Bagian 6: Berlalu Bagai Debu
Angin menerbangkan debu jalanan. Begitu pun garis waktu telah membentang memisahkan masa, membaginya menjadi lalu, sekarang, dan depan. Iya, masa lalu, masa sekarang, dan masa depan.
Sekarang ini tidak ada gambaran tentang masa depanku. Dikatakan cerah, bukan. Disebut suram, sepertinya tepat. Mungkin cerah untuk mereka, Bunga dan Bulan. Tapi, tidak bagiku. Masa lalu telah melemparkanku ke masa sekarang yang tidak bermasa depan.
Orang-orang sering mengolok-olok dengan sebutan: madesu! Masa depan suram.
Tentang kedua sahabatku, Bunga dan Bulan. Terakhir kali kudengar kabar tentang Bunga, dia keluar negeri. Melanjutkan S2. Beasiswa. Sedangkan Bulan, dia sudah menikah. Suaminya adalah putra dari seorang pengasuh pondok pesantren yang berlabel modern di negeri ini. Sudah melahirkan seorang bayi imut nan tampan.
Kesimpulannya, Bunga dan Bulan bahagia. Persis seperti akhir kisah para putri di negeri impian. Dengan pembanding lain, ya, seperti akhir cerita FTV.
Bagaimana dengan aku?
Sepertinya kebahagiaan semakin menjauhiku. Enggan. Tak ada kebahagiaan yang kurasakan. Paling-paling, ya, sebatas kesenangan. Aku terlalu banyak senang-senang. Dan, kesenangan itu cepat berlalu. Seperti balon udara yang ditiup kemudian dilepaskan. Wusssss... Kempes dan jatuh.
Harus kuakui aku terjatuh di lubang kehinaan. Hmmm, kenikmatan, sih, yang awalnya kurasakan. Hingga kenikmatan itu menjeratku. Memperdayaiku hingga aku semakin haus untuk mereguknya lagi dan lagi.
Kegabutan pada masa lalu itu menjadi pemicunya. Menjadikanku semakin menjadi-jadi. Iya, jadilah aku yang seperti ini: haus kenikmatan dan dipenuhi fantasi-fantasi seksual.
Tentang apa saja yang telah terjadi dan aku lakukan pada masa lalu, cukuplah kusimpan cerita tentangku ini untuk diriku sendiri. Dan, sedikit cerita di antaranya akan aku bagikan kepada kalian. Iya, hanya sedikit saja.
Biar kalian tahu bahwa setiap pribadi manusia adalah kepingan-kepingan puzzle yang tak terpasang dengan rapi. Banyak kepingan lainnya berserakan di sana-sini, bahkan tak menutup kemungkinan disembunyikan dengan rapi.
Dengan begitu, tidak perlu kalian menilai seseorang secara berlebihan. Ada orang-orang baik, tapi dia menyimpan keburukannya dengan sempurna. Ada orang yang dicap jahat, tapi dia tak mau kebaikkannya terlihat. Bisa saja ada orang baik itu karena sering mempertontonkan kebaikkannya. Juga sebaliknya, ada orang jahat karena terlalu pandai menyimpan kebaikkannya.
Dan, begitulah ruang abu-abu itu terbentuk. Melingkupi siapapun. Menjadikan setiap manusia memiliki sisi masing-masing. Sering kali adalah sisi lain yang jauh berbeda.
Mengapa aku bisa berbicara ini semua? Ketahuilah bahwa namaku adalah Cahaya. Aku mampu menembus sekat ruang abu-abu kehidupan karena aku hidup di dunia remang-remang. Yaitu sebuah dunia yang tak begitu memersalahkan perbedaan antara salah maupun benar dan baik-buruk. Bahkan perbedaan di antara keduanya nyaris tidak ada. Saking tipisnya. Yang ada adalah kesenangan dan kenikmatan.
Namaku Cahaya. Seseorang yang akan menerangi sisi gelap milik kalian semua. Bukan untuk membuat kalian menginsyafinya, tapi aku hadir agar kalian bangga menjalani kehidupan dengan berbagai sisi milik kalian.
Oh, ya, satu hal lagi. Bahwa tak ada suatu hal yang terjadi pada saat ini sebagai suatu kebetulan. Kukatakan sekali lagi bahwa tidak ada keberuntungan. Dewi Fortuna hanyalah dongeng.
Apa yang terjadi padaku saat ini, berbagai macam peristiwa yang kualami, adalah rentetan peristiwa yang terkait dengan masa lalu. Entah ada korelasinya atau bukan, bisa dinalar atau tidak, yang jelas masa lalu berkaitan erat dengan masa sekarang. Tapi, entah dengan masa depan.
Misalnya, peristiwa tentang kegabutanku, menjadi percik api yang membakar jiwaku dan membentukku menjadi seperti ini. Iya, seperti ini sekarang. Percaya atau tidak, kalian bisa mengingat peristiwa masa lalu yang membuat kalian menjadi seperti ini. Sehingga tidak menjadikan kalian seperti itu.
Namaku Cahaya. Akan kuceritakan kisahku pada masa sekarang. Mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran. Setidaknya pelajaran untuk mereguk kenikmatan persetubuhan.