[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story
Chapter 49: Sebenarnya Ada Apa?
***************************************************************************************************************************************
Ari
Hari ini setelah pulang kuliah aku tidak langsung menuju rumah, karena aku hendak menemui seseorang terlebih dahulu, orang tersebut adalah mbak tini. Seorang janda yang benar-benar telah merubahku menjadi pemburu wanita dengan segala jamu dan obat herbal yang pernah ia berikan padaku. “Tok…tok…tok” aku mengetuk pintu kamar kosnya, namun tak ada yang menyaut, tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang, “Coba tebak” terdengar suara wanita menggoda. “Mbak tini!” seruku bak anak kecil. “Bener mas kuh…” ucapnya maju untuk membuka pintu kamar kosnya. “Hayuu masuk… ngapain berdiri disitu, atau jangan-jangan itunya juga udah berdiri… hehe” ledek mbak tini. Aku hanya tersenyum, “Kamu kemana aja sih mas? Habis aku kasih obat gatal kamu malah menghilang… aku kangen tau” keluh kesah mbak tini seraya merapatkan duduknya dan meletakknya kepalanya di bahuku.
“Aku baru selesai nikah mbak” ucapku seraya mengelus bahunya. “Nikah?! Kok gak kabarin mbak?” ucap mbak tini kaget. “Iyaa.. nikah karena keceplosan enak makai obat gatalnya mbak” jelasku. “Kamu tembak dalem?” tanya mbak tini, aku hanya mengangguk. “Nakal kamu yaaa… kalau mau nembak dalam tembak mbak aja… isssh!” keluh manja mbak tini seraya mencubit perutku. “Ih sakit tau cubit-cubit…nakal kamu” ucapku seraya meremas manja toket mbak tini. “Kamu malah ngeremes aku… nih aku remes balik..hmm” ucapannya terputus saat kusosor bibir merahnya, dan tangan mbak tini merayap ke bagian bawah tubuhku dan langsung ia meremas kontolku dari balik celana yang kukenakan. Perlahan birahiku mulai naik, dengan tergesa-gesa mbak tini membuka celana berikut CD yang kukenakan, sehingga mencuat lah kontol panjang idaman semua wanita milikku ini. “Akuhh kangen kamoooh” ucap mbak tini manja seraya mendekatkan kepalanya ke selangkanganku dan langsung melumat kontolku. Aku pun tak tinggal diam, kusibakkan baju dress putih longgar yang ia kenakan dan langsung kuremas kedua toketnya. “Hmm… hmm” lenguhnya yang masih asik mengulum kontolku.
Aku menarik kepalanya dan kembali kucumbu bibir merahnya, namun tak lama ia melepaskan pagutan kami, berdiri di hadapanku dan dengan gerakan erotis membuka dress putihnya yang ternyata ia sudah tak memakai apa-apa lagi di dalamnya, ia langsung naik keatas pangkuanku dan memasukkan kontolku ke memeknya. “Ughhh shh” lenguhnya saat ia menurunkan pinggulnya dan kontolku menyeruak masuk ke dalam liang memeknya. Kubiarkan ia yang bermain tempo dalam permainan birahi ini, karena birahi terlarangku terhadap kak rida, harus aku lampiaskan pada mbak tini supaya aku tidak kembali menghancurkan hidupku dengan melakukan hal bodoh hanya karena birahi semata, yang perlu kulakukan disini adalah melampiaskan birahiku dengan membayangkan kak rida saat bersenggama dengan mbak tini saat ini. Ketika mbak tini mulai aktif turun naik diatas kontolku, kedua tanganku meremas kedua bongkahan daging yang mantul naik turun dengan sangat menawan dihadapanku ini, “Aughh aghh mass… aku gak kuat ih… sange sama kamuuuhh” desah mbak tini. Aku baru sadar satu hal, yaitu pintu kos yang tepat disamping sofa yang kududuki ini masih terbuka lebar dan bisa saja orang yang berada di luar dapat melihat aktifitas terlarang kami ini. “Uhhmm mbak sebentar…” ucapku seraya meremas kedua pantat mbak tini.
“Kenapaah sayangkuuhh? Aku hampir sampaaiii… kamu juga kah? Hihi” racau mbak tini yang tengah dirundung birahi. Dan seketika goyangan pinggulnya semakin cepat sehingga menimbulkan derit di sofa tempat kami memacu birahi ini. “Ouugghh gak kuat…” desah mbak tini seraya tubuhnya menekuk ke belakang dan kurasakan ada banyak sekali semburan cairan cinta mbak tini yang menghangatkan batang kontolku. “Ahh aku lemes mass…enaaakkh” lenguh mbak tini seraya merubuhkan tubuhnya ke dadaku. “Kamu tadi kenapa bilang sebentar sayang?” bisik mbak tini. “Uhh ini loh pintunya masih kebuka..” ucapku seraya menunjuk pintu. “Oh iya!” ucap mbak tini kaget dan seketika melompat berdiri untuk menutup pintu kosnya. “Ih mbak nih… gak perhatikan… sange banget yaa?” tanyaku. “Jangan ngomel-ngomel ah mas kuhh… iyaa aku sange sama ini” ucap mbak tini seraya menggenggam keras kontolku yang basah karena cairan cintanya.
Rini
Siang ini aku pulang kuliah sendiri karena mas ari ada janji ketemu dengan teman lama katanya, aku juga gak begitu peduli dengan siapa ia berjumpa karena dari pertama kami menikah sama sekali tidak ada rasa sayang di hatiku padanya apalagi rasa cemburu, yang kutau ia hanyalah orang yang telah merenggut masa depanku yang membuatku harus menyandang status sebagai seorang istri di usia yang semuda ini bahkan akan segera memiliki momongan. Memang menjadi seorang istri adalah impian semua wanita tapi bukanlah dengan cara seperti ini. “Assalamualaikum…” seruku mengucap salam.
“Wa’alaikumsalam…” sahut mas boby dari dalam. “Mas, kak rida pulang jam berapa?’ tanyaku seraya berjalan menuju kamarku. “Magrib katanya rin, nanti mas yang jemput. Lah kamu kok pulang sendiri, si ari mana?” tanya mas boby. “Dia mau jumpa temennya dulu katanya” jelasku seraya langsung masuk ke kamarku. Aku merebahkan tubuhku di ranjangku dengan menatap kosong ke langit-langit, sekilas kuingat perdebatan yang terjadi tadi malam antara aku dan mas ari. Ia yang terus menolak permintaanku untuk berhubungan badan akhirnya membuatku marah padanya, aku bahkan sempat sedikit memakinya yang membuat ia terdiam dan mengabaikanku dengan tidur berbalik arah. Sekian lama melamun akhirnya aku tertidur karena letih tanpa mengganti pakaianku terlebih dahulu. Saat aku terbangun ternyata sudah sore menjelang maghrib, aku lekas mencuci muka dan keluar dengan masih mengenakan pakaian yang sama dan menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.
Kulihat mas boby tidak berada di ruang tengah, “Mungkin sudah berangkat kak rida” pikirku. Saat aku sedang asik memasak, tiba-tiba ada sepasang tangan yang memelukku dari belakang. “Aih!” pekikku, saat kutoleh ternyata mas boby. “Aku rindu tubuhmu rin” ucap mas boby. “Lepaskan aku mas! Ingat kak rida… ingat aku sudah bersuami!” pekikku seraya meronta. Namun kekuatanku tentu kalah dengan kekuatan mas boby, dengan tergesa-gesa ia menaikkan rok gamis hitamku hingga ke pinggul, dan jemarinya bermain di bibir memekku yang masih tertutup CD putih yang kukenakan. “Ssshh mas… jangan nodai aku lagi… uhh” racauku seraya berusaha mendorong mas boby. Saat ada celah, aku dorong sedikit kuat hingga akhirnya aku bisa lepas dari mas boby dan betapa sialnya aku, ia kembali merengkuhku dari belakang saat aku berusaha membuka pintu kamarku, tangannya membantu aku membuka pintu kamarku, sehingga kini kami berdua sudah berada di dalam kamarku, mas boby dengan sedikit kasar mendorong tubuhku hingga terlentang diatas ranjang cintaku.
Dan dengan sangat tergesa-gesa mas boby melepaskan semua pakaiannya dan berjalan cepat kearahku. Kini ia sudah berada diatas tubuhku. “Mas lepaskan rini mas… mas sadar mas!” racauku seraya menampar wajah mas boby beberapa kali, hingga akhirnya kedua tanganku mas boby rentangkan diatas kepalaku, mas boby bagaikan orang yang kesetanan berusaha melumat bibirku yang tentu saja tak ada balasan dariku karena aku benar-benar shock pada situasi ini. Samar-samar kulihat di bawah sana, kontol mas boby sudah mengacung dan siap untuk mengobok-obok memekku. “Apa yang kau pikirkan rini?!!!” Pekikku di dalam hati, saat otakku yang mulai dikuasai birahi dan hatiku yang masih beriman bertubrukan satu sama lain. Dan setan selalu menang dalam menguasai tubuhku, perlahan aku mulai tak meronta dan mulai membalas cumbuan mas boby yang sudah membuat bibir dan pipiku basah oleh liurnya.
Mas boby dengan kasar menarik salah satu tanganku untuk mengocok kontolnya yang berurat itu. Setelah puas mencumbuku, ia menaikkan rok gamis hitamku yang desain sambung hingga ke bahuku, sehingga kini tubuh mulusku kembali dilihat oleh orang yang bukan mahramku. Mas boby yang semakin kesetanan membuka CD ku dengan kasar, dan langsung berusaha memasukkan kontolnya ke memekku. “Augghh mas… pelan-pelan” lenguhku. Dan satu hal yang ngebuatku heran dan terkejut, sesaat lenguhanku barusan, mas boby seperti terdiam kaku, dan sama sekali tak melakukan sodokan kontolnya, dia hanya terpejam dan kembali membuka matanya. “Astaga! Maaf rini! Ampuni mas boby!” ucap mas boby seraya melompat dari atas tubuhku dan dengan tergesa-gesa mengenakan kembali pakaiannya. “Maaf rin… tolong jangan kasih tau kakakmu atau suamimu… mas khilaf rin… maafin mas” ucap mas boby seraya terus mengenakan kembali pakaiannya, dan kulihat kontolnya mulai menyusut. “Apa yang sebenarnya barusan terjadi?!” aku membatin bingung.[/HIDE]