Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Diary Seorang Istri Season 2

Diary Seorang Istri Season 2
part 13


original story by pujangga2000 (waone53)


Anto membuka matanya perlahan, pandangannya sedikit kabur, cahaya lampu menyilaukan matanya, Anto mengerjapkan matanya berusaha untuk beradaptasi, perlahan pandangannya mulai jelas, saat hendak mennegok, Anto mengaduh, kepalanya terasa begitu sakit, Sesaat Anto hanya menatap langit-langit ruangan perawatannya, “kenapa gua disini?” Batin Anto, tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, Tiba-tiba telinganya mendengar suara pintu dibuka, Anto tak kuasa untuk melihat siapa yang muncul.

Dahlia mengambil tissue yang ada di meja tamu, perempuan itu belum tahu kalau lelaki yang tengah terbaring telah sadar kembali, Dahlia melihat jam yang dikenakannya, “Sudah setengah enam pagi.” Batinnya, Dahlia mengambil handphonenya, dia mengirimkan chat pada seseorang, dia lalu memasukkan hpnya kembali, Dahlia menghempaskan pantatnya ke kursi empuk sofa tamu, ketika matanya mulai ingin terpejam, Sekelebat dia melihat pergerakan dari lelaki yang terbaring di ranjang pasien, Dahlia kemudian beranjak berdiri dan perlahan mendekati Anto.

Anto hanya mendengar suara pintu dibuka begitu dekat, namun tak ada siapapun muncul di hadapannya, bantalan leher yang dikenakannya membuatnya kesulitan untuk menengok, Anto berusaha untuk menggerakkan kakinya, namun entah kenapa kakinya terasa berat, dia hanya bisa menggerakkan sedikit kakinya, bukan hanya kaki, tapi sekujur tubuhnya juga terasa berat, Anto bingung dengan keadaannya saat ini, dia melihat sekilas infus yang dipasang di punggung tangannya, ingatannya perlahan muncul di saat terakhir dia sadar, memori otaknya memutar kembali adegan mobil yang hendak menabraknya, dan tiba-tiba Anto terkesiap saat di hadapannya nampak wajah cantik dan menawan, “apakah aku sudah mati dan kini berada di surga?”

“Mas…mas… sudah sadar?” Terlihat nada terkejut sekaligus senang dari Dahlia, segera ditekannya bel untuk memanggil perawat, tak berapa lama seorang gadis berpakaian hijau masuk ke kamar perawatan, “Sus, ini pasien sudah sadar.” Ucap dahlia.

Gadis perawat itu melihat ke arah alat yang ada di sebelah Anto, lalu mendekati Anto, “Bapak bisa mendengar suara saya?” Tanya perawat itu.

Anto hanya menatap perawat itu, suaranya tak dapat keluar dari tenggorokannya, dia hanya mengangguk pelan, gadis perawat itu mengambil sebuah alat komunikasi dari sakunya, dia lalu berbicara dengan seseorang, tak berapa lama seorang pria berpakaian putih datang, pria itu dengan sigap memeriksa Anto, mulai dari melihat bola mata Anto, sampai memeriksa dada Anto dengan alat stetoskop.

“Apa ibu istri pasien?” Tanya Dokter pada Dahlia

“Bukan Dok, saya keluarganya..” Jawab Dahlia.

“Pasien saat ini sedang dalam masa pemulihan, tak ada hal-hal yang mengkhawatirkan sejauh pemeriksaan yang saya lakukan tadi, semua mulai kembali normal, sementara mungkin pasien akan mengalami sedikit adaptasi karena pengaruh anestesi, tapi kondisi pasien stabil dan cukup baik.” Ujar Dokter tersebut

“Bapak bisa mendengar saya kan? Sebaiknya bapak tidak terlalu banyak bergerak dahulu, kondisi bapak cukup baik, Cuma sekarang masih dalam pemulihan dari pengaruh anestesi, gak ada yang perlu di khawatirkan.” Ujar dokter tadi pada Anto

“Mungkin nanti siang dokter spesialis yang menangani beliau akan bisa menjelaskan panjang lebar kondisi beliau.” Lanjut dokter tadi kini pada Dahlia, tak lama dokter dan perawat tadi meninggalkan ruangan.

Sepeninggal dokter dan perawat tadi, Dahlia menghampiri Anto yang tengah berbaring, Dahlia menyelimuti tubuh Anto, sedangkan Anto sendiri hanya menatap perempuan asing yang belum pernah dilihatnya ini, banyak hal yang ingin dia tanyakan, namun lidahnya terasa sulit bergerak..



***



Wajah Maya menoleh ke kanan dan ke kiri, peluh bercucuran di wajah cantiknya, Maya mengerang gelisah dalam tidurnya, tiba-tiba Maya bangkit dan terbangun, wajahnya terlihat pucat dengan napas terengah-engah, dia baru saja mengalami mimpi buruk, dalam mimpinya dia tengah berada dalam suatu daerah tak bertepi, tak ada siapapun disana, sepanjang pandangan hanyalah fatamorgana, suatu kekuatan raksasa menangkap dirinya dan membawa dirinya terbang, lalu kemudian dihempaskan begitu saja menghantam apapun yang ada di bawah, terkadang aspal keras yang membuat kepalanya pecah, terkadang lautan luas yang membuatnya tenggelam, setiap kematian yang menjemputnya, raganya kembali hidup, dan semua terulang kembali dengan pola yang sama.

Maya mengambil segelas air minum, mimpi yang aneh sekaligus mengerikan membuat detak jantungnya bagaikan atlit yang baru saja lari cepat, Maya meletakkan gelas yang dipegangnya dan menuju ke ke kamar mandi, dibasuhnya wajahnya dengan air dingin, cukup menyegarkan dan membuat dirinya lebih tenang, disekanya wajahnya dengan handuk kecil yang tergantung di atas wastafel, Maya kemudian mengambil airpodnya, dia hendak berlatih Yoga pagi ini, Maya merasa Yoga akan membuatnya lebih tenang, cuaca mendung di luar membuat langit menjadi lebih gelap, meskipun jam dinding sudah menunjukkan pukul 6 pagi, namun suasana masih terlihat seperti jam 5 pagi.

Maya mencari lagu yang cocok menemaninya berlatih yoga, namun saat hendak mencari lagu, dia kembali teringat dengan video di Sd card yang di tontonnya semalam, Maya mengambil Sd Card tersebut dan memasangnya di hp, kembali dia melihat tayangan video cabul antara dirinya dan Anto, walau hasratnya sedikit mulai terpengaruh oleh tayangan itu, namun Maya mencoba menahannya, Maya mematikan video itu, kembali dia teringat pesan yang dikirimkan oleh Murad, Maya sungguh bingung bagaimana video ini bisa ada ditangan Murad, Maya juga ingat ada beberapa moment yang juga direkam oleh Anto, Maya yakin kalau ini bukan video satu-satunya yang dimiliki oleh Murad.

“Mau apa orang itu ya? Sepertinya orang ini gak main-main, lalu kenapa video ini bisa jatuh ke tangannya, ada hubungan apa dia dengan Anto, bukankah mereka adalah pihak yang saling bermusuhan?” Pikir Maya dalam hati.

“Apa kuadukan saja kelakuannya pada mas Santo? Aku yakin mas Santo tak tahu apapun soal ini, tapi kalau aku melakukan itu pasti aib ku akan terbuka, dan aku yakin akan sampai juga ke Mas Adam, gak! Gak boleh! Aku gak bisa lagi menyakiti mas Adam untuk yang kedua kali, apalagi sekarang udah ada anak, dan juga Anissa, aku…ah bagaimana aku bisa menghadapi Anissa kalau video itu di ketahuinya…ya Tuhan apa yang harus aku lakukan..”

“Apa maunya orang itu? Kalau video ini ada ditangannya, berarti ini dari Handphone Anto, rasanya gak mungkin Anto memberikan handphonenya, apa sesuatu terjadi dengan Anto? Apa jangan-jangan anak buah Santoso ini bisa menemukan Anto dan kemudian membunuhnya…”
Hati Maya menjadi lebih gelisah, di gigitnya ujung kukunya, entah kenapa hatinya begitu resah dengan nasib Anto, pria bajingan yang membuat hidupnya berubah 180 derajat, matanya tiba-tiba dipenuhi genangan, Maya mengusap matanya yang indah, air mata merembes ke pipinya.

“Kenapa sihhh… kenapa gua resah dan khawatir dengan nasib bajingan itu?” Ucap Maya dengan bibir bergetar. Maya berusaha mengingkari apa yang dirasakan oleh hatinya saat ini, sosok bajingan yang mampu menendang Adam sebagai penghuni hatinya, walau berusaha keras menolak kenyataan, namun seluruh tubuhnya tak bisa berbohong kalau Anto adalah penghuni hatinya saat ini.

Selama ini Maya telah menyumpal sedikit demi sedikit nama itu di dasar hatinya agar tak muncul dalam emosinya, namun kini sumpalan itu seolah meletus dan mengangkat nama itu lagi, semua karena video ini, bukan hanya videonya yang mengingatkan Maya dengan kenangan dahsyat saat bersama Anto, namun kini dia lebih khawatir dengan nasib Anto sekarang, Maya melemparkan tubuhnya ke ranjang, dia menyembunyikan wajahnya dibantal, di balik bantal Maya meluapkan semua emosinya, punggungnya bergerak-gerak karena terisak hebat.



***



“Mas jangan banyak bergerak dulu ya, nanti infusnya berdarah lagi.” Ujar Dahlia sambil membereskan kembali selimut Anto yang berantakan, perawat baru saja memperbaiki infus yang terpasang di punggung tangan Anto, sesaat lalu Anto sempat kebingungan dengan keadaannya, tak sengaja dia menarik-narik tangannya yang terpasang infus.

“Apa yang terjadi dengan saya, kenapa saya ada disini?” Tanya Anto, nada suaranya terdengar lemah.

Dahlia memandang Anto, “Apa dia Amnesia?” Ujarnya dalam hati.

“Mas tenang dulu ya, istirahat dulu, gak usah khawatir, mas dalam keadaan baik-baik saja.” Jawab Dahlia sambil menepuk lengan Anto. Terdengar pintu kamar dibuka, seorang pria tegap berambut gondrong masuk kedalam ruangan.

“Non, bapak nelpon, katanya non disuruh pulang dulu.” Ucap lelaki gondrong tersebut.

Dahlia merengutkan wajahnya, di tatapnya pria gondrong itu dengan tajam, si gondrong hanya menundukkan wajah, “Kamu gak bilang ama papah, kalau aku sedang menunggu orang yang telah menyelamatkan diriku, trus kalau aku pulang, siapa yang nunggu.” Dahlia berusaha menahan kekesalannya.

“Biar saya yang nunggu non, sebaiknya non istirahat dulu di rumah, nanti kan bisa balik lagi.” Ucap si gondrong.

“Gak! Kalau kalian capek, kalian aja pulang, aku gak capek, disini juga bisa istirahat tuh di sofa, udahlah biar nanti aku yang bilang ama papah.” Ujar Dahlia bersikeras.

Anto hanya mendengar perdebatan kedua orang itu, perlahan ingatannya mulai kembali, Anto teringat malam itu dia menghentikan truk saat melihat seorang wanita tengah diganggu dua orang pria, dan adegan-demi adegan di malam itu kembali terputar dalam memori otaknya, dan ingatan itu terhenti saat Anto melompat mendorong wanita yang diganggu itu, ketika mobil yang dikendarai penganggunya hendak menabrak mereka.

“Apa jangan-jangan perempuan ini, wanita yang kutolong kemarin?” ucap Anto dalam hati, Anto berusaha menoleh untuk melihat wanita yang ada disampingnya itu, namun kepalanya sungguh terasa berat.

Suasana ruangan kembali hening, sepertinya lelaki gondrong itu telah keluar, Anto mendengar suara pelan wanita itu, sepertinya dia sedang berbincang dengan seseorang melalui telepon, Anto tak paham bahasa yang di ucapkan mereka, namun bahasa itu tak asing baginya, Anto sering mendengar bahasa mirip itu di warung makan langganannya di lokasi tambang.



***​



Pagi itu Murad tengah asik menghisap rokok di parkiran apartemen tempat bosnya tinggal, Bos Santoso baru saja pergi jogging di sekitaran komplek apartemen, Rebon sepertinya belum bangun dari tidurnya, Murad melemparkan puntung rokok yang masih tinggal seperempat, dia berdiri menghampiri pagar, dia lalu memesan ketoprak dari penjual makanan yang berada di luar apartemen, tak berapa lama sepiring ketoprak dan segelas teh hangat telah berada di tangannya.

Murad menyantap sarapannya dengan lahap, sekejap saja sepiring ketoprak telah berpindah ke lambungnya, Murad kembali mengambil rokoknya sebatang, dinyalakan rokoknya sambil menghirup teh hangat, tadi malam tidur Murad tak nyenyak karena pikirannya dipenuhi oleh Maya, Murad juga sedikit khawatir kalau perempuan itu mengadukan perbuatannya pada suaminya, namun Murad yakin kalau Maya tak akan gegabah seperti itu, bahkan Murad yakin baik Adam ataupun Santoso sama sekali tak mengetahui ada video mesum Maya dan Anto. Murad mengambil hpnya yang disimpan di saku celananya, sebuah chat masuk dari nomor tak dikenal.

“Pak, ini saya Maya, apa maksud anda mengirimkan semua ini.” Isi chat tersebut, Murad menyeringai membaca chat tersebut, disimpannya nomor Maya itu dengan nama si montok.

Murad memandang sekeliling, dia sedang memikirkan kata-kata untuk membalas chat tersebut, Murad lalu mulai mengetikkan sesuatu.

“Selamat pagi mbak Maya, maaf kalau kelakuan saya kurang berkenan, apa bisa kita ketemu? Bicara di telepon rasanya gak enak.” Balasan Murad.

Hampir 10 menit kemudian balasan chatnya muncul, “Ketemu mau ngapain? Bapak tau gak, saya bisa mengadukan kelakuan bapak ini sama suami saya, atau pak Santoso!” Balas Maya.

Murad tertawa lepas, dia telah menduga kalau Maya akan mengancamnya seperti itu, “Ya saya sih gak menyarankan seperti itu ya mbak, tapi kalau mbak Maya ingin mengadukan pada pak Adam atau bos saya, ya silahkan saja, paling saya dipecat, tapi…” Murad sengaja tak meneruskan balasannya.

“Tapi apa…” Balas Maya.

Kembali Murad terkekeh, perempuan ini sungguh terlihat naif sekali, “Maksud saya kalau nanti video ini beredar luas pasti akan viral, gimana tuh sama pak Adam, hmmm pak Adam kan orang terkenal, bos gede, gimana kalau rekan-rekan bisnis pak Adam tahu kalau perempuan yang ada di video adalah istri Bog Bos?? Duh gak bisa ngebayangin..” Balas Murad.

“Bapak ini keterlaluan ya..apa sih mau bapak? Saya rasanya gak pernah berbuat yang merugikan bapak, kenapa bapak melakukan ini pada saya!!!” Balasan Maya sungguh terlihat emosional.

“Tenang mbak, tenang…makanya saya ajak ketemu, biar bisa ngomong lebih leluasa.” Balas Murad kalem.

Sekitar 10 menit kemudian baru Maya membalas, “Baik! Mau ketemu dimana?”

Sesaat Murad bingung, dihisapnya dalam-dalam rokoknya, pikirannya tengah merencanakan sesuatu, beberapa saat kemudian Murad tersenyum, “Nanti saya kabarin kapan dan dimana kita bertemu, saya harap mbak bisa datang, kalau tidak hmmmm…”

Maya melemparkan hpnya ke atas kasur, dihentakkan kedua kakinya untuk melampiaskan kekesalan hatinya, Maya bangkit dan duduk menopang di kedua lututnya, “Duhhh ada lagi masalah yang harus ku hadapi!! Apa maunya bajingan itu?”

Terbayang kembali balasan Murad yang mengancam akan menyebarkan videonya, Maya tahu apa yang akan terjadi setelah itu, bukan hanya dia yang akan dirugikan, pasti Adam juga akan terkena dampaknya, bahkan Maya yakin dampak yang akan terjadi pada Adam akan lebih dahsyat, mungkin saja akan menghancurkan karier Adam, Maya menutup wajahnya tak bisa membayangkan kalau video mesumnya dengan Anto tersebar luas, “Ya Tuhan Apa yang harus kulakukan..” Batin Maya, sungguh pagi ini moodnya telah rusak, Maya kembali berbaring menutupi wajahnya dengan bantal…



***



Bersambung
 
Bimabet
next bakalan ngapain nih si murad sama cewek cantik mulus kaya maya...makin seru pemirsa..
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd