Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter VIII : Symphony of Heart

Bibir kedua inisan bertautan di bawah guyuran air, keduanya mendekap begitu erat, walau hanya terpisah hari, tapi rasa rindu itu bagaikan tahunan tak berjumpa, seolah seluruh waktu didunia takkan cukup.
“Ling, maafkan aku, hatiku tidak sepenuhnya untukmu saat ini”, kata Tedy lirih dalam guyuran air itu, kedua mata mata mereka saling bertatapan. Kepala Inggrid menggeleng lembut, dan terbesit senyuman di wajahnya.
“Lelaki seperti ko Tedy selalu dikelilingi wanita, tugasku untuk berjuang menaklukkan seluruh hatimu ko…”, Inggrid mendekap tubuh pria didepannya ini dengan erat dan penuh sayang, keduanya dalam untainya tanpa kata lagi. Air hangat yang membasuh tubuh mereka seolah kalah dari gejolak hati mereka. Jauh di lubuk hati Tedy merasakan bimbang, merasakan cinta, merasakan bersalah, tapi dia tahu suatu saat dia harus memilih, cepat atau lambat dia tidak ingin menyakiti lebih jauh, dia tidak ingin ada yang terluka.
“Auch…” tiba-tiba cebutan di perut Tedy membuat suasana romantis ini terbuai, Inggrid baru saja mencubitnya.
“kayanya beberapa hari sudah langsung gemukan ya ko?”, kata Inggrid sambil tersenyum kecil, yang langsung juga disambung senyuman oleh Tedy.
“Iya naik 2 kilo loh selama di Jakarta”, kata Tedy membenarkan pernyataan Inggrid barusan, selama pemulihan Tedy memang kabanyakan makan tidur dan tanpa sadar sudah langsung saja naik segitu.
“Ling bantu bakar kalorinya deh…biar koko olahraga keras di kasur nanti bareng Ling…”, sambil tangan kanan Inggrid mulai memegang penis Tedy yang masih dalam kondisi setengah menenggang.
Bibir Tedy hanya bisa merekah tersenyum dan kembali mengecup bibir Inggrid saat itu.

Bibir mereka saling bertaut makin dalam, makin menikmati dalam pelukan indah ini. Guyuran air kini berhenti, kedua insan sedang memberikan perhatiannya, saling menyekah air yang membasahi tubuh mereka, saling menatap dalam ketelajangan ini, saling menghargai dan saling mengagumi. They are bound to each other, by destiny or perhaps by they own.
Usapan lembut Tedy di rambut Inggrid yang basah, jemarinya menyisir lembut diantara rambut hitam itu, kecupan mendarat di kening gadis ini, keduanya tersenyum dalam bahagia. Keduanya diam tanpa kata, kedua manusia ini menikmati kesunyian dan kebersamaan mereka. Hembusan nafas mereka bertemu, dalam tatapan dimana keduanya saling terhanyut dalam mata, tak ada lagi yang lain, hanya saat ini hanya momen ini.
Tubuh mungil Inggrid kini terbaring di atas ranjang yang lembut, aroma wangi dari tubuh indah Inggrid menyentil hidung Tedy. Kecupan bibir lembut mendarat di atas tubuh indah itu, kecupan demi kecupan menyentuh turun, dari leher, pundak, dada, payudara gadis manis ini, sejenak bibir itu berhenti untuk menyapu puncak bukit ranum itu dan meneruskannya turun ke perut rata Inggrid. kecupan hangat di perut Inggrid membuatnya menggeliat, membuat sensasi itu menjalar kesekujur tubuhnya.

“May I?”, tanya Tedy semakin menurun kebawah, hanya pandangan mata yang sayu yang dapat diberikan oleh Inggrid, dan akhirnya sebuah anggukan kecil. Tubuh Tedy menurun lekukan indah tubuh Inggrid sekali lagi, kini wajahnya berada dihadapan celah surgawi itu, untaian rambut di sana tertata rapi dan terjaga, dengan usapan lembut Tedy merekahkan kedua kaki Inggrid, memberikannya pandangan jelas atas liang kenikmatan itu.
Kecupan lembut di daratkannya di bibir yang berwarna pink itu, tubuh Inggrid menggeliat ketika lidah Tedy menyapu permukaan vaginanya, memberikan sensasi yang luar biasa, nafas hangatnya dan juga sentuhan basah dari lidah barusan memberikannya rasa geli yang nikmat. Lidahnya bermain di bibir tipis itu dan terus memberikan sensasi ketubuh Inggrid. Lidahnya menggeliat masuk diantara cerah itu, memberikan sensasi lembut dan hangat bagi tubuh Inggrid. Tangan halusnya hanya bisa mencengkram semprai ketika sesansi itu menjalar keseluruh tubuhnya, seolah otaknya akan berhenti bekerja, setiap jilatan itu, setiap rasa itu membuat Inggrid makin terbuai, ditambah dengan sentuhan tangan yang hangat di payudaranya, sensasi ini membuat tubuhnya terbuai. Tidak pernah sebelumnya tubuhnya diperlakukan selembut ini oleh Tedy.
Lidah lembut itu terus bergeliat di antara bibir vagina Inggrid, cairan sudah membasahi liang senggama Inggrid, dirinya sudah siap, tapi seolah Tedy masih mempemainkan tubuhnya dengan kelembutan, masih memberikannya sensasi yang luar biasa dengan lidahnya, tapi yang Inggrid inginkan bukan hanya itu, dia ingin tubuh mereka menyatu, menyatu dalam persetubuhan yang nikmat.
Pinggu Inggrid terangkat terus meraskan sensasi yang luar biasa di vaginanya, membuat lidah Tedy makan leluasa menjelejah. Desahan-desahan halus terus tergumam dari bibirnya, dan juga tubuhnya tidak bisa menahan rasa hangat yang menjalar dan membuat tubuhnya yang putih merona merah. Entah berapa lama lidah itu bergerilia disana, pikiran Inggrid sudah melayang dalam kenikmatannya, Tedy yang terbuai juga dalam aroma surma itu tidak hentinya menikmati nektar kehidupan yang dihasilkan vagina Inggrid. Hanya terdengar hembusan angin dan juga desahan yang memanaskan ruangan itu.

“Ah….aaaa…”, erangan terdengar melenguh panjang Inggrid dalam pergumulan itu, tubuhnya mengejang lembut saat dirinya mencapai puncak kenikmatan hanya dari lidah Tedy saja. Tedy beranjak dari posisinya, membiarkan tubuh Inggrid perlahan menurun namun masih dengan getar-getar kenikmatan yang tersisa dari tubuhnya itu.
“Koh…”, bisik Inggrid lirih yang masih terbuai dalam kenikmatannya, berusaha meraih wajah Tedy yang kini sedang duduk mengangkang di atas perutnya. Tubuh Tedy menurun, wajahnya, bibirnya mendaratkan ciuman mesrah ke bibir Inggrid. Kembali bibir mereka bertaut dan saling bergumul.
Tubuh Tedy yang memeluk tubuh Inggrid membuat kedua belah paha mulusnya melingkar di pinggu Tedy dan mengikatkatnya diposisi itu.

“Ring…Ring…” dering handphone Tedy bergema diruangan itu, memecah deruh nafas kedua insan yang sedang memadu kasih itu. Tedy berusaha mengabaikan suara itu, dan kembali mendaratkan bibirnya ke Inggrid, namun dering itu tidak kunjung henti.
“angkat saja dulu, mungkin penting…”, suara Inggrid terdengar lirih dengan tatapan yang sayu memandang Tedy, kemudian Tedypun mendudukkan dirinya di tepian ranjang dan meraih handphone itu. Tertera nama Andre disana, mengganggu saja pikir Tedy.

“Ya bang, ada apa?”, jawab Tedy ketika mengangkat telpon itu.
“Shit… am I disturb you?”, suara Andre sadar suara Tedy terdengar kurang senang.
“Cannot been worse”, jawab Tedy dengan malasnya.
“This one is worse, Nita sepertinya menuju apartementmu…”, kata Andre dengan cukup santai dan dengan nada yang menjengkelkan bagi Tedy.
“Bagaimana mungkin, dia tidak tahu aku kembali?” kata Tedy sedikit terkejut dengan berita itu.
“Don’t know, tapi sepertinya arah kendaraannya memang menuju apartementmu, mungkin sekitar 5 menit”, jawab Andre sekali lagi membuat Tedy menjadi semakin tidak tenang.
“Take care boss”, kemudian Andre mematikan telponnya, paling tidak ada peringatan sebelumnya, kurang lebih 5 menit sebelum Nita tiba, tapi Tedy kembali melirik tubuh telanjang Inggrid yang terbaring menatapnya tersenyu.
“ups… it’s me who tell her…”, sambil Inggrid menjulurkan lidahnya meledek Tedy. Mata Tedy membelalak menatap Inggrid yang malah hanya tersenyum menatapnya. Sekarang Inggrid mendudukkan dirinya dan berlari kecil mengambil pakaiannya yang berserakan didepan kamar mandi kamar itu.
“I shoud run then…”, sambil mulai mengenakkan satu persatu pakaiannya.
“Apa maksudmu Ling?”, mata Tedy menyipit menatap Inggrid yang entah apa maunya sekarang.
“Aku ingin persaingan ini menjadi menarik, kurang seru jika kita hanya main kucing-kucingan…”, sambil sekarang sudah lengkap dengan pakaiannya. Tedy pun mengambil celana pendek dan mengenakkannya berjalan keruang depan apartemtnya, sambil memperhatikan Inggrid yang mengambil barang-barangnya dan melangkah kepintu apartement itu.

Welcome home Ted…”, sambil berlalu menutup pintu itu.

***



Jakarta, 1130

Kantor Pusat Lantai 23


Honey berjalan menuju ruangan Alex dan mengetuk pintu yang tertutup itu. Dia mengetuknya beberapa kali, tapi tidak dijawab dia berinisiatif untuk membuka ruangan itu langsung tapi rupanya terkunci. Jarang ruangan Alex terkunci, kecuali ada pembicaraan penting mungkin Alex dan Crystal sedang membicarakan rahasia perusahaan sampai mereka mengunci pintunya.

Saat Honey memalingkan tubuhnya, ingin beranjak dari sana tiba-tiba pintu itu terbuka. Crystal berjalan keluar dengan menenteng tasnya dan berjalan dengan bergebas dan buru-buru meninggalkan tempat itu dengan wajah datar dan berjalan begitu saja tanpa melirik kearah Honey. Alex kemudian berdiri dibelakang Honey tanpa suara menatap Crystal beranjak pergi.

“Ada apa?” suara Alex datar melihat Honey sedang memegang sebuah bunder binder besar yang berat di tangannya, tentunya itu membuat Honey yang masih tertengun menjadi terkejut dan segera berbalik melihat Alex yang sudah berdiri tepat dibelakangnya. Wajah Alex juga terlihat dingin dan datar matanya masih menatap Crystal yang berjalan meninggalkan ruangan itu.
“Ini berkas yang bulan terakhir, semua sudah selesai diperiksa dan dirangkum, tinggal di approv”, kata Honey sedikit tegang dan menyodorkan bundel itu kepada Alex. Alex meraihnya dengan satu tangan dengan jari-jarinya meregang dan mencengkram binder itu dengan kencang dengan satu tangan, dan menentengnya di samping.

“Your lips bleeding”, kata Honey dengan suara berbisik kepada Alex, mata Alex lalu turun mentapnya, matanya masih terlihat dingin, dan kemudian lidahnya menjulur menjilat bibir bawahnya yang berdarah, itu tampak mengerikan dihadapan Honey, membuatnya merinding. Melihat mata Honey yang takut, Alex memejamkan matanya dan menarik nafas yang dalam dan kembali menatap Honey. Kali ini pandangan itu berubah, menjadi mata Alex yang seperti biasanya, dengan senyum merekah dibibirnya.

“Kembali kerja sana…”, kata Alex dengan suara yang ceria, tapi tentu saja apa yang dilihat Honey tidak mudah untuk dia lupakan.

***
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd