Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Days of Quarantino

Kl sama modelan tante diana, mau juga dunk ikut dikarantina.. 😍
 
mana ya lanjutannya.........................
 
Sepertinya harus stay nih
Certa suhu menjanjikaa banget
Seru keknya ini cerita
Panjang umur dah semofa ceritany
 
PART 2

POV Lukas

Duh… betapa malunya diriku hari ini. Sudah penisku terlihat oleh Tante Diana, ketahuan masturbasi pula sama dia. Udah gitu ketahuan juga kalau aku ngebayangin dirinya sebagai objek masturbasiku. Ah, seandainya hari ini bisa diputar aja.

TING!

Sebuah pesan yang kutunggu seharian ini akhirnya masuk juga. Akhirnya Tania membalas pesan yang kukirim tadi pagi. Dengan riang gembira, aku membuka pesan tersebut. Kubalas pesan ini dengan super kilat seolah pesan Tania sepenting membalas pesan dari dosen pembimbingku kelak.

Hatiku berbunga-bunga setelah selesai membalas pesan Tania. Setidaknya dari antara deretan kesialanku hari ini, ada juga yang bisa membuatku bahagia. Apalagi Tania mengirimkanku kode kalau ia segera ingin bertemu diriku nanti.

Tokk… tokk…

Pintuku diketuk oleh tak lain dan tak bukan yaitu Tante Diana. Siapa lagi yang ada di rumah ini memangnya? Karena pintunya tak dikunci, maka Tante Diana langsung membuka pintunya tanpa perlu kusuruh.

Masuklah Tante Diana ke dalam kamarku ini. Baru juga beberapa detik ia muncul di hadapanku, aku sudah terpana melihatnya. Bagaimana enggak, malam ini Tante Diana hanya mengenakan kaos putih tipis dengan tulisan 'For Your Happiness Only'. Untuk bawahannya, ia hanya mengenakan celana boxer berwarna pink yang bahkan tidak menutupi sebagian pahanya. Tampak sekali paha Tante Diana yang mulus seperti paha gadis remaja Jepang.

"Cieee… yang senyum-senyum sendiri tuh," ledek Tante Diana padaku.

"Enggak ada, Tan," kilahku sembari menaruh ponselku di ranjang.

"Udahlah. Gak usah malu-malu sama Tante dong. Kamu kira Tante gak tahu kamu nge-chat sama siapa?"

"Hehehe…."

"Ya udah, kakimu mana? Mau Tante bantu obatin gak?" tanyanya sambil duduk di ranjangku. Tak lupa, ia menaruh kotak P3K di meja belajarku.

"Nih, Tan," ujarku sembari merangkak maju ke arahnya.

Ia mengangkat kaki kananku ini ke pahanya. Walau cuma kakiku yang naik ke sana, aku tetap dapat merasakan mulus dan licinnya paha tanteku itu lewat media kulit kakiku. Ia meneteskan minyak urut ke tangannya tersebut dan mulai mengurut kakiku perlahan. Gila, telapak tangan Tante Diana yang halus benar-benar memanjakan kulitku!

"Argghh!" erangku begitu Tante Diana mulai mengencangkan urutannya di pergelangan kakiku yang sakit.

"Hihihi… kukira kamu tahan sama sakitnya," ujar Tante Diana sambil cekikikan.

"Ya aku juga manusia normal, Tan. Bisa ngerasain sakit."

"Kalau sakit hati, gimana dong?" tanya Tante Diana sambil terus mengurut kakiku.

"Belum pernah sih, Tan. Semoga janganlah."

"Kamu harus ngerasain tuh sekali-kali, biar kamu ada pengalaman hidup gitu loh."

"Dasar, Tante. Malah ngajak buat sakit hati."

"Hihihi… biar nanti kalau tiba-tiba Tania jalan sama cowok lain, kamu dah kebal."

"Tante! Jangan gitu lah," kataku dengan nada yang sedikit meninggi.

"Cieee… cemburu ya?"

"Iya, Tan. Aku cemburu. Tania punyaku seorang," ujarku dengan sangat yakin.

"Masak? Kalian udah jadian?" tanya Tante Diana dengan nada yang sedikit sinis.

"Tania ngode aku tadi kalau dia mau ketemuan habis karantina selesai," tuturku kepada Tante Diana.

"Oh gitu. Good luck deh buat kalian berdua."

"Makasih, Tante."

Tante Diana terus mengurut kakiku dengan telaten. Rasa sakit memang sering timbul karena urutan Tante Diana yang kadang kuat dan kadang lembut. Namun aku berusaha mengalihkannya dengan segala cara, termasuk menatap paha mulus Tante Diana yang tersaji di depan mataku.

"Ngelihatin apa kamu, Lukas?" tanya Tante Diana yang ternyata menyadari arah pandangan mataku. Duh kegep sama dia dua kali… malu banget lah.

"Maaf, Tan," ucapku sambil membuang pandanganku dari paha mulus Tante Diana.

TING!

Ponselku berbunyi tanda ada pesan yang masuk. Wajahku langsung sumringah. Tante Diana yang melihatku pun ikut tersenyum.

"Tuh, doi-mu udah bales tuh."

"Nanti aja, Tan. Jual mahal sedikit hehe…."

"Dasar kamu ah, Lukas. Pakai sok jual mahal lagi. Kalau dia udah males nunggu chat kamu, baru nyahok loh kamu."

"Iya deh, Tan."

Rasa sakit yang timbul dari urutan Tante Diana tak lagi kurasakan selagi aku membalas chat dari Tania. Wajahku terus memasang senyum sepanjang diriku membaca dan mengetik balasan untuknya.

"Apa katanya, Lukas?" tanya Tante Diana yang sepertinya kepo dengan isi chat kami.

"Dia pamit mau tidur, Tan. Ya udah, aku harap dia dapat mimpi indah kalau gitu. Misalnya mimpiin aku gitu."

"Kalau mimpiin kamu mah bukan mimpi indah, tapi mimpi seram," celetuk Tante Diana yang membuatku sedikit terkekeh.

"Bisa aja ah, Tan."

Akhirnya, sesi mengurut kakiku pun telah selesai. Tante Diana bangkit dari ranjangku. Sementara aku, masih menahan sedikit ngilu sehabis diurut. Tante Diana menghampiri diriku dan tersenyum kepadaku.

"Lain kali, jangan jatuh lagi ya, Lukas. Kamu harus sayangin kaki kamu kayak kamu sayang sama Tania."

"Iya, Tan. Makasih banyak."

"Dah, tidur sana. Tante doain kamu mimpiin Tania ya," ujarnya sembari mengacak-acak rambutku.

"Kalau malah mimpiin Tante gimana?" candaku.

"Dasar kamu ah. Semua cewek aja kamu mau."

"Hehe… bercanda doang kok, Tan."

"Tapi gak apa kok, Tante siap nemanin kamu di dalam mimpi," ujarnya sembari tersenyum padaku.

Aku membalas senyumannya tanteku itu. Kemudian ia pun berbalik badan dan membawa pergi kotak P3K-nya. Namun kotak tersebut tiba-tiba terjatuh dari tangannya dan mengharuskan dirinya untuk mengambilnya. Damn! Tanteku itu menunggingkan pantat bulatnya tersebut untuk mengambil kotak tersebut. Bahkan aku sampai bisa melihat dengan jelas garis celana dalamnya yang tercetak di balik celana pink yang sangat mini itu.

Setelah Tante Diana pergi, jantungku menjadi berdebar-debar. Bukan karena chat Tania yang membuatku menjadi baper, tapi kemontokan tubuh Tante Diana yang dipamerkan olehnya padaku. Apakah Tante Diana sengaja buat memamerkan tubuhnya itu kepadaku? Ah gak mungkin. Aku tahu Tante Diana itu orangnya sopan dan tak mungkin bertindak seperti itu. Walaupun begitu, aku sebenarnya juga berharap kalau itu memang perbuatan nakal dari tanteku.

~~~~~​

POV Diana

Duh… aku jadi horny deh pas ngingat wajah keponakanku yang mupeng banget. Entah kenapa, tatapannya yang haus akan keseksian diriku malah membuat diriku jadi semakin tergugah. Udah gitu, aku suka juga ngeliat reaksinya pas aku nangkap basah dirinya lagi ngeliatin paha aku. Hihihi… Lukas, kok kamu lucu banget sih?

Nafsu birahiku yang sudah lama tertidur kembali bangkit. Jujur aja, aku sangat haus akan sentuhan lelaki. Daniel udah lama gak memuaskan diriku. Bahkan kalau dihitung, kami terakhir berhubungan badan itu 2 bulan yang lalu. Jadinya aku kangen banget sama penis lelaki.

Sejujurnya, aku penasaran banget sama kejantanan milik keponakanku ini. Kulihat kayaknya keponakanku mewarisi gen dari keluarganya deh. Saat aku melihat ia telanjang di kamar tadi pagi, ukurannya cukup gede bahkan saat lagi gak ereksi. Gak kalah deh sama punya Daniel.

Aku mau jujur lagi nih. Sebenarnya pas pertama kali ngelihat foto si Lukas ini, aku langsung tertarik padanya. Makanya aku langsung menyetujui begitu suamiku ingin memboyongnya ke rumah ini. Semenjak dia baru tinggal di rumah kami, aku udah sering memperhatikan keponakanku ini. Ganteng iya, badannya bagus iya, sifatnya jantan juga iya, baik hati lagi. Beruntung banget deh punya keponakan kayak dia, bisa cuci mata aku tiap harinya hihi….

Ah, makin lama aku ngebayangin dia, makin horny aja aku. Pengen deh aku ngajak dia buat membantu memuaskan diriku. Tapi rasa gengsiku lah yang menghambat semuanya untuk terjadi. Sebagai tantenya, tentu aku gak mau dipandang terlalu nakal oleh keponakanku sendiri. Aku juga gak pengen buat mengkhianati suami yang amat kucintai. Aku kasihan padanya di luar sana, pasti dia sangat merindukanku.

Ugh!

Dasar akunya yang jalang. Makin kutahan, makin gatal aja vaginaku ini. Sepertinya nafsuku sudah mencapai ubun-ubun dan tak ada lagi yang bisa menahannya. Wajah Lukas malah muncul kembali di benakku. Duh… keponakanku yang ganteng. Tante mau dipuasin sama kamu!

Aku melepas celana pendek dan celana dalamku sekaligus. Kulihat sudah ada yang mengecap di celana dalamku ini. Lalu kubuang kedua bawahanku itu ke lantai kamarku. Kusentuhkan jari ke liang vaginaku. Sudah becek banget rupanya. Maka aku naik ke atas ranjangku dan mulai mengangkangkan kakiku lebar-lebar. Terpampanglah vaginaku yang berbulu lebat karena sudah lama tak dicukur. Biasanya aku hanya mencukur bulu vaginaku kalau aku mendapat kepastian bakal berhubungan seks dengan Daniel.

Kumasukkan jari tengahku ke dalam liang vaginaku. Uhh! Enak banget rasanya. Begini ya rasanya kalau vaginaku udah lama gak dimasukin benda asing. Bahkan jariku aja sangat terasa nikmat selama di dalam vaginaku.

Aku mulai menusuk-nusukkan jariku ke dalam liang vaginaku. Ahh! Sensasinya begitu nikmat! Kurasakan kalau ada getaran listrik yang seperti mengalir ke seluruh tubuhku. Kemudian kukeluarkan sebentar jari tengahku ini. Kini aku akan menggunakan kedua jariku untuk memuaskan liang vaginaku.

"Ahh, Lukas! Puasin Tante, ahhh!"

Aku membayangkan bila yang menusuk vaginaku saat ini adalah penis Lukas yang besar itu. Kukorek liang vaginaku ini sedalam yang aku bisa. Uhhh! Aku sampai menggigit bibir bagian bawahku karena kenikmatan yang menjalari sampai ke ujung ubun-ubunku. Mataku kupejamkan. Aku membayangkan kalau di depanku saat ini adalah Lukas yang sedang menusuk-nusuk vaginaku.

"Ahh, ahh, ahh! Enak banget, Lukas! Ahhh!"

Aku mulai menaikkan jariku dan mencari bagian klitorisku. Uhh! Aku langsung tersentak begitu jariku menyentuh klitoris. Kugelitik klitorisku ini. Kakiku langsung menegang dengan sendirinya. Sementara tangan kiriku sudah mulai bergerak di tubuh bagian atas. Aku menyingkap kaos putihku dan menurunkan kedua cup bra merah yang sedang kupakai. Aku meremas-remas payudaraku sendiri untuk memberi sensasi tambahan.

"Lukas! Remas tetek Tante! Uhhh!"

Aku meremas-remas payudaraku sendiri dengan kasar. Kumainkan pula putingku ini. Rasanya geli sekali karena puting ini juga merupakan daerah sensitif diriku. Kini ada dua sensasi nikmat yang seolah menyerang tubuhku secara bersamaan. Satu dari puting payudaraku, satu lagi dari klitorisku ini. Keduanya bersinergi untuk menyelimuti tubuhku dengan rasa geli nan nikmat.

Sembari memainkan dan menggelitik klitorisku, aku juga mengocok-ngocok vaginaku sendiri. Uhh! Aku suka kalau vaginaku ini dimasuki benda asing. Aku memaju-mundurkan jariku ke dalam vaginaku ini. Sementara tangan kiriku juga tak mengendorkan remasan di payudara kananku.

Ahhh! Desahanku tak dapat kutahan lagi. Aku benar-benar mendesah sesuka hatiku dan tak lagi peduli kalau Lukas tahu aku sedang onani. Biarlah begitu, anggap saja ini balasan karena aku menangkap basah dia yang onani sambil menyerukan namaku.

"Ahhh! Lukas! Entot Tantemu ini!"

Aku menusuk-nusukan jariku ini dengan liar di lubang kemaluanku. Kuremas-remas payudaraku secara bergantian ini. Mataku masih merem melek membayangkan wajah dan batang penisnya Lukas. Pikiranku itu membuatku semakin bernafsu dan membuat tanganku menjadi semakin liar menjalankan tugasnya.

Kurasakan otot kakiku mulai menegang. Sementara tubuhku sudah mulai bergetar-getar. Gigitan di bibirku juga semakin kuat. Kelopak mataku menutup semakin rapat. Bayangan akan Lukas menjadi semakin nyata. Kupercepat kocokan yang ada di liang vaginaku dan juga remasan putingku. Aku mendesah dengan keras, seolah-olah aku benar-benar sedang disetubuhi oleh seseorang.

"Ahhhhh! Lukas! Tante mau keluar!

CROT! CROT! CROT! CROT! CROT!

Ahhhh! Betapa nikmatnya orgasmeku ini. Cairan kewanitaanku ini meluber keluar layaknya air bah. Cairan yang hangat, mengalir dari liang rahimku menuju ke bibir vaginaku. Kini cairan tersebut turun dengan deras membasahi sprei ranjangku. Jumlahnya begitu banyak pula sehingga tampak bulatan basah yang besar di sprei ranjangku.

Aku sendiri langsung lemas karena orgasme barusan. Tubuhku ambruk ke ranjang seolah tulangku terangkat semua. Kakiku yang mengangkang sedari tadi langsung melemas. Kini aku berbaring dengan kondisi kakiku yang masih membuka lebar. Bahkan cairan vagina masih meluber keluar dari bibir vaginaku.

Rasa lelah dan kantuk langsung menghinggapi diriku. Aku tak kuat lagi berdiri untuk sekadar membersihkan vaginaku dan memakai kembali celanaku. Aku hanya merapikan bra yang kupakai dan juga kaosku. Setelah menguap berkali-kali, perlahan kurasakan mataku menjadi berat dan akhirnya tertutup sempurna karena rasa lelah yang mendera ini.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd