Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cuckold + Hijab Warning!!! : Aku Suami Lemah (No Sara)

Status
Please reply by conversation.
Makin mantep aja ini cerita.
Jadi rajin nongkrong di mari.

Lanjut terus suhu
 
Kentang Alert!!!!

Chapter 9 : Bola Birahi


Kick off pertandingan masih di mulai beberapa menit lagi. Saat ini aku, istriku beserta Pak Diman dan Pak Rusli sedang menonton berita dini hari yang menurutku sangat membosankan, kami lebih memilih mengobrol ringan daripada memfokuskan diri ke layar televisi.

Tapi mendadak saja aku diserang sakit perut, rasanya aku tidak memakan sesuatu yang bisa membuat perutku memberontak, akan tetapi yang namanya panggilan alam, hanya alam juga lah yang tau kapan sakit perut itu akan datang.

Ku putuskan untuk pamit sebentar ke kamar mandi untuk menuntaskan hajat yang sekiranya memberontak, meninggalkan istriku sekeli lagi dengan para pria serigala yang sedang haus ingin memangsa ini. Untungnya aku bisa cepat menuntaskannya hingga aku tidak terlalu lama beradi di dalam kamar mandi.

Namun Ketika aku kembali berada di ruang TV aku sempat bingung karena hanya melihat Istriku dan Pak Diman saja di sana.

"Loh, Pak Rusli nya kemana dek??" tanyaku.

Namun yang menjawab bukan istriku melainkan Pak Diman "Dapet panggilan dia pak Yoga" jawabnya.

Aku pun terheran "Panggilan maksudnya gimana pak?" tanyaku.

"Iya, sebenernya kita sambil kerja sih ini mas, nungguin ada yang nyewa truk gitu" jelasnya.

Aku mengangguk "Ohhh, aku kira bapak-bapak dari rumah" ucapku.

"Hahahaha, enggak Pak, lagian juga kalau udah di rumah mah ngapain kesini juga, gak enak atuh ganggu malem-malem" balas Pak Diman. Tumben dia punya sopan santun.

"Iya Uda, adek juga ngundang mereka dateng kesini daripada nungguin di kebon malem-malem" kata Istriku ikut meyakinkan.

Aku pun mengiyakan tanda kalau aku memahami alasan tersebut, padahal dalam hatiku, aku sudah tau dengan sangat pasti tujuan Pak Diman dan Pak Rusli itu kesini, yaitu ingin menggoda istriku.

Syukurlah salah satunya sudah pergi untuk saat ini, dan aku berharap dia gak balik lagi sampai pertandingan usai, jadi dia tidak punya alasan lagi untuk datang kesini.

Tak lama setelah aku kembali duduk ruang TV, pertandingan pun akhirnya dimulai. Swedia ditantang tamunya italia yang membuat ku sedikit berdebar-debar karena stadion dipenuhi oleh masyarakat swedia yang menonton secara langsung.

Posisi menonton aku, istriku dan Pak Diman saat ini yaitu kita bertiga sama-sama duduk di karpet ruangan, dan bersandar ke sofa yang ada dibelakang, aku paling ujung sebelah kiri, istriku di tengah, dan Pak Diman di samping kanan Istriku, jadi posisinya istriku diapit olehku dan Pak Diman.

Lampu ruangan sengaja aku matikan untuk menambah kesan seru menonton bola, jadi saat ini hanya cahaya dari layar televisi sajalah yang menerangi kami dan membuat suasana jadi remang-remang.

Satu hal juga yang membuat ku heran adalah kenyataan bahwa istriku mau ikut menonton bola, padahal sebelumnya ia bahkan tidak tertarik sama sekali dengan olahraga ini maupun olahraga lainnya, dia bahkan sempat bilang kalau pertandingan bola itu konyol, dia menanyakan "buat apa bola yang cuma satu di kejar oleh 22 orang banyaknya, kenapa tidak di kasih satu-satu saja sama mereka" katanya. Tapi sekarang entah untuk alasan apa dia menontonnya.

Walaupun sedang serius menonton bola, aku dapat merasakan Istriku dan Pak Diman sekali-kali mencuri pandang satu sama lain tidak henti-hentinya. Mungkin karena mereka masih dalam keadaan kentang jadi berusaha untuk berbicara lewat tatapan saja, sedangkan aku pura-pura tidak melihat seolah-olah aku memang sedang fokus menonton bola.

Ketika pertandingan baru jalan seperempat babak saja, istriku sudah mulai gelisah dengan duduknya, ia seperti tidak fokus dengan sesuatu.

"Kamu kenapa Dek??" tanyaku penasaran.

Istriku pun langsung kaget "E..Eh.. ituu Uda, Adek kedinginan" jawabnya terbata-bata. yang membuat ku semakin curiga.

"Ambil selimut aja Dik Putri, saya juga ikutan dingin kayaknya" saran Pak Diman.

Aku pun mengiya kan saran Pak Diman "Iya dek, ambil aja ke kamar, nanti masuk angin" ucapku.

Istrikupun langsung berdiri dan mengambil selimut panjang yang ada di dalam kamar kami lalu kembali ke tempat menonton TV.
Istriku mengibarkan selimut tersebut hingga menutupi badannya dan badan pak Diman.

Awal nya aku tidak menaruh sedikit kecurigaan sama sekali tentang masalah selimut ini, mungkin karena memang mereka merasa dingin lalu berlindung di bawah selimut yang besar ini.

Namun yang aku tau, lambat laun nafas istriku jadi memburu tidak karuan, aku seolah mendengarnya dengan jelas padahal suara TV dan Suara supporter sepakbolanya lumayan kencang.

Aku pun mencoba mencuri pandang dengan melihat dari sudut mataku, jadi seolah-olah aku terlihat sedang nonton bola, padahal aku sedang melihat apa yang terjadi dengan istriku.

Dan hal itu sesuai dengan dugaanku yang sebenarnya, aku menangkap bahwa tangan kanan Pak Diman sudah masuk menyusup ke bawah jilbab lebar istriku dan sedang bermain dengan payudaranya istriku, ini dibuktikan dengan badan pak Diman yang sedikit condong ke arah istriku, namun aku tidak bsia melihat dengan jelas kanan tangannya sendiri tertutupi oleh selimut, yang pasti aku melihat kalau ada sesuatu yang bergerak-gerak di dada istriku dan aku yakin itu tangan Pak Diman.

Aku langsung terkaget-kaget dengan keberanian mereka berbuat hal mesum di sebelah diriku sendiri, namun tetap mencoba untuk berakting seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Semakin lama gestur istriku semakin aneh, kulihat gerakan tubuh istriku makin gelisah. Wajahnya pun berubah jadi lebih liar dan agak memerah. Dadanya yang padat membusung makin dibusungkan dengan tengadahnya kepalanya ke belakang.

"Kamu gak apa-apa Dek??" Tanyaku mengagetkan istriku dan Pak Diman, mereka berdua sampai terlonjak mendengar suaraku.

Istriku panik "Emm..eng-enggak apa-apa kok Uda, emang kenapa?" istriku bertanya mencoba untuk tenang.

Aku pura-pura cuek "Muka kamu kayaknya merah gitu, kamu sakit??" tanyaku.

Istriku menggeleng "Enggak, Uda lanjut nonton aja gih" Ucap istriku.

Aku pun tidak menggubrisnya dan kembali melihat ke arah layar TV, memang pertandingan kali ini sukses menambahku deg-deg ser karena tim kesayanganku--Italia, di serang terus-menerus.

Ditambah lagi dengan aksi nekat istriku dengan Pak Diman yang mencoba saling merangsang satu sama lain tepat di sebelahku.

Lalu entah ide gila darimana atau entah setan apa yang mengasih clue padaku, aku tidak sadar kalau aku sebenarnya bisa melihat dengan jelas apa yang dilakukan istriku dengan pak diman lewat pantulan kaca kecil di bagian bawahlemari nakas yang tepat berada di sebelah lemari TV.

Karena memang suasanya remang, jadi aku sangat yakin istriku maupun Pak Diman tidak menyadari keberadaan kaca tersebut, bahkan aku saja yang bisa dikatakan sebagai pemilik rumah, juga baru sadar kalau kaca itu bisa dengan jelas memantulkan apa yang ada di belakangku.

Ide gila itu pun aku lanjutkan dengan menggeser badanku untuk duduk lebih ke depan menghadap TV, aku bergerak seolah-olah aku sangat ingin fokus kepada pertandingan yang memang membuat ku frustasi karena tidak kunjung gol, malahan terus-terusan di serang.

Tak lupa pula aku berpura-pura sedikit marah, mengumpat atau berkata lumayan kasar ketika peluang-peluang yang tercipta gagal di konversi menjadi sebuah gol.

Aku sangat yakin, dimata istriku dan Pak Diman, aku sangat fokus dengan pertandingan hingga membuat aku lengah dan mengabaikan mereka.

Padahal dalam kenyataannya, aku sudah mengamati gerak-gerik mereka sedari tadi, dan umpatan-umpatan yang aku keluarkan juga sebenarnya bentuk kiasan luapan emosiku yang cemburu melihat istriku yang di grepe dan jamahi Pak Diman tepat di sampingku.

Jadilah sekarang posisiku sudah berubah, aku sudah duduk maju ke depan mendekat ke arah televisi, sedangkan istriku dan pak Diman berada dibelakangku.

Dan pancingan itupun berhasil, dimomen ketika aku beranjak ke arah depan, Pak Diman langsung tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia mencoba merapatkan duduknya ke arah istriku dan aku bisa melihat nya dengan agak samar-samar di pantulan cermin.

Sepersekian detik berikutnya, Istriku dan Pak Diman sudah saling kecup dan berciuman mesra, mereka melakukan apa yang orang sebut dengan french kiss, dan sesekali ketika ciuman mereka terlepas, mereka saling melempar senyuman hangat satu sama lain, persis seperti anak remaja yang sedang di landa badai cinta.

Melihat hal itu pun rasa cemburu dan horny langsung menghinggapi tubuhku, fakta bahwa aku sudah sampai membiarkan hal ini terjadi, sukses membuat badanku menggigil dan merinding.

Kontolku yang berada di bawah sanapun sudah memberontak dan menegang dengan keras di balik celanaku, seolah-olah meminta untuk di tuntaskan hasratnya.

Aku pun benar-benar sudah larut dalam fantasiku sendiri yang dengan senangnya melihat istriku membodohi dan seakan-akan menertawakanku di balik aksi mesumnya bersama Pak Diman.

Puas dengan saling berciuman mesra, mereka pun akhirnya larut dalam lautan napsu yang membara, ciuman yang tadi hanya sekedar kecupan-kecupan saja, kini mereka mulai saling memagut dan bertautan, bibir Pak Diman pun langsung mencaplok bibir istriku dan mulai memelintir lidahnya dengan lidah istriku.

Tangan kanan Pak Diman yang tadinya memegangi wajah istriku, sekarang sudah mulai menyusup kembali ke dalam hijab lebar milik istriku, ia meramas payudara istriku dengan begitu lembut dan sangat telaten seolah-olah dia sudah sangat mahir melakukannya.

Memang faktanya aku melihat aksi mesum mereka tersebut di balik pantulan sebuah cermin, namun rasanya seakan-akan aku menyaksikan langsung aksi mereka tersebut di depan mataku tanpa ada halangan, dan meski cuma cermin kecil, namun bayangan yang di tangkapnya sungguh besar.

Tak lama kemudian, Pak Diman menghentikan ciumannya dan membisikkan sesuatu ke telinga istriku yang tidak bisa aku dengar sama sekali, nampak raut wajah istriku langsung berubah dan sedikit terkejut, dia pun menggeleng khawatir lalu melihat ke arah punggungku.

Tapi sekali lagi Pak Diman berbisik ke arah istriku dan diakhiri dengan sebuah anggukan meminta persetujuan istriku, lagi dan lagi istriku melihat ke punggungku lalu memangguk sedikit ragu-ragu ke arah Pak Diman.

Pak Diman pun langsung tersenyum senang melihat persetujuan istriku, lalu dia menarik tangan istriku masuk ke dalam selimut yang daritadi menutupi bagian kaki sampai pinggang mereka berdua.

Dengan sedikit gerakan, istrikupun langsung kaget hampir berteriak ketika tangannya memegang sesuatu yang aku yakin itu adalah Kontolnya Pak Diman.

Sekarang aku jadi mengerti apa yang mereka bisikkan satu sama lain, Pak Diman mencoba meminta membujuk istriku untuk memegang kontol nya namun di tolak, lalu akhirnya dia meyakinkan istriku kembali sampai akhirnya dia mau.

Kemudian Pak Diman kembali berbisik ke telinga istriku dan mengucapkan sesuatu, istriku pun mendengarkan dengan seksama lalu mengangguk malu-malu, Pak Diman kembali berbisik dan istrikupun lagi-lagi mengangguk malu.

Aku tidak mendengar apa yang dikatakan Pak Diman pada istriku, tapi aksi mereka selanjutnya sudah dapat membuatku menerka apa yang mereka bicarakan.

Istriku mulai menaik turunkan tangannya di bawah selimut yang menutupi tubuh bagian bawah Pak Diman, dia sudah mengocok kontol pak Diman di balik selimut itu.

Sialan.

Aku jadi semakin horny dan celana ku jadi mulai sempit dan sesak melihat service yang diberikan istriku pada Pak Diman yang mana aku saja belum pernah mendapatkannya, istriku bahkan selalu bilang takut untuk memegang kontolku sendiri, namun dengan Pak Diman ia sangat berani sampai mengocoknya.

Istriku seakan tidak peduli lagi dengan diriku dan membiarkan Pak Diman berkuasa akan diri dan napsunya.

Merasa Puas dengan kocokan istriku pada kontolnya Pak Diman pun Dengan gesit mengangkat pinggulnya sedikit dan mungkin saja membuka sedikit bagian celananya dan kemudian bersandar ke sofa. Dia berbisik kembali ke telinga istriku dan memberitahunya sesuatu, namun istriku menggelengkan kepalanya.

Tapi bukan Pak Diman namanya kalau dia tidak bisa mendapatkan apa yang dia inginkan, ia kembali merangsang istriku dengan ciuman-ciuman kecil di lehernya, meski saat itu leher istriku masih tertutupi hijab lebar nya, namun aku sangat yakin kalau istriku juga menikmati perbuatan Pak Diman tersebut.

Kemudian Pak Diman mencoba lagi membisikkan sesuatu dengan wajah yang dibuat sedikit memelas.

Lalu tanpa sengaja istriku sedikit meninggikan suaranya dan berkata "Aku gak pernah pak" ucapnya.

Sontak saja aku ikutan kaget dan berupaya untung tenang, aku pura-pura bertanya pada Istriku akan tetapi pandanganku tetap lurus ke depan televisi.

"Gak Pernah apa dek??" tanyaku.

"Eng-enggak Uda, ini Pak Diman nanya aku sering nonton bola apa enggak" elak istriku memberi alasan.

"Oooohhh" ucapku. lalu aku pun kembali berusaha terlihat fokus ke arah televisi padahal aku melihat ke arah pantulan cermin.

Istrikupun memukul lembut bahu Pak Diman karena merasa hampir tertangkap basah olehku, sedangkan Pak Diman tertawa gemas melihat tingkah istriku itu.

Tak lama kemudian, mereka kembali berciuman dan saling berpagutan kembali, tampaknya memang napsu mereka sudah mengalahkan apapun termasuk resiko tertangkap basah olehku sendiri.

Pak Diman pun kembali mencoba berbisik sesuatu kepada istriku, dan lagi-lagi jawaban istriku menggeleng menandakan dia tidak mau memenuhi permintaan Pak Diman yang aku juga tidak tau.

Namun kali ini Pak Diman pantang menyerah, meski istriku menggeleng-geleng tidak mau, Pak Diman menarik bagian belakang kepala istriku dengan tangan kirinya, dan istriku terus-terus saja menggeleng menatap wajah Pak Diman.

Pak Diman pun menempel kan jari telunjuknya dibibir pertanda kalau dia menyuruh istriku diam dan menurutinya saja. Dan dengan sedikit paksaan, akhirnya istrikupun mengikuti dorongan tangan Pak Diman di bagian tengkuknya itu yang ternyata mengarah ke arah kontol Pak Diman.

Barulah aku sadar ternyata yang daritadi diminta oleh Pak Diman pada istriku itu adalah sebuah sepongan di kontolnya, dan pantesan saja istriku terus-terusan menolak karena memang dia tidak pernah melakukan oral seks sebelumnya, bahkan dengan diriku sebagai suaminya sekalipun.

Perlahan namun pasti, kepala istriku pun ku lihat sudah masuk menyelinap ke dalam selimut yang menutupi bagian selangkangan Pak Diman, dan Pak Diman pun tersenyum bahagia sambil mengelus kepala istriku di balik selimut ketika mungkin istriku sudah mulai mengoral kontolnya.

Tak lama kemudian, selimut itu pun bergerak naik turun pertanda kalau istriku sudah mulai menyepong kontolnya Pak Diman, dan tentu saja yang terlihat olehku saat ini hanyalah selimut yang naik turun saja.

Pak Diman pun ternyata menikmati sepongan Istriku pada kontolnya itu, Ia mendongakkan kepalanya dan menutup matanya menghayati setiap rangsangan-rangsangan yang diberikan oleh rongga mulut istriku.

Tidak puas dengan begitu saja, Pak Diman pun berusaha menjahili istriku yang sedang men servicenya dengan mulut itu, tanpa di sadari istriku, Pak Diman pun menyingkap selimut yang menutupi kepala istriku dan terlihat lah pemandangan yang tidak akan mungkin pernah aku lupakan selama-lamanya.

Istriku dengan pakaiannya yang saat ini serba alim dan muslimah, memakai gamis dan hijab lebar di tubuhnya tengah melahap dengan sangat antusias bagian intim pria lain yang bukan siapa-siapanya itu, terlebih lagi dia melakukannya di belakang sang suami sendiri, Putri istriku benar-benar tidak menggambarkan bagaimana seharusnya seorang istri dan wanita muslimah.

Istriku dengan telaten menaik-turunkan kepalanya seraya memasukkan kontol Pak Diman ke dalam mulut, terlihat istriku hanya bisa mengulum setengah dari kontol Pak Diman karena memang berukuran sangat besar dan panjang. Aku bisa melihat juga kalau mulut istriku menggembung besar.

Disingkap selimutnya tersebut, membuat istriku seolah-olah marah dan memukul lembut paha Pak Diman seolah-olah dia ingin berkata "Nanti suami ku lihat" pada Pak Diman. lalu mangmbil selimut dan menutup kepalanya lagi.

Tapi bukan Pak Diman namanya kalau dia tidak bisa membuat istriku makin terangsang, dia kembali membuka selimut yang menutupi kepala istriku tersebut.

Pak Diman berkata sangat pelan "Biarin dia liat kamu lagi ginian sama orang lain" ucapnya, dan entah kenapa aku bisa mendengarnya berkata seperti itu.

Sementara istriku tidak menggubrisnya sama sekali dan tetap fokus mengulum dan menjilati kontol Pak Diman, tangan kirinya istriku kembali menjangkau selimut tadi dan kembali mencoba menutupi kepalanya, namun Pak Diman langsung bergerak cepat dan menahan tangan istriku.

Jadilah terpampang di pantulan cermin tersebut pemandangan yang sangat gila namun juga merangsang, istriku sedang giat menaik-turunkan kepalanya menyepong kontol Pak Diman, sementara tangannya sedang tarik-menarik selimut dengan Pak Diman.

Istriku pun memukul-mukul manja paha Pak Diman beberapa kali layaknya seorang anak kecil yang sudah di kasih permen, tapi mau diambil lagi sama yang mengasih,itu pertanda dia protes, namun aku tau kalau dia juga menikmati candaan Pak Diman ini yang seolah-olah merendahkan harga diriku sebagai seorang suami.

Setelah puas bergelut dan bercanda sambil menyepong kontol Pak Diman, istriku pun mungkin merasa capek dan melepas kulumannya di kontol Pak Diman.

Meski aku lihat dia setengah hati untuk melepaskan dan berpisah dengan kontol nan besar itu, namun aku yakin kalau dia sudah sangat merasa gatal dan ingin di puaskan juga.

Istriku pun tersenyum nakal kepada Pak Diman yang membuat ku makin cemburu dan juga horny.

Namun Karena kali ini marah dan emosiku mengalahkan rasa horny ku, aku pun langsung berteriak mengumpat dengan keras ke arah televisi, momen nya pun juga sangat tepat dengan peluang emas yang lagi-lagi dibuang sia-sia oleh para penggawa Gli Azurri.

"BEGOOOOOOOOOO" teriakku. Yang sukses membuat Istriku dan Pak Diman melonjak kaget mendengar teriakanku, mungkin mereka mengira aku memergoki mereka. dan mereka pun langsung buru-buru memperbaiki pakaian masing-masing.

Istriku pun langsung ketus "Biasa aja dong Uda!!!" Katanya dengan nada yang sangat marah.

Aku pun tertawa dan melihat ke belakang "Kaget ya?? Maaf Dek lagi seru" ucapku. ku lihat posisi mereka telah kembali normal. Emang ajaib pasangan selingkuh ini.

"Hahahaha, Pak Yoga emang fokus sekali ya nonton bolanya" Pak Diman pun angkat suara.

Sedangkan istriku masih kesal saja "Tau tuh, udah malem malah teriak-teriak" tegasnya dengan masih sangat ketus. mungkin karena dia kentang. hahahaha.

Akhirnya 45 menit pertama pertandingan yang lumayan menyesakkan dada ini pun berakhir dengan skor 0-0, rasanya ini adalah 45 menit terlama dalam sepanjang sejarah aku menonton bola, karena waktu seolah-olah berjalan dengan sangat lambat.

Aku pun sukses lagi dan lagi membuat dua orang ini terkentang-kentang karena ulahku sendiri, dan nampaknya istriku lah yang lebih marah dan kesal kepadaku ketimbang Pak Diman.

Aku hanya berfikir bahwa istriku benar-benar sudah hanyut dalam permainan Pak Diman, dia sudah tidak memperdulikan lagi statusnya sebagai istri orang, yang orangnya saja berada di depannya ketika dia melancarkan aksi mesum gilanya dengan pria lain.

Oh Istriku, kenapa kau begini??

Oh Nafsuku, kenapa kau mengambil alih semua pikiranku??

............Bersambung.

Panen Kentaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaangggg!!!!!!!!!!!
Mantep suhu, ente emang yahuudd.......
Pantengin terus.....
 
itu kebun isinya jadi kentang semua kayaknyanya..a ha ha.. tapi asik sih dak dik duk.. makasih sajiannya ya gan..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Terakhir diubah:
Kentang kentang terus croooottt...lancroot terus suhu..pelan pelan nulis nya..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd