Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Terlalau lama hu jeda update premium nya
ya hu maaf ya, bukan sengaja hu, tapi memang ada beberapa trouble di real life...tapi udah saya update, dan saya usahakan bisa cepat, sekali lagi mohon maaf.
 
Semoga trouble direal lifenya dapat diselesaikan dgn naik ya Om Suhu Pujangga2000.
Tetap semangat Dan jaga keaehatannya.....
 
Diary Seorang Istri Season 2
Part 31
By Pujangga 2000


Beberapa hari sejak penetapan tersangka oleh pihak kepolisian, berita tentang pembunuhan tersebut mulai menurun intensitasnya, berita viral baru muncul menggantikan, malam itu Maya baru saja selesai mandi, siang tadi dia begitu sibuk mengikuti acara Aqiqah putranya, setelah acara usai Maya kembali ke rumah sementaranya yang hanya berjarak beberapa rumah dari rumahnya yang dulu yang kini ditempati oleh Nissa.

Maya mengeringkan rambutnya di depan cermin, bunyi bel terdengar, Maya menoleh ke arah pintu luar, ditatapnya jam dinding kamarnya, baru jam 9 malam rupanya, “Siapa yang datang ya..” Maya meletakkan hair dryernya dan sedikit merapihkan wajahnya. Maya mengambil hpnya dan membuka aplikasi cctv rumahnya, tampak di layar sosok Anissa berada di depan pintu, “Loh Anissa? Ngapain dia malam-malam.” Maya mengambil rompi tidurnya dan berjalan menuju pintu.

“Belum tidur kan mbak?” Wajah Anissa berseri-seri, ditangannya ada sebuah kotak berisi snack yang berasal dari acara tadi.

Maya menggeleng dan mempersilahkan Nissa masuk, Nissa langsung membawa kotak tersebut ke ruang makan dan meletakkan di atas meja. “Ini cemilan mbak, kalau malem-malem iseng lapar..” Ujar Anissa.

“Kamu pengen bikin mbak gemuk ya?” Gurau Maya sambil tersenyum, Nissa hanya tersenyum menanggapi.

“Uhh seger banget abis mandi ya mbak..” Ujar Nissa yang duduk di kursi meja makan.

“Kamu kesini Cuma nganterin itu doang say?” Tanya Maya yang menarik kursi dan duduk di samping Anissa.

Anissa terdiam sejenak, ditatapnya Maya dalam-dalam, Maya menrasa jengah ditatap sedemikian rupa oleh Anissa, “Kok malah ngeliatin mbak?” Tanya Maya sambil menjawil hidung Nissa.

“Aku denger kejadian yang menimpa anak buahnya koh Susanto mbak, apalagi mbak hampir saja kena saat itu.” Jawab Anissa, tampak raut khawatir di wajahnya yang cantik.

“Ohh..tenang aja say..mbak gak apa-apa kok..” Ucap Maya sambil menepuk punggung tangan Nissa.

“Beneran mbak gak apa-apa?’’ Tanya Anissa.

Maya mengangguk sambil tersenyum, “Kamu malem-malem kok kesini, mas Adam mana?” tanya Maya.

“Mas Adam tadi pergi sama koh Santoso, katanya mau ke kantor polisi gak tau ngapain..” Jawab Anissa.

“Si Baby udah bobo say?” Tanya Maya.

“Udah..tadi abis netek dia langsung bobo, kayaknya dia capek juga hehehe.” Jawab Nissa, Maya ikut tertawa teringat putranya yang semakin lucu.

Sesaat keduanya terdiam, sepertinya kedua perempuan cantik itu hendak mengutarakan isi hatinya masing-masing, namun seolah begitu berat untuk mereka berkata-kata.

“Mbak….” Ujar Anissa, Maya menatapnya menunggu apa yang hendak diutarakan Nissa, “Ya Nis..”

Anissa meraih tangan Maya, digemggamnya tangan halus putih Maya, “Mbak…mbak kenapa gak pindah aja kesini..aku…” Nisa kembali menatap Maya, dia bingung harus memulai darimana.

“Aku kenapa sih..kok malah berenti, bikin mbak penasaran..” Ucap Maya.

“Mbak…waktu aku memutuskan untuk menjadi surrogate mother, aku juga berkomitmen, jika anak ini sudah lahir, aku akan ikhlas jika mbak ingin kembali, aku legowo melepaskan semua mbak..” Ujar Anissa dengan suara tercekat.

“Melepaskan apa sayang?” Tanya Maya.

“Aku ikhlas menyerahkan kembali pada mbak, posisi aku sekarang, mbak yang berhak dengan posisi itu, menjadi ibu bagi si baby dan menemani mas Adam disisinya selamanya.” Suara Anissa mulai parau dan terbata-bata, tampak jelas hatinya begitu emosional.

Maya mengelus hijab Nissa dengan lembut, diangkatnya dagu Anissa, wajah cantik Anissa terlihat basah oleh air mata, Maya mengelus air mata yang membasahi pipi Nissa.

“Kok kamu mikir kaya gitu sayang…” Tanya Maya.

Nissa memegang tangan Maya yang mengelus pipinya, “Aku sungguh-sungguh mbak..”

Maya melihat wajah cantik Nissa yang polos, tak terlihat keraguan dan pura-pura di wajah itu, Maya merasa ini saatnya dia mengutarakan niatnya.

“Sayang..dengerin mbak ya…ada sesuatu yang ingin mbak sampaikan pada kamu dan Mas Adam, udah lama mbak memikirkan ini, dan mbak memutuskan menunda hingga si Baby akikah, hmmm..” Maya menghela napas berusaha untuk mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaan yang bergejolak dihatinya.

Anissa terdiam, wajah Maya terlihat begitu serius, terakhir Anissa melihat wajah Maya seperti itu saat mereka bicara panjang lebar di pantai balikpapan beberapa waktu lalu, sedikit berdebar Anissa menunggu apa yang hendak disampaikan Maya.

“Kamu tahu kan semua peristiwa kebelakang dahulu, kenapa Mbak sampai ke balikpapan, lalu kenapa mbak gak ikut bersama kalian ke Jakarta dulu, mbak waktu ragu sayang…” Maya berhenti bicara dan menghela napas kembali.

Saat Nissa dilihatnya hendak bicara, Maya langsung mengangkat tangannya, “Pliss dengeriin mbak dulu ya…” ucap Maya, Nissa mengangguk sambil tersenyum.

“Mbak merasa banyak hal yang membuat mbak ragu dan gak yakin atas perasaan Mbak, ketika berpisah dengan mas Adam, mbak merasa sangat bersalah karena melakukan suatu yang nista, mbak berusaha untuk menyusun kembali kepingan-kepingan kebahagaiaan yang telah porak poranda, dan kemudian kamu hadir Nis…” Maya kembali menghela napas, Nissa sama sekali tak bersuara, dia memberikan Maya mengutarakan semuanya.

“Kehadiran kamu awalnya membuat Mbak marah, tapi waktu kemudian membuat mbak sadar kalau mbak hanya merasa tersaingi saja, bukan karena kamu datang nmerebut mas Adam, tapi pada kenyataannya kami telah kehilangan cinta satu sama lain, maksudnya gini, mbak sayang ama mas Adam, tapi bukan seperti dulu…” Maya menghirup napas dalam-dalam, Anissa sedikit bingung dengan Ucapan Maya.

“Mbak ingin mengajukan cerai sayang..” ucap Maya, raut wajah Nissa berubah, Nissa begitu terkejut dan tak menyangka mendengar itu dari Maya.

“Cerai…” gumam Anissa, sesaat kemudian wajah cantuiknya menggeleng-geleng, baru saja hendak bicara, Maya meletakkan telunjuknya dibibir Anissa, “Biar mbak selesaikan dulu sayang..”

“Mbak udah lama berpikir soal ini sayang, diantara mbak dan mas Adam sudah tak ada hmmm gimana ya ngomongnya.***irah.., saat ini perasaan mbak hanyalah seperti teman atau saudara aja dan mbak yakin bgitu juga mas Adam, jadi sangat tak adil bagi kita berdua untuk terikat dalam perkawinan. Mbak yakin alasan mas Adam tak menggugat cerai mbak karena kamu yang melarang..”

“Nisa, mbak gak sedih kok, justru jika terikat dalam perkawinan yang semu, malam membuat kami saling bersedih, mbak kenal banget dengan mas Adam, tak mungkin ada dua orang dalam hatinya, dan mbak yakin Cuma kamu yang ada dihatinya sayang..”

“soal si baby, walau baby adalah anak kandung mbak, tapi kamu yang memperjuangkannya untuk hadir ke dunia, tak ada orang lain yang lebih berhak untuk menjadi ibunya selain kamu Nis, kamu yang mengandungnya, kamu yang bertaruh nyawa melahirkannya, dan kamulah yang lebih pantas menjadi ibunya..” Maya tercekat.

Butiran bening meluncur begitu saja dari kelopak cantik Nissa, sesaat dia merasa bersalah pada wanita cantik didepannya ini, namun apa yang diutarakan Maya sangat masuk akal, Nissa sendiri tak ikhlas membagi cintanya pada orang lain, Nisa sadar kalau keikhlasannya menerima Maya karena rasa bersalahnya semata.

“Mbak gak sedih kok sayang..justru mbak bahagia karena mbak yakin kamu akan membuat mas Adam bahagia, dan mbak yakin kamu akan membesarkan baby dengan kasih sayang seorang ibu sejati, mbak bahagia sayang…” Ucap Maya terbata-bata.

Anissa menghambur kepelukan Maya, tangis keduanya tak terbendung lagi, terutama Nissa, dia senggukan hebat di pelukan Maya..

“Udah dong.***k usah nangis ya..mbak gak sedih kok..justru mbak sedih kalau kamu udah gak mau anggap mbak kakak kamu, masih anggap mbak ini kakakmu kan?” Tanya Maya sambil mengelap air mata Nissa.

Perempuan cantik itu mengangguk dan menciumi tangan Maya, “Maafin aku mbak..”

“Kenapa? Kamu gak salah kok…udah ah gak usah sedih-sedihan lagi..” Ucap Maya, Anissa berusaha tersenyum walau matanya dipenuhi butiran bening.

“Hmmm gimana dengan Mas Adam, apa mas Adam udah tahu soal ini?” Tanya Anissa.

Maya menggeleng, “Belum…mbak udah berniat ingin mengatakan pada Mas Adam, tapi banyak insiden yang menghalangi, tapi secepatnya akan mbak lakukan, mbak juga harus balik kan..”

Nissa hanya memandang Maya, dia tak tahu harus berkata apa lagi..



***​



Anto menjilati memek dahlia dengan lembut, pengalamannya yang segudang dalam memanjakan syahwat wanita membuat Dahlia begitu ketagihan dan mulai terjerat dalam perangkap asmara Anto, setiap pertemuan mereka selalu di akhiri dengan persetubuhan yang panas, Dahlia memang bukan perempuan yang asing dengan seks, namun Anto memberikan sesuatu yang belum pernah dirasakannya sebelumnya, Anto begitu perkasa, ada sesuatu yang baru setiap berhubungan seks dengan Anto, itu yang membuat Dahlia jatuh cinta pada sosok Anto.



Malam ini Anto menjilati seluruh tubuh mulus Dahlia, tak ada lekuk yang terlewatkan dari batang leher hingga ujung jari lentik kaki Dahlia, Antoi sangat paham dimana letak titik sensitif perempuan pada umumnya, Dahlia mengerang dan merintih dalam gelora syahwat yang panas membara, walau suhu kamarnya cukup sejuk karena pendingin udara, namun peluhnya tetep mengalir karena detak jantungnya yang cepat.

Tak puas hanya menjilati, Anto meliukkan lidahnya di permukaan dan juga di dalam lubang memek Dahlia, rambut kemaluan Dahlia yang lebat membuat Anto semakin bernapsu mengorek lubang kenikmatan yang merekah merah dan basah, Anto tak ragu untuk melatakan lidahnya di permukaan anus dahlia, bahkan Anto tak merasa jijik mencelupkan lidahnya ke dalam lubang anus itu, rasa geli dan gatal seketika menyeruak dalam kedua lubang kenikmatan perempuan itu, mulut Dahlia menganga merespon rasa yang dialami oleh organ sensitifnya itu.

Dahlia yang kini dalam posisi menungging menoleh sejenak saat mendengar Anto membuka sabuk pinggangnya, Dahlia segera merubah posisinya dan kini bertumpu pada kedua lututnya, Dahlia membantu Anto melepaskan celananya, tegukan liur Dahlia terdengar pertanda perempuan itu tengah terpesona dengan sesuatu yang akan segera dilihatnya.

Mata Dahlia terpukau memandang kontol Anto, kontol berwarna coklat dengan urat-urat tebal terlihat begitu indah dimatanya, aura kontol itumemprovokasi syahwatnya, desiran napsu merebak di sekujur aliran darah Dahlia, spontan Dahlia memegang kontol yang mulai mengeras tegang, walau sudah berapa kali kontol itu memberikan kenikmatan padanya, namun pesonanya tak jua hilang.

Dahlia beranjak dan duduk di sisi ranjang, dihirupnya aroma kontol didepannya, matanya terpejam menikmati, Tangan lembut Dahlia mulai mengocok kontol itu perlahan, bibirnya mendesis gemas, Dahlia mengangkat batang kontol itu dan mulai memajukan wajahnya, hidungnya mengecap aroma biji kontol Anto, Dahlia menggigit bibirnya, berkali-kali perempuan itu menelan ludah, Dahlia menjilati permukaan kantong biji Anto dengan lembut, Anto mendesis geli, Dahlia menatap pejantannya dan tersenyum, kini mulutnya mencaplok biji itu sambil menatap Anto dengan tatapan binal, Anto balas menatap perempuan cantik yang tengah tergila-gila padanya itu, Anto menegdahkan kepalanya, Dahlia begitu bernapsu menghisap bijinya, korekan lidah Dahlia pada lubang pipisnya mmebuat Anto meringis ngilu.



Dahlia begitu histeris mmenghisap kontol Anto, jilatan dan hisapan saling bergantian, Anto meringis merespon keganasan Dahlia, siapapun perempuannya, jika telah bernapsu memang akan menjadi agresif bagai kuda liar, Dahlia tanpa ragu menelan habis kontol Anto hingga membuatnya tersedak, wajahnya merona merah, air matanya mengalir karena tersedak hebat, namun Dahlia malah tersenyum lebar seperti orang kesurupan.

Anto menarik tubuh Dahlia, kini Keduanya menjauh dari ranjang, keduanya telah polos telanjang bulat, Anto mendorong punggung dahlia memintanya untuk menungging, kedua kaki dahlia tegak lurus tangannya menyentuh lantai, dengan ganas Anto membombardir memek Dahlia dari belakang, Dahlia menjerit, ada rasa ngilu dan sakit karena Anto begitu kasar memompa kontolnya, namun perlahan rasa sakit itu berubah menjadi gatal, lubang memek Dahlia seolah sedang di datangi ribuan semut yang menggelitik memeknya, Dahlia meringis dan menjerit nikmat, rasa gatal Dahlia seolah tergaruk oleh gerakan kontol Anto yang demikian agresif.

Anto terus memompa kontolnya tanpa ampun, Dahlia sendiri bagai rusa betina yang terengah-engah, desahan dan erangan berbaur dalam jeritan menyayat hati, tiba-tiba tubuh Dahlia meronta mengejang, jeritannya tertahan oleh gemetar tubuhnya, Anto menghentikan pompaannya, tubuh betinanya bergetar hebat dan mengejang tegang….



****

Bersambung
 
selamat menikmati
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd