Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Desa Waringin. (Terjebak kawin kontrak)

Bimabet
Halo halo malam ini pemanasan dulu ya ges yak. Agak kentang dikit nggak papa yak wkwk.

Bab 20
"loh bibik mau ke mana?" Tanya Adit saat melihat bik Sri membawa satu baskom pakaian kotor dengan tubuh yang hanya di lilit handuk pendek.

Setelah permainan dengan Joni tadi, kini bik Sri malah terlihat sibuk, padahal niat hati Adit mau minta jatah. Tapi apa daya, sepertinya pekerjaan bik Sri tak bisa lagi menunggu.

"Ini den mau nyuci di sungai sekalian mandi." Jawab bik Sri. "Aden mau ikut?"

"Emm... Rame nggak bik?"

"Ya kalo hari Minggu gini pasti rame den. Banyak yang nyuci dan ngambil air juga."

"Woke boleh deh. Tunggu sebentar saya ambil handuk dulu."

"Pake handuk Joni aja den."

"Baiklah."

Setelahnya Adit dan bik Sri berjalan ke arah belakang kamp, tempat sungai berada. Melihat bik Sri yang terlihat kesulitan membawa baskom berukuran besar, Adit langsung meminta dan membantu membawakan baskom itu.

Tak lama mereka sampai, suara ramai tawa anak kecil langsung terdengar dan benar saja seperti yang dikatakan Bik Sri, sungai terlihat ramai oleh ibu-ibu dan gadis remaja lainnya, mereka sibuk mencuci dan mandi. Yah sudah umum sih, di kampung seperti ini. Apalagi di kamp PT tentu saja akses air adalah hal pokok.

Dan yang membuat Adit langsung tersenyum lebar adalah pemandangan yang dia lihat saat itu. Bahkan baru saja dia sampai, komandan langsung tegak berdiri dan tak bisa di kontrol.

Bagaimana tidak, di dalam sungai yang sudah di buat sedemikian rupa agar memudahkan untuk para pendidik mandi serta mencuci. Banyak gadis dan wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam saja, dan ada beberapa yang mengenakan jarik tipis yang di kembemkan di bagian dada tengah mencuci.

"Ini nggak papa bik saya ikut gabung?" Tanya Adit merasa tak enak. Karena yang dia lihat hanya dirinya saja laki-laki di tempat itu.

"Nggak papa den, udah biasa di sini mah, sebentar lagi para bapak-bapak juga pada datang."

Adit mengangguk lalu mengikuti langkah bik Sri yang langsung turun ke sungai dan bergabung bersama ibu-ibu yang lain.

Tentu kedatangan Adit menjadi hal mengejutkan bagi para ibu-ibu di sana, tak ayal banyak yang menyapa Adit dan menggoda pria itu.

"Wah tumben nih pak asisten repot-repot ke sungai. Air mati pak?" Tanya salah seorang ibu yang membuat Adit hanya garuk-garuk kepala saja.

"Nggak buk, kebetulan diajak bik Sri tadi."

"Oalah kamu toh Sri yang ngajak, kebetulan banget hihi."

"Iya nih, kebetulan pengen liat orang kota mandi di sungai!" Jawab salah seorang wanita yang mengenakan bh renda berwarna pink.

Aku yang melihat ada begitu banyak payudara terpampang hanya bisa meneguk ludah kasar. Apalagi setelah itu bik Sri melepas handuknya dan hanya mengenakan celana dalam tanpa bh.

Tak ayal karena perbuatan itu payudara jumbo milik bik Sri langsung terjun bebas yang membuat anak-anak langsung melihat ke arahnya. Tak terkecuali Adit.

"Sri Sri! Makin hari main besar aja susu mu itu!" Ujar seorang nenek sembari menoel payudara bik Sri.

"Ah ibu, nggak kok masih segitu-gitu aja."

"Segitu apanya, kalo dibandingkan sama punyaku ibarat gunung lawan bukit bik!" Ujar seorang gadis lainnya.

Sontak mereka langsung tertawa bersamaan. Adit yang melihat itu hanya nyengir kuda dan tak tahu harus berbuat apa.

Di sela canda tawa mereka. Ada dua orang anak laki-laki datang mendekat bik Sri.

Mereka langsung berdiri di kedua sisi bik Sri sembari mendongak. "Bik, bibik... Kata agung, semalam bibik main sama bang Joni yah?" Tanya anak itu yang menunjuk temannya bernama agung.

"Eh kalian, hooh tumben Abang kamu semalam minta jatah." Jawab bik Sri.

"Ih enak ya Gung, jadi bang Joni, bisa minta jatah kapanpun dia mau!" Ujar anak itu lagi.

"Iya kak!" Jawab agung.

"Hihi, kalian juga bisa minta jatah sama ibu kalian kapaun kalian kamu kan?"

"Iya sih, tapi bapak akhir-akhir ini rutin minta jatah ke ibu, jadi kami nggak kebagian!" Keluh anak itu.

"Hihi. Ya kalo nggak dapat jatah dari ibu, minta jatah dari Tante kamu dong." Jawab bik Sri.

"Nggak ada yang mau bik, udah seminggu nih. Liat tuh!" Kata anaknitu menunjuk satu wanita yang mengenakan jarik kembem. "Tante pelit sekarang, nyucinya aja jauh-jauh dari kita biar nggak diganggu."

"Hihi kasian banget sih. Terus kalian ngapain ngadu sama bibik?" Tanya bik Sri memancing, dia mulai menggilas pakaian kotor dan sesekali menyikatnya.

"Emmm mau minta sama bibik, boleh? Kamu pengen nih di jepit pantat besar bibik." Jawab anak itu.

"Pengen mgeyot susu besar bibik juga!" Timpal agung.

"Hihi mana boleh, coba tanya sama pak Adit dulu tuh, bibik kan punya pak Adit sekarang." Jawab bik Sri.

Sontak kedua anak itu langsung menatap Adit yang sedari tadi hanya melongo melihat interaksi ketiga orang itu.

Mungkin jika di luar sana, pembicaraan seperti itu sangatlah tidak lazim, tapi Adit kembali teringat jika di desa ini sangat berbeda dengan desa yang lain. Dan penduduk di sini seolah tidak mengikuti norma yang ada. Bahkan terkesan mereka membuat peraturan di sini.

"Jangan kasih, pak. Kebiasaan nanti!" Teriak wanita yang ditunjuk oleh anak tadi.

"Yee apa sih tan! Kita aja belum ngomong udah mau serobot aja!" Cibir agung.

"Halah kalian tuh kebiasaan kali di kasih sekali, nanti yang ada minta terus. Nggak tau orang lagi kerja kalo udah mau ya ngotot minta terus! Makanya Tante males kasih kalian!" Ujar wanita itu.

"Halah bilang aja Tante nggak mau kan! Pelit mah pelit aja!" Pekik kakak agung. "Ya kan pak? Orang pelit mah nanti kuburannya sempit!" Lanjut anak itu minta pembelaan dari Adit.

"Eh kok jadi saya?" Tanya Adit bingung. "Lagian kalian kan punya ibu, kenapa nggak minta ibu kalian aja?"

"Ibu tuh dah capek sama bapak, jadi nggak pernah gubris kalo kami minta."

"Terus kok malah minta sama Bik Sri? Kenapa nggak sama yang lain!" Tanya Adit heran.

"Ya gimana ya, kami udah lama nggak main sama bibik. Sama yang lain udah hampir sering. Semenjak bibik kawin sama pak asisten, kami udah nggak pernah lagi."

"Kalo saya nggak kasih izin?" Tanya Adit memancing.

"Yah.... Kok gitu sih pak, nggak kasian sama kami."

Jujur saja Adit sedikit terkejut dengan cara anaknitu berbicara, melihat dari postur tubuh dia anak itu terlihat masih seumuran 11 tahun, tapi saat melihat batang mereka, Adit cukup terkejut, karena penis mereka terbilang besar untuk seukuran anak-anak.

"Gini deh, saya kasih izin. Kalian mau main kan?coba Carikan saya pengganti untuk pagi ini, kalo ada yang mau saya izinin nanti."

"Beneran?"

Adit tak langsung mengiyakan, dia berpikir sejenak lalu berbisik. "Carikan yang nenennya seberas bik Sri ada?"

"Yah kalo itu sih susah pak!"

"Emm yang mendekati deh. Yang penting besar?"

"Oh kalo itu sih kak Ratna sama kak Desi juga besar. Tuh orangnya yang itu." Kata agung menunjuk dua orang wanita yang tak jauh dari kami.

"Hemm.... Boleh juga, oke deh kalo mereka mau main sama saya, saya kasih izin."

"Dua-duanya pak?" Tanya agung heran.

"Iya dong, kalo cuma satu mah saya nggak mau. Mending saya sama bik Sri aja!"

"Yah.... Oke deh saya coba dulu!" Jawab kakak agung lalu menoleh ke arah agung.

"Kamu tanya sama kak Desi ya, biar kakak yang tanya sama kak Ratna."

"Oke deh!"

Lalu keduanya segera pergi dengan bertelanjang bulat, aku hanya menggeleng melihat kelakuan mereka.

"Jangan kaget den. Kan udah bibik bilang, di sini mah udah biasa hal yang begituan."

"Iya sih. Biasa untuk kalian, tapi mengejutkan untuk aku." Jawab Adit. "Lagian kalo saya izinin emang bibik mau main sama mereka?"

"Ya gimana den, mau nggak mau harus mau, kasian juga, walau...." Jawab Bik Sri sembari melirik ke arah dua anak yang masih berbicara dengan dia wanita tadi.

"Walau apa bik?"

"Kadang suka kentang main sama mereka! Cepet keluar mereka mah den."

Adit langsung tergelak mendengar ucapan bik Sri. Lalu dia menepuk dadanya kuat. "Aman bik. Selagi ada saya nanti saya tuntaskan kekentangan bibik!"

"Heleh, emang masih kuat? Aden aja mau garap dua orang, sok masih kuat aja."

"Kuat dong! Jangan remehkan saya ya bik!"

"Kuat sih kuat, tapi nanti saya kebagian anginnya doang. Pejuh Aden pasti dah abis sama mereka!"

Lagi Adit tergelak mendengar ucapan bik Sri.

"Main bareng aja kalo gitu, biar bibik kebagian juga!"

"Hihi. Main bareng-bareng seru tuh den. Tapi nanti kalo yang lain mau juga gimana? Suka gitu kadang."

"Ya ajak aja lah bik susah amat?"

"Banyak loh den, emang kuat?"

"Selagi masih tegang saya layani!" Jawab Adit berkelakar.

Lalu tak lama agung dan kakaknya datang bersama dua wanita tadi, Ratna dan Desi.

Adit cukup terpesona melihat paras mereka. Keduanya bisa dikatakan cantik dan mungkin akan jadi kembang desa, atau malah sudah? Entahlah.

Melihat tubuh kedua wanita itu yang bak gitar spanyol saya membuat Adit meneguk ludahnya kasar, berbeda dengan bik Sri yang memang memiliki tubuh bbw, kedua wanita ini memiliki payudara besar serta pantat yang juga besar, tapi pinggang mereka rampung dan tubuh mereka juga bisa dibilang ramping.

Benar-benar barang bagus yang baru kali ini Adit lihat.

"Pak. Mereka berdua mau katanya pak, tapi main di sini bareng kita, takut Bik marah katanya hahaha!" Gelak tawa Joni yang segera mendapat tampolan pada pundak dari Ratna.

"Nggak usah ngadi-ngadi, kita nggak enak aja sama bik Sri."

"Nggak papa kali na, lagian kita kan sama-sama di sini!" Timbal bik Sri sembari tersenyum.

"Tuh nggak papa, kalo gitu sekalian main di sini aja gimana?" Tanya agung, tapi sayangnya kakak agung sudah start duluan dan kini sudah ada di belakang tubuh bik Sri sembari memainkan payudara jumbo milik bik Sri.

"Kakak curang ih!" Pekik agung yang langsung menyusul kakaknya dan langsung memeluk bik Sri.

Adit yang melihat itu hanya geleng-geleng saja. Tak menyangka jika anak-anak di sini bahkan sudah memiliki pikiran liar yang tak bisa dia duga sebelumnya.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd