Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Dawai Cinta Sang Penghibur




BAB VIII

BRONDONG LEGIT




Jam 5 sore Anggi sudah selesai melayani tamunya yang booking dia tadi sore, kini dia ingin pulang dan siap-siap ingin belanja buat persiapan Asep dan neneknya yang mau datang. Tapi dia ingat bahan-bahan sayur dan ikan pada habis, dia harus beli biar besok siang Asep datang ada makanan, jika besok pagi dia beli ke pasar sedangkan dia kebiasaan siang bangunnya.

Anggi teringat jika dia menyimpan nomor tukang sayur yang ponakannya si Babeh tukang sayur, dia mencoba menghubunginya lewat telpon

“halo...’” suara logat sunda menyapanya

“halo...ini ponakannya Babeh tukang sayur kan?”

“iya Teh.... ini Teh Anggi yah...”

“Iya...kok lu tahu?”

“khan nyimpan nomor teteh waktu itu....”

Anggi tertawa medengarnya

“nama lu siapa?”

“Amat Teh....”

“oh oke....Mat, masih bisa beli ngga?”

“waduh, jam 3 kita sudah tutup....”

“Oh gitu....”

Anggi terdiam sesaat

“emang Teteh mau beli apa?”

“sayur sama ikan sih...”

“di kontrakan ada sih Teh.... kalo Teteh mau wa aja, tapi palingan diambil....”

Anggi tersenyum senang

“oke, boleh deh....nanti gue pulang gue mampir yah....”

“boleh Teh....”

“ikan ada ngga yah? Ama ayam?”

“saya palingan beli di kawan yang kontrakannya ngga jauh dari saya.... nanti Teteh tinggal bayar...”


“oke deh.....makasih yah..”

“jam berapa Teteh kesini ambilnya?”

“palingan abis maghrib yah.....”

“Oke Teh...wa aja...”

“iya....nanti share loc yah tempat lu...”

“iya Teh...”

Anggi senang akhirnya bisa dapat belanjaan tanpa harus kepasar. Dia lalu mengirim WA daftar belanjaannya ke Amat, sambil membayangkan anak muda yang wajahnya imut tapi lucu dan sering malu jika ketangkap mata sedang memperhatikan buah dadanya waktu dia belanja waktu itu.

Sayur, ikan, ayam dan bumbu semua di wa ke Amat, dan dijawab oleh Amat dengan satu kata, siap Teh. Anggi lalu bersiap pulang, dia nanti akan beli beli bahan lain seperti snack di minimarket yang terdekat aja, biar Asep ada makanan di rumah jika dia main nanti. Enaknya jika disini anaknya bisa datang, jika dimess dulu suka ada larangan keluarga tidak boleh datang main.

Kios pulsa dan bengkel motor sudah terlihat oleh Anggi, dia lalu berhenti disitu, membayar ongkos ke grab bikenya, dan kemudian mengirim WA ke Amat bilang jika dia sudah nyampe di tempat yang dishareloc oleh Amat tadi sore. Amat menjawab akan menemuinya disana.

Lalu disebelah bengkel motor, ada pintu kios terbuka

“teh....” panggil Amat

“hai...” dia melambaikan tangannya lalu menghampiri Amat.

Amamt mempersilahkan masuk Anggi ke kios tersebut. Dia lalu menutup pintunya. Ternyata kios ini isinya dagangan mereka seperti sayuran dan bumbu-bumbu ada dibawah sini semua.

“ini nanti mau dibuatkan tempat jualan, nunggu Mamang balik dari kampung...” jelas Amat

“oh...jadi dua tempat jualannya...”

“iya Teh.... nanti saya gantian ama Mamang jualan dipasar ama disini....”

“oh....gitu yah....”

Amat lalu mempersilahkan Anggi memeriksa ada 2 kantong belanjaan yang sudah disiapkan oleh Amat. Anggi memeriksa belanjaannya itu, dan Amat yang disampingnya dibuat tidak konsen karena wangi tubuh wanita yang disampingnya. Meski menggunakan jaket denimnya, namun kaos ketat yang membalut tubuh Anggi memang membuat dadanya menonjol sekali, dan Amat jadi berdesir dadanya.

“berapa ini semua, Mat?”

Amat lalu menyodorkan bonnya.

Anggi mengeluarkan uang sebesar 300 ribu ke Amat.

“saya ambil kembaliannya dulu yah diatas....”

“oke....”

Tidak lama Amat turun dari lantai 2, mengembalikan uang sebesar 75 ribu ke Anggi.

“gue mau numpang pipis dong...”

“oh boleh Teh...diatas wc nya.”

Anggi membawa tasnya, dia naik keatas mengikuti Amat lewat tangga kayu.

Bangunan kios kecil ini hanya berukuran 4 x 7 meter terletrak di pinggir jalan besar. Anggi lalu masuk ke wc di lantai dua, buang air dan kemudian menyiramnya, karena tidak ada tisu, dia untung bawa tise sendiri, dan tidak lama kemudian dia keluar dari wc.

“minum dulu Teh....” Amat menyodorkna teh botol ke Anggi

“wah....repot-repot....” ujar Anggi

“ini apa? Kamar?” tanya Anggi ke Amat

“iya...kamar Mamang...”

“Trus kamu?”

“ini didepan Teh....”

Di ruang atas itu terbagi atas balkon untuk cuci jemur, ruang keluarga atau ruang nonton, dikasih kasur kecil disitu, nampaknya Amat tidur disitu, karena ada kipas angin portable yang nyala dan mutar, dan TV 32 inch buat tontonannya dia, lalu kamar dan kamar mandi di belakang.

Sepertinya Amat termasuk anak yang rapih karena ruang tidurnya dia terlihat rapih dan bersih, dan kayaknya dia juga tidak merokok.

“itu balkon buat jemuran?”

“iya Teh...buat jemuran....sama nongkrong kalo malam lagi gabut....”

Anggi tertawa

“bawalah ceweknya kesini...”

Amat tertunduk malu, mukanya merah

“ngga punya Teh..... takut juga kalau ketahuan sama Mamang..”

“lah, trus gue kesini....?”

“khan teteh mau ambil belanjaan...”

“oh, jadi gue ngga diangggap cewe yah....”

”bukan atuh Teh....masa cantik gini ngga dianggap cewe....”

“trus....”

“Cuma khan beda atuh,....ini mah bidadari....”

“halah gombal kamu.....” cetus Anggi

Dia tersenyum namun senang melihat wajah anak muda ini yang tersenyum malu-malu dan wajahnya merah karena menahan malu, dan tatapannya sering ketahuan memandang buah dadanya semenjak dia datang. Kayaknya dia agak fetish ama toket nih bocah, pikir Anggi.

“duduk Teh....” amat mempersilahkan Anggi duduk di karpet yang terhampar di ruang depan itu. Ruangan berukuran 2 x 4 meter itu hanya ada kasur kecil yang tipis diatas karpet, Anggi lalu duduk di dekat tangga mau dan pintu keluar ke balkon. Amat duduk di dekat pintu keluar yang dekat TV di pojokan.

“minum Teh....”

“iya makasih....”

Anggi membuka tutup botol teh botolnya lalu minum.

“ngga apa2 gue disini...?” tanya Anggi. Dia juga agak malas pulang jam segini soalnya tetangganya kadang suka nongkrong di depan gang, memang mereka ngga pernah usil, hanya Anggi suka jengah melihat tatapan mereka jika dia pulang dan melewati mereka.

“aman atuh Teh....saya mah senang ada teman....”

“males juga pulang sekarang, bentar lagilah gue jalan pulang”

“selow Teh....saya mah siap nemenin...”

“boong....”

“beneran....cantik pula yang saya temanin...” mulai berani merayu dia

Anggi tertawa lepas.

Berduaan dengan Amat kali ini memang membuat Amat jadi agak berani dan mulai sedikit nekat merayu Anggi yang usianya jauh lebih tua dari anak muda ini. Sesekali dia melontarkan jokes-jokes ringan untuk memperluwes suasana.

“eh... lu usianya berapa sih?” tanya Anggi tiba-tiba

“20 Teh....”

“buset....wkwkkwkkwk”

“kenapa atuh Teh.....”

“muda banget.....wkwkwkwkw

“ih teteh, jangan dilihat usianya atuh.... liat kemampuannya....” balas dia percaya diri

Anggi tertawa lucu mendengarnya, namun Anggi tahu ini bocah tidak selugu kelihatannya. Dia tahu persis pergaulan anak-anak muda mereka sama kayak dikmapungnya juga, terlihat lugu tapi pasti sudah kenal tubuh wanita.

“kenapa emang kemampuannya?” pancing Anggi

“setrong atuh Teh...” ujarnya sedikit membusungkan dadanya

Anggi kembali tertawa mendengarnya

Sementara itu tatapan bocah ini masih saja tidak mau lepas dari dadanya Anggi. Dia menyadari bahwa dadanya diperhatikan terus, namun dia berusaha agar tidak mempermalukannya dengan meledeknya, dan Anggi juga menikmati sekali tatapan bocah ini.

Bercinta dengan anak semuda ini bisa dibilang jarang sekali dialami oleh Anggi. Kecuali dengan anak orang kaya mungkin. Bagaimana tidak, untuk membookingnya untuk short time saja minimal pria harus mengeluarkan 1,2 juta untuk hotel, transport dan juga bayaranan Anggi, bahkan jika dia mau nambah maka argometer Anggi ikut berputar juga. Makanya pelanggan atau yang booking Anggi rata-rata karyawan atau yang sudah memiliki penghasilan tetap.

Namun sensasi yang dia rasakan malam ini memang agak berbeda. Anak kemarin sore yang semenjak tadi menatapnya dengan penuh nafsu, dan Anggi yakin mengajak dia bercinta sekarang semudah membalik telapak tangannya dengan kondisi hanya berdua seperti ini.

Tapi Anggi ingin mengulur waktunya dulu, dia senang mempermainkan keingintahuan pria brondong seusia Amat, ada rasa bangga dan rasa berbeda yang dia rasakan melihat tatapan haus dan nakal Amat, yang jika dia menatap balik akan menunduk malu, mukanya langsung memerah, dan Anggi yakin isi celananya pasti sudah berontak .

Anggi lalu membuka jaketnya, kini kaos ketat yang menempel di badannya dia benar-benar memperlihatkan betapa montoknya badannya, buah dadanya yang besar kini terlihat seperti hendak melompat dari balik bajunya, dan badan Amat kini mulai panas dingin dibuatnya.

Amat dibuat jadi tidak tenang duduknya, dia memperhatikan Anggi yang sedang memainkan hapenya, isi celananya kini tidak mau diam saat memnadnag buah dada besar Anggi, tengkuknya yang mulus karena rambuyta diikat dicepol keatas, kulitnya yang terawat, membuat semua atribut yang melekat didirinya jadi sangat lengkap dan menggairahkan pria yang menandangnya

Melihat Amat yang duduknya agak miring kiri miring kanan, Anggi lalu bertanya sambil tersenyum

“kenapa tuh? Duduknya kok ngga tenang...”

Amat yang kaget ditanya, jadi malu karena diperhatikan ama Anggi

“antenanya ngga nemu jaringan Teh...” jawabnya sekenanya sambil tersenyum malu

“oh...gitu...” senyum Anggi melihat wajah anak muda itu yang tertunduk malu

“oh iya Mbak...foto yang di Bali keren yah...suka lihatnya...”

Di Bali? Lihat dimana nih bocah?

“di Bali? Yang mana?”

“ini....” Amat mendekat dan menunjukan fotonya yang dimaksud

Foto Anggi di pantai Kuta dengan hanya menggunakan bikini namun bawahnya dibungkus kain bali, saat dia dibooking sama Om Isman sebelum jaman covid 19 itu, memang menarik karena buah dadanya yang ebsar dan dibungkus bikini terlihat mumbul sekali

“ih, ngambil dimana hayo...” tanya Anggi

“di IG nya Teteh...”

“kok bisa tahu IG gue?”

“khan bisa dicek lewat no hape...”

“oh....hahahahah baru tahu gue...”

“tapi permintaan following belum diapprove....” agak merajuk suara Amat

“masa sih? Emang minta follow gue?”

“iya...sudah dua minggu malah....”

“hahahah...maaf atu kesep....banyak soalnya...”

“iya, maklum orang cantik...”

“ngga juga.....wkwkwkwkwk...oke apa namanya?” tanya Anggi

“Rahmad musafir ganteng....” jawab Amat

“Hah???” Anggi mau ketawa mendengar nama id nya

@rahmadmusafirganteng akhirnya ketemu permintaannya, segera dikonfirm oleh Anggi

“eh...kena tuh....” ledek Anggi lagi.

Bagaimana tidak, celana pendek katun yang dipakai Amat seakan tidak mampu menahan derasnya anggukan kontolnya yang menegang, akibat berdekatan dengan Anggi. Bau harum ttubuh Anggi, dan buah dadanyanya yang ketat dibalik kaosnya, membuat kontol Amat tidak mampu ditahan naiknya, dan itu dilihat oleh Anggi

“nakal yah...” Anggi tersenyum melihat gaya salah tingkah anak muda ini, mukanya yang malu-malu dan menunduk terus dari tadi, merah sekali karena malu, dan Anggi tahu anak muda ini sudah sangat terangsang, karena kontolnya sudah terlihat kencang.

“lihat atuh...” pancing Anggi

“eh.....Teteh mau lihat apa....” kaget kuping Amat mendengarnya

“itulah....kanjut lu....” ujar Anggi sambil menatap wajah Amat genit

“malu atuh Teh.....”

“malu? Cuma berdua ini....”

Anggi kini agak berani memancingnya, dai entah kenapa kali ini agak terpancing dengan sikap malu-malu Amat, selain wajahnya yang imut dan kulitnya yang putih, isi celananya Amat menggoda dirinya untuk mengecek lebih jauh, apalagi dia sudah lama tidak melihat kontol muda seusia Amat.

“beneran Teteh mo lihat?” tanya Amat memastikan

“iya....” senyum Anggi

Dengan malu-malu Amat menurunkan tepian celana pendeknya, dan kontol Amat yang berukuran lumayan kencang dan besar, kini keluar mengacung seperti senapan yang terkokang siap menembak. Kontol muda memang menarik hati sebenarnya, rambutnya yang agak tebal dan tidak terurus, ditambah dengan kepala kontolnya yang merah terlihat lucu di mata Anggi

“wow...lumayan...”

“lumayan apa Teh...lumayan kecil yah....” malu Amat jadinya

“ngga kok....lumayan punya potensi...” ujar Anggi.

Entah kenapa laki-laki terkadang suka inferior dengan ukurannya. Padahal bukan ukuran bagian terbaik dari pria, memang penting juga, tapi khan endurance dan cara dia mengarahkan arah kontolnya itu yang terpenting, jika besar tapi nempel langsung meledak khan tidak lucu juga dilihatnya

Anggi lalu menyentuh batang kemaluan itu dengan tangannya, sambil matanya menatap wajah Amat dengan genit. Amat kaget saat saat tangan lembut Anggi mengelus batang kemaluannya, dia meringis nikmat dan kontolnya semakin tegang karena elusan lembut tangan Anggi

“boleh pegang ngga?” tanya dia ke Anggi

“pegang apa....ini sudah aku pegang....” gurau Anggi

“itu....nenennya Teteh....” bisiknya sambil melebarkan kakinya agar Anggi lebih leluasa membelai batang kemaluannya.

“pengen yah...” ledek Anggi

“iya Teh.... suka banget...gede soalnya....”

Anggi tersenyum genit

“peganglah....”

Dengan sedikit gemetar Amat mulai menyentuh payudara Anggi, dengan sentuhan lembut, lalu dia mulai meremas dengan sedikit agak gemes, dada Anggi juga kini mengeras karena mulai terangsang semenjak ditatap oleh brondong ini, entah kenapa dia menyukai kepolosan dan tatapan pengennya bocah ini.

Kini mereka saling meremas dan mengelus, Anggi mengelus dan mengocok batang kontol Amat, dan bocah ini meremas buah dada Anggi dengan tangan kirinya, tangan kanan meremas pinggang Anggi dari belakang dengan mesranya. Dia belum pernah merasakan batang kontolnya dielus oleh wanita secantik Anggi. Bercinta bukan hal baru buat Amat, dia pernah melakukannya di kampung dengan pacarnya, tapi mendapat elusan dan remasan wanita secantik dan sewangi Anggi, baru kali ini dia merasakannya.

Remasan Amat kini agak mengeras, dia semakin bergairah dan penasaran dengan isi beha Anggi. Sambil meremas buah dada Anggi, dia mendekatkan wajahnya ke pipi Anggi, dengan setengah mendengus nafasnya, dia mencium pipi kiri nya Anggi, dikecupnya dengan lembut, lalu dia turun dan mencium leher Anggi yang mulus, wanita itu melenguh kegelian saat lehernya dicium oleh brondong ini.

Kini bibirnya yang dilumat oleh Amat, dengan penuh nafsu anak muda ini melumat bibirnya Anggi, sambil lidahnya menekan isi mulutnya Anggi, tangannya tetap meremas buah dada Anggi dengan setengah menekan payudara yang kini semakin menegang.

Kini dia bangun dan bertumpuh pada lututnya, sambil tangan Anggi masih mengocok batangnya, dia lalu membuka baju kaops ketatnya Anggi, dengan mengangkat kaosnya keatas, dan Anggi juga mengangkat tangannya agar memudahkan Amat membuka kaosnya.

Payudara montok yang berbalut beha berwarna merah itu terlihat kontras dengan cahaya lampu 5 watt yang menerpa kulit putihnya Anggi. Amat kembali duduk di lantai dan mukanya kini terbenam di belahan payudara Anggi, dia menekan wajahnya kesitu dan menghirup kulit dada yang wanginya menggodanya.

Tangan Amat kini meraih punggung Anngi, dan dia lalu membuka kaitan behanya Anggi, dan kini dada Anggi terbuka polos saat beha merah itu terlepas dari dadanya.

Amat terbelalak melihat indahnya buah dada Anggi. besar dan bulat, kencang serta putingnya yang coklat membuat dia tidak mampu menahan diri untuk kemudian melumat buah dadanya dan pentilnya itu dengan ganasnya.

Menghadapi anak muda yang berangasan dalam bercinta sepertinya membuat Anggi sebetulnya kurang menikmati, namun entah kenapa anak muda yang satu ini membuat dia agak merasakan sensasi yang berbeda. Mulai dari tatapan nakalnya di pasar, hingga malam ini sedang berhadapan di atas lotengnya pun mata nakalnya dan tatapan nafsu itu membuat dia jadi bergairah.

Kini Anggi terbaring di kasur tipisnya Amat, dia sedang terbaring sedangkan Amat yang kini telanjang bulat, diatasnya dia sambil melumat buah dadanya yang kini makin tegang dan mengeras akibat lumatan dan jilatan Amat yang liar dan sedikit kasar. Amat benar-benar surprise dan mendapat durian runtuh malam ini.

Kini dia membuka kancing celana jins Anggi, lalu menurunkannya kebawah. Anggi pasrah saat celana panjangnya dilucuti. Dan kini hanya celana dalam trasnparannya yang merah juga dilolosi kebawah juga sama brondong ini. Mereka berdua kini sudah tidak ada sehelai benang di tubuh mereka, telanjang bulat.

Mulut Amat kembali melumat payudara Anggi, dengan ganas dia menggigit pentil yang kini menegang akibat birahinya yang terus dipompakan naik. Lalu elusan tangan Amat membelai vagina botaknya Anggi. Jari-jarinya kini menyelinap masuk ke belahan vagina yang mulai basah tersebut.

Satu jari dia coba memasukannya dan mengeluarkannya secara berirama ke vagina Anggi, sambil mulutnya melumat pentil payudaranya dengan bergantian. Lalu kini dua jarinya yang masuk dan menembus vagina indah itu dan mulai mengorek ngorek vagina becek itu. Erangan Anggi kini terdengar beriringan dengan suara lumatan bibir Amat di payudara Anggi.

Kini dia bangun dan mulai mengatur posisinya diatas tubuh Anggi, dan batang kontolnya lalu dengan cepat dia masukin ke vagina Anggi. Batang yang keras itu lalu tenggelam ditelan oleh gua indah basah itu. Kasar sebenarnya permainan Amat ini dirasakan oleh Anggi, brondong memang demikian, sukanya grasa grusu, termasuk dalam bercinta.

Goyangan Amat kini mulai bergerak dengan cepat, dia agak keras menghantam pinggangnya ke pinggang Anggi, batangnya dengan lincah keluar masuk dan menyodok isi memek Anggi, dan ini membuat Anggi tidak berdaya, hanya mampu meringis dan menahan sodokan kencangnya kontol Amat.

Dan merasakan vagina yang seenak milik Anggi, membuat Amat yang sudah nafsu dari pertama kali melihat Anggi datang, tidak mampu menahan kerasnya gelombang kecrotannya. Dia mencoba menahan tapi rasanya dia tidak mampu menahan derasnya arus orgasmenya, dan pijitan lembut urat vagina seakan mengisapnya untuk segera memuntahkan isi kontolnya

“Teh......aduh,,,,ngga kuat abdi mah.......”

“ohhhh......ahhhhhhh....oughhhhhh” teriaka Amat lalu terdengar

Dan kemudian dia menumpahkan isi kontolnya yang putih bening dan banyak sekali akibat akumulasi ransangan yang ditahan- tahan oleh dia dari tadi, semua tumpah tanpa sempat sempat dia cabut dari lubang vagina Anggi dan bercerean di lubang basah itu.

Croootttt....crottttttttttttt....crotttttttt

Dia merasakan bagaikan disedot keluar isinya, nafasnya terengah engah dan dia lalu tumbang di samping Anggi.

Anggi hanya bisa tersenyum, meski tadinya dia berharap bisa mencapai puncak juga malam ini, karena tadi dihotel meski digoyang 2 kali oleh tamunya, dia juga ditinggalkan dilereng bukit kenikmatan tanpa bisa dituntaskan hingga klimaks. Dan kali ini juga dia ditinggal oleh brondong ini. Namun dia memaklumi, mungkin terlalu bernafsu dan tidak mampu menahan makanya Amat pun tumbang.

“maaf yah Teh.....” ujar Amat pelan

“iya ngga apa-apa....” ujar Anggi

Dia diam saja saat Amat memeluknya dari samping, tangan Amat meliingkar di perutnya, wajahnya menempel di pundak Anggi. Sepertinya dia agak malu karena gagal membuat wanita lawan tempurnya tidak klimaks. Tangannya masih dengan nakalnya meremas buah dada montoknya.

“mau cuci dulu yah....” ujar Anggi setelah beberapa saat

Aamat melonggarkan pelukannya. Anggi bangun dan mengambil tisu dari tasnya, lalu berlalu ke kamar mandi. Dia lalu membilas vaginanya dengan menyiramkan air hingga dibilas bersih, lalu menyekanya dengan tisunya hingga kering. Dia lalu menyerahkan gayungnya ke Amat yang juga ikut membasuh batang kontolnya hingga bersih.

Anggi keluar dan meraih celana dalamnya, dia mengumpulkan baju, beha dan juga celana panjangnya dia untuk dipakainya lagi.

Saat dia hendak memakai celana dalam dalamnya, tiba-tiba Aamat memeluknya dari belakang, dan Anggi kaget.

“udah Mat....mau pulang aku....”

Amat tidak menjawab malah makin gencar mencium pundak telanjang Anggi, lalu naik kelehernya dengan ganasnya dia melumat tengkuk Anggi, dan tanganya meremas buah dada Anggi dari belakang, sementara kontolnya kini digesek-gesekan ke pantatnya Anggi

“udah dong Mat.....” tolaj Anggi halus, tapi kemudian mulut Anggi disumbat oleh lumatan lidahnya.

Kini kontol Amat kembali bangung. Gila nih brondong baru juga ngecrot barusan ini udah sange lagi ama gue, pikir Anggi.

Birahi Anggi yang belum tuntas kini bangkit lagi. Remasan payudaranya dan jari Amat yang memelintir pentilnya, ditambah ciuman di tengkuknya dan batang kontol yang menggesek belahan pantatnya, membuat dia kembali lemas dan bernafsu

Badannya kini didorong lagi ke kasur tipis, dan badan Amat kini menindih dia kembali. Ciumannyanya mampir di bibirnya, lalu turun melumat buah dada yang kembali mengencang, dan kemudian lidahnya turun ke perut Anggi, kemudian membuka pahanya lebar-lebar, dan akhirnya lidah itu turun ke belahan vaginanya.

Merasakan juluran lidah dari brondong seperti Amat, membuat Anggi harus menarik kepalanya Amat agar posisi lidah dan bibirnya tetap di lokasi yang dia anggap nikmat dan jadi titik lemahnya kali ini, dan lumatan serta lidahnya yang bekerja secara serampangan dan agak kasar itu, membuat vaginanya berkedut kedut.

Anggi rasanya tidak kuat dibuatnya, vaginanya semakin berkedut karena lidahnya yang bergerak lincah masuk ke belahannya dan bibirnya melumat bibir bawahnya yang licin dan tanpa adanya jembut yang menghalangi, membuat belahannya terlihat jelas, dan itu juga membuat Amat semakin bernafsu.

“aseupkan Mat.....” Anggi menrik badan Amat agar segera masuk lagi ke dalam vaginanya.

Amat lalu memposisikan kontolnya ke bibir vagina yang sudah becek dan basah karena lumatan bibirnya. Dan ludah serta cairan vagina itu membuat lorong kenikmatan itu semakin mudah diterobos oleh kontolnya yang kini tegang kembali.

Merasakan Amat kali ini agak berbeda dibanding pertarungan pertama tadi, kini kontolnya sangat keras dan tidak mudah goyah. Tusukannya yang kini berirama masuk dan membongkar isi vaginanya, membuat Anggi merintih penuh keminkmatan, dan dia merasakan nikmatnya itu semakin menggelinding dan semakin kuat rasanya, dia dibuat tidak berdaya menahan gempuran Amat.

Amat lalu mencabut batang kontolnya, Anggi protes sesaat, tapi kemudian dia ditarik untuk bertukar posisi dengan Amat. Kini Amat dibawah, dan Anggi lalu naik ke pangkuan Amat. Dia memasukan batang kontol Amat kedalam gua basahnya.

Dia menahan nikmat sambil merem, merasakan nikmatnya batang kontol muda yang menghujam ke vaginanya. Dia lalu menggoyang kembali dengan cepat pinggulnya, dia lalu menarik kepala Amat agar mendekat ke dirinya. Sambil mencium bibir Amat yang posisinya kini sambil duduk, dia menghujamkan vaginanya ke tiang kontol yang tegang yang kini menerobos masuk di vaginanya.

Goyangan dan rintihan serta dengusan nafas dua insan berlawanan jenis kelamin saling beriringan mengiringi gesekan kontol di dalam memek basahnya Anggi, dan kali ini Anggi rasanya tidak mampu menahan, dia sangat basah dan mulai mendekati puncaknya

Lalu sambil berteriak lirih, dia menekan dalam-dalam, dan melumat bibirnya Amat serta sedikit menggigit bibir brondong itu, dia lalu tiba di pelabuhan nikmatnya dengan bergetar tubuhnya dengan hebat.

“ohhhhhhh.....gila....enak banget.........aughhhhhhh......”

Memeknya berkedut kedut, dia menahan panggulnya agar menancap dalam-dalam, dan sambil memeluk Amat dengan eratnya dan menahan nafasnya yang terengah engah.

“ohh....auh........”

Amat seperti membiarkan sejenak Anggi menikmati orgasmennya, dia melumat bibir Anggi dengan penuh nafsu, memandang matanya yang kini agak sendu.

Lalu dia membaringkan Anggi kembali ke kasurnya. Membuka lebar-lebar pahanya, dan vagina yang becek itu kembali diterobosnya dengan kontolnya yang sudah sangat tegang sekali. Dia lalu mulai menggoyangkan dengan cepat. Tidak mempedulikan erangan Anggi yang masih agak ngilu, dia memompa dengan cepat dan ganas, batangnya kini dengan perkasa masuk keluar menerobos dinding vaginanya Anggi

Jepitan memek dan sambutan panggul dari bawah menyambut pompanan Amat yang makin liar, dengusan nafasnya dan tubuhnya bergetar sambil naik turun sambil menekan badan Anggi, ditambah jepitan jari Anggi di puting dada Amat, membuat brondong ini kemudian mulai mencapai tepian atas oragsmenya yang kedua kali

“aku keluar lagi Teh.....ooooohhhhhhh....ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh” suara amat mengeram dan sambil memeluk erat tubuh Anggi, kembali brondong ini memuntahkan cairan nikmatnya ke vaginanya Anggi yang becek akibat campuran cairan spermanya dan pelicin yang memudahkan kontol brondong ini naik turun.

“oh....oh.....” nafasnya Aamat seperti selesai lari maraton, terengah engah

“makasih Teh....”

“enak??’ tanya Anggi

“enak banget Teh....”

“teteh enak?”

Anggi tersenyum dan mencium bibirnya Amat

“’ ngeunah pisan....” sambil menggigit bibirnya

Amat tersenyum bahagia mendengarnya. Dia memeluk Anggi dengan eratnya

“gue pulang yah....” ujar Anggi sambil bangun. Sudah jam 9 malam lewat.

“ngga nginap disini?” tanya Amat

“ngaco...dilihat warga nanti.....”

“aman kok Teh....”

“ngga ah.....”

Dia bangun ke kamar mandi. Anak muda dikasih sekali selalu minta lagi, pikirnya dia

“saya antarin yah...”

“ngga apa-apa gue naik gojek...”

‘Ngga apa-apa Teh...ada motor ini...”

Selesai berpakaian dan merapihkan diri, Anggi lalu memeluk Amat dengan mesranya. Mereka berciuman bibir lagi sebelum turun ke tangga, Amat terlihat agak berat melepas Anggi pulang. Dia baru merasakan nikmatnya bercinta dengan wanita secantik Anggi, pengalaman terbaiknya dalam sex sejauh ini.

Setelah membuka kiosnya, dia mengeluarkan motornya, membantu menggantungkan kantong belanjaan di gantungan mio nya, lalu Anggi naik dan mereka berjalan ke arah kontrakan Anggi. Dan saat masuk gang ke kontrakan Anggi, dia sempat melihat ada Pak Husin mangkal di tempat mangkalnya. Dia kaget, karena tidak biasanya kakek itu nongkrong hingga malam segini disitu. Namun Anggi memilih cuek dan dengan santai dia masuk ke kontrakannya setelah mengucapkan terima kasih atas ojek gratis dari Amat.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd