"Aku jamin hidup kamu sama Cacah..." jawabku.
Indri tau aku dan adiknya itu bekerja dan setiap bulan istriku tidak pernah lupa dengan kedua orangtuanya.
Bukannya aku sombong, dengan gajiku sendiri saja aku sanggup menghidupi Indri dan anaknya, setelah aku potong dengan angsuran apartemen, angsuran mobil, asuransi, dan aku kirim pulang untuk orangtuaku.
"Nggak," jawab Indri. "Siapa yang mau jadi istri kamu? Kasih aku modal saja bikin warung nasi..."
Indri duduk di tikar. Aku duduk di sebelahnya. "Ok..." jawabku. "Kapan kamu mau mulai...?"
Indri memandang aku dengan mata sendu. "Aku gak akan cerita sama Noni," kataku meyakinkan Indri.
Dalam sekejap tubuh Indri yang ranum sepenuhnya sudah berada dalam pelukanku. Dengan beringas aku mencium bibir Indri sembari tanganku meremas-remas bokong kenyalnya.
Indri tidak menolak seperti tadi aku mau mencium bibirnya ia menggeleng-geleng. Lalu aku menaikkan tinggi-tinggi daster Indri untuk mencopot celana dalamnya.
Dan sejurus kemudian tersingkap sudah apa yang selama ini tersembunyi. Aku meraba-raba dan mengelus-elus belahan vagina Indri. Bulu kemaluan Indri hanya sedikit tumbuh di daerah pebukitan vaginanya.
“AAAAAAAAAAAHHHHH.... OOOOOOHHH....” rintih Indri.
Secepatnya aku melepaskan daster Indri.
Sebentar saja tetek Indri yang montok ditutupi dengan BH yang berwarna coklat itu sudah berada di depanku. Tetek yang putih kenyal itu seolah-olah ingin meloncat keluar dari BH Indri yang ketat.
Perutnya yang rata dan mulus itu terlihat sangat merangsang dihiasi dengan puser yang kecil.
Dan dengan lincahnya tangan kananku bergerak ke belakang membuka pengait BH Indri.
Setelah BH itu aku lepaskan, terpampanglah kedua tetek Indri yang montok dan sangat mulus itu dengan putingnya yang berwarna coklat tua dikelilingi bundaran berwarna yang lebih gelap dari putingnya yang mencuat.
Aku membiarkan dulu payudara Indri. Aku menciumi belakang telinga Indri dan kemudian lidahku bermain-main di dalam kuping Indri.
Kepala Indri tertengadah ke atas dan tubuh bagian atasnya yang terlanjang melengkung ke depan, ke arahku. Teteknya yang besar dan masih kencang itu seakan-akan menantang aku.
Aku langsung bereaksi, tangan kananku memegangi bagian bawah tetek Indri sedangkan mulutku mengisap kedua puting itu secara bergantian.
Mula-mula tetek yang sebelah kanan menjadi sasaran mulutku. Tetek yang kenyal itu hampir masuk semuanya ke dalam mulutku dan aku mengisap-isapnya dengan lahap.
Lidahku bermain-main pada putingnya sehingga tetek Indri bereaksi cepat menjadi keras.
“Sssshhhh.... oooohhhhh.... aauuuhhh... aahhh... ahhhh...”
Aku tidak mau dinterupsi dan diliputi oleh nafsu birahi yang tinggi sambil memegang kedua paha Indri, aku merentangkannya lebar-lebar, aku membenamkan wajahku ke selangkangan Indri.
Mulutku mengulum vagina Indri dan lidahku menjilat-jilat sepenuh nafsu. Indri hanya bisa memejamkan mata,
“Ooohh... ooohhh.... nikmatnyaaa....., aaauuugghhh... ooohhhh.... ooohh!” rintih Indri sampai tubuhnya menggelinjang-gelinjang kegelian.
Tanganku yang melingkari kedua pantat Indri kini dijulurkan ke atas, mencamplok dan meremas-remas kedua tetek Indri dengan sangat bernapsu.
Menghadapi serangan bertubi-tubi yang dilancarkan olehku, vagina Indri telah basah kuyup.
“Aakkhh.... aaaaaakkhh... enn...aakkk... tru...uusss...” rengek Indri menjepit kepalaku untuk melampiaskan nikmat birahi yang menyerangnya, dijambaknya rambutku kuat-kuat.
Indri menggeliat-geliat menahan nikmat, kepalanya bergoyang ke sana kemari atas birahi yang melandanya.
Aku segera membuka kancing dan ritsleting celanaku. setelah itu aku melepaskan celana yang kukenakan sekalian dengan celana dalamku.
Pada saat celana dalamku terlepas, maka penisku yang telah tegang sejak tadi itu seakan-akan terlonjak bebas mengangguk-angguk dengan gagahnya.
Aku menggenggam batang penisku untuk memasuki tubuh Indri, kakak iparku itu. Kepala penisku yang membulat itu kugesek-gesekkan pada klitoris dan bibir kemaluan Indri.
Gejolak birahi kami semakin membara...
Terus aku berusaha menekan penisku ke dalam lubang vagina Indri yang memang sudah sangat basah.
Merasakan sensasi yang luar biasa, aku semakin bernapsu bercinta dengan Indri.
Aku menekan penisku dengan mendorong pantatku ke depan dengan sekali menghentak, “Aaaauuuuuww.......!!” jerit Indri.
Tetapi penisku sudah tertelan oleh lubang vagina Indri. Aku segera memacu penisku di antara kedua paha kakak iparku itu. Tubuh kakak iparku terlonjak-lonjak mengikuti tekanan dan tarikan penisku.
”Oooh.... ena...kkkkk.... terruuu...uuuss....” Indri merintih-rintih melawan badai birahi yang menerpanya, sementara itu ia menggoyang dan memilin-milin penisku.
Pinggulnya memutar-mutar ke kiri dan ke kanan serta melingkar, sehingga penisku yang tegang seakan mengaduk-aduk dalam vagina Indri.
Tak berselang lama, akupun merasakan sesuatu yang akan melandaku. Dan ketika klimaks itu datang aku tak peduli lagi dengan gerakan Indri, “Aooooooooouh.... oohh......” lenguhku.
Dunia serasa berputar.
Sekujur tubuhku mengejang, sungguh hebat rasa kenikmatan klimaks yang melanda diriku itu sehingga buah pelirku menempel ketat pada lubang vagina Indri dan batang penisku terbenam seluruhnya di dalam liang vaginanya.
Aku merasakan denyutan-denyutan kenikmatan yang diakibatkan oleh semprotan air maniku ke dalam vagina Indri.
Crrooottt.... crrrooott... crroottt.... crrooottt.... crroootttt.... crrrooott... crroottt.... crrooottt.... crroootttt.... crrrooott... crroottt.... crrooottt.... crroootttt....
Aku langsung tertelungkup di atas tubuh Indri dengan seluruh tubuhku yang bergetar hebat dilanda kenikmatan ejakulasi yang super dahsyat itu.
Apa yang akan terjadi besok, urusannya besok. Aku menikmati tubuh Indri sekali lagi.
Pagi aku melihat Indri biasa-biasa saja bergabung di tengah keluarga besarnya.
Maka itu, aku ingin segera menyingkirkan suami Indri dengan mempengaruhi ibu mertuaku, karena ibu mertuaku juga tidak begitu suka dengan menantunya yang satu ini.