Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY - TAMAT Dari FANTASI berujung REALISASI

Saya berencana mmbuat grup tele'gram untuk mendengar usulan dan masukan para pembaca. Apakah setuju?

  • Setuju

    Votes: 447 78,1%
  • Tidak

    Votes: 125 21,9%

  • Total voters
    572
Status
Please reply by conversation.
Maksud Terselubung

Setelah cuma-cuma memberikan kemeja dan menyelipkan pakaian dalam kotor milik Mirna kepada Pak Yanto, aku mengira akan menerima pesan WA darinya yang mungkin terheran-heran.Namun, semalaman aku tunggu yang ada aku hanya ketiduran dan Mirna juga demikian, tak jadi melayani birahiku setelah aku bercerita perbincangan dengan Pak Yanto di rumah. Paginya, kembali aku menjalani rutinitas seperti biasa seolah-olah tidak terjadi apa apa kemarin sore. Mirna tak ada komentar, aku tak banyak bertanya. Begitu pula di tempat kerja, sesekali aku mengecek ponsel di depan komputer, menanti penasaran pesan dari Pak Yanto, tetapi tidak kunjung muncul. Apakah dia belum membuka isi pemberikanku sama sekali, ya?

Kemudian Aku mulai mempertimbangkan ingin menanyakan lebih dulu ke Pak Yanto, hanya saja nanti terkesan aku sengaja sekali merencanakannya. Ah, akan lebih baik Pak Yanto saja yang bertanya lebih dulu kepadaku. Aku coba kembali fokus menyelesaikan pekerjaan. Beberapa menit kemudian, justru Mirna yang menghubungiku.

"Iya halo sayang, ada apa? Tumben telepon sebelum jam istirahat nih"

"Iyaa Paa, aku mau tanya, kamu kasih kontak mama ke Pak Yanto kemarin ya?"

"Engg, enggak tuh, ada apa ya memangnya?"

"Emmm... enggak apa-apa. Soalnya mama bilang ke dia, mama gak punya hape"

"Mengapa bohong, Maa? Kan jelas kamu punya"

"Enggak kenapa sih, ya gak nyaman aja kalau orang asing yang minta"

"Loh kok Pak Yanto dibilang orang asing, bukannya justru dia beberapa kali cerita sama mama? Yang jelas bukan papa yang kasih loh ya"

"Iyaa, paa. Kamu nanti pulang kayak biasa kan? Biar aku tahu kapan harus belanja atau masak makan malam"

"Sepertinya normal"

"Semoga ya, oh ya papa ada lihat celana dalam dan BH mama gak? Kayaknya ada yang kurang nih"

JJJJEEEEEGGHHHHH

"Mmm.... wah papa gak tahu tuh, kan yang biasa nyuci kamu"

"Iya sih, ya. Yaudah aku cari lagi deh"
"Mungkin keselip di mana gitu"

"Iya, kamu kurang hati-hati"

"Udah dulu ya pa, mama tutup teleponnya. Cucian masih nunggu"

"Iya sayang, jangan lupa makan siang"

"Papa sayang juga..."

Aku terkejut ketika Mirna menanyakan pakaian dalamnya yang hilang di ember cucian. Ia pasti terbingung-bingung karena hampir tidak pernah hal itu terjadi. Andai dia tahu aku memberikannya kepada Pak Yanto. Barangkali ia sudah memarah-marahiku, bisa tidak diperkenankan masuk rumah. ADUH! KACAU! Seandainya Pak Yanto yang justru membocorkannya ke Mirna atau ke siapapun, bagaimana?! Aku bingung dan gelisah karena kekonyolan diri sendiri sekarang, sedangkan Pak Yanto belum menginformasikan apa-apa sampai saat ini. Jangan-jangan dia mungkin bisa saja suatu waktu nanti memberitahukannya ke Mirna langsung, bahwa akulah yang menyelipkannya. BAHAYA INI! Konsenterasiku pecah.

"Halo Pak Yanto, maaf, lagi sibukkah?"

"Enggak, ada apa toh Pak Riko? Sepertinya penting", tanya Pak Yanto, pasti ia menduga-duga karena aku tak pernah meneleponnya.

"Emmm, kemeja kemarin sudah dicoba?"

"Wah, malah belum saya sentuh sama sekali"
"Hahahaha"

"Huufffffhhh....", aku bisa bernafas lega.

"Ada apa ya?"

"Nanti sore boleh saya ambil lagi? ternyata saya salah kasih kemeja, itu kemeja punya rekan kerja saya"
"Hehe, maaf ya sebelumnya"

"Hoalaah, gak apa apa, ambil saja pak, saya juga ternyata masih ada simpenan kemeja pemberian anak, dulu"
"Kapan mau diambil?"

"Sepulang kerja, nanti saya mampir ke tempat bapak"
"Mmm.., jangan dibuka dulu isinya ya"

"Siap, siap, Pak Riko"
"Kalau saya antarkan langsung ke rumah bagaimana?"

"Waduwh!!! Jangan!! Jangan!!!"
"Biar saya saja nanti yang ambil, tidak perlu diantarkan"

"Baik, saya tunggu kedatangan pak riko"

=Y=​

Menjelang Magrib, Rengga kelihatan gelebah menerima sekantong plastik yang kutitipkan padanya agar dibawa masuk ke dalam rumah, namun tidak boleh ketahuan Mirna, mamanya Ia banyak bertanya isinya apa dan mengapa tidak membawa sendiri. Aku menuntut anakku untuk tidak berkomentar. Aku mengambil jalan aman ketimbang diriku yang membawa masuk dan ketahuan bahwa aku yang menyembunyikan pakaian dalam Mirna usai kuambil dari Pak Yanto beserta kemejanya. Untung saja juga Pak Yanto belum menguak isi titipan yang kuberikan. Aku bisa bernafas lega. Aku minta putraku menyimpan di kamarnya lebih dulu dan tidak boleh dibuka sampai kuambil setelah ganti baju.

"Mama sedang apa?"

"Ada tadi, kayaknya lagi mandi", jawab Rengga berdiri di depan pintu rumah.

"Oh sini, papa saja yang bawa"

"Ade ade aja dah si papa, sekarang malah dia yang bawa, tadi nyuruh aku, hadeeeh"

"Sudah sini...", jawabku mencatut plastik dari Rengga. Kemudian aku buru-buru masuk ke kamar selepas mencopot sepatu. "Mumpung Mirna lagi mandi, aku mesti pisahin dari kemeja ini". Aku lalu membawa 1 stel pakaian dalam Mirna ke tempat cucian, sialnya ember tempatku mengambil kemarin tidak ada.

"Sayaaaang! Ini pakaian dalam yang kamu maksudkan kah?!!", teriakku di depan kamar mandi.

"Iyaa?! Oh kamu udah pulang Paaa. Kemarikan pakaian dalamnya, aku mau cuci sekalian"

"Iyaa, kirain aku ini bersih, makanya aku taruh di tempat bajuku", ujarku cari selamat. Kemudian Mirna membuka pintu kamar mandi tanpa bicara sedikitpun, dan menyodorkan tangannya agar aku menyerahkan pakaian dalam yang kotor itu. Setelah benar-benar diterima oleh Mirna, sekarang aku bisa betul betul tenang. "HUUUUUUHHHHHHH", Hampir saja aku melakukan sebuah kesalahan besar. Di sisi lain, aku merasa gagal mewujudkan fantasiku. Aku mesti memikirkan cara lainnya.

Selagi menunggu Mirna selesai mandi, aku berganti pakaian di kamar. Aku dapati ponsel Mirna berdering di bawah bantal. Aku abaikan, namun lambat laun terganggu juga pendengaranku. Aku menyomot ponsel Mirna dan memeriksa siapa yang menghubunginya, HHHMMM... ternyata telepon dari Pak Yanto. AHA! Ini sebab Mirna menanyakan kepadaku tadi siang, ternyata laki-laki itu sudah berani menjalin komunikasi awal dengan istriku. Anehnya, aku tak tahu bagaimana ia mendapatkan kontak Mirna. Yang jelas aku merasa mendapatkan titik terang kembali untuk mewujudkan fantasiku. Aku tidak tanggapi panggilan masuk Pak Yanto, melainkan aku mau mencari tahu ada percakapan apa antara ia dengan Mirna.

Pagi Hari Pukul 09.00

Pak Yanto: Siang, Mirna..
Mirna: Maaf, ini siapa?
Pak Yanto: Siapa lagi kalau bukan yang suka menyapamu kalau pagi, hehehe
Mirna: Pak Yanto?
Pak Yanto: 🤗
Mirna: bagaimana bisa dapat nomor aku?
Pak Yanto: hehe tentu bisa.
Mirna: pasti dari Mas Riko
Pak Yanto: bukan, saya dapat dari Bu Aminah hehehe
Mirna: ada keperluan apa?
Pak Yanto: besok bisa temani saya belanja?
Mirna: belanja apa? Tidak bisa yang lain?
Pak Yanto: Saya lebih dekat denganmu
Mirna: lihat besok ya pak, gak bisa janji.
Pak Yanto: iya, tidak masalah.
Mirna: apa yang mau dibelanjakan?
Pak Yanto: saya perlu perlengkapan dan pakaian kerja.
Mirna: bukannya Mas Riko sudah kasih?
Pak Yanto: ya, saya tetap tidak enak. Lagipula saya tidak miskin-miskin banget.

Siang Hari Pukul 11.00

Pak Yanto: Mirna, kalau siang masak apa?
Mirna: tergantung, kadang masak, kadang tidak.
Pak Yanto: wah Riko beruntung sekali ada istri yang senang hati memasak.
Mirna: Makanya, Pak Yanto ajak istri ke Jakarta, supaya ada yang masakin.
Pak Yanto: istri saya sudah kerasan sekali di kampung. Kalau soal masak-memasak ya saya menunggu ada yang berikan saja. Hehehe. Saya bukannya sudah cerita ke kamu?
Mirna: Berarti kalau makan sehari-hari, nunggu ada yang memasak juga?
Pak Yanto: enggak, kadang saya beli, tetapi lebih sering memasak sendiri. Hitung-hitung menghemat pengeluaran.
Mirna: kalau sekarang masak atau beli?
Pak Yanto: masak, goreng nasi dan telur dadar hehe. Kalau Mirna sendiri sekarang masak apa beli?
Mirna: kenapa?
Pak Yanto: kalau masak siapa tahu bisa dikirim kemari.
Mirna: masakanku tidak begitu enak pak
Pak Yanto: belum dicoba kok sudah bilang enggak enak. Hehehe
Mirna: beneran mau cobain?
Pak Yanto: boleh banget, apalagi yang memasak kamu
Mirna: kapan-kapan ya, karena lagi enggak masak.
Pak Yanto: hehehhe enggak masalah, kirain masak.

Sore hari Pukul 16.00

Pak Yanto: kalau saya chat kamu seperti ini, Riko enggak marah kan?
Mirna: mengapa harus marah?
Pak Yanto: suami pasti punya rasa cemburu kalau istrinya berkomunikasi dengan pria lain.
Mirna: oh enggak kok Pak.
Pak Yanto: Saya masih suka terbayang dulu itu.
Mirna: maksudnya terbayang apa?
Pak Yanto: tidak perlu dibahas, kamu tersinggung lagi nanti.
Mirna: Emmm... perkara aku pakai tanktop ke warung bu aminah itu kan? (Aku baru tahu kalau Mirna pernah hanya mengenakan tanktop saat berbelanja ke warung Bu Aminah)
Pak Yanto: Iya, hehehe
Mirna: payudaraku memang sudah begini ukurannya, jangan dibahas lagi.
Pak Yanto: saya saat itu tidak menyangka kamu akan tersinggung ketika saya bilang besar ukurannya. Menyesal sungguh menyesal. Untung kamu mau menerima permohonan maaf saya.
Mirna: iya, sudah tidak perlu dibahas lagi pak. Lagipula saat itu kita kan baru kenal. Aku juga tidak terlalu kenal bapak.
Pak Yanto: jadi sekarang sudah kenal ya? Hehehe
Mirna: iya, ngeres dan nakal.
Pak Yanto: ah masa saya seperti itu.
Mirna: coba dipikir
Pak Yanto: berarti tidak boleh nakal?
Mirna: boleh, asal tidak sering-sering.
Pak Yanto: nakalin kamu, boleh?
Mirna: mulai lagi kan.

Aku menggeleng-geleng membaca isi percakapan chat Mirna dengan Pak Yanto hari ini. Semakin penasaran selama bertemu langsung apa saja yang mereka bicarakan. Rasanya tidak mungkin hanya gombalan yang diutarakan Pak Yanto. Percakapan chat ini saja merinding membacanya. Di sisi lain, aku malah merasa semakin yakin kalau keduanya bisa dipersatukan dalam satu ranjang. Apakah aku sampaikan ke Mirna saja ya. Aku tawarkan ke istriku, mau ia tidur dengan Pak Yanto. Ah, aku ragu. Jangan-jangan jika aku berkata demikian malah membuat Mirna menjaga jarak dengan Pak Yanto. Aku tidak boleh gegabah. Aku harus membiarkan komunikasi di antara keduanya mengalir dulu. Aku juga sebetulnya ingin menanyakan ke istriku, tepatnya kapan ia mengenakan tanktop ke warung Bu Aminah. Namun, apakag itu justru akan membuat Mirna curiga bahwa aku telah memeriksa ponselnya? Sebaiknya jangan. Aku perlu hati-hati.

"Papa jorok ih..."

"Hah? Jorok kenapa? Baru selesai mandi udah bilang aku jorok aja"

"Iya, masa celana dalam mama dikenain sperma, papa onani pakai celana dalam mama ya?"

"Apa? Onani pakai celana dalam mama?"

"Iya bau spermanya kecium di celana dalam mama, tumbenan banget ih onani"

"Eh?", aku bingung harus jawab apa. Wah, jangan-jangan.......

"Ditanya malah diem. Yasudah giliran papa mandi sana..."

"Iyaa..."

Aku melongo tak percaya kalau dugaanku benar itu adalah sperma Pak Yanto yang diendus dan dikenai celana dalam Mirna. Pak Yanto telah berbohong kalau ia belum menyentuh pemberianku. Namun, apakah ia ada memberitahu ke orang lain, terutama Mirna ya? Ah buktinya Mirna malah mengira aku ya menyemprotkan mani ke celana dalamnya. Bagaimana mungkin. Aku saja menyusupkannya ke kemeja yang diberikan ke Pak Yanto, lebih baik aku mengiyakan saja daripada keluar seribu pertanyaan dari benak istriku.

Selesai mandi dan bersih-bersih, aku istirahat sejenak di depan teras rumah sembari menunggu azan Maghrib berkumandang. Kemudian Mirna menghampiriku sambil membawa cemilan pendamping. Kami berdua pun berdialog sederhana, membahas kuliah Rengga hingga aku besok mau dibawakan bekal atau tidak.

"Paa, kalau mama jadi nakal, kamu rela kah?"

"Nakal bagaimana yang kamu maksud?", tanyaku membatin girang.

"Misal ada laki-laki godain aku, terus aku tanggepin"

"Kamu mau selingkuh?"

"Eitss, bukan, bukan! Amit deh selingkuh"

"Lalu, apa dong namanya?", tanyaku terheran. "Memang ada yang sedang godain kamu?"

"Emmm, enggak, aku sepintas nanya aja"

"Wooh, nanya doang. Ya untuk apa aku jawab, kamu juga cuman nanya. Belum tentu akan atau mau mengalami"

"Ya sih", sahut Mirna memegang sekaligus melihat isi pesan yang masuk ke ponselnya. Sayangnya, aku tidak bisa melihat dari siapa pesan tersebut. Akibatnya, aku malah menyangka itu sambungan pesan rada mesra dari Pak Yanto sore tadi.

"Kok diam? Lagi balas chat siapa?"

"Eh ini, balas chat Frida"

"Oh Frida, temen kantormu dulu itu ya?"

"Iya paaah", jawab Mirna gugup. Setelah itu, kami kembali bercakap-cakap dengan obrolan yang normal kembali, seperti bicara masalah pendapatan dan pengeluaran rumah tangga dan uang kuliah Rengga.

=Y=​
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd