Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Diary Seorang Istri Season 2
Bagian Enam


by pujangga2000 (waone53)


Anto menghisap rokoknya dalam-dalam, Bulan purnama terlihat begitu besar di Bumi Kalimantan, Anto tengah duduk di sebuah kursi di teras rumahnya, Cairan di dalam botol Anggur tinggal seperempat tersisa, Anto mengambil kacang yang dibelinya sebagai teman minum anggur, Tatapan matanya menerawang, ucapan Muklis terngiang Kembali di telinganya, begitu yakinnya Muklis kalau telah bertemu Maya di Mal, dan juga sosok yang membelakanginya di toko buku terlihat seperti Maya, Anto merasa instingnya tak pernah keliru, Anto punya ingatan tajam tentang seseorang yang dikenalnya, dan Anto merasa yakin kalau yang dilihatnya itu Maya. Namun mengingat dimana tempatnya kini berada, Anto mulai meragukan instingnya, dia juga meragukan apa yang dikatakan Muklis, “Aku mungkin terlalu rindu, mungkin… karena itu, setiap melihat orang yang mirip selalu di anggap Maya, lagian ini bukan Jakarta, ini Kalimantan, mau ngapain Maya disini? Gak masuk akal rasanya..” Anto mencekik botol anggurnya dan meminumnya seteguk.

Anto mengucek-ngucek rambutnya, hati dan benaknya terasa begitu sakit setiap kerinduan ini datang, Anto merasa menyesal telah menyia-nyiakan waktu saat Bersama perempuan cantik itu, penyesalan itu hingga kini tak bisa dia kikis dari dasar sanubarinya, penyesalan itu semakin erat melekat di sana, dan setiap kerinduan itu datang maka penyesalan itu seolah menjadi katalis luka bagi hatinya, terasa sakit dan perih rasanya.

“Dek..dimanapun kamu berada, mas akan selalu merindukanmu, maafkan atas setiap luka dan sakit yang mas berikan padamu, mas ingin suatu saat bisa bertemu Kembali dengan dek Maya, sungguh dek, mas baru menyadari kebodohan mas saat itu, ahhh…mas rindu sekali dek Maya…” Anto menghela napasnya, diteguknya habis cairan anggur yang tersisa, di lemparkan sisia rokoknya ke jalan depan rumahnya, Anto berdiri dan masuk ke dalam rumah.


***


Surabaya

“Gimana keadaan Anissa bro..” Tanya Santoso pada Adam yang duduk di depannya, mereka berada di sebuah Mal, tepatnya di sebuah coffe shop.

“Dia baik-baik saja bro..eh ya anak lu siapa namanya, eh ya julian, gimana udah bisa ngapain aja..” Adam balas bertanya.

Santoso tersenyum, dan memperlihatkan video di hpnya, terlihat video seorang anak bayi sedang mencoba merangkak, Adam tersenyum melihat video yang menggemaskan itu.

“Lucu banget Ya bro..” Ujar Adam sambil terus memperhatikan video di hp sahabatnya itu.

“Sebentar lagi kowe juga punya koyo ngene Dam..eh ya, putramu wedok po lanang?” Tanya Santoso

Adam hanya mengangkat bahu sambil tersenyum, “Loh, po dokter ra ngasih tau toh?” Tanya Santoso lagi.

“Gua yang gak mau bro biar surprise ajah, Nissa juga punya pikiran sama, kita berdua pengen surprise bro.” Jawab Adam.

“Kalo aku liat dari bentuk perut Nissa, koyokne lanang Dam, soale..” Belum selesai Santoso bicara, Adam melemparnya dengan secuil roti yang tengah di gigitnya.

“Sok tahu lu..hahahaha.” Ujar Adam berderai tawanya. Santoso juga ikut tertawa, di panggung music jazz mengalun lembut mengiringi para tamu yang sedang bercengkrama dengan berbagai alasannya.

“Maya piye Dam, kamu sudah kasih tahu dia, kalau sebentar lagi NIssa akan melahirkan?” Tanya Santoso.

“Udah bro, mereka berdua semakin akrab bro, Nisa dan Maya sudah mirip kakak adik mereka berdua, Nissa yang ngabari Maya.” Ujar Adam sambil menghela napas, pandangannya kosong menatap anggota Band yang ada di panggung.

“Kenapa Dam, sepertinya kamu sedikit galau, bukannya seneng sebentar lagi anak lahir, iki malah galau, piye toh..” Ucap Santoso sambil menghirup Kembali kopinya.

Adam memandang sahabatnya ini, Santoso tak pernah tahu kalau Anissa mengandung anak hasil inseminasi benihnya dan Maya, “Kenapa Dam, apa masalah pekerjaan?” Tanya Santoso.

Adam menggeleng, “Gua merasa bersalah ama Maya bro..” ujar Adam.

Santoso menatap tajam wajah Adam, keningnya berkerut. “bersalah kenapa bro..”

“Entahlah..gua juga bingung kenapa..”

“Mungkin kowe sedang bingung Dam..” Ucap Santoso, “saat Maya menghilang, kowe menikahi Anissa dan kini tengah menantikan kelahiran, dan sekarang saat berkumpul Kembali dengan Maya, Kowe merasa bersalah ama Anissa, maksudku kalau kowe bersikap mesra pada Maya, kowe takut Anissa sakit hati, dan sebaliknya..aku rasa koyo ngono Dam.” Lanjut Santoso.

Adam menatap sahabatnya itu, “Mungkin Santoso benar, aku sedang bingung dengan kedaan ini..” benak Adam. Namun Adam merasa perasaannya pada Maya tak sama seperti dulu, Adam memang merasa masih sayang dengan Maya, namun ada hal yang semakin lama semakin hilang untuk perempuan itu, yaitu GAirah.. Adam mengambil cangkir kopi di hadapannya, di minumnya sisia kopi yang ada, alunan musik lembut terus terdengar dari panggung mengiringi malam semakin larut…


***

Sepuluh Hari Kemudian. Di sebuah Lounge Bandara

Maya menyimpan Hpnya ke dalam tas, dia baru saja berbincang dengan Adam, mengabarkan kalau dirinya sedang berada di Lounge menunggu boarding pesawat yang akan membawanya ke Jakarta, Adam mengatakan padanya untuk mengabarkan kembali kalau sudah akan Take Off.

Maya bangkit dari tempat duduknya hendak mengambil sebuah cake yang tersedia sambil ingin membuat teh hangat, suasana di dalam lounge tak terlalu ramai, tentunya hanya penumpang kelas tertentu yang bisa menikmati fasilitas Lounge tersebut, Adam membelikan Maya tiket kelas bisnis untuk penerbangannya ke Jakarta.

Saat hendak mengambil cangkir untuk membuat teh, ada tangan lain yang juga hendak mengambil cangkir, kedua tangan berbeda orang saling menyentuh, Maya kaget begitupun pemilik tangan yang lain, “Maaf mbak..” Ucap suara berat seorang lelaki.

Maya mengangguk dan menengok ke orang tersebut, terlihat seorang pria tampan dengan wajah maskulin tersenyum padanya, tak lama pria itu seolah mengenal sosok perempuan di dekatnya itu.

“Maaf, ini mbak yang rumahnya di kompleks x?” tanya pria itu, suaranya terdengar seksi di telinga setiap Wanita.

Maya menengok Kembali, Maya juga merasa pria ini pernah dilihatnya, namun Maya lupa dimana, “Ya pak..” Jawab Maya.

“Saya penghuni baru yang rumahnya berhadapan dengan rumah mbak, Nama saya Teguh kita belum sempat kenalan ya.” Pria maskulin itu menjulurkan tangannya, Maya hanya tersenyum sambil mengatupkan tangan.

“Ohh ya baru saya ingat, rasanya pernah ketemu dimana..” ucap Maya.

“Mohon maaf mbak, saya tinggal dulu ya, nanti kita bicara lagi..” lelaki maskulin itu mengatupkan tangan memberi hormat dan kemudian berlalu meninggalkan Maya, pandangan Mata Maya mengikuti arah lelaki tadi menuju, terlihat dia menuju ke tempat duduk di sebelah pojok, ada seorang pria yang terlihat lebih tua disana, Maya kemudian mengambil satu bungkus gula untuk dicampur ke tehnya, Maya membawa teh dan kue nya Kembali ke tempat duduknya tadi.

Maya mengambil hpnya saat terdengar suara pesan masuk, dibacanya chat dari Adam yang menanyakan apakah Maya akan segera take Off, baru saja hendak membalas, sayup-sayup terdengar pengumuman untuk para penumpang bersiap untuk boarding, “Nih sebentar lagi boarding, aku siap-siap dulu ya, nanti kalau sudah dalam pesawat aku chat lagi.” Ketik Maya dalam balasannya.

Maya memasukkan Kembali hpnya ke dalam tas, dicabutnya kabel charger dan disimpannya juga di dalam tas, Maya memeriksa Kembali tasnya untuk memastikan barang-barangnya tak ada yang tertinggal, dikeluarkannya tiket boarding pass yang telah dicetaknya, beberapa penumpang yang ada di Lounge juga telah bersiap-siap untuk menuju pintu boarding pesawat, Maya melihat sosok tetangganya tak ikut bersiap, saat melewati tempat duduk tetangganya itu, Maya mengangguk memberi salam, pria maskulin itu juga membalas menganggukan kepala sambil tersenyum.


***


Anto melajukan dump truck yang dikendarainya dengan perlahan, Anto mengikuti antrian truk didepannya untuk memasuki Kawasan pengolahan Batubara, Hampir 10 menit kemudian akhirnya Anto telah tiba di gerbang masuk Kawasan, diberikan surat jalannya pada petugas yang mnunggu dibawah, petugas tersebut memeriksa surat yang diberikan oleh Anto, tak lama truk yang dikendarai Anto mendapat izin untuk masuk.

Anto memundurkan truknya masuk kedalam suatu tempat, disana para petugas yang bekerja segera menurunkan muatan truk tersebut, Anto turun dari kabin supir, dihampirinya seseorang yang tengah melakukan instruksi pada para pekerja, orang itu memberikan Anto secarik kertas untuk di tanda tangani, setelah melakukan proses bongkar muat, Anto menuju warung kecil yang ada disana untuk menunggu para pekerja selesai melakukan bongkar muat.

Ini sudah trip ketiga Anto sejak pagi tadi, cukup keras kerja Anto sebagai supir dump truck, awalnya ANto cukup kaget dengan pekerjaan yang dijalaninya, dia harus membawa 6 hingga tujuh trip muatan batu bara setiap hari, terkadang saat azan Isya Anto baru pulang ke rumah, Namun Anto merasa tak ada pilihan lain, uang tabungannya sudah habis diberikan pada Murad sebagai kompensasi pembebasannya, termasuk uang yang didapat dari Maya dulu, Anto benar-benar tak memiliki apa-apa lagi, selain tenaga yang dimiliki, untuk bekerja sebagai gigolo seperti dulu Anto sudah jera, bukan hanya jera yang membuatnya tak ingin mendekati pekerjaannya dulu, namun faktor Maya telah merubah pandangan hidupnya, tak sulit bagi Anto untuk menekuni pekerjaan lamanya, Anto bisa saja melamar di tempat fitness di kota ini, dia memiliki sertifikat trainer yang berlaku dimana saja, apalagi di Balikpapan yang ekonominya sangat maju, tak sulit bagi Anto untuk menemukan Wanita-wanita kesepian yang banyak uang di sini, namun sekali lagi dia tak ingin Kembali terlibat dengan masalah, terlebih lagi adalah pengaruh Maya dalam hidupnya, Anto telah memuja sosok perempuan itu dalam hidupnya, tanpa sadar dia telah menyerahkan seluruh hatinya pada Maya, meskipun dia tahu mungkin dia tak akan bertemu lagi dengan Wanita itu sepanjang sisa hidupnya. Maya adalah faktor terpenting bagi dirinya untuk memutuskan sesuatu saat ini. Anto sendiri tak tahu kenapa dia berubah seperti ini, hidupnya yang dulu bebas ingin berbuat apapun, kini bagai terbatas dan Undang-undang yang membatasi langkahnya adalah perempuan yang Bernama Maya.


***​


Maya celingukan mencari sosok yang dicarinya, tak lama seulas senyum mengembang di wajah cantiknya saat matanya beradu pandang dengan sosok tampan yang melambaikan tangan padanya, Maya tersipu dan menghampiri sosok tersebut, “Dari tadi yank.” Maya mencium tangan Adam.

“Gak juga aku baru datang, kan bisa dipantau lewat satelit yank, sini aku bawakan kopernya.” Ujar Adam sambil mengambil koper kecil berwarna pink yang berada didekat Maya. “Bawaannya kok dikit banget yank..” tanya Adam.

“Segini juga cukuplah, males bawa banyak-banyak yank, ntar kalo kurang tinggal belanja aja hehehe..” Jawab Maya sambil menggandeng lengan suaminya dan berjalan beriringan menuju tempat parkir.

“Kamu tunggu sini ya, aku ambil mobil dulu.” Ujar Adam, Maya mengangguk, Adam kemudian bergegas menyebrang jalan menuju tempat parkir. Sekitar 10 menit kemudian mobil Pajero putih telah tiba di hadapan Maya, melihat mobil Pajero lamanya , maya tertegun sejenak, mobil itu banyak menyimpan kenangan baginya, terutama…..

“Yank…kok bengong.” Ucapan Adam mengejutkan lamunan Maya, “ehh.***k aku Cuma surprise mobil ini masih ada..” Jawab Maya sambil memperhatikan mobil yang penuh kenangan baginya.

Adam membukakan pintu mobil untuk Maya, setelah Maya amsuk, Adam bergegas menuju kursi pengemudi, “Mobil ini tetap ada kok yank, gak pernah aku jual atau rubah-rubah, tadinya sempat aku mau jual, karena kejadian dulu..” Ujar Adam menghentikan ucapannya karena merasa omongannya akan mengungkit luka lama, Maya menatap wajah suaminya, dan mengelus pipinya dengan lembut, “Kamu kok gak cukuran yank..” tanya Maya pelan berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Aku baru sampai dari Bandung, ada acara dengan Menteri yank, pertemuan pengusaha tambang se asia Pasifik, baru sampai subuh tadi..” Ujar Adam.

“Pantesan, kok Nissa gak diajak yank..” Tanya Maya.

“gak usah lah, dia udah susah jalannya kasian juga harus naik turun mobil, yank… aku udah kontrakin rumah dekat rumah kita, itu rumah pak haji yang dekat gerbang… itu buat tinggal kamu di Jakarta, Nissa juga yang minta, katanya gak enak kalau tinggal disini sama ibu dan bapak, aku rasa ada benarnya juga sih, kamu pasti gak akan nyaman…gak apa kan yank..” Tanya Adam sambil menoleh kea rah Maya.

“Ya aku dan Nissa juga udah ngomongin soal itu, ya pasti aku akan canggung lah kalau tinggal disana..” Jawab Maya, sungguh Maya kangen dengan rumah lamanya, betapa banyak kenangan indah saat tinggal disana, tapi kini rumah itu telah dihuni perempuan lain, entah kenapa desiran hangat sedikit meremas ulu hatinya.

‘’Oh ya yank, nanti ada kejutan buat kamu…” Ujar Adam kemudian.

“Kejutan? Apaan sih kejutannya..” Tanya Maya penasaran.

“Hmmm ada deh, ntar kalau dikasih tau berarti bukan kejutan lagi donk.” Jawab Adam.

Maya merengut menatap suaminya, hampir saja dia mencubit lengan suaminya, sebagaimana yang biasa dilakukannya saat Bersama dulu, namun entah kenapa ada rasa sungkan yang menghalanginya berbuat itu sekarang.

Suasana kabin mobil terasa hening, pandangan Maya asik menatap suasana lalu lintas kota Jakarta yang hampir dua tahun ditinggalkannya, begitu banyak perubahan yang terjadi dalam kurun waktu sesingkat itu, Jakarta terlihat semakin ramai dan padat, bangunan yang dulu masih terlihat besi-besi, kini telah menjulang menjadi Gedung tingkat yang mewah, perlahan kelopak Mata Maya meredup, angin Ac yang sejuk membuatnya terlelap.

“Yank…” guncangan lembut Adam membuat Maya terjaga, sesaat Maya terlihat bingung dengan keberadaannya, namun tak lama Maya mulai mengenali lokasi tempatnya berada sekarang, Maya menoleh dan mengenali gapura komplek rumahnya, namun ini bukan rumahnya, Maya teringat dengan ucapan Adam yang akan mengontrak rumah untuk Maya. Maya melihat senyum Adam mengembang, pria tampan itu membelai lembut pipinya, “Kamu nyenyak banget tidurnya, yuk turun…nanti lanjutin lagi di rumah.”

Maya menutup pintu mobilnya, saat menoleh, tiba-tiba suara nyaring mengejutkannya..”Surprise….” Maya menatap perempuan yang ada dihadapannya, pandangan keduanya beradu, mata keduanya tiba-tiba mengembang dipenuhi air mata, Maya langsung memeluk Milla sahabatnya, tangis Maya pecah, dia sungguh rindu dengan sahabatnya itu, “Kemana aja lu neng..” ujar Mila dengan suara tercekat.

Maya memeluk sahabatnya begitu erat, terdengar suara isak harunya, keduanya larut dalam emosi kerinduan, “Maafin gue ya Mill…” ujar Maya, Milla menepuk lembut punggung Sahabtanya itu. Tak berapa lama keduanya mulai bisa mengendalikan emosinya, Milla mengusap tissue di pipi Maya yang basah oleh air mata.

“Fajar mana Mil?” Tanya Milla yang teringat dengan putra sahabatnya itu.

“Fajar di rumah say, kebetulan mertua datang berkunjung, ya udah titipin dulu, suer say, waktu Mas Adam kasih tau kalau lu mau dateng, gue bener-bener gak sabar nunggu hari ini datang, dan beneran lu sekarang disini…lo keliatan lebih seksi sekarang.” Ujar Milla.

“Maksud lo gue keliatan gemuk gitu?” Tanya Maya pura-pura cemberut.

“Gemukan ya, tapi gak gemuk kok, keliatan berisi dan itu membuat lu hmmm..” jawab Milla sambil menyeringai.

“Lu jjuga..ahh jangan-jangan..” Tanya Maya lagi.

Milla mengangguk, “Fajar bakalan punya adek say.”

“Ya ampun….congrat ya Mil.” Ujar Maya tersenyum riang.

“Ibu-ibu, kita ngobrolnya didalam yuk..” Ucap Adam sambil menggandeng Maya masuk, Maya bersalaman dengan Andi suami Milla, Maya celingukan mencari Anissa, dia pikir Anissa pasti ada disini juga.

“Ntar lagi Anissa kesini..” Ujar Adam yang sepertinya bisa membaca pikiran Maya.

Pertemuan Maya dan Milla memang tak di perkirakan oleh Maya, dia memang ingin bertemu dengan sahabat lamanya itu, namun tak menduga akan secepat ini, Maya kemudian terlibat obrolan dengan sahabatnya itu, Maya bertanya tentang teman-teman lamanya d perusahaan dan hal-hal lain, keduanya saling melepaskan kerinduan setelah hampir dua tahun tak ada kabar diantara keduanya.


***


“Mbak Maya huhuhuhuh…” Anissa langsung menghambur di pelukan Maya, tingkahnya bagai seorang gadis kecil yang baru saja bertemu kakaknya setelah sekian lama, Maya tersenyum mengusap pundak Anissa, Milla cukup surprise melihat keakraban dua orang wanita yang merupakan madu satu sama lain.

“Kamu ngapain kesini, biar mbak nanti kesana.” Ujar Maya sambil menuntun Anissa duduk, “Pas aku lihat di CCTV mobil mas Adam masuk gerbang, aku udah kepingin banget kesini, tapi kata ibu, pamali magrib-magrib keluar, ya udah aku tunggu sebentar, Mbak Maya gimana kabarnya, duh makin semok nih..” Ujar Anissa sambil melirik ke arah Adam yang sedang asyik berbincang dengan Andi suami Milla.

Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh menghampiri Anissa, dan membisikkan sesuatu, Anissa mengangguk, “Yuk semua kita makan dulu di taman belakang, Bi Imah sudah siapkan makanan, pasti mbak Maya juga lapar kan.” Ujar Anissa, Maya hanya tersenyum, Anissa berusaha bangun dan Maya membantu Anissa untuk bangun dari kursinya, Anissa menggandeng lengan Maya dan bersama menuju taman belakang.

“Mbak Milla ini banyak bantu aku loh mbak..dia baik banget, kadang jadi teman curhat saat aku galau..” Ujar Anissa, Maya menoleh ke arah Milla, yang di balas dengan senyum salah tingkah Milla yang merasa tak enak karena akrab dengan Anissa.

“Milla ini juga sahabat mbak dulu, sekarang juga ya Mil, walau udah lama kita gak kontak-kontakan, kamu kok gak cerita ke mbak sih Nis, kalau kenal ama Milla, tau gitu kan mbak bisa minta nomor Milla ke kamu.” Ujar Maya.

“Ya juga ya, tapi aku ndak weruh loh mbak.” Kembali wanita paruh baya tadi mendekat ke Anissa dan berbisik, “Ijih toh, ijih enek, anu neng ngisor coba..” Ujar Anissa pada bi Imah, wanita paruh baya itu mengangguk dan bergegas pergi.

“Sebentar ya mbak, aku ke dapur dulu..” ujar Anissa.

“Loh ngapain nis, nanti kamu jatuh loh, biarin aja..” Ujar Maya yang cemas. Tapi Nisa walau sedang hamil tetap cekatan, dan segera menghilang dari pandangan Maya.

“Tenang aja May, Nissa itu kuat dan cepat, aku kagum ama dia..ehh sorri May, gue gak..” Milla salah tingkah.

“Tenang aja say, gua ama Nissa udah kaya kakak adek aja, gak heran kalau lo juga suka ama dia, karena emang dia cantik, ramah, lucu..” Ujar Maya.

“Gue kagum ama Lo May, gak semua orang kaya kalian berdua, akrab kaya gitu, kalau gua mungkin gak bisa May..” Ucap Milla.

Maya merangkul lengan Milla, “dah ngobrol mulu, kita makan yuk..” keduanya tersenyum dan berjalan berbaur dengan para suami mereka.


***


Malam itu sekitar jam 8 malam waktu setempat, mobil truk yang dikemudikan Anto berjalan pelan menuju pool, trip terakhirnya baru saja diselesaikan, dan kini saatnya untuk membawa mobil ke Pool, jalan yang dilalui Anto terlihat sepi, tak banyak kendaraan berseliweran di jam seperti ini, Anto menyalakan rokoknya untuk mengusir kantuk, dinyalakan audio mobilnya tak lama alunan musik koesplus yang menyanyikan lagu buat apa susah terdengar mendayu di kabin truk, Anto mengikuti lirik lagu yang dinyanyikan grup band legendaris itu.

Saat sedang asik mengikuti musik, mata tajam Anto bertumbukan dengan sesuatu, terlihat dari jauh sebuah lampu warna merah, sepertinya lampu sebuah mobil berhenti di pinggir jalan, Anto tiba-tiba merasa curiga dengan situasi itu, perlahan mobil truk Anto semakin mendekati mobil tersebut, saat semakin dekat, anto melihat sekilas dua orang pria tengah menarik lengan seorang wanita yang ada di dalam mobil, Anto terus memperhatikan dari kaca spionnya, tiba-tiba salah seorang lelaki terlihat memukul wanita tersebut.

Anto memejamkan mata, “Udah lah gak usah ikut campur urusan orang..” suara hatinya berkata untuk melajukan terus truknya, sekitar 200 meter berjalan, Anto menghentikan truknya, “Sialan!!!”

Anto memundurkan truknya dengan cepat, saat dekat dengan mobil yang diparkir tadi, Anto segera menghentikan truknya, diambilnya sebuah rantai panjang dan sebilah badik yang disimpannya di laci dashboard, Anto turun dari truk, Anto sendiri tak tahu kenapa dia senekat itu menghampiri masalah. Bahkan dia dulu tak berani menghadapi dua orang anak buah Susanto, kini setelah semua yang terjadi dalam hidupnya, dia merasa hidupnya seolah terlahir kembali, kini paling tidak dia merasa harus menolong perempuan itu.

“Hei ada apa ini..” Teriak Anto, kedua pria yang sejak tadi tak begitu memperhatikan kedatangan Anto kini merasa terusik, salah seorang pria berbadan tegap dan wajah yang terlihat sangar, membuang rokok di bibirnya, “Siapa kau..ngapain disini bro…sudah sana pergi, jangan ikut campur!”

Anto merasa orang yang sedang berbicara dengannya ini bukanlah orang asli sini, logat bicaranya berbeda dari kebanyakan orang asli yang dikenalnya, “lepaskan perempuan itu, baru saya akan pergi, Anto mengeluarkan rantai panjang yang sejak tadi di sembunyikannya, melihat rantai yang tengah diayun Anto, orang tadi sepertinya tak ciut nyali, orang itu malah menghampiri Anto, dan rupanya berbarengan dengan itu, perempuan yang berada di mobil berhasil lolos dan membuka pintu mobil dari sisi lain, segera perempuan yang terlihat masih cukup muda itu refleks berlari dan bersembunyi di belakang Anto.

“Sialan, lu pikir lu siapa mau ikut campur urusan gua, itu bini gua, ngapain lu ikut campur urusan rumah tangga orang..” Hardik salah seorang yang tadi memukul wanita yang bersembunyi di belakang Anto.

“Kamu istrinya orang itu?” bisik Anto pada wanita di belakangnya, wanita itu menggeleng dan berkata tidak dengan nada lirih dan ketakutan, Anto merasakan tangan wanita itu dingin saat memegang lengannya erat.

Kedua pria itu mendekati Anto perlahan, mereka sepertinya waspada karena Anto memegang rantai, Anto beringsut mundur sedikit, matanya cukup awas memperhatikan gerakan kedua orang itu, jantungnya berdegup dengan keras, sesaat Anto menyesali apa yang tengah dilakukannya kini.

“Gua minta kalian pergi saja dari sini, gua gak akan melaporkan perbuatan kalian pada polisi.” Teriak Anto.

Kedua lelaki itu saling berpandangan, lalu kemudian tawa mereka terdengar keras dan menyebalkan, “Mau aduin gua ke polisi..silahkan bro…tapi pastiin dulu kalau nyawalu masih ada hahahaha..” sahut si kekar sambil tertawa.

Anto sebenarnya takut dengan situasi ini, lalu dia teringat bahwa shift terakhir pengangkutan Batubara ada beberapa truk lagi di pangkalan, “Pasti mereka sebentar lagi lewat…” Batin Anto.

“Sebentar lagi iring-iringan truk teman-teman gua datang, sekarang mending kalian segera cabut, sebelum mereka datang, nanti udah bonyok di bawa ke polisi juga hahahah…” Ujar Anto lantang berusaha terlihat tenang.

Kembali keduanya saling berpandangan, terlihat seseorang diantara mereka berbisik dengan temannya, “Haahaha, gak usah gertak lah..mana temanlo, gak bakalan ada yang lewat, kebetulan kalau gitu, kalian berdua bisa di jadi alibi gua hahahaha..”

Degup jantung Anto semakin kencang seperti hendak melompat keluar, hatinya terus berdoa agar iring-iringan truk perusahaannya segera muncul, Kedua orang itu dengan wajah garang semakin mendekati Anto, terlihat seseorang yang berbadan tegap mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya, Pistol!! Darah Anto seperti berhenti mengalir di tubuhnya, tepat di saat kritis, dari kejauhan tampak lampu-lampu truk semakin mendekat, kedua pria itu saling berpandangan, “Anjing!!” sumpah serapah keluar dari mulut pria yang memukul wanita tadi, keduanya berbalik dan bergegas menuju mobil, tak lama suara raungan mesin mobil terdengar mengintimidasi Anto, lampu Dim Mobil kedua orang itu menyilaukan Mata Anto, tiba-tiba terdengar suara decitan roda ban beradu dengan aspal, Anto tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tepat di saat yang genting, Anto mendorong dan menggamit tubuh wanita yang berlindung padanya itu, dengan sekuat tenaga Anto melompat dan berguling menghindari mobil yang sengaja berjalan kencang ke arahnya.

Sesaat Anto merasa seluruh tulang yang menopang tubuhnya terlepas dari raga, tubuhnya terasa lemas, dan jantungnya berdetak kencang mengiringi rasa takut yang menjalar di sekujur syaraf tubuhnya, Tiba-tiba terasa sesosok tubuh bergetar keras dalam dekapannya, suara tangis perempuan mendayu diiringi isaknya, Anto tak sanggup untuk menengok ke arah suara yang didengarnya, pompaan darah yang mengalir lebih cepat dari biasanya membuat tubuh Anto lemas tak berdaya, dan segera pandangannya sayup berubah gelap, telinganya mendengar suara riuh seolah di kejauhan, Anto kini dalam posisi tak sadar, rekannya para supir truk bergegas menghampirinya, salah seorang supir terlihat menelpon, yang lain berusaha menolong Anto dan wanita yang tengah histeris di dekapannya, “Ehhh ini sepertinya rekan kita, lihat id cardnya..astaga!!! darah, abang ini mengeluarkan darah di belakang kepalanya….”



***

Bersambung

 
nanti malam jam 10 update lagi satu episode sebagai thr

selamat hari raya, mohon maaf lahir dan batin
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd