Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT DAL SEGNO SERIES

Bimabet
:baca: tunggu update ah....
 
D a l S e g n o
Part 5





Hari ini masih berkabut, aku belum mandi tapi sudah sarapan, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan hari ini, hanya saja memang dari bangun tidur tadi hanya Caroline yang aku ingat, tidak ada orang lain.

“ Carol sayang, sedang apa kamu pagi ini” batinku dalam hati.

Secangkir kopi arabika khas toraja yang kubeli di depot kopi, aromanya terasa sangat nikmat, namun semuanya buyar ketika HP ku berdering diatas meja belajar.

“halo ?”

“pagi Angga, kekasih Carol” ternyata Caroline on call.

“pagi Caroline kekasih Angga, tumben sudah bangun hehe”

“ iya nih, dingin ya? ini sampai ada kabut, brrrr andai kamu ada disini Angga, aku mau peluk Angga”

“ahahha, kan semalam sudah aku peluk, kurang ?”

“iya kurang, uhuk uhuk !!”

“ say kamu ga apa-apa ?”

“uhuk uhuk, Carol ga…uhuk…apa….uhukk” tutt tuttt tuttt, telepon dari Carol terputus.

“Caroline? Caroll!?”

Apa yang terjadi sehingga Caroline menutup teleponnya? Ya Tuhan jangan sampai terjadi hal yang buruk, aku masih membutuhkan dia disampingku tuhan. Mencoba dan mencoba, aku menelfon HP nya berulang kali namun tidak ada jawaban. Hingga 30 menit kemudian HP ku kembali berdering.

“Caroline? kamu ga apa-apa sayang? kamu baik-baik sajakan?”

“ahahha Angga kenapa panik gitu?”

“ah kamu mah, panik lah, tadi kamu batuk-batuk terus hilang sinyal, di telpon balik ga diangkat”

“ hehe , maaf ya Angga aku sudah bikin kamu cemas, tadi Carol batuk kenceng sampai kepala Carol agak pening, rebahan sebentar, HP memang di silent, trus ke kamar mandi deh bersihin baju”

“muntah ?”

“iya dikit hehe, mungkin masuk angin atau entahlah…ahhaha…sekarang Carol sudah ga apa-apa kok”

“ahh aku lega” aku memandang kosong poster nirvana luntur di dindingku, Caroline semoga kamu baik baik saja.

***

Minggu-minggu berikutnya aku hanya bisa mendengar suara Caroline via HP ku, aku kangen dia, sungguh aku kangen dia, tapi entah kenapa Caroline akhir-akhir ini selalu menolak untuk bertemu? Selalu saja ada alasannya, namun memang masuk akal. Aku tidak mau mengganggunya, bila itu maunya baiklah akan kuturuti, apapun untukmu.

===GOR Saparua, minggu siang===

Posisiku di taman samping taman maluku, siang itu panas sekali hingga hanya segelas es cendolah yang bisa mengerti aku. Cuaca terik dengan kaos hitam dan celana pendek hitam, sungguh menyiksa, bila saja bukan karena bassist band temanku mengalami kecelakaan dan patah lengannya, mungkin siang ini aku bisa meneruskan kegiatanku di kamar, jangan ngeres dulu deh, Caroline ada di rumahnya kok, ini kamarku. Aku paling baca komik atau novel sambil sesekali bermain piano kawai tuaku. Tapi sekarang disinilah aku, nongkrong di trotoar bersama sang vokalis band underground yang sedang naik daun menunggu giliran tampil membakar panasnya GOR Saparua.

segerrr, mang sagelas deui lah….” (mang satu gelas lagi).

mangga a, naha atuh teu pogo di lebet?” (kenapa ga pogo di dalem ?).

nuju ngantosan naek panggung mang” ( nunggu giliran tampil mang ).

“oohh aa mah pamaen band nya, paingan rada bersih hehe…” (ooh aa pemain band ya ? pantes agak agak bersih).

“ah si akang mah bisa aja….”

Lagi asyik menikmati es cendol, salah satu teman band menghampiri.

“eh bray geus apal can lagu katilu reff na dua kali ?” (eh bro udah tau belum lagu ketiga reff nya dua kali ?).

“can euy ? dinu kaset na ku urang didengekeun sakali ah” (blm, di kasetnya gue denger sekali ah ).

“poho urang can ngomong, dua kali nya? kade tong poho, kamari brief ngan gumbrang gembrung hungkul soalna…” ( gue lupa belum bilang, awas jangan lupa, kemarin brief cuman gonjrang gonjreng doang).

“okehlah, kalems weh” (ok , tenang saja).

Menjelang sore langit di Bandung tampak meredup disertai sedikit angin kencang namun belum ada tanda-tanda akan turun hujan dan band kami tampil disaat itu, dengan audio ribuan watt kami menaiki stage dan memulai intro dengan sangat kasar dan gahar, terpaan angin tidak membuat para generasi pemberontak dan anti kemapanan ini beranjak dari tempatnya, mereka membentuk lingkaran kosong di tengah kalang (istilah area pogo dan moshing pit, aslinya sih kata kalang dipakai buat adu anjing vs babi hutan), dan mereka mulai bertubrukan satu sama lain melepas segala emosi hidup, benturan memang keras, namun tidak ada perkelahian diantara mereka, hanya jiwa-jiwa yang lepas dan bebas tanpa beban duniawi yang mencekik setiap leher manusia.

Lagu ke empat dan penutup bagi band kami, hawa mulai dingin namun semua semakin panas terlihat dibeberapa titik semakin banyak moshped yang mulai berloncatan dari atas stage ke lautan manusia, tanganku mulai pegal, jari kiri serasa kaku memainkan beat bertempo sangat cepat, aku seorang pianist dengan tabiat luwes nan lembut di jemari tapi untuk sekarang maafkan aku jariku, kita bermain up tempo dan senar besar gitar bass. Encore menggema, namun kami hanya bisa meninggalkan stage dengan pride yang tinggi, mengepalkan tangan ke atas dan menuju backstage.

===backstage===

“keren bray, kapan dong launch albumnya jangan lama-lama” yang bicara adalah kang gebeg, band nya perform setelah band kami, wajarlah dia jadi drumer band cadas yang sudah famous.

“ah mang, modalna mepet euy” Vik menjawab dengan bercanda khasnya.

Aku sendiri duduk di satu kursi berdampingan dengan gitaris sacreligius yang aku lupa namanya, yang aku ingat hanya bau kemenyan yang menyengat disekitarnya, ahahah maafkan kawan tapi mereka memang begitu jangan berfikir macam-macam itu hanya style.

===Pov Author===

“saya mau ketemu pacar saya kak” terdengar suara wanita di area masuk backstage.

“yang mana neng? area ini khusus pemain band, kalau ade punya HP coba kontak pacar neng”

“sudah pak tapi kayanya hpnya ga diaktifin, tolonglah kak, kakak anter saya masuk nanti saya sendiri yang cari” si gadis memelas dengan pandangan polos nan menggemaskan membuat security penjaga area masuk meleleh tak tega.

“ya sudah, tapi kalau ga ada neng keluar lagi ya maaf”

“iya kak ga apa apa, makasih ya kak”

Gadis itu adalah Caroline, dia datang untuk menemui Angga, memang akhir-akhir ini mereka jarang sekali bertemu, Caroline mendengar kabar Angga up stage minggu ini dari Angga namun Caroline tidak bilang mau bertemu, biarlah ini menjadi kejutan untuk Angga.

Semua mata di area backstage tertuju kepada Caroline, gimana nggak, rata-rata manusia disana berpakaian hitam dan gahar dengan segala aksesoris di tubuh dan tatto menghiasi kulit mereka, beberapa banyak yang berambut gondrong, asap rokok mengepul, di pojokan malah terlihat botol gepeng berserakan dan Caroline dengan senyum khasnya melihat ke berbagai sudut dengan mata sipitnya dan busana serba peach manis rok panjang dengan ikatan pita di pinggang belakang dan dress chick untuk atasan, ditambah pita yang melilit di rambut panjangnya juga scraft hijau muda yang melilit di lehernya bertabrakan dengan warna pakaiannya, namun tetap serasi, cantik dan tentu saja membuat para lelaki tak bosan memandangnya.

===Pov Author End===

“ hai Angga, congrats sukses ya tadi” Caroline menyerahkan setangkai mawar putih kepadaku.

“ lho Carol? sejak kapan disini ?” aku tentu saja kaget, bayangkan mahluk manis seperti Caroline ada di belakang kalang.

“dari awal Angga naik stage juga Carol nonton, tapi ga berani ke tengah Hihii, takut kena seruduk, Carol nonton di pinggiran saja” senyumnya itu aduh bikin melting.

“neng sudah ketemu kan? oohh pacarnya yang ini ya? tadi dia nyari-nyari kamu nih” security yang tinggi besar itu ternyata ramah kepadaku.

“oh iya nuhun kang” dan security pun kembali ke area jaganya.

“masih kaget nih Aku, eh makasih bunganya hahahah, sampai diliatin orang-orang nih jadi malu…”

“kenapa? Angga ga suka?”

“suka kok, tapi mmmm gapapa kok kalem aja….”

“iya sih Carol sadar salah kostum dan salah kasih hihihi, tapi ga apa-apa lah ada satu angel di tengah para begundal ahahah…”

“hehe iya-iya, ga apa apa kok, sini duduk”

“iya….” Jawab Caroline lalu duduk disampingku.

“eh bray kenalin nih Caroline…” aku mengenalkan Caroline ke personel yang lain.

“Caroline…” Caroline bersalaman satu persatu sambil para personel menyebutkan nama masing-masing.

“cantik gini kerolin, mau maunya sama Angga? diancam ya? Ahaha…” Jokes Vik, menggoda Carol.

“anji** sia nya…..” kataku sambi menoyor kepala vik.

“euy dunya teu adil manya si Angga bisa bobogohan jeung anu geulis ah” (iya nih dunia ga adil, masa Angga bisa pacaran sama orang cantik) kata si Asep Muslim, personil juga.

“beda mahluk beda rezeki ahahaha, tarimakeun weh” terima aja kataku.

“neng kerol hati-hati, Angga mah sok macok” kata Asep. Mematuk?.

“emang aing oray njin* !” situ kira gue ular apa? Eh iya kali ya.

“ahahhaha…iya iya tenang saja Carol ga apa apa kok, kalian ini tampangnya aja serem - serem ya, ternyata beuki heureuy juga (suka bercanda)”

“iya serem, komo si asep tah jiga ririwa (apalagi asep mirip setan) ahahahha”

“blog zzzzz” Asep membalas ucapanku.

Tawa canda yang renyah khas Bandung, walau baru berkenalan tapi Caroline bisa memposisikan diri, mungkin karena sama-sama musisi obrolan kita jadi nyambung, walau berbeda genre tapi musik itu bahasa universal, tidak pernah ada batasan.

“Carol mending bisa keluar? ga dicari kokonya ntar?” aku cukup cemas dengan hal ini mengingat kakaknya Carol sudah beberapa kali bersitegang denganku.

“aku pulang ibadah, terus kesini deh, tenang saja “ Caroline memegang tanganku disusul suara ciee ciee dari teman-temanku yag lainnya.

“pulangnya aku anter ya”

“iya sayang, makasih”

Sore menjelang, matahari yang tertutup awan memang membuat suasana teduh, aku beranjak dari backstage sambil berpengangan dengan Caroline, punggungku membawa bass yang cukup berat, kami hanya berlima berjalan menuju jalan ambon dimana kami menitipkan motor kami, namun aku mendengar deru nyaring knalpot 2 tak dari arah depan, kukira ada apa tapi yang kulihat beberapa motor dengan stiker yang kukenal berderet disana entahlah ada berapa belas motor namun sangat berisik dan di garda depan kulihat seorang yang kukenal memandang tajam kearahku.

“ itu koko !” Caroline nampak terpekik dan menggenggam erat tanganku.

Kini kami berlima berhadapan dengan segerombolan biker 2 tak hingga jalanan menjadi sesak oleh motor mereka yang sangat bising, hal ini tentu saja menyita perhatian anak-anak bawah tanah yang memang sedang bergerombol di area backstage dan pintu masuk GOR.

Mereka menghampiriku, aku berusaha melindungi Caroline namun david nampak tidak suka dengan yang kulakukan.

“ dek pulang ! ! lekas !” David tampak benar-benar marah kepadaku namun masih bersikap tegas dalam level biasa kepada adiknya.

“iya koko ini mau pulang” Caroline mulai meneteskan air mata.

“ayo naik” sedikit memaksa Caroline.

“koko iya sabar aku pamitan dulu sama Angga” Caroline berbalik kepadaku dan melakukan hal yang sebenarnya cukup mengejutkan, dia mengambil tanganku dan mengecup punggungnya, lebih seperti tanda bakti istri ke suami.

“Caroline ! !” plaakk ! satu tamparan mendarat di pipi Caroline, pelakunya adalah david kakaknya sendiri, david nampak begitu murka dengan apa yang dilakukan oleh adiknya .

“ koh ! sakit” Caroline benar-benar menangis sekarang.

“lu sudah bikin malu keluarga, lu anggap bangsat itu pantas jadi suamimu? hingga kau mencium tangannya ?” david berteriak.

“ Carol sayang Angga, dan itu tanda bakti Carol untuk Angga, terserah Carol” entah keberanian darimana namun Caroline nampak benar-benar marah kepada kakaknya waktu itu.

“ ko...” aku ingin sekali membela Caroline, bahkan ingin menghajar kakaknya habis-habisan, aku ikut terluka ketika melihat pacarku sendiri ditampar orang walau dia kakaknya sendiri, tidak, ini tidak bisa dibiarkan .

“diem lu bangsat !!” telunjuk david mengarah lurus kepadaku.

“eh siah saha maneh?” (eh siapa kamu ?) yang bicara adalah drumerku.

“lain urusan maneh” ( bukan urusan kamu) David menimpali dengan sorot mata galak.

urusan aing anjing ! eta sia ngepret kabogoh babaturan aing, sangeunahna siah blog !” ( urusan gue anjing ! lu nampar pacar temen gue, seenaknya aja lu ****** ) temanku nampak emosi.

“ terus sia hayangna naon ? aing lanceukna , kumaha aing !” (terus lu mau apa ? gue kakaknya, gimana gue)” David membentak dan menghampiri temanku.

Entah siapa yang memulai berikutnya dengan rasa solidaritas yang sama di kedua kubu membuat suasana ricuh dan ada seorang yang memulai melakukan pukulan hingga merembet ke yang lainnya. Kami yang hanya berlima mendapat sokongan dari beberapa teman yang dikenal temanku, seorang dari mereka berlari ke arah backstage sambil berteriak

“si vik jeung baturana keur ribut di jalan!!...hayu tulungan lobaan musuhna euy ! !” (si vik dan temennya lagi berantem dijalan, ayo tolongin banyakan musuhnya”) dengan cepat semua yang ada di backstage berhamburan keluar dan berlari menuju pusat perkelahian di samping taman maluku.

“ nu mana musuhna ?” (yang mana musuhnya? ) salah satu dari teman vik bertanya sambil berlari.

“anu make jeket klub motor, pokona anu make motor weh!” ( yang pake jaket club motor, pokonya yang pake motor aja).

“ai balad urang anu mana ?” (kalau temen kita yang mana? ) dengan masih berlari.

“atuh siateh baturan mah lolobana anu make baju hideung weh, salain eta hajar !” (lah elu, temen kita banyaknya pake kaos hitam, selain itu hajar ).

“okeh siapp rrrrrrrrrrrr”

Memang suasana begitu mencekam dengan semua saling berkelahi , aku sendiri menghadapi satu rekan david yang bertubuh cukup besar sehingga aku sempat tersungkur kena pukulannya, beruntung dari arah belakang semakin banyak teman-teman vik yang datang sambil berteriak-teriak ( mungkin karena emosi yang meluap dari pertunjukan band, mereka sebetulnya tidak punya urusan dengan ini semua, namun atas dasar solidaritas sesama anak underground mereka dengan suka rela ikut bertempur demi teman mereka yang padahal kami tidak saling kenal, hanya ber atribut sama hitam-hitam dan hobi musik yang sama, tapi itu saja sudah cukup bagi mereka).

Semakin banyak anak underground membuat kubu David kewalahan dan beberapa dari mereka kabur begitu saja dengan motornya, beberapa terlihat terluka, david sendiri kulihat nampak babak belur, dia mengambil motornya dan memacu kencang ke arah jalan ambon .

Seketika pihak kami berteriak girang

“anjiingg !! peot hulu siah kehed !” (anjing , ga ada nyali lu ! ) pekik salah satu dari kita, entah siapa.

“motor weh aralus, kawani eweuh kehed ! !” (motor aja bagus, ga ada keberanian ) timpal yang lainnya.

Aku anggap ini wajar sih, mereka kabur karena kalah jumlah, dengan belasan motor tentu saja tidak akan kuat menghadapi kami yang berjumlah lebih banyak, belum lagi penonton di dalam GOR pun mulai ikut merangsek keluar karena penasaran dengan apa yang terjadi. Namun beberapa orang security mulai menggiring kami kembali ke pertunjukan.

“a, itu kabogohna pingsan !” ( kak itu pacarnya pingsan ) satu dari mereka yang tadi kukenal di backstage menghampiriku.

“ astaga ! dimana ?” aku berlari mengikuti orang yang tadi menyebutkab pacarku Caroline pingsan, dan benar saja aku melihat Caroline tergeletak di trotoar yang sudah berumput, wajahnya nampak pucat.

“Carolinee !!!” aku memeluknya kemudian sedikit mengguncangkan tubuhnya, namun tidak ada reaksi.

“Caroline bangun sayang, bangun sayang jangan kaya gini sayang jangan” aku kalut, panik dan segalanya dan aku hanya bisa membopong Caroline entah kemana beruntung teman-temanku berinisiatif membawa motornya, aku mendudukan Caroline di tengah dan mengapitnya dan kita bertiga melaju kencang menuju rumah sakit di jalan dago. Tiba di UGD aku berteriak seperti orang gila meminta security membawa blankar kemudian menidurkan Caroline disana, aku dan security didampingi satu perawat mendorong hingga ke tempat pertolongan pertama, aku hanya bisa mengantarnya sampai kesini saja, aku hanya bisa termenung memandangi pintu yang tertutup, apa yang harus aku lakukan? ah aku lupa temanku masih diluar, aku segera berlari ke arahnya dan memintanya mengantarku ke rumah kediaman Caroline.

Hari mulai gelap ketika aku sampai di rumah Caroline, aku segera mengetuk pintu dan kebetulan mama Caroline yang membuka.

Adegan berikutnya mama Caroline nampak menangis dan berlari kedalam, papa Caroline keluar rumah lalu menamparku, aku terima tidak apa-apa, kemudian dia bergegas menyurus sopirnya mengeluarkan mobil, aku termenung menatap ini semua, kawanku menepuk punggungku dan berujar

“sabar bray, nanti juga ada jalannya kalau emang sudah jodohnya”

Bersambung………..

===bonus Spoiler===

“Angga dimana kamu, ini dimana gelap sekali Angga.........Carol takut Angga ... Angga kamu dimana .... !!???”


Diedit ulang oleh @CrimsonArmored1686
 
Terakhir diubah:
Mang, aslina kamu teh digaplok sama papa nya carl ???


=)) :ha: =))

Eh maap mang beha, salah emot,

:galau: <<--- ini emot yang seharusnya


# tambahan : hariwang kitu ih eta barudak andergron, si david dan kawan kawan pun sampe marantog kasieunan
:takut:

Mamang ayeuna mah ek di baju hideung ah, moal make jaket club motor bisi di gulung :bata:


Salut nya eta, solidaritas barudak.
Pertanyaan yang simpel :

" Musuh na nu mana ? "
" Baturan urang nu mana ? "

:jempol:
 
Terakhir diubah:
Mang, aslina kamu teh digaplok sama papa nya carl ???


=)) :ha: =))

Eh maap mang beha, salah emot,

:galau: <<--- ini emot yang seharusnya


# tambahan : hariwang kitu ih eta barudak andergron, si david dan kawan kawan pun sampe marantog kasieunan
:takut:

Mamang ayeuna mah ek di baju hideung ah, moal make jaket club motor bisi di gulung :bata:


Salut nya eta, solidaritas barudak.
Pertanyaan yang simpel :

" Musuh na nu mana ? "
" Baturan urang nu mana ? "

:jempol:

this is bandung !!! urryaaaaa :dwarf:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd