah.

KIni usiaku sudah 26 tahun, penampilan seharianku selalu mengenakan hijab, kalau ke kantor aku menggunakan pakaian yang longgar dari atasan hingga bawahan, yang biasanya aku mengenakan celana panjang. Alhamdulillah, aku dianugerahi tubuh yang proporsional, kulitku putih, dan wajahku kata orang sih cukup manis, aku juga mengenakan kacamata, bukan karena pengen gaya, tapi memang aku punya mata minus.

Selain sebagai wanita pekerja, aku juga adalah seorang istri, suamiku bekerja sebagai konsultan sebuah perusahaan tambang, sebenarnya tidak bekerjapun secara ekonomi aku sudah berkecukupan, namun aku sendiri merasa bosan di rumah. Aku dan suamiku sudah 4 tahun berumah tangga, namun sampai sekarang kami belum dikaruniai momongan, apalagi pekerjaan suamiku mengharuskan dia untuk pergi jauh, kadang 2 minggu baru pulang lagi ke rumah sehingga aku selalu merasa kesepian.

Aku kemudian meminta izin pada suamiku untuk bekerja, aku ingin menyibukan diri dengan pekerjaan agar aku tak bosan, pada awalnya suamiku keberatan jika aku harus bekerja, namun dengan alasan yang kuberikan, akhirnya dia juga luluh, namun dia juga mengajukan syarat, kalau aku tak boleh larut dalam pekerjaan, andai suatu saat, suamiku meminta aku berhenti, maka aku harus mengikuti perintahnya.

***

Setelah membereskan pekerjaanku, aku kemudian pergi beristirahat makan siang, tadinya aku ingin mengajak nanik, teman kantorku untuk makan siang, namun karena aku harus ke Bank untuk menyetorkan beberapa cek yang tadi di berikan oleh pak Budi, aku memutuskan untuk makan siang sendiri.

Aku makan siang di dekat bank tempat cek-cek ini aku setorkan, disana ada kedai soto mie yang cukup enak, kedai itu cukup ramai pengunjung siang itu, kebanyakan pengunjung memang para pekerja yang sedang istirahat makan siang, aku lalu mencari tempat yang kosong, rupanya meja-meja di kedai ini sudah terIsi semua, untung saja aku melihat teman kantorku di lain divisi sedang makan disana, salah satu dari mereka melambaikan tangan padaku untuk mengajakku bergabung, aku lalu bergabung dengan mereka.

Setelah makan siang, aku kemudian mengendarai motorku menuju Bank, seorang juru parkir tersenyum padaku, aku tak begitu tahu namanya, namun aku sering bertemu dengannya setiap ke bank ini, petugas parkir ini sering bergurau padaku, mungkin karena kita sudah sering bertemu, kadang aku juga meladeni gurauannya.

Mungkin sejak awal aku tak perlu menanggapinya, Andai aku tak meladeni gurauannya, mungkin Affair ini tak pernah terjadi.

Affair??

Ya, sebenarnya aku cukup malu menceritakan semua ini, seorang wanita yang sudah memiliki suami, seorang wanita terhormat, bisa terlibat cinta dan napsu terlarang dengan seorang pria dari kelas bawah, namun aku sulit untuk melepaskan diri dari jeratan godaan pria ini, pria yang berkulit legam terbakar matahari, Pria yang tak lebih tampan dari suamiku, Ahh ntahlah...

Aku benar-benar sudah terbelenggu dalam jeratan asmara, bukan asmara, tapi napsu..Ohh ya Tuhan.

Namun pria ini, mampu memberikan apa yang tak kudapatkan dari suami syahku, pria ini mampu membuatku menjerit-jerit dalam ayunan gairah, setiap aku menyesal, setiap itu hasratku mengatakan untuk mengulangi lagi..

Mungkin pembaca pensaran apa yang sebenarnya terjadi padaku, baiklah akan kuceritakan semua, semoga pembaca bisa mengambil hikmah dari apa yang kualami ini.

***​

BERSAMBUNG
seruuuuuuu
 
Bimabet
Tanda-tanda istri selingkuh berdasarkan poin Maya dalam cerita diary seorang istri ini ya, semoga bisa diambil hikmahnya.

1. jadi berbeda dalam urusan seks, misalnya biasanya agresif suka minta, sekarang jadi males, atau tadinya biasa-biasa aja sekarang malah seperti binal.
2. memberi banyak kelonggaran, misal biasanya cerewet kalo pulang telat, sekarang gak pernah cerewet, biasanya cerewet nelpon mulu kalau lagi di luar, tiba-tiba gak pernah nelpon.
3. sifatnya berbeda drastis, misalnya biasanya tadinya suka antusias kalau curhat tentang kerjaan sekarang cuek aja, atau kalo dideket kita malah sering banyak diem, tapi pas ketemu temennya jadi heboh.
4. udah gak marah kalau liat suami suka nonton cewek seksi di tiktok atau reel instagram, cuek aja males mandi kalau dirumah seharian baru wangi kalau ada rencana keluar ama temennya.
5. sikapnya jadi kolokan, dikit-dikit ngambek atau manja banget padahal sebelumnya biasa aja.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd