Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Dari FANTASI berujung REALISASI

Saya berencana mmbuat grup tele'gram untuk mendengar usulan dan masukan para pembaca. Apakah setuju?

  • Setuju

    Votes: 447 78,1%
  • Tidak

    Votes: 125 21,9%

  • Total voters
    572
Status
Please reply by conversation.
Bagus nih kalo yg alurnya gak buru2. Semoga sampe tamat. Amin.
 
Semakin si wife terlihat menolak fantasi dan menjaga jarak,, dsitulah semakin tegang kita hahaha
 
Di Balik Layar

Malam hari setelah makan bersama, aku mengantuk sekali karena kekenyangan dan kelelahan bekerja seharian, tak dipungkiri banyak berkas yang mesti aku urus akhir-akhir ini di kantor. Ya sesekali aku masih bisa berkomunikasi dengan keluarga serta orang-orang di sekitarku, supaya kekeluargaan dan kerukunan tetap terjalin. Akan tetapi, malam itu aku betul-betul tidak bisa melayani birahi Mirna. Sedih. Seingatku saja ia berkata sedang kepengen, namun aku sedang payah sekali. Sehabis itu aku tak tahu apa yang mau dilakukannya.

"Kalau begitu, aku masturbasi saja ya?"

"Iya boleh, Maaa. Maaf yaa, ngantuk banget"

Sesayup-sayup penglihatanku yang kabur dijemput kantuk, tampak Mirna sedang mengangkang. Ujung sex toys bergetar, digesek-gesek ke klitoris vaginanya. Aku tak berdaya mendengar lenguh-desah suara istriku. Lelah badan terlanjur menguasai. Ah istriku, maafkan aku....

=Y=​

"Aku ada kuliah pagi"

"Enggak bisa libur dulu hari ini?"

"Mana bisa..."
"Untuk apa juga buntutin Mama? Suka aneh si papa"

"Waduwh, susah juga papa teranginnya ke kamu"

"Kalau susah, gak perlu mestinya aku turutin permintaan papa"
"Enggak jelas.... "

"Kalau tidak bisa, ya sudah, papa enggak memaksa"

"Iya, maaf ya Paaah, aku masih ngantuk", ujar Rengga masih berguling di atas tempat tidur.

Dari riwayat chat percakapan Mirna dan Pak Yanto yang kubaca kemarin, hari ini mereka akan berbelanja ke pasar. Mirna mau menemani Pak Yanto berbelanja pakaian. Namun, masih belum terlihat akan jadi terlaksana atau tidak. Mirna juga tak memberitakukan bahwa ia mau jalan bersama Pak Yanto hari ini kepadaku. Apakah ia merahasiakannya dariku, suaminya? Belum tentu. Barangkali Mirna mengundurkan keinginan Pak Yanto, tetapi aku tidak tahu saja. Jalan satu-satunya supaya jelas ialah aku menanyakan ke Mirna langsung. Ia sedang menghidangkan sarapan pagi.

"Kamu hari ini di rumah kan, Maa?", tanyaku menjumpai Mirna di ruang makan. Ia masih mengenakan daster yang dipakainya tidur bersamaku semalam.

"Iyaa, ada apa?"

"Emmmm, jangan lupa telepon papa kayak biasa ya..."

"Pengen diteleponin tiap siang nih, ceritanya?"

"Boleh, hehehe"

"Yuk, sarapan dulu, paah"

"Wih enak banget nih nasi gorengnya!"

"Iyaa dong...."

Dari penuturan Mirna ketika aku bertanya, ia tak akan kemana-mana. Itu berarti ia tidak jadi menemani Pak Yanto pergi. Aku bisa tenang sekarang, menikmati sarapan pagi sebelum berangkat kerja. Sejujurnya aku malah ingin sekali Mirna menemani Pak Yanto ke pasar, hanya saja masalahnya aku tak bisa mengamati gerak-gerik mereka berdua. Siapa tahu Pak Yanto kembali menggombali istriku, apakah rela aku melewati momen itu? Ditambah kemarin sore Mirna melontar pertanyaan yang hampir tidak pernah diajukannya. BAGAIMANA KALAU IA MENJADI NAKAL? Aku tidak paham maksud pertanyaan Mirna. Apakah ada sangkut paut dengan Pak Yanto. Lalu bagaimana dengan jejak sperma di celana dalam Mirna? Ah, tidak salah lagi itu pasti sperma Pak Yanto. Kalau bukan, lantas siapa. Aku? Kurang kerjaan.

Kalau bisa ambil cuti atau izin hari ini, aku akan ambil. Aku mau memantau kegiatan Mirna seharian. Sayangnya, sedang banyak kerjaan. Untuk menepis prasangkaku yang terus muncul, aku perlu menelepon Pak Yanto, mengundangnya datang ke sini, ya boleh jadi ada keusilan yang akan diperbuatnya ulang. Aku penasaran. Sebaliknya mungkin aku yang justru mengerjai Mirna pagi hari.

"Halo pak yanto?"

"Ya ada apa Pak Riko?"

"Enggak mengganggu kan?"

"Wah aman, sedang santai juga ini. Ada apa ya?"

"Kalau tidak keberatan, berkenan ke rumah sayakah pagi ini?"

"Siap. Ada keperluan apa? Mendadak sekali"

"Saya rencana mau ajak Pak Yanto ke tempat kerja hari ini. Jadi setidaknya sebelum hari Senin, Pak Yanto sudah tahu lokasi dan medan kerjanya seperti apa"

"Oke baik Pak Riko. Saya nurut saja"

"Saya tunggu ya, Pak Yanto gak ada acara kan?

"Enggak, luntang lantung begini mana punya acara, hehehe. Untuk pakaian yang mesti saya kenakan?"

"Kaos dan celana panjang saja dulu, yang penting rapi"

"Baik, baik...."

"Saya tunggu Pak Yanto, sekalian sarapan dulu di sini"

"Wah jadi repot-repot. Hehe. Ya sudah. Saya mau siap-siap, saya tutup dulu teleponnya"

"Oke"

Ketika aku menghubungi Pak Yanto, Mirna membisu tidak berkomentar. Ia konsenterasi mengunyah masakannya pagi ini. Kemudian ia tiba-tiba masuk ke kamar, mau mengambil ponselnya. Sebaliknya aku juga tak berbicara sedikitpun. Apakah kira-kira yang ada di benak Mirna, saat di luar dugaan aku memanggil Pak Yanto kemari? Aku tak mau menebak-nebak. Yang jelas sarapan yang dibuat Mirna cukup, bukan hanya untuk kami bertiga.

Di samping itu, aku menunggu apa kira-kira reaksi Pak Yanto memandangi Mirna yang dengan rambut hitam sebahunya dan daster berwarna biru mencolok, membungkus tubuh montok dan aduhai istriku ini. Tinggi Mirna adalah 166 cm, sedangkan Pak Yanto 174 cm. Pasangan yang sungguh ideal seandai mereka bercinta. Aku mau mereka berdua berbugil ria. Apakah mungkin? Semoga.

"Kok gak ada bilang-bilang sih mau ajak Pak Yanto sarapan pagi di sini?"

"Kurang ya sarapannya?"

"Bukan itu yang aku maksud, ya mendadak banget"

"Iya maaf aku lupa, semalam aku sudah berencana ajak Pak Yanto ke kantor, supaya dia tahu hari senin kerjanya seperti apa"
"Enggak masalahkan?"

"Enggak"

"Terima kasih sayang...", ucapku dalam hati tertawa geli karena istriku saja diam-diam berbalas dengan Pak Yanto tidak ada bilang.

"Aku mau ganti baju dulu"

"Iya, silakan", batal rencanaku memberi kesempatan Pak Yanto menatap tubuh Mirna hanya berbalut daster. Mirna jeda sejenak. Ia membawa hapenya masuk ke kamar seraya akan berganti pakaian. Aku tak kehabisan akal. Aku punya hal lain. Selama menunggu kehadiran Pak Yanto dan Mirna selesai ganti baju, giliranku untuk menikmati sarapan pagi, NYAMMM!! Memang pintar masak istriku, Mirna. Tak salah aku menikahinya. Namun, bukan hanya masakannya, aku punya hasrat tubuh Mirna bisa dinikmati oleh pria lain. Pal Yanto? Mengapa tidak. Ketika sedang enak mengunyah lahap nasi goreng dan telur dadar, sebuah chat WA masuk, dari Pak Yanto.

"Maaf betul Pak Riko, saya baru keingat banget, ternyata hari ini saya punya janji menemani teman saya, apakah bisa ditunda Jum'at besok? Mohon maaf betul ini pak" (Jangan-jangan teman yang dimaksudnya adalah istriku)

"Ohh begitu, ya enggak masalah, silakan kalau memang sudah terlanjur janji. Kalau besok, bisa kok", jawabku kecewa.

"Terima kasih atas pengertiannya, Pak Riko"

"Iya, sama-sama", balasku pasrah.

Setelah perubahan demi perubahan yang tak karuan ini, mau tak mau aku harus memata-matai WA Mirna. Rencana apapun yang akan disusun tak ada guna apabila perubahan demi perubahan terjadi. Aku harus menautkan perangkat akun WA Mirna agar bisa memantau percakapannya dengan Pak Yanto. Mudah-mudahan ia tidak menyadari. Oleh karena itu, Aku meninggalkan ruang makan sebentar, mengintip aktivitas istriku di kamar. Saat mengetahui Mirna di kamar mandi buang air kecil, aku buru-buru menautkan perangkat WA nya pada aplikasi yang terdapat pada ponselku.

BERHASIL!

=Y=​

Pagi Pukul 06.20 WIB

Mirna: Pak Yanto ngapain ke sini?
Pak Yanto: Loh kamu tahu? mengapa tanya ke saya. Riko yang malah minta saya ke sana.
Mirna: Iya, batalin saja.
Pak Yanto: Mengapa dibatalkan? Saya juga bingung harus bilang apa, sudah bilang, iya bisa.
Mirna: Kalau gitu berarti enggak jadi belanja nih ya?
Pak Yanto: ya, enggak. Enggak tahu juga bagaimana membatalkannya. Terlanjur sudah ngomong, iya.
Mirna: bilang aja sudah janji dengan teman.
Pak Yanto: boleh boleh, saya turutin. kamu pengen banget jalan sama saya ya?
Mirna: kepedean iih. Ya udah terserah bapak. Aku enggak suka terima tamu saja pagi-pagi. Lagipula sarapannya juga enggak cukup. Mas Riko pun dadakan bilangnya kalau mau ajak Pak Yanto sarapan.
Pak Yanto: baiklah, saya batalkan saja berkunjung ke rumahmu, termasuk ikut suamimu ke kantor?
Mirna: Iya
Pak Yanto: tapi kamu tetep temenin saya kan?
Mirna: Iyyyyaaa paaakk.
Pak Yanto: 🤗

Pantas semua berubah haluan seketika. Mirna ke kamar bukan sekadar ganti pakaian, melainkan mengirim pesan ke Pak Yanto. Wah, wah, betul-betul istriku sudah menjalin kedekatan dengan laki-laki itu. Aku ikut senang, tetapi tidak bisa mengetahui lebih jauh di balik layar berbalas pesan tersebut. Pak Yanto lincah memodusi Mirna. Sebaliknya Mirna seolah-olah memberi jalan. Aku mau menyimak saja kalau seperti ini, akan ke mana akhirnya. Seru juga hehehe.

Di balik riwayat pesan Mirna dengan Pak Yanto. Pandanganku tertaut kepada riwayat percakapan Mirna dengan Firda, teman kerjanya dulu. Sebagian pesan lama sudah terhapus. Sepertinya Mirna rutin membersihkan percakapan dengan Firda sehingga aku tak terlalu paham arah pembicaraan mereka.

Kemarin Malam Pukul 22.15

Mirna: begitu saja kerjainnya?
Firda: namanya laki-laki hidung belang, ya pasti dikerjain seperti itu langsung nangkep umpan. Hehehe.
Mirna: sebenernya gue males banget nih harus sampai begitu.
Firda: anggap saja latihan memanas-manasi suami lo kalau dia selingkuh. Hahaha
Mirna: bukan selingkuh, otaknya keblinger! Masa pengen lihat aku digituin sama laki-laki lain.
Firda: hahahaha, kebanyakan nonton bokep tuh laki lo.
Mirna: iya bener banget. Emm... terus nanti apalagi yang gue mesti lakuin?
Firda: Lo pancing aja terus, sampai dia kepincut sama lo. Nah pas dia udah kebelet dan kelewatan, lo labrak deh. Biar dia baper hahahahahaha. Sekarang yang penting lo gas-rem itu laki-laki mau apa.
Mirna: wah gila, keren ide lo. Supaya dia gelisah sendiri sama otongnya. Puyeng, puyeng, deh.
Firda: cie yang lagi dimodusin Om-om
Mirna: ngawur, males banget.
Firda: siapa tahu otongnya gede, Mir. Hahaha. Lo sekarang bilangnya dia bakal kepincut, eh lonya nanti malah ikut-ikutan kepincut lagi. CAPE DEH! HAHAHA
Mirna: Amit-amit jangan sampailah...

Meskipun tidak memahami percakapan Mirna dan Firda aku menangkap maksud mereka. Dengan begini, aku bisa mengadakan serangan balasan. Maafkan aku ya sayang. Kamu sih sudah main api duluan, aku jeblosin sekalian aja sepertinya. Kendati telah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, aku berusaha mencari tahu apa yang hendak dilakukan istriku bersama Pak Yanto hari ini. Sayangnya, aku tidak bisa. AH SIALAN.

Setelah makan pagi, aku pamit berangkat kerja ke Mirna tanpa dia sadari bahwa sekarang aku bisa mengetahui komunikasi chatnya melalui pesan WA yang masuk-keluar, baik dari Pak Yanto atau Firda sekalipun. Melambaikan tangan dan melempar senyum, Aku mengendarai sepeda motorku penuh konsentrasi kendati sedikit tak rela Mirna menjalankan misinya yang tak kuketahui sama sekali yang akan dilakukan. Pekerjaan kantor sedang melimpah. Dari ponsel saja aku memantau. AH GELISAH.

Pagi Hari Pukul 10.00

Pak Yanto: Kamu di mana?
Mirna: Masih siap-siap
Pak Yanto: dandan yang cantik ya.
Mirna: ke pasar, ngapain juga dandan. Bapak di mana?
Pak Yanto: di depan rumah kamu. 🤗
Mirna: Gak perlu disamperin juga.
Pak Yanto: Gak apa. Saya kan yang minta tolong ditemenin.

Membaca pesan di atas, membuat konsenterasiku terhadap pekerjaan buyar. Pikiranku terhuyung-huyung, apakah yang akan dilakukan Mirna kepada Pak Yanto. Begitu pula Pak Yanto terhadap Mirna. Aku ingin mengetahui aktivitas dan pergerakan mereka berdua. AAAARGGHHH rasanya aku ingin tinggalkan kantor ini sebentar. Namun pekerjaan mencegatku pergi. YA TUHAN! AKU MESTI FOKUS! FOKUS! Aku berusaha menyimpan ponsel di laci meja dan menatap tajam layar komputer serta berkas-berkas di atas meja. KERJA! KERJA!

Sialnya malah ketika jam istirahat tiba, saat aku punya kesempatan memegang ponsel, tetap tak ada percakapan yang muncul pada akun WA Mirna. Bahkan Mirna menghubungiku juga tidak. Aduh, aku ingin menelepon Mirna, tetapi rasanya sungkan mengganggu 'kencan' nya dengan Pak Yanto. Lebih baik, sampai di rumah saja aku tanyakan. Barangkali ada cerita yang akan disampaikan oleh Mirna. Ah, jam begitu lama berputar, PAYAH! GREGETAN!

=Y=​

"Papa udah pulang, uncchhh suamiku cape pasti ya", sambut Mirna manis. Ia mencium tanganku saat aku selesai memarkirkan sepeda motor.

"Iyaa nih, tolong bikinin teh hangat dong"

"Boleh, kamu mandi, ganti baju, nanti sekalian makan malam ya"

"Iyaaaa, sayang", jawabku malas, lekas rebahan di bangku ruang tamu karena cape menerobos kemacetan Jakarta.

Ketika Mirna masuk ke dalam, ke dapur menyiapkan teh hangat, langkahku ke kamar terhenti oleh Rengga yang juga baru pulang. Ia berbisik pelan memintaku masuk ke kamarnya. Aku yang penasaran memaksa langkah mengikuti Rengga.

"Ada apa?", tanyaku memerhatikan Rengga menutup pintu kamarnya.

"Tadi pas mau berangkat kuliah, aku lihat mama pakai baju kaos putih agak menerawang. Gak biasanya loh paaah. Malah kaosnya ketat banget lagi"
"Aku sih ngira mau keluar rumah, rada rapi. Cuman ya bajunya aja"

"Ah yang bener kamu?"

"Iya, kaosnya ketat gitu, tahu sendiri kan mama bodinya seperti apa. ya karena menerawang ya agak kelihatan deh Mama pakai BH warna cokelat"
"Aku cuman mau laporan aja, tapi jangan sampai mama tahu kalau aku kasih tahu ke papa ya?"

"Tenang, terima kasih ya"
"Bawahannya mama pakai celana apa?"

"Celananya sih aman aja sih, celana panjang kain gitu, gak terlampau ketat kayak pakaiannya"

"Mmmm... ada lagi?"

"Udah sih itu aja, paaa"

"Oke, papa ke kamar dulu yaa", jawabku membuka pintu kamar Rengga perlahan-lahan.

Mendengar informasi dari Rengga, aku lekas mengecek akun WA Mirna karena sejak berusaha fokus dengan pekerjaan, aku betul-betul tak membuka akun WA istriku lagi, termasuk memantau pesan yang keluar-masuk.

Sore Hari Pukul 16.20

Pak Yanto: Sudah sampai rumah?
Mirna: Sudah, pak yanto sudah?
Pak Yanto: udah juga hehe. Kan kita pulang bareng.
Mirna: sudah tahu, pakai nanya ihh.
Pak Yanto: jadi mau dibelikan pakaian yang tadi? Hehehe
Mirna: belikan untuk istri bapak di kampung aja.
Pak Yanto: lebih cocok dipakai kamu.
Mirna: malu ah, masa belinya untuk bini orang.
Pak Yanto: ya gak apa apa. Anggap hadiah atau apa gitu.
Mirna: sudah dulu, aku mau beres-beres.
Pak Yanto: kamu seksi banget tadi
Mirna: kok bisa bilang begitu?
Pak Yanto: ada yang menerawang tapi bukan uang hehe
Mirna: ohhh, sengaja biar gak ada yang bolak balik nanya lagi.
Pak Yanto: hhhmm begitu.
Mirna: sudah dulu, aku mau beresin rumah.
Pak Yanto: kapan-kapan kita jalan lagi ya...

Membaca sekilas riwayat percakapan antara Istriku dan Pak Yanto, rasanya campur aduk. Di satu sisi aku tahu ini adalah kesengajaan Mirna yang mau menjebak Pak Yanto. Di sisi lain, aku cemburu bercampur amuk birahi yang ingin hubungan mereka lanjut di tempat tidur. Aku tak rela Pak Yanto diisengi dan dijebak begitu saja. Aku justru mau menyerang Mirna agar Pak Yanto mendapatkan apa yang mau dia dapatkan. Ah, bagaimana ya caranya.

Ketika mau menutup ponsel, tiba-tiba kuperhatikan pesan dari Mirna terkirim ke Pak Yanto.

Mirna: nanti malam jangan kirim gambar-gambar kayak gitu lagi ya pak.

....................................
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd