Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT [Diary Ari] The Story

Karakter Perempuan Ter-Favorit?


  • Total voters
    637
Bimabet
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story

Chapter 35: Kos Campur Sari
***************************************************************************************************************************************
Ari

Pagi ini aku terbangun dengan tubuh yang keletihan setelah kemarin habis berpacu birahi dengan kak lisa. Saat kubuka mataku, kak lisa berbaring menghadapku dengan kedua mata yang masih terpejam, “Manis banget kakak ini” aku membatin. “Kak… bangun kak” ucapku seraya mengelus pipinya. “Uhh hhmm udah pagi ya ri?” tanya kak lisa yang kelihatannya masih ‘mengumpulkan nyawa’. “Iyaa kakak sayang” ucapku seraya bangkit dari ranjang hendak mandi. Pagi ini kami sama-sama masih terlanjang bulat, bercak sisa-sisa cairan cinta kami tercetak jelas di seprai ranjangku.

“Ri… tunggu bentar deh” ucap kak lisa seraya berlari kecil menuju kamar mandi. “Ngapa kak?” tanyaku. “Mandi bareng yaa… biar cepet… kamu emangnya gak kuliah apa hari ini?” tanya kak lisa. “Iyaa kuliah kak… oke deh” ucapku seraya menutup pintu kamar mandi. Setelah kami selesai mandi bersama, “Ri… buka sepraimu, biar kakak cucikan” ucap kak lisa. “Emang kakak gak pulang?” tanyaku. “Gak ri… kakak bilang ke mama nginep di rumah temen dua hari” jelas kak lisa. “Oo oke deh kak… jagain rumahku ya kak” ucapku seraya bergegas untuk berangkat kuliah.

Pagi ini adalah kuliah bu rida, sudah lama aku tak berjumpa dengannya. Namun sepertinya saat ia melihatku, ia seolah acuh tak acuh padaku, apakah perbuatan kami di masa lalu membuatnya begitu benci padaku. “Ah entahlah” aku membatin. Di kelas ia mengajar secara profesional, tak peduli perasaan pribadi. Saat perkuliahan usai, dan aku sudah tidak ada kelas lagi, maka aku pun langsung menuju mobilku dan hendak pulang. Hpku bergetar pertanda ada notifikasi pesan yang masuk.
“Apa kabar sayangku?” isi sms tersebut yang ternyata dari mbak tini.
“Kabar baik mbak… mbaknya apa kabar?” balasku.
“Baik juga mas… Mas, aku kangen banget” balas mbak tini.
“Mbak dimana sekarang?” balasku.
“Aku di dekat Mall XXX mas” balas mbak tini.
“Oke saya kesana mbak” balasku.
“Iyaa sayang” balas mbak tini.

Aku pun langsung memacu mobilku menuju lokasi yang dimaksud, setibanya disana tanpa memarkirkan mobilku terlebih dahulu, mbak tini langsung naik dan menyapaku. “Langsung ke kos ku aja mas” ucap mbak tini seraya menunjukkan jalan. Aku bak kerbau dicucuk hidungnya menurut saja apa maunya. “Mas kuh udah makan belum?” tanya mbak tini manja. “Belum mbak… baru selesai kuliah tadi” jawabku. “Nanti mbak masakin deh..” ucap mbak tini.

Sesampainya di sebuah komplek kos-kosan yang berbentuk letter U, “Mbak.. ini kos-kosan cewek loh… gak apa nih kalau saya masuk?” tanyaku. “Ini campur sari mas kos-kosannya, cowok cewek. Di kiri cewek di kanan cowok” jelas mbak tini. Saat sudah sampai di dalam ruang tamu kosnya, aku langsung duduk dan meluruskan kakiku setelah mengendarai mobil di jalananan yang padat merayap tadi. “Saya ke belakang dulu ya mas” ucap mbak tini. Sekembalinya dari ‘belakang’ yang ia sebut tadi, ia datang dengan tangtop putih longgar andalannya, dan samar-samar dapat kulihat puting coklatnya. “Masnya mau makan apa?” tanya mbak tini. “Yang gak ngerepotin mbak deh” ucapku. “Ahh gak bisa… aku harus masakin yang terenak buat mas, bentar ya mas… aku belanja di depan dulu” ucap mbak tini seraya keluar dari kamar kosnya. Aku yang menunggu mbak tinipun duduk dan sesekali melirik keluar untuk sekedar memenuhi keingintahuan ku pada ‘kos-kosan campur sari’ ini.

Tak beberapa menit, ada satu pemandangan yang menarik mataku, antara percaya atau tidak percaya kulihat ada seorang pria yang berjalan dengan seorang akhwat bercadar hitam menuju salah satu kamar kos disini, tepatnya kamar kos disisi pria. Dari balik jendela kamar kos ini, aku memperhatikan dengan seksama akhwat bercadar itu, aku sepertinya mengenal siapa dia. Namun karena jarak antara dua sisi kos ini cukup jauh, dan mataku yang mulai rabun, aku tak dapat memfokuskan mataku untuk melihat mata sang akhwat. “Ceklek” pintu kamar kos ini terbuka dan masuklah mbak tini. “Ngeliatin apa toh mas?” tanya mbak tini. “Cuci mata doang keluar saya mbak” ucapku.

Setelah mbak tini selesai memasak, kamipun sama-sama memakan masakan yang ia buat, menurutku ini adalah masakan terenak dibandingkan buatan istri-istriku dahulu. “Enak banget mbak… istri idaman nih” ucapku memuji masakannya. “Ahh saya jadi malu mas… mas tadi aku denger gosip loh” ucap mbak tini. “Gosip apa mbak?” tanyaku penasaran. “Tadi waktu aku lagi belanja bareng ibu-ibu di sini, ada cewek jilbaban nutup muka gitu masuk ke kawasan kos sini bareng sama pria, pria itu siapa aku sih tau, tapi tu cewek gak tau siapa” ucap mbak tini. “Terus mbak?” tanyaku semakin penasaran. “Iyaa mas… pria itu tuh seorang supir mobil travel yang biasa ngetem di terminal dekat sini mas, nah kalau cewek jilbaban itu aku gak tau, jadi aku tanya deh ke ibu-ibu yang sama-sama belanja tadi” jelas mbak tini. “Terus apa kata mereka?” tanyaku semakin penasaran.

“Mereka bilang cewek jilbab itu udah 2 kali kesini, biasanya sih malem-malem lebih tepatnya ketika si supir udah pulang narik, nah ini tumben-tumbenan dateng siang” jelas mbak tini. “Kira-kira mereka ngapain ya mbak?” tanyaku. “Palingan ngentot mas” celetuk santai mbak tini. “Ah udah ah… gak usah ngomongin mereka… aku udah rindu banget samamu mas” ucap mbak tini seraya merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Tangan mbak tini begitu liar merayap di tubuhku, birahiku mulai terpicu sehingga kedua tanganku pun langsung mengambil posisinya masing-masing di tubuh mbak tini, tak lain tak bukan ya di toket dan pangkal paha. “Ahh mass…” desah mbak tini memanaskan suasana. “Mbak beneran nih bisa disini?” tanyaku ragu. “Bisa ah mas… mbak udah gatal nih ssshh” desah mbak tini. Pemanasan ini pun tak lepas dari cumbuan kami berdua.

Rini

Pagi ini seperti biasa aku akan berangkat ke kampus dengan mas boby, dan sarapan untuk pagi ini sudah disiapkan oleh kak rida di meja makan. Saat kami tengah menyantap makanan, “Kemarin kamu pulang dengan siapa rin?” tanya kak rida tiba-tiba. “Dengan temen kak” jawabku singkat. “Anak mana rin?” tanya kak rida. “Sama kampusnya dengan kita kak” jawabku. “Ooo… yaa mungkin kayaknya kamu baru kenal, jadi saran kakak, jaga diri baik-baik ya” nasihat kak rida.[/HIDE]
 
baru sadar mas, kalau itu sopir travel yang waktu itu pernah perkosa aliyah di dalem mobil travel.. dan cewek bercadar yang udah beberapa kali datang ke kosan supir travel itu ya aliyah sendiri.
 
Bukannya aliyah lg hamil n pulang kampung ya? Kayanya sih bukan aliyah n palingan .....
 
nice update hu walau telat baca updatenya 2x :mantap::cendol:




smoga sll sukses dlm beraktifitas n dilancarkan mendptkan new tambatan hati :beer:
 
Baru sempat nengokin lagi Om Radicks,

BTW terima kasih Om updatenya, sukses menyertaimu dan sehat selalu.:top:
 
Baru sempat nengokin lagi Om Radicks,

BTW terima kasih Om updatenya, sukses menyertaimu dan sehat selalu.:top:
nice update hu walau telat baca updatenya 2x :mantap::cendol:




smoga sll sukses dlm beraktifitas n dilancarkan mendptkan new tambatan hati :beer:

Siap suhu... semoga bisa dinikmati update dari TS yang sudah lama tak menulis karena patah hati dan sibuk RL, permulaan pasti kentang dan itu wajar demi membangun mood kembali :beruang:
 
[HIDE]
WARNING!!!
Cerita di bawah ini hanya karya FIKSI TS belaka, jika ada kesamaan nama, tempat dan karakter itu bukanlah suatu hal yang disengaja.
***************************************************************************************************************************************
[Diary Ari] The Story

Chapter 36: Sebuah Pilihan
***************************************************************************************************************************************
Ari

“Uhhmm hhmm” hanya suara itulah yang dapat terdengar dari cumbuan antara aku dan mbak tini. Jemariku yang begitu lincah berhasil membuat celana yang mbak tini kenakan menjadi basah oleh cairan pelumas dari memeknya. “Uhh langsung aja ya mass… udah gatel nih” desah manja mbak tini. “Ini belum bangun gimana dong mbak?” ucapku seraya mengurut-urut kontolku dari balik celana. Dengan tergesa-gesa dan kasar mbak tini membuka celanaku, dan langsung melumat kontol lemasku, cukup kewalahan aku dibuatnya. Saat kontolku sudah tegak mengacung dan siap bertempur, tanpa memberikan kesempatan bagiku untuk mengambil posisi, mbak tini langsung menurunkan celana dan cd yang ia kenakan, lalu naik ke pangkuanku. “Bless” masuk semua kontolku ke dalam memek basah mbak tini dengan mudahnya. “Ahhh inihh… kontol yang akuhh rindukan” desah mbak tini seraya menaik turunkan tubuhnya.

Toket montoknya berayun indah di hadapanku, dan langsung kuremas dan kutarik keluar dari tangtop putih miliknya. Kulumat kanan dan kiri secara bergantian, “Uhhmm sshh masss ahhh” desahan demi desahan dari mbak tini semakin ‘membakar suasana’. Tak butuh waktu lama, “Mass akhh masss” desah mbak tini dengan gerakan yang semakin liar, kurasakan dinding memeknya mengembang dan mengempis dengan cepat, dan menyemburlah cairan cinta miliknya. Seketika rubuh lah tubuh mbak tini, kupeluk erat tubuhnya, perlahan aku bangkit dari duduk, lalu dengan sekuat tenaga aku berusaha berdiri dengan menggendong tubuh lemas mbak tini tanpa melepaskan kontolku dari memeknya. “Ahh mass nya gagah banget” desah mbak tini. Akupun menyodok memek mbak tini dengan posisi berdiri dan menggendongnya, “Akkhhh sshh masss” desah mbak tini. Tak beberapa menit, “Tok…tok…tok” terdengar suara ketukan pintu kos mbak tini. Kami berdua pun panik, aku disuruh oleh mbak tini untuk ke belakang, sementara ia memakai kembali pakaiannya.

“Ahh kak rina… ada apa kak?” ucap mbak tini saat membuka pintu kos. “Ini loh mbak… saya mau pinjam obeng untuk betulin pintu saya” ucap mbak-mbak yang bernama rina tersebut. “Oh iya sebentar ya kak” ucap mbak tini. “Siapa mbak?” tanyaku saat mbak tini ke tempat aku bersembunyi. “Tetangga saya mas, mau minjam obeng” ucap mbak tini. Akupun membantu mbak tini mencari obeng yang dimaksud, dalam beberapa kondisi, mbak tini terpaksa menunduk untuk mencari obeng tersebut. Aku yang masih dikuasai birahi, langsung menurunkan celana pendek yang ia kenakan, dan kembali memasukkan kontolku ke memeknya. “Sshh mass sabar dulu ahh…. Ini obengnya belum ketemu” desah mbak tini masih dengan posisi menungging. “Ada gak obengnya mbak?” teriak tetangga tersebut. “Iiih iyaahh bentar kak… ssh… Ini udah dapat” pekik mbak tini seraya berdiri dari merapikan kembali celana pendeknya. “Nih kak obengnya” ucap mbak tini.

“Oh iya… saya pinjam dulu yaa” ucap sang tetangga. “Kamu nakal ya mas… lagi nyari juga, malah dientot” ucap mbak tini seraya mencubit bahuku. Ia lalu menarikku menuju kamarnya, setibanya di kamar mbak tini, ia tak langsung mengizinkanku untuk naik ke ranjangnya, ia malah merapikan ranjangnya terlebih dahulu, dan lagi-lagi ia menungging. Saat ia berada posisi menungging yang cukup lama, kembali kulepaskan celana pendek yang ia kenakan, dan langsung kembali kugenjot memeknya. “Aakkhh mass… sabar ihh…. “ desah mbak tini seraya menyusun bantal-bantal di ranjangnya. Kedua toketnya yang menggantung berayun seirama sodokan kontolku, kedua tanganku mulai kuarahkan untuk bermain aktif di kedua toket mbak tini. Kutarik tubuhnya untuk tegak berdiri, sehingga kini kami sama-sama berdiri lurus.

“Akkhh mass…. Udah hampir lagi nih” desah mbak tini seraya melepaskan dekapanku, ia lalu duduk mengangkang di tepi ranjang seraya berpose manja. Akupun yang sudah dipengaruhi birahi hingga ke ubun-ubun, langsung kembali memasukkan kontolku ke memeknya. “Akkhh cepetin mass…. Akuhhh sampaiii” desah mbak tini diikuti semburan cairan cintanya. “Mbak… aku juga mbak” desahku. Mbak tini pun ‘mengunci’ pergerakan pinggulku dengan kedua kakinya yang dilingkarkan di pinggulku. “Dalem ajah mass” ucap mbak tini dengan tatapan sayu. “Croott crooott crooott” ada sekitar 3 semburan pejuku menembak dan terkumpul di dalam memek mbak tini. “Uhhh hangattt pejumu masss” desah mbak tini. Menjelang semburan terakhir, kutarik keluar kontolku, dan kutembakkan peju terakhirku di bibir memek mbak tini.

-Sedikit Flahsback-

Aliyah

Setelah kepulanganku ke kampung halaman, dan melalui sebuah perjalanan birahi yang cukup membekas di dalam diriku. Aku mulai merasa ‘kegatelan’ karena bayangan dan imajinasiku tetap tak bisa lepas dari momen memacu birahi yang terjadi di mobil travel beberapa waktu lalu. Selama di kampung halamanku ini, aku hanya bertumpu pada penghasilan ayahku, terkadang aku kasihan padanya, dan mengingat aku akan melahirkan dalam beberapa bulan ke depan, mau tak mau aku harus mendapatkan penghasilan untuk memenuhi biaya persalinan dan juga biaya persiapan anak pertamaku. Ibuku menyarankan untuk coba lah berjualan di sekitar terminal bus, karena pasti bisa laku, karena disanalah tempat ‘bertukarnya manusia’. Dan sudah beberapa hari ini, aku menyanggupi saran ibuku.

Saat aku tengah melayani pelanggan, ada salah satu pelanggan yang sepertinya tak asing bagiku, saat stand daganganku sudah sepi. Pelanggan tersebut datang dan ternyata ia adalah pak supir travel yang beberapa waktu lalu ‘menggagahi’ tubuhku. Aku bersikap acuh tak acuh, namun sepertinya ia berusaha untuk berinteraksi denganku, “Mbak masa’ lupa sih dengan saya?” ucapnya seraya tersenyum genit. “Iya saya ingat… bapak mau apa?” ucapku judes. “Olo olo olo… judesnya… Kok jualan disini mbak?” tanya pak supir. “Yaa emang kenapa? Gak boleh ya?” tanyaku judes. “Boleh kok boleh banget…. Emang suaminya mbak kemana? Kok mbaknya yang kerja” tanya sang supir mulai menjurus. “Udah cerai” jawabku singkat. “Waah kasian mbaknya… maaf saya udah tanya-tanya… mau saya tawarin kerja gak mbak?” tanya sang supir yang berhasil membuatku untuk menatapnya, “Kerja apa?” tanyaku singkat. “Yaa butik kecil-kecilan aja sih… tapi di kota” ucap sang supir. Aku mulai tertarik dengan penawarannya, “Tapi saya tinggal disini dan gak ada uang untuk tinggal di kota pak” ucapku. “Nanti saya carikan tempat tinggal deh…mau gak?” tanya pak supir. “Hmm gimana ya… saya pikir-pikir dulu ya” ucapku.

Sore harinya…

Aku menyampaikan penawaran sang supir travel pada ibuku, beliau pun memberikan izin padaku jika sekiranya aku memang ingin mencari nafkah untuk diriku di kota, asalkan yang harus diingat adalah tetap menjaga diri sampai nanti akhirnya aku mendapatkan suami yang bisa menerima ku dengan segala kekuranganku. Mendengar penjelasan ibuku, langsung membuatku terharu dan memeluk erat tubuhnya.

Keesokan harinya…

“Jadi gimana mbak? Tanya pak supir yang sedari tadi duduk di dekat daganganku. “Yaa boleh pak.. kerjanya mungkin tidak terlalu berat ya, karena saya lagi hamil nih pak” ucapku. “Baik mbak… nanti saya bilang sama bosnya, kebetulan temen saya” ucap pak supir dengan semangat. Akhirnya hari ini aku berangkat ke kota bersama pak supir, setibanya di kota. Aku dan pak supir menuju butik yang dimaksud, dan setelah itu kami menuju tempat tinggal yang pak supir jelaskan semasa di kampung kemarin. Pak supir yang terakhir kuketahui nama ia adalah soni, ya pak soni. Hari demi hari kulalui sebagai pramuniaga di sebuah butik yang dikelola oleh rekannya pak soni, orang-orang disini cukup ramah dan sangat memanjakanku yang tengah hamil ini.

Hingga akhirnya tiba suatu kondisi dan situasi yang cukup mengejutkanku sekaligus membingungkanku karena apa yang harus aku pilih akan menentukan arah hidupku ke depannya. Sore ini saat aku pulang dari butik, aku langsung pulang menuju tempat tinggal yang disediakan oleh pak soni, dan rumah tersebut tak terlalu jauh dari butik tempatku bekerja. Setibanya aku di depan rumah tersebut, kulihat pak soni rupanya menunggu kepulanganku dengan duduk santai di teras dengan menghisap sebatang rokok. “Ngapain nunggu disini pak?” tanyaku seraya membuka kunci pintu rumah. “Gimana kerjamu? Udah tau belum gajinya berapa?” tanya pak soni seraya masuk ke ruang tamu rumah ini. “Yaa syukurnya anak buah rekan bapak ramah-ramah, dan mengenai gaji setidaknya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari saya pak” ucapku.

“Oo seperti itu… bagus deh… setidaknya yang saya berikan menjadi bermanfaat bagimu mbak” ucap pak soni seraya tersenyum. “Iyaa makasih banyak ya pak atas semua bantuannya” ucapku seraya sedikit menundukkan kepala. “Iyaa sama-sama mbak… kira-kira kalau ditabung cukup tidak biayanya untuk mengurus persalinan mbaknya nanti?” tanya pak soni. “Hmm gak tau deh pak… saya kurang yakin juga” ucapku ragu. “Oo gitu… saya bisa bantu kamu mbak… tapi” ucapan pak soni terputus. “Tapi apa pak?” tanyaku penasaran. “Tapi mbak harus mau begini sama saya mbak” ucap pak soni seraya memberikan gestur tangan yang menggambarkan aktifitas senggama. “AH! Gak mau… saya gak mau pak… saya tabung uang dari kerjaan saya aja” ucapku seraya memalingkan pandangan. “Kalau mbak mau, saya bisa berikan uang yang cukup bahkan lebih buat mbaknya setiap mbak bersedia begituan dengan saya” jelas pak soni. Aku masih enggan menatapnya, ia lalu mengeluarkan beberapa gepok uang dari tas kecil ala supir miliknya. “Ini sebagai awalan mbak, gimana?” tanya pak soni yang seketika menggoyahkan ketetapan hatiku, aku tau bahwa aku butuh uang tapi tidak seperti ini caranya, aku masih memiliki harga diri, tak semudah itu untuk dapat menikmati tubuhku.

“Arrggghh!!” pekikku dalam hati. “Kurang ya mbak? Nih saya tambahin” ucap pak soni seraya meletakkan beberapa gepok uang lagi, yang kutaksir itu lebih dari cukup untuk biaya persalinan. “Gimana mbak?” pertanyaan pak soni membuatku tenggelam dalam kebimbangan yang begitu rumit. Aku sama sekali tak menjawab pertanyaanya, namun tatapan mataku tak bisa lepas dari uang yang bertumpuk di meja ruang tamu ini. Tiba-tiba pak soni memasukkan kembali uang-uang tersebut ke dalam tas kecilnya, “Mungkin mbaknya belum mau dan belum siap, saya tunggu jawabannya mbak besok ya. Permisi…” ucap pak supir seraya keluar dari rumahku. Aku yang melihat semua uang tersebut menghilang dari hadapanku merasa kehampaan yang begitu pekat. Aku hanya bisa termenung. “Apakah aku harus menuruti kemauannya demi calon anakku atau aku menolaknya? Arrgggghh!” aku membatin.[/HIDE]
 
Bimabet
huaduh aliyah jd BO..
nice update hu :mantap::cendol:



smoga sll sukses dlm beraktifitas y n dilancarkan berimajinasinya :beer:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd