pujangga2000
Tukang Semprot
Diary Seorang Istri Season 2
Part 23
Part 23
Maya terlihat gelisah pagi itu, berkali-kali dia melihat handphone dan jam di dinding ruangan, Anissa yang memperhatikan sejak tadi merasa aneh dengan sikap Maya, “Mbak Maya kok kelihatan gelisah, ada apa?’ Tanya Anissa sambil menyelimuti bayinya yang baru saja selesai disusui.
“Ehh, gak kok Nis, mbak gak gelisah..” Jawab Maya
“Kayaknya sejak dapat chat semalam, Mbak Maya jadi gelisah deh, tadi malam juga aku perhatikan Mbak Maya gak tidur kan..” Ujar Nissa.
“Gak kok sayang, mbak cuma lagi gak enak badan aja..” Ucap Maya.
Nissa yakin kalau chat semalam itu berisi sesuatu yang penting, Nissa sebenarnya penasaran siapa orang yang mengirimkan chat itu, sehingga membuat Maya menjadi gelisah, namun Nissa tahu kalau Maya tak mungkin menceritakan padanya, Nissa tahu benar sifat madunya itu yang bisa menyembunyikan perasaannya sedemikian rupa, persis seperti kejadian masa lalu..
“Apa jangan-jangan…ahh gak mungkin..” Nissa segera membuang pikiran curiga kalau lelaki selingkuhan Maya kembali datang.
“Nis, mbak mau cari makanan dulu ya laper, kamu mau nitip apa.” Ujar Maya.
“Hmmm apa aja deh mbak, cemilan kue-kue jajanan pasar kalau ada.” Balas Nissa.
“Ya udah mbak ke bawah dulu ya, kalau ada apa-apa langsung hubungin mbak ya..” Ujar Maya lagi. Nissa hanya mengangguk.
Maya mengambil tasnya dan cardigan hitamnya, dia keluar dari kamar perawatan Nissa, ketika sampai di depan Lift, Maya duduk sebentar, diambilnya hpnya dari dalam tas, dia menulis chat dari Murad, “Maaf mas, saya kayaknya gak bisa hari ini, saya lagi di rumah sakit nungguin Mbak Nissa.” Namun Maya menghapus kembali ketikannya, dia merasa tak ada gunanya mengatakan hal ini pada bajingan itu, karena pasti dia tak akan mau tahu.
Baru saja Maya beranjak dari tempat duduknya, sebuah chat masuk, Maya segera membuka chat dari Murad itu. “Ketemunya nanti sore saja, Gua tunggu di restoran XXX di pantai Ancol.” Maya mengernyitkan keningnya, “Pantai? Mau ngapain dia minta ketemu di pantai? Apa jangan-jangan dia mau membawaku ke pulau?” Maya tahu kalau lokasi itu juga menjadi dermaga keberangkatan ke pulau seribu.
Maya menyimpan kembali Hpnya di dalam tas, dia tak membalas chat itu, karena apapun balasannya tak akan ada pengaruhnya, dia harus tetap datang sesuai perintah bajingan itu, Maya lama duduk sambil memperhatikan orang-orang yang keluar masuk Lift, dia merasa harga dirinya tercampakan oleh lelaki rendahan seperti Murad, Namun inilah harga yang harus dibayar untuk perbuatannya di masa lalu, Andai hanya dia yang dirugikan, maka Maya tak akan mau menuruti permintaan bajingan itu, dia bisa saja melapor ke polisi atas ancaman Murad, namun resikonya akan besar untuk Adam dan juga pasti akan berdampak ke Anissa, dan Maya tak ingin Adam kembali terluka akibat kesalahannya.
Walau kini perasaannya pada Adam semakin hambar, namun Maya masih menyayangi lelaki itu, Maya sangat bahagia melihat Adam pulih dari lukanya, terutama kehadiran Nissa menimbulkan dampak positif bagi Adam, dan Maya merasa dirinya adalah dinding penghalang kebahagiaan mereka berdua, Maya tahu Nissa telah menggantikan posisinya di hati Adam, Maya tak merasa sedih dengan semua itu, justru Maya bahagia melihat kebahagiaan mereka, betapa Nissa sangat mencintai Adam, begitupun sebaliknya, Maya yakin perasaan Adam padanya sama seperti yang dirasakannya, Maya pernah mendengar kalau waktu akan menyembuhkan luka, dan kini Maya tahu maknanya, luka memang akan sembuh seiring waktu berlalu, namun semua tak akan sama seperti dulu.
***
“Shinta, hari ini apa ada rapat penting yang harus saya hadiri?” Tanya Adam pada sekretarisnya melalui sambungan telpon, Adam masih bermalas-malasan di tempat tidur, dia merasa malas untuk berangkat ke kantor.
“Hari ini tidak ada pak, besok pagi ada pertemuan dengan perwakilan perusahaan Timur tengah, dan malamnya ada undangan gala dinner di balai sarbini pak, acara pengumpulan Dana.” Jawab Shinta. “Ohh ya gua lupa, duh Nissa gak mungkin nemenin gua, apa gua datang sama Maya aja.” Batin Adam.
“Ohh oke kalau begitu, saya hari ini gak masuk kantor, kamu handel dulu semuanya ya, kalau ada yang penting langsung hubungi saya, kalau gak ada jangan hubungi oke..” Ujar Adam.
“Siap pak..”
Adam melempar hpnya ke meja sebelah ranjangnya, walau sangat lelah, namun Adam sama sekali tak nyenyak tidur, pikirannya ingin ke ke rumah sakit terus, dia kangen sekali dengan bayinya, Adam mengambil kembali Hpnya, kemarin dia telah memutuskan sebuah nama untuk bayinya, dia simpan di folder notes hpnya. Arka Sadana Hanendra yang artinya Anak lelaki yang bijaksana dan pantang menyerah, Adam senyum-senyum membaca Nama itu, “Pasti Maya dan Anissa menyukai nama ini, khususnya Maya, karena Sadana diambil dari nama mendiang Ayahnya…” ujar Adam.
Tiba-tiba Hpnya berdering, terlihat nama Santoso di layar, “Halo bro..” Sapa Adam.
“Hei bro, baru bangun ya…suaralu kaya orang baru bangun..” Ujar Santoso.
“Ya Bro…gua semalam baru pulang dari Singapur..” Balas Adam.
“Wahh, gua gak ganggu kan, berarti lu gak di rumkit nih..”
“Gak Bro, Maya yang disana, tadi malam gua ke rumkit, tapi gua pulang sekalian bawa mertua gua pulang..”
“Ohh gitu..”
“Ada apa nih tumben lu nelpon pagi-pagi..” tanya Adam
“Gak, tadinya gua kira lu di rumkit, bini gua mau liat si Baby, ahh lu sih belum kasih nama juga..”
“Hahaha..ya nanti kalau gua udah disana gua telpon lu..bentar lagi gua uga ke sono, kangen gua ama anak gua..”
“Kangen ama anak apa emaknya, ehh emaknya ada dua ya hehehehe..”
“Sialan lu…eh lu sekarang di sby ya..”
“Ya bro..ntar malem gua juga terbang ke Jakarta, sekalian besok hadiri undangan gala dinner di balai Sarbini, lu juga diundang kan?” Tanya Santoso.
“Ya besok gua paling pergi sama Maya..”
“Wah CLBK nihh ye…” Ledek Santoso
“Bisa aja lu…kan gua udah pernah cerita ama lu soal perasaan gua ama Maya bro..”
“Ya gua paham Dam, sebaiknya lu atur waktu ngobrolin ama Maya, jangan terlalu lama, nanti tambah ribet bro..gua akan dukung apapun keputusan lu..” ujar Santoso.
“Thanks bro..ya lu bener, gua musti ngobrol ama Maya…”
“Woi jangan lupa kalau udah di rumah sakit video call gua..”
“Lha bukannya bini lu ikut juga ntar malem? Langsung aja liat sendiri nanti” ujar Adam.
“Gak Lah, anak gua kan sekolah, anak gua itu bergantung banget ama maminya..malah lebih deket ke maminya daripada ke gua..”
“Heheheh, ya udah, nanti kalau udah di rumkit, gua video call lu..”
***
“Arka Sadana Hanendra.” Nissa mengulang—ulang nama bayinya itu, Nissa menoleh pada Maya yang langsung dibalas dengan anggukkan Maya, Adam juga tersenyum pada Maya, terlihat Maya sangat senang dengan nama bayinya itu, terlebih ada nama Ayahnya di nama anaknya itu, Maya membalas senyuman Adam sambil bergumam terima kasih, Adam mengangguk sambil tersenyum.
“Gimana sayang…kamu setuju kan kalau aku kasih nama itu..” Tanya Adam, pertanyaan itu sebenarnya ditujukan untuk dua orang perempuan yang ada disana.
Anissa mengangguk, “Bagus mas namanya, ya kan Bu?” Tanya Maya pada ibunya yang ikut kembali ke rumah sakit.
“Bagus banget, apalagi tadi Adam kasih tau ibu artinya.” Jawab Ibu Anissa.
“Sebenarnya aku tadi gak ngajak ibu, Cuma pas ibu tau aku mau ke rumah sakit, ibu maksa minta ikut, maksudku biar ibu istirahat aja dulu di rumah.” Ujar Adam.
“Ibu gak betah Dam, kepikiran Arka terus…” Balas ibu.
“Bapak ngapain di rumah bu?” tanya Nissa.
“Ya biasalah bapakmu itu kan seksi repot, katanya nanti sore dia akan ke rumah sakit.” jawab Ibu.
“Lho emangnya bapak ngerti naik apa, duh nanti nyasar berabe.” ujar Nissa.
“Tenang aja sayang, nanti aku jemput bapak..” Timpal Adam.
“Gak usah Dam, biar bapak pergi sendiri, bapakmu kan bukan orang bodoh sayang… katanya dia kesini pake ojol..” Ujar Ibu.
“pesen Ojol?” tanya Nissa
“Ya dia bilang gitu, pengen coba naik ojol…hahaha..biarin aja…”
Semua ikut tertawa mendengar ucapan Ibu, Maya memperhatikan keakraban mereka, terlihat sekali kalau orang tua Nissa menyayangi menantunya itu, Maya merasa dirinya akan menjadi beban Adam, bagaimana kalau orang tua Anissa tahu yang sebenarnya kalau cucu mereka bukanlah anak kandung Anissa, bahwa Anissa hanya menyediakan rahimnya untuk janin Maya dan Adam, terlalu rumit bagi orang tua selugu mereka, Maya merasa ini saatnya dia menjauh dari kehidupan bahagia ini, biarlah putranya diasuh oleh Anissa, Maya yakin Anissa akan menyayangi Arka dengan tulus, Maya tak ingin egois, Arka akan selalu jadi bagian hidupnya, dan Maya yakin Nissa tak akan menjauhkan Arka dari Ibu kandungnya.
“Nis, mbak pulang dulu ya, kan udah ada ibu sama mas Adam.” Ujar Maya mendekati Nissa.
“Ya udah mbak, mbak istirahat ya di rumah, Mas anterin Mbak Maya ya..” Ujar Nissa.
“Eh ga usah, masa aku kalah sama Bapak hehehe, aku pulang naik online aja..” sergah Maya.
“Bu, Maya pulang dulu ya..” Maya berpamitan pada ibu Nissa sambil mencium tangan dan bercipika cipiki, “Ya, hati-hati ya nak..” ujar Ibu.
Maya kembali mendekati Nissa dan mencium pipinya, tak lupa dia juga mencium kening putranya yang sedang menyusu pada Nissa, “Arka, mamah pulang dulu ya..” Gumam Maya pelan.
Adam mengantarkan Maya hingga ke Lift, “Kata nissa kamu sakit yank?” Tanya Adam.
“Tadi malam Gak enak badan aja sedikit.” Jawab Maya.
“Ya udah kamu istirahat aja di rumah ya, nanti malam aku mampir ke rumah.” Ujar Adam.
Pintu Lift Terbuka.., “Aku pulang dulu ya yank…assalamualaikum.” Pamit Maya sambil mencium tangan Adam.
“Walaikum salam..” sahut Adam yang tetap berdiri hingga pintu lift menutup.
“Apa aku harus cerita ke mas Adam soal chat yang diterima Mbak Maya tadi malam ya? Karena aku kuatir terjadi apa-apa..” Ujar Anissa dalam hati.
“Tapi kalau aku cerita, nanti reaksi mas Adam jadi heboh, dan mbak Maya malah menganggapku terlalu kepo dan ikut campur..hmmmm, sementara aku gak usah cerita dulu, aku yakin mbak Maya bisa mengatasi masalahnya..” Batin Nisa lagi.
****
Bersambung
Bersambung