Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT [Diary Ari] The Story

Karakter Perempuan Ter-Favorit?


  • Total voters
    637
@Radicks ommm guaa tamaaatt bacaaa cerita lu wkwkwkkw saran gua. Bikin film nya niih mantep. Bisa kaya sinetron. Gua maraton baca dari sekolah pelosok, sekuel plosok sampe si ary dn espidoe trakhir wkwkwkwk mantap
 
Mantap huu, cerita aliyahnya kaga nahan banget, endes. Btw usia Aliyah di cerita ini berapa hu?
 
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story


Chapter 47: Sebuah Keluarga Baru
***************************************************************************************************************************************
Beberapa bulan berlalu…

Rini
Aku sungguh menyesali dengan hidup yang sudah kujalani, mulai dari awal kali kuserahkan keperawananku kepada mantan kekasihku yang dari kabar burung kuketahui bahwa ia kini telah beristri karena istrinya hamil duluan. Aku juga sudah dengan hinanya memberikan tubuhku secara cuma-cuma kepada abang iparku sendiri, pada almarhum security kampusku, dosen wanitaku dan juga pada timun tak berdosa. Dan kini aku harus menanggung aibku sendiri karena aku tengah mengandung anak dari pria yang memang sempat membuatku jatuh hati, namun kutak menyangka akan berakhir seperti ini. Hari ini aku akan melaksanakan akad nikah dengan pria yang telah membuatku hamil saat ini, dengan usia kehamilan yang tergolong muda, belum terlihat perutku membesar, sehingga aku masih bisa menutupi aib ini dalam acara sakral yang akan segera berlangsung beberapa jam lagi.

Pria tersebut adalah mas ari, seorang duda muda yang telah merenggut keperawanan kakak kandungku, seorang pria yang kini juga telah merenggut masa depanku. Sepertinya ijab qabul di ruang tengah telah selesai, dan kini aku didampingi kakak dan ibuku berjalan menuju meja ijab qabul yang disana telah duduk mas ari, bapak penghulu dan tamu undangan yang ada. Aku hanya bisa menunduk dan duduk bersimpuh seraya menandatangani buku nikah kami. Sungguh sama sekali tak ada rasa bahagia di dalam hatiku, justru yang ada hanya rasa takut dan khawatir, karena menikah dengan seorang pria yang busuk-busuknya sangat kuketahui berdasarkan penuturan dari kakak kandungku sendiri. Yaah aku memang harus melaksanakan akad nikah ini karena hanya ini satu-satunya cara agar aku dan keluargaku dapat menutup aib yang telah kuperbuat.

Bu Rida

Aku masih tak rela dengan takdir yang mengharuskan adik kandungku menikah dengan pria yang telah merenggut dan menodai diriku di masa lampau, ia yang kini telah menjadi suami sah adikku, membuatku merasa sedikit kurang nyaman untuk tinggal satu atap bersamanya. Walaupun ia tak melakukan hal yang mencurigakan, namun trauma perih di dalam hatiku kembali terasa, dan aku tak ingin munafik, kenangan manis bersamanya juga muncul dalam fikiranku. Hari ini setelah makan malam bersama, boby suamiku izin pergi ke kampung sebelah karena ada rapat warga yang diadakan untuk membahas acara pesta rakyat. Karena di rumah ini ada dua kepala keluarga, dan hanya diminta satu kepala keluarga per rumah maka boby lah yang pergi. Setelah aku dan rini mencuci piring, rini pamit masuk ke kamarnya karena ia keletihan ungkapnya. Sementara suami rini, si ari sedang duduk menonton tv di ruang tengah.

Aku berjalan melintas di depan ari menuju kamarku, tiba-tiba ari berkata “Walaupun udah turun mesin sekali, mbak tetap seksi ya”. Aku rasanya seperti tersambar petir, tapi bukannya mengabaikan ucapan ari, aku malah berbalik dan berjalan mengarahnya, “Ngomong apa kamu barusan?” tanyaku. “Mbak makin seksi” ucap ari enteng. “Jangan kurang ajar kamu ari! Sekarang saya kakak iparmu, dan kamu juga sudah bertanggung jawab menjadi suami adikku, berfikirlah dewasa!” ucapku menceramahinya. Ari hanya terkekeh mendengar ceramahku, aku yang kesal langsung membalikkan badan dan berjalan cepat masuk ke kamarku dan mengunci pintu.

Ari

Aku akhirnya kembali mengemban tanggung jawab menjadi seorang suami karena perbuatan bodohku menghamili anak orang, dan perempuan yang mengandung anakku saat ini adalah adik dari perempuan yang dulu pernah kurenggut kesuciannya. Entah hidup seperti apa yang akan berlangsung kedepannya, di titik ini di dalam diriku seolah muncul dua kepribadian, yang satunya adalah aku si ari yang menyayangi keluarga dan yang satunya adalah aku si ari yang ‘penjahat kelamin’ yang gak akan bisa puas dengan satu wanita. Mungkin lain kali aku harus mengecek kondisi kejiwaanku ini ke dokter, tapi untuk saat ini nikmati dulu apa yang ada. Pasca pernikahanku dengan rini, aku dan rini tinggal serumah dengan kakak kandungnya rini, yang tak lain adalah rida. Hari-hari pertama berjalan biasa saja, namun makin kesini aku mulai merasa kepribadianku ‘yang satunya’ aktif dan agresif di dalam diri ini.

Dalam pandanganku kak rida jauh lebih menarik dibandingkan istriku sendiri, walaupun yang aku ketahui bahwa kak rida sudah memiliki seorang anak, namun birahiku begitu besar padanya. Aku selalu berusaha untuk menahan hal gila yang terjadi dalam jiwaku ini agar tidak terjadi perpecahan di dalam keluarga ini. Namun suatu ketika pasca makan malam, aku melakukan tindakan bodoh mengomentari tubuh kak rida, dan itu diluar kendari diriku yang asli, alhasil kak rida sepertinya marah besar padaku. Namun aku bingung bagaimana menjelaskan hal yang aku alami padanya. Hari ini saat aku pulang kuliah sekitar menjelang magrib, “Assalamualaikum…” ucapku memberi salam. “Wa’alaikum salam” sahut kak rida. “Pada kemana yang lain kak?” tanyaku ramah. “Mas boby pergi ke kampung sebelah lagi mempersiapkan acara pesta rakyat yang kemarin di rembuk, sementara rini sepertinya ada kelas tambahan” jelas kak rida.

“Ooo” ucapku seraya berjalan pelan mengarahnya yang sedang memasak di dapur, niat awalku adalah hendak mengambil air minum, namun mata liarku menangkap tonjolan empuk dari balik rok gamis hitam yang beliau kenakan. Beberapa kali aku menelan ludah, dan terus berusaha berfikir positif. Dan ketika kak rida menunduk membelakangiku untuk mengambil spatula yang jatuh, aku kalap, aku dengan kasar memeluk kak rida dan menempelkan tubuhku erat ke tubuhnya. “Ari! Ngapain kamu?!” pekik kak rida seraya berusaha melepaskan diri dari cengkramanku. Seketika aku tersadar akan perbuatanku, aku lepaskan pelukanku dan berlari kecil menuju kamarku. Di kamar aku merasa sangat bersalah dan hanya bisa terduduk di lantai dibalik pintu kamarku ini. “Perbuatan bodoh apa yang barusan kau lakukan ari!!!!” pekikku dalam hati.[/HIDE]
 
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story

Chapter 48: Memperbaiki Masa Depan
***************************************************************************************************************************************
Aliyah

Beberapa hari lalu aku telah melahirkan anak pertamaku, di dampingi oleh suami siri ku, tak lain dan tak bukan adalah dr.budi. Ia membantu persalinanku dan menjaga diriku dengan penuh telaten, tak ada sedikitpun keluh kesah yang terpancar dari wajah tampannya, walaupun faktanya anak yang kulahirkan bukanlah darah dagingnya. Aku sangat bersyukur bisa ‘kembali’ memiliki suami yang aku yakini dapat membuat hatiku nyaman. Hari ini adalah hari pertama aku tinggal di rumah dr.budi yang bisa kukatakan sangat mewah, disini lah akan menjadi tempat bagi keluarga kecilku bertumbuh kembang. Siang ini saat aku sedang asik menimang anakku, kulihat wajah imutnya terlelap dalam tidur nyenyaknya, sekilas muncul di dalam kepalaku bagaimana masa-masa indahku saat pertama kali menjadi seorang istri, dari seorang suami yang bernama ari.

“Sangat indah ya waktu itu” aku membatin seraya menatap langit cerah dari balkon lantai dua rumah ini. Namun kehidupan indah itu dengan seketika lenyap karena perilaku culas mantan suamiku, ia yang tak mampu bersyukur dengan apa yang telah ia miliki saat itu, “Ah sudahlah aliyah jangan ingat lagi dia, dia sudah menjadi milik orang lain begitu juga denganmu aliyah” aku membatin menceramahi diriku sendiri. “Maa..” sapa lembut suamiku memecah lamunanku, “Loh papa udah pulang?” ucapku kaget dengan kehadirannya. “Papa pulang mau makan siang dengan mama dan buah hati kita ini” ucap suamiku seraya mengelus lembut pipi anakku. “Sini biar papa gendong, mama tolong siapin makanan buat kita ya” ucap suamiku mengambil kendali menggendong anakku. “Siap kapten!” ucapku bertingkah layaknya anak kecil. Begitulah kehidupan yang kujalani saat ini, aku harap semoga hal-hal indah selalu menghampiri keluarga kecilku dan bersama hingga hari tua.

Wiwi

Kehidupanku yang harus berakhir sebagai ‘campus chicken’ membuatku dapat menyimpan banyak uang, yang kadang tak habis jika kuhabiskan sendiri, Aku sejujurnya ingin kembali menjadi wiwi yang bisa berkuliah selayaknya mahasiswi biasa tanpa harus bergelut di dunia peradagangan tubuh seperti ini. Namun kerasnya kehidupan di kota membuatku harus seperti ini disamping aku sendiripun menikmatinya. Sesekali aku teringat akan teman-teman lamaku yang kini telah memiliki tanggung jawab sebagai pemimpin keluarga. Dalam perjalanan pulang menuju kos aku melihat seorang wanita muda yang sepertinya tak asing di mataku, ia pun sepertinya melihatku dengan rasa penasaran. Saat aku semakin dekat dengannya, “Nia!” seruku. “Hai wiwi!” pekik nia. Kami berpelukan karena sudah sekian lama tidak berjumpa, kami berjalan bersama dan berbagi banyak cerita yang diantaranya kuketahui kini nia bekerja sebagai staf adiminstrasi di salah satu kantor finansial yang ada di tengah kota, dan obrolan kami juga tak jauh-jauh dari hal perlendiran, seolah obrolan ini bukanlah lagi hal tabu diantara kami.

“Wi… tak selamanya kamu akan bergelut di dunia itu, bagaimana kalau kamu bergabung kerja di tempatku sebagai sekretaris kabag? Secara tubuhmu bagus wi” ucap nia tiba-tiba. “Eeee… gimana yaa…” ucapku. “Coba kamu pikirkan dulu ya, ini nomorku, jika oke kamu kontak saja aku ya” ucap nia memberikan kartu nama miliknya, dan kami berpisah di persimpangan jalan ini. Setibanya di kos yang kutempati, aku mulai memikirkan kembali tawaran nia yang cukup menjanjikan untuk merubah hidupku, walaupun kerjaan yang saat ini kugeluti memiliki nilai untung yang besar, namun berdampak buruk pada tubuhku sendiri terutama liang kewanitaanku, apa yang bisa kupersembahkan pada suami kelak. Setelah semalaman aku berfikir, akhirnya aku memutuskan untuk menghubungi nia dan menerima tawaran yang ia berikan. Siang ini sepulang dari kuliah aku langsung menuju kantor yang nia maksud. “Ayo wiwi kuantarkan kamu ke ruangan kabag disini” ucap nia ramah. Setibanya di ruangan tersebut kulihat ada seorang pria yang tegap sedang duduk mengerjakan pekerjaannya. “Permisi pak.. ini pelamar yang hendak mengisi posisi sekretaris bapak” jelas nia. “Oh iya silahkan masuk” ucap beliau. “Pelamar ini bernama wiwi pak, dan bapak ini adalah kabag kita di bagian marketing” jelas nia. “Salam kenal, nama saya karyo” ucap sang kabag seraya tersenyum ramah.[/HIDE]
 
Nahlo si Ari mau ngembat Rida lagi :bingung:
Kurang asem nih si Ari, ayo Bobi lekas bertindak :marah:
 
Eh Karyo jadi Kabag, yah si Wiwi gak jauh2 dong kerjanya dari kerja yang sebelumnya :D
 
Ah hu..klo boleh usul hu...si ari jgn jadi pk di lingkungan sendiri hu,,kaya eneg dan kesel gmn gitu, secara bini mati aja ga bisa bales dendam..eh ini malah pengen jd perusak..nyali drimana itu si ari?
 
Ah hu..klo boleh usul hu...si ari jgn jadi pk di lingkungan sendiri hu,,kaya eneg dan kesel gmn gitu, secara bini mati aja ga bisa bales dendam..eh ini malah pengen jd perusak..nyali drimana itu si ari?
 
Welcome back gan, soal ari setuju sama yg di atas, kalau pk sama cewe diluar bae, jangan si rida di embat ny lagi, mana si bobi, biar di hajar si banci ari :bata:
 
karyo tu yg mana ya. . dr. budi tu yg mana jg lupa ane. favorit ane nia muncul lagi
 
Bimabet
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story

Chapter 49: Sebenarnya Ada Apa?
***************************************************************************************************************************************
Ari
Hari ini setelah pulang kuliah aku tidak langsung menuju rumah, karena aku hendak menemui seseorang terlebih dahulu, orang tersebut adalah mbak tini. Seorang janda yang benar-benar telah merubahku menjadi pemburu wanita dengan segala jamu dan obat herbal yang pernah ia berikan padaku. “Tok…tok…tok” aku mengetuk pintu kamar kosnya, namun tak ada yang menyaut, tiba-tiba ada yang menutup mataku dari belakang, “Coba tebak” terdengar suara wanita menggoda. “Mbak tini!” seruku bak anak kecil. “Bener mas kuh…” ucapnya maju untuk membuka pintu kamar kosnya. “Hayuu masuk… ngapain berdiri disitu, atau jangan-jangan itunya juga udah berdiri… hehe” ledek mbak tini. Aku hanya tersenyum, “Kamu kemana aja sih mas? Habis aku kasih obat gatal kamu malah menghilang… aku kangen tau” keluh kesah mbak tini seraya merapatkan duduknya dan meletakknya kepalanya di bahuku.

“Aku baru selesai nikah mbak” ucapku seraya mengelus bahunya. “Nikah?! Kok gak kabarin mbak?” ucap mbak tini kaget. “Iyaa.. nikah karena keceplosan enak makai obat gatalnya mbak” jelasku. “Kamu tembak dalem?” tanya mbak tini, aku hanya mengangguk. “Nakal kamu yaaa… kalau mau nembak dalam tembak mbak aja… isssh!” keluh manja mbak tini seraya mencubit perutku. “Ih sakit tau cubit-cubit…nakal kamu” ucapku seraya meremas manja toket mbak tini. “Kamu malah ngeremes aku… nih aku remes balik..hmm” ucapannya terputus saat kusosor bibir merahnya, dan tangan mbak tini merayap ke bagian bawah tubuhku dan langsung ia meremas kontolku dari balik celana yang kukenakan. Perlahan birahiku mulai naik, dengan tergesa-gesa mbak tini membuka celana berikut CD yang kukenakan, sehingga mencuat lah kontol panjang idaman semua wanita milikku ini. “Akuhh kangen kamoooh” ucap mbak tini manja seraya mendekatkan kepalanya ke selangkanganku dan langsung melumat kontolku. Aku pun tak tinggal diam, kusibakkan baju dress putih longgar yang ia kenakan dan langsung kuremas kedua toketnya. “Hmm… hmm” lenguhnya yang masih asik mengulum kontolku.

Aku menarik kepalanya dan kembali kucumbu bibir merahnya, namun tak lama ia melepaskan pagutan kami, berdiri di hadapanku dan dengan gerakan erotis membuka dress putihnya yang ternyata ia sudah tak memakai apa-apa lagi di dalamnya, ia langsung naik keatas pangkuanku dan memasukkan kontolku ke memeknya. “Ughhh shh” lenguhnya saat ia menurunkan pinggulnya dan kontolku menyeruak masuk ke dalam liang memeknya. Kubiarkan ia yang bermain tempo dalam permainan birahi ini, karena birahi terlarangku terhadap kak rida, harus aku lampiaskan pada mbak tini supaya aku tidak kembali menghancurkan hidupku dengan melakukan hal bodoh hanya karena birahi semata, yang perlu kulakukan disini adalah melampiaskan birahiku dengan membayangkan kak rida saat bersenggama dengan mbak tini saat ini. Ketika mbak tini mulai aktif turun naik diatas kontolku, kedua tanganku meremas kedua bongkahan daging yang mantul naik turun dengan sangat menawan dihadapanku ini, “Aughh aghh mass… aku gak kuat ih… sange sama kamuuuhh” desah mbak tini. Aku baru sadar satu hal, yaitu pintu kos yang tepat disamping sofa yang kududuki ini masih terbuka lebar dan bisa saja orang yang berada di luar dapat melihat aktifitas terlarang kami ini. “Uhhmm mbak sebentar…” ucapku seraya meremas kedua pantat mbak tini.

“Kenapaah sayangkuuhh? Aku hampir sampaaiii… kamu juga kah? Hihi” racau mbak tini yang tengah dirundung birahi. Dan seketika goyangan pinggulnya semakin cepat sehingga menimbulkan derit di sofa tempat kami memacu birahi ini. “Ouugghh gak kuat…” desah mbak tini seraya tubuhnya menekuk ke belakang dan kurasakan ada banyak sekali semburan cairan cinta mbak tini yang menghangatkan batang kontolku. “Ahh aku lemes mass…enaaakkh” lenguh mbak tini seraya merubuhkan tubuhnya ke dadaku. “Kamu tadi kenapa bilang sebentar sayang?” bisik mbak tini. “Uhh ini loh pintunya masih kebuka..” ucapku seraya menunjuk pintu. “Oh iya!” ucap mbak tini kaget dan seketika melompat berdiri untuk menutup pintu kosnya. “Ih mbak nih… gak perhatikan… sange banget yaa?” tanyaku. “Jangan ngomel-ngomel ah mas kuhh… iyaa aku sange sama ini” ucap mbak tini seraya menggenggam keras kontolku yang basah karena cairan cintanya.

Rini
Siang ini aku pulang kuliah sendiri karena mas ari ada janji ketemu dengan teman lama katanya, aku juga gak begitu peduli dengan siapa ia berjumpa karena dari pertama kami menikah sama sekali tidak ada rasa sayang di hatiku padanya apalagi rasa cemburu, yang kutau ia hanyalah orang yang telah merenggut masa depanku yang membuatku harus menyandang status sebagai seorang istri di usia yang semuda ini bahkan akan segera memiliki momongan. Memang menjadi seorang istri adalah impian semua wanita tapi bukanlah dengan cara seperti ini. “Assalamualaikum…” seruku mengucap salam.

“Wa’alaikumsalam…” sahut mas boby dari dalam. “Mas, kak rida pulang jam berapa?’ tanyaku seraya berjalan menuju kamarku. “Magrib katanya rin, nanti mas yang jemput. Lah kamu kok pulang sendiri, si ari mana?” tanya mas boby. “Dia mau jumpa temennya dulu katanya” jelasku seraya langsung masuk ke kamarku. Aku merebahkan tubuhku di ranjangku dengan menatap kosong ke langit-langit, sekilas kuingat perdebatan yang terjadi tadi malam antara aku dan mas ari. Ia yang terus menolak permintaanku untuk berhubungan badan akhirnya membuatku marah padanya, aku bahkan sempat sedikit memakinya yang membuat ia terdiam dan mengabaikanku dengan tidur berbalik arah. Sekian lama melamun akhirnya aku tertidur karena letih tanpa mengganti pakaianku terlebih dahulu. Saat aku terbangun ternyata sudah sore menjelang maghrib, aku lekas mencuci muka dan keluar dengan masih mengenakan pakaian yang sama dan menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam.

Kulihat mas boby tidak berada di ruang tengah, “Mungkin sudah berangkat kak rida” pikirku. Saat aku sedang asik memasak, tiba-tiba ada sepasang tangan yang memelukku dari belakang. “Aih!” pekikku, saat kutoleh ternyata mas boby. “Aku rindu tubuhmu rin” ucap mas boby. “Lepaskan aku mas! Ingat kak rida… ingat aku sudah bersuami!” pekikku seraya meronta. Namun kekuatanku tentu kalah dengan kekuatan mas boby, dengan tergesa-gesa ia menaikkan rok gamis hitamku hingga ke pinggul, dan jemarinya bermain di bibir memekku yang masih tertutup CD putih yang kukenakan. “Ssshh mas… jangan nodai aku lagi… uhh” racauku seraya berusaha mendorong mas boby. Saat ada celah, aku dorong sedikit kuat hingga akhirnya aku bisa lepas dari mas boby dan betapa sialnya aku, ia kembali merengkuhku dari belakang saat aku berusaha membuka pintu kamarku, tangannya membantu aku membuka pintu kamarku, sehingga kini kami berdua sudah berada di dalam kamarku, mas boby dengan sedikit kasar mendorong tubuhku hingga terlentang diatas ranjang cintaku.

Dan dengan sangat tergesa-gesa mas boby melepaskan semua pakaiannya dan berjalan cepat kearahku. Kini ia sudah berada diatas tubuhku. “Mas lepaskan rini mas… mas sadar mas!” racauku seraya menampar wajah mas boby beberapa kali, hingga akhirnya kedua tanganku mas boby rentangkan diatas kepalaku, mas boby bagaikan orang yang kesetanan berusaha melumat bibirku yang tentu saja tak ada balasan dariku karena aku benar-benar shock pada situasi ini. Samar-samar kulihat di bawah sana, kontol mas boby sudah mengacung dan siap untuk mengobok-obok memekku. “Apa yang kau pikirkan rini?!!!” Pekikku di dalam hati, saat otakku yang mulai dikuasai birahi dan hatiku yang masih beriman bertubrukan satu sama lain. Dan setan selalu menang dalam menguasai tubuhku, perlahan aku mulai tak meronta dan mulai membalas cumbuan mas boby yang sudah membuat bibir dan pipiku basah oleh liurnya.

Mas boby dengan kasar menarik salah satu tanganku untuk mengocok kontolnya yang berurat itu. Setelah puas mencumbuku, ia menaikkan rok gamis hitamku yang desain sambung hingga ke bahuku, sehingga kini tubuh mulusku kembali dilihat oleh orang yang bukan mahramku. Mas boby yang semakin kesetanan membuka CD ku dengan kasar, dan langsung berusaha memasukkan kontolnya ke memekku. “Augghh mas… pelan-pelan” lenguhku. Dan satu hal yang ngebuatku heran dan terkejut, sesaat lenguhanku barusan, mas boby seperti terdiam kaku, dan sama sekali tak melakukan sodokan kontolnya, dia hanya terpejam dan kembali membuka matanya. “Astaga! Maaf rini! Ampuni mas boby!” ucap mas boby seraya melompat dari atas tubuhku dan dengan tergesa-gesa mengenakan kembali pakaiannya. “Maaf rin… tolong jangan kasih tau kakakmu atau suamimu… mas khilaf rin… maafin mas” ucap mas boby seraya terus mengenakan kembali pakaiannya, dan kulihat kontolnya mulai menyusut. “Apa yang sebenarnya barusan terjadi?!” aku membatin bingung.[/HIDE]
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd