Bab 3
Sampai di rumah, aku menyalakan lampu depan, aku berniat untuk langsung mandi dan mencoba Lingerie yang kubeli tadi, suara seseorang terdengar memanggilku, aku kembali membuka pintu depan dan kulihat Bu Arif tetangga sebelah rumah, aku menghampiri beliau.
“Bu Arif, ada apa bu?” Tanyaku, rumah kompleks kami tidak memiliki pagar.
“Ini mbak maya, tadi ada kurir ngantar ini, dititipkan ke saya.” Jawabnya sambil menyerahkan sebuah kotak karton berwarna coklat.
Aku mengambil kiriman itu dan membaca siapa pengirimnya, rupanya pesanan skincare ku telah datang, “Terima kasih ya bu.” Ucapku.
“Ya, sama-sama mbak, kalau gitu saya piulang dulu ya.” Ujar Bu arif kemudian.
“Ya bu, makasih ya.” Ucapku, bu arif hanya memberikan jempol dan tersenyum padaku.
Aku kembali masuk ke dalam rumah, setelah mengunci pintu aku menuju kamarku, rumah rasanya sepi banget, andai saja aku sudah memiliki anak, pasti rumah akan ramai, aku melihat jam dinding, hampir jam 7 malam, aku kemudian mandi.
Setelah mandi, hanya dengan menggunakan handuk aku mencari-cari Lingerie yang kubeli siang tadi, aku lupa naruhnya dimana, perasaan tadi setelah Bu Arif datang, aku hanya meletakkan tasku saja, aku mencoba mengingat dimana kuletakkan bungkusan Lingerie yang kubeli.
“Apa jangan-jangan tertinggal di Mobil Taksi Online tadi?” Tanyaku dalam hati.
Pasti tertinggal disana, perasaan aku tak mebawa bungkusan apa-apa saat masuk kerumah, “Ya ampun, pakai ketinggalan segala.” Ujarku kesal.
Aku mencari Hpku didalam tas, aku berniat untuk menelpon kantor taksi online yang membawaku tadi, namun kemudian kuurungkan, aku teringat pada bapak drivernya, besok aja aku tanya ke tempat parkirnya.
Aku kemudian mencari piyama tidurku, “Gak jadi deh pakai lingerie, ahhhhhhhh sebel banget sih pake ketinggalan segala.”
Setelah berganti piyama tidur, aku beranjak ke dapur, perutku rasanya lapar, mau pesan online males juga, akhirnya aku mencari mie instant di dapur, tiba-tiba aku mendengar suara Hpku berbunyi, aku kembali ke kamar, kulihat mas Adam suamiku menelpon.
“yank, kamu sudah dirumah? aku lagi otewe nih, kirain kamu masih di kantor.” Ucap suamiku
“Aku tadi pulang naik Taxol yank, kamu beneran udah pulang? Dah sampe mana?” tanyaku
Suamiku menyebut nama suatu jalan, berarti gak lama lagi suamiku akan tiba, “Yank, hari ini masa Ovulasiku loh..” ujarku.
“Maksudnya yank..ohhhhh ya ya aku paham hehehe, oke yank, aku mau beli sate kambing sekalian buat penambah stamina heheh, kamu mau juga?’ tanya suamiku.
Aku tersenyum mendengar suamiku itu. “gak ah aku gak doyan sate kambing, kamu beliin aku nasgor aja deh, tadinya aku mo bikin mie instant, ya udah aku tunggu ya, cepetan ya..” jawabku.
“Ya sayank, ini aku udah deket rumah kok, oke nanti aku belikan nasi goreng ya, dah dulu ya, love you.” Ujar suamiku menutup pembicaraan.
Aku tersenyum-senyum sendiri, terkadang suamiku itu menyebalkan, terkadang dia bikin kangen juga, “iih pake ketinggalan segala lingerie itu, bikin sebel aja.” Dengusku kesal.
Aku kemudian kembali ke kemar, ku nyalakan TV, kebetulan ada acara komedi di tv, lumayan buat menghibur hatiku yang kesal, setengah jam kemudian kudengar suara mobil suamiku berhenti didepan rumah, aku bangun dan keluar menyambut suamiku.
***
“Kamu beli dimana yank.” Sambutku sambil mencium tangannya, aku mengambil bungkusan dari tangannya.
“Di perempatan depan, itu loh sebelum masuk kompleks.” Ujar Suamiku.
“Ohh, eh kamu beli nasinya gak, soalnya kan dirumah gak ada nasi.” Tanyaku.
“Udah sekalian dong, aku tau pasti gak ada nasi, Yank, aku mandi dulu ya.” Jawabnya.
“Ya udah, aku siapkan dulu makanannya, eh yank, itu ganti handuknya, yang baru ada di lemari, handuk-handuk yang lama udah aku masukin tas laundri.” Ujarku sambil menuju ke ruang makan.
“Oke bos.” Jawabnya singkat.
Setelah mandi, mas Adam terlihat segar, harum colognenya merebak ke seluruh ruangan tempat makan, Aku dan suamiku makan makanan yang tadi dibawanya, maklumlah aku memang jarang sekali masak, kalaupun masak paling akhir pekan.
Setelah makan, kami berbincang-bincang, mas Adam memberitahu kalau dia sudah mengatur ulang jadwal konsultasi dengan dokter kandungan.
“Yank jumat besok, aku mau ke bandung, ada seminar yang harus aku hadiri, aku nginap disana, sabtu sore aku langsung balik pulang ke Jakarta,” ujarnya.
“Berarti jumat kan dua hari lagi, seminar apa sih yank.” Tanyaku dengan nada sedikit merajuk.
“Ehmm, kamu mau ikut? Kalau mau ikut kita sekalian aja jalan-jalan ke Bandung, pulangnya minggu aja.” Ajak suamiku, tawaran yang cukup bagus sebenarnya.
“Hmmm kayaknya gak bisa deh, besok kan minggu akhir bulan, pasti banyak kerjaan untuk audit yank.” Jawabku.
“hmmm gitu ya, ehh yank..yuk..kita mulai.” Mas Adam menatapku dengan tatapan penuh makna.
“Mulai apaan sih.” Aku tersenyum geli
“ahhhhh suka godain deh kamu.” Tiba-tiba mas Adam membopongku dan membawaku ke kamar, aku terpekik dan tertawa kecil.
“Hus...jangan jerit-jerit gitu, nanti kedengaran tetangga malu.” Ujarnya, aku meletakkan telunjukku ke bibir.
***
Mas adam mencumbuku, kami saling berpagutan, cumbuannya turun ke leherku yang jenjang. Tangannya sibuk membuka piyama tidurku, aku memang tidak mengenakan dalaman apapun sejak tadi, aku membantu mas Adam untuk membuka bajuku, sedangkan mas Adam mulai membuka kaosnya dan kemudian celana pendeknya, sama sepertiku mas Adam juga tak mengenkan dalaman apa-apa lagi.
Kami berdua telah bugil bagai bayi baru lahir ke dunia, Mas Adam kembali mencumbuku, dia begitu bernapsu melumat habis puting payudaraku, tangannya nakal menjelajah pahaku dan terus naik mengelus belahan vaginaku yang mulai basah.
“Ahmmm sssssssssssss.” Cumbuan Mas Adam di payudaraku sungguh nikmat, aku menyukai saat dia menghisap puting payudaraku.
“aghhhhhhh.” Aku meringis sedikit perih saat penis suamiku mulai menembus vaginaku, kami saling berpelukan, bibir kami saling berpagutan, sekitar 2 atau 3 menit kemudian Mas Adam Mengeram dan mempercepat pompaannya, dan menghentak-hentakkan pantatnya dengan cepat, aku tau kalau dia sudah ejakulasi.
Mas adam melepaskan pelukannya dan beranjak ke sampingku, sebagaimana yang kulihat di artikel, aku kemudian mengangkat pinggulku, menurut artikel cara itu membantu sperma lebih cepat membuahi sel telur, aku menahan pinggulku selama beberapa menit, lalu aku kembali berbaring, aku merasakan ada cairan merayap dipahaku.
Seperti biasa, mas Adam melanjutkan dengan Jarinya, dia menggosok klitorisku sambil mulutnya menghisap puting payudaraku, kali ini tidak seperti biasa, perjalanan orgasmeku agak sedikit lama, saat kurasa orgasme datang, tiba-tiba menghilang, terus seperti itu, hingga akhirnya aku menahan tangan mas Adam, klitorisku terasa perih.
“Kenapa yank, kok kayaknya ketahan terus orgasme kamu.” Tanya mas Adam.
“Gak tau yank, udah ah, perih banget.” Jawabku.
“Beneran? Ya udah besok kita lanjutin lagi ya, kita tidur ya.” Ucap Mas adam, kemudian berbaring di sampingku, dia mengecup keningku lembut, “met malam sayang.”
“Met malam juga sayang.”balasku sambil mememegang lengannya yang memeluk tubuh telanjangku, tak lama terdengar dengkurannya.
Begitulah rutinitas hubungan seks kami, tak pernah ada adegan seks heboh bagai di film-film porno, sejak malam pertama, kami tidak pernah melakukan oral seks, entahlah aku merasa jijik melakukannya, sebenarnya di awal-awal pernikahan kita mencoba melakukan oral seks, namun aku tak tahan dan muntah saat merasakan precum mas Adam.
Begitulah gaya mas adam menyetubuhiku selama ini, hanya dengan satu posisi saja, saat sudah ejakulasi, jari mas Adam yang menggantikan, aku selalu orgasme dengan Jari mas Adam itu.
Aku memandang suamiku yang telah lelap tidur, aku tersenyum dan memejamkan mataku, aku berharap, kali ini sperma mas Adam berhasil membuahi sel telurku, mudah-mudahan.
***
Sebagaimana biasa, rutinitas kami tiap pagi, jam setengah tujuh kami berdua telah keluar dari rumah, mas Adam mengantarku ke kantor, kebetulan kantor kami searah, setelah menurunkan aku didepan kantor, Mas Adam melanjutkan perjalanannya.
Aku melihat Milla temanku melambaikan tangan di kejauhan, aku menunggunya, Milla mengandeng lenganku, kami berjalan bersama memasuki gedung kantor kami.
“May, aku beliin sarapan nih, kamu belum sarapan kan?” tanyanya saat kami sedang mengantri lift untuk naik ke kantor kami.
“Tau aja kamu, wuih nasi bakar, pasti enak nih.” Jawabku sambil mengorek sedikit bungkusan yang dibawa Milla.
“Enak dong, yuk kita masuk.” Milla mendorongku masuk lift, banyak karyawan lain yang juga masuk lift, dan benar saja dugaanku, Lift berteriak keberatan, seorang bapak-bapak gemuk celingak celinguk memandang, sedangkan pandangan kami semua tertuju padanya, akhirnya bapak itu keluar dengan gontai, baru akhirnya pintu lift menutup, kami semua senyum-senyum dikulum. Ya itulah kejadian lucu yang tiap pagi kami lihat.
Tak ada kejadian menarik di kantor, semuanya berlangsung seperti biasa, kebetulan minggu ini banyak audit yang harus dilakukan bagian keuangan, kami semua disibukkan dengan mengecek semua struk pembelian dan struk-struk pengeluaran lain.
Aku sendiri berencana untuk mampir ke Bank, tempat driver online yang mengantarku semalam menjadi petugas parkir, aku berharap pak Anto, driver online itu menyimpan barangku yang tertinggal, dan aku juga berharap pak Anto tidak melihat isinya, aku merasa malu andai pak Anto mengetahui apa isi bungkusanku itu.
Tepat jam 12 saat istirahat siang, aku kemudian meminjam motor dewi, bawahanku di kantor, aku beralasan hendak ke Bank mengambil uang.
“May makan di soto madura yuk.” Ajak Milla siang itu.
“sorry Mill, aku musti ke bank dulu, ini mas Adam nyuruh aku transfer.” Aku berbohong pada Milla.
“Ohh oke deh may, hati-hati ya.” Ujar Milla kemudian pergi bersama teman yang lain.
“ini bu kunci motornya.” Dewi menyerahkan kunci motor padaku.
“kamu gak keluar kan dew, saya cuma sebentar aja kok.” Ujarku.
“gak kok bu, saya tadi pesan makanan online aja, banyak kerjaan soalnya, saya kembali ke tempat saya bu, permisi.”
“Ya dew, makasih ya.” Ujarku, aku lalu bergegas menuju parkiran motor, dan setelah ketemu motor dewi, aku langsung menuju ke bank.
***
“Mas antonya gak masuk mbak hari ini, apa ada pesan? Biar saya sampaikan.” Ujar petugas parkir yang memperkenalkan dirinya bernama Yono.
“Ohh gitu ya mas, bukannya dia tiap hari jaga parkir disini ya.” Tanyaku.
“ya mbak, tapi tadi pagi mas Anto dapat borongan ngantar orang ke luar kota, saya gak tau apa dia pulang hari ini atau gimana. Coba mbak hubungi langsung aja mas Anto.” Jawab pak Yono.
“Waduh, berarti besok juga Mas Anto belum tentu masuk.” Gumamku dalam hati. “Ehmm pak, boleh saya minta no telepon mas Anto?” tanyaku pada Tukang parkir tersebut
Tanpa bertanya, dia kemudian menuliskan di secarik kertas parkir, dan menyerahkan padaku, “ini mbak, nomornya juga ada Wa nya.”
Aku kemudian pamit padanya, sebelum kembali ke kantor, aku makan siang di warung soto yang tak jauh dari Bank. Sambil makan aku menyimpan nomor yang diberikan pak Yono tadi ke kontak Hpku.
***
Malam itu setelah mandi dan berganti pakaian tidur aku menelpon nomor mas Anto, namun sepertinya nomornya tidak aktif, aku lalu mengirimkan chat pada mas Anto, aku bertanya apa dia menemukan dan menyimpan barangku yang tertinggal tempo hari, chat yang kukirimkan hanya centang satu. Aku mulai ragu, apakah pak yono tidak salah memberikan nomor.
Aku kemudian membuka bakso yang kubeli tadi sebelum pulang, aku males makan nasi, tapi perutku lapar. Setelah makan aku kemudian berbaring di ranjang sambil menonton TV, tadi mas Adam bilang, dia pulang agak malam karena ada rapat penting, tak lama akupun terlelap.
Aku terbangun saat mendengar suara mobil mas adam, kulihat jam di kamar hampir jam 11 malam, aku merapikan diriku, dan keluar kamar, kulihat mas adam baru saja masuk ke rumah dan sedang mengunci pintu.
“Kok malem banget Yank, ada rapat apa sih sampai malam gini.” Tanyaku setelah mencium tangannya.
“Tadi pak Lukman ngajak makan malam sambil ketemu Klien Yank, ini aku bawa pizza, kamu sudah makan?” mas Adam balas bertanya. Pak lukman adalah pimpinan perusahaan tempat mas Adam bekerja.
“aku sudah makan, malah ketiduran tadi.” Jawabku.
“Aku jadi bangunin kamu ya yank, maaf ya sayang, kita tidur lagi yuk, aku capek banget.” Ujar mas Adam sambil mencubit pelan pipiku.
“kamu gak mandi dulu yank.” Tanyaku heran, biasanya mas Adam selalu mandi sebelum tidur.
“Gak usah ah, udah malem juga ntar masuk angin, yuk kita tidur.” Mas Adam merangkulku menuju ke kamar.
Sepertinya mas Adam memang lelah, di kamar dia langsung tidur tanpa melepas pakaian kerjanya, aku kemudian melepaskan kaos kaki mas Adam, aku kemudian berbaring didekatnya. “Yank.***nti baju dulu dong.” Ucapku lembut, hanya dengkurannya yang menjawab.
Aku mencium aroma sabun seperti sabun-sabun hotel dari tubuh mas Adam, aku mendekatkan hidungku pada tubuhnya, ya ini memang bau sabun hotel, “kenapa mas Adam bau sabun hotel? Ah mungkin itu sabun cuci tangan di restoran tempat dia makan malam dengan bosnya.” Pikirku menepis kecurigaanku.
Aku kemudian keluar kamar hendak pipis, aku juga bermaksud menyimpan pizza yang dibeli mas Adam ke dalam kulkas, tak lupa aku membawa hpku, aku buka aplikasi whatsapp, chat yang kukirim pada mas Anto telah dibalas.
“Ohh ini mbak yang kemaren naik taksi online saya, ya mbak bungkusannya saya simpan, tadinya mau saya kasih kalau ketemu lagi di bank, eh ternyata saya dapat borongan ke luar kota mbak, ini sekarang masih di luar kota, besok sore saya baru sampai Jakarta.”
Demikian balasan dari mas Anto, aku menarik napas lega, baru saja aku ingin membalas, tapi mengingat malam sudah larut, aku mengurungkan niatku. “besok saja aku balas chat ini.”
***
Bersambung