Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Masih menunggu ada yang bertanya wanita yang bareng Alex...tapi ngk ada yang bertanya :kumis:
Kalo boleh nebak sih mungkin alex sama crystal adalah satu pasangan suhu
Dilihat dari alex yg sekamar sama crystal waktu mau berangkat ke kantor dan setiap ada alex pasti ada crystal
 
Chapter VII : Arrival

Wǒ bùzàihū shìjiè zěnme shuō, nǐ shì wǒ érzi!”, terngiang kata-kata itu di telinga Alex, kata dari Adicipta waktu itu. Alex merasa bertanggung jawab atas semuanya, sebagai seorang putra yang harus memperjuangkan semuanya demi keluarga Tjahjadi semuanya demi keluarga. Tentunya dia tidak ingin semua berada dipundaknya juga, karena Tedy merupakan penerus Tjahjadi dan dia harus dipersiapkan untuk itu, cepat atau lambat memang Tedy harus menerima takdirnya sebagai putra Tjahjadi.

Minggu, 26 Juli 2015, 0920

Walau hari ini hari minggu, Alex masih harus menyelesaikan beberapa pekerjaan kantornya, hingga dia harus ke ruangannya untuk memeriksa laporan-laporannya. Alex sedang masih memeriksa dokumen dan laporan perkejaraan gudang dan dokumen lainnya yang belum dia periksa selama libur lebaran anggotanya, masih ada beberapa lagi yang harus dia kunjungi, tapi entah mengapa sejak pagi ini pikirannya tidak bisa berkonsentrasi.

“Lex”, tegur suara yang memasuki ruang kantornya tanpa mengetuk, suara itu berasal dari Honey yang sudah berdiri di pintu ruangannya sambil bersandar. Alex hanya tersenyum menatap kepala bagiannya itu.
“I got you brunch”, katanya sambil menenteng makanan di tangannya, sambil berjalan masuk kedalam ruangan itu dan meletakkannya di coffe table di tengah ruangan.
“I will finish this first”, kata Alex kembali berkonsentrasi dengan dokumen di mejanya dan layar komputernya. Honey mulai membuka kantongan itu dan mengambil kotak sterofoam keluar, dan mulai mempersiapkannya di meja itu.
“Hmmmm… Mie goreng warung gang belakang ya?” tanya Alex sambil masih menatap layarnya, hanya dengan mengendus aroma makanan itu.
“Yup… Masnya lagi baik nih, ada ekstra telur rebusnya…”, sambil menuangkan sambelnya ke atas mie tersebut.
“Wah…”, Alex sudah berada di samping Honey dan langsung menjatuhkan tubuhnya di sofa. Kemudian Honey mengambilkan kotak itu dan menyerahkannya ke tangan Alex.
“Yuk makan dulu, sudah lama juga kan tidak makan ini?”, sambil Honey mulai mengangkat mie itu dengan garpu plastik yang disediakan.
“Hahaha… it’s remind me years ago…” kata Alex sambil juga mulai mengangkat mienya, dan menikmati aromanya dan mulai menyeruput mie itu. Honey memang salah satu orang kepercayaan juga dalam perusahaan ini, Alex sendiri sudah mengenal Honey sebelum benar-benar menjabat sebagai direktur, mereka pernah bekerja bersama waktu Alex masih mulai sebagai karyawan kecil di kantor mereka.
“Eh kapan-kapan nongkrong di kaki lima lagi dong, kangen juga masa-masa gitu…”, kata Alex kepada Honey, sambil meliriknya yang masih menikmati mienya sendiri. Honey hanya melihatnya dan tersenyum.
“Kau tuh yang susah, orang penting sih…” sambil menusuk telur rebus milik Alex, dan langsung mengambilnya. Wajah Alex tampak ingin protes, tapi sudah terlambat, telur itu sudah di makan Honey.
“Kalau cepat kelar nih bentar, kita makan di warung ikan di Jakut yuk?”, kata Alex, sambil menarik tangan Honey yang memegang garpu dan telur yang masih menancap, itu dan memakan sisa telur itu.
“Ke Jakut, jauh banget kali…”, kata Honey sambil mencubit pipi Alex yang masih mengunyah, tapi Alex tetap saja melanjutkan kunyahaannya, sambil matanya berputar seperti sedang berpikir.
“Sushi murah yang di Mall itu deh…”, Alex memberikan pilihan kepada Honey.
“Boleh tuh…”, jawab Honey sambil lanjut makan.

***

Pukul 1000

Crystal baru tiba di kantor utama Tjahjadi Group, dia ingin mengecek lagi laporan dari kantornya diluar negeri, dia biasanya memang mengerjakannya dari rumah saja, tapi belakangan dia juga sering ke kantor karena Alex telah menyiapkan ruangan untuknya di samping Adicipta di Lantai 25, tapi di hari minggu seperti ini, lantai itu kosong melompong, jadi dia ingin menggunakan laptopnya dan nongkrong di ruangan Alex pagi itu. Lantai 23 tempat Alex terlihat cukup ramai, mungkin karena ini juga ruangan difisi legal dan administrasi yang juga sering masuk di hari libur. Tanpa Babibu, dia langsung membuka pintu ruangan Alex.

“JIe Crystal”, suara sapaan dari Honey membuatnya sedikit terkejut, dia tidak menyangka ada Honey di ruangan itu. Crystal sempat termenung sejenang memperhatikan mereka berdua yang duduk begitu rapat dan sepertinya di atas meja ada bungkusan makanan yang baru saja mereka makan.
“Ganggu ya?”, kata Crystal berusaha menghilangkan rasa kikuknya melihat Alex dan Honey sepertinya sangat mesra.
“Ngak kok”, jawab Alex dengan cepat, sambil tersenyum lebar kepada Crystal dan menatap Honey lagi.
“Aku numpang sini ya, ruangan di atas kosong banget sih…” sambil Crystal langsung duduk dan mengeluarkan mac booknya, dan membukanya di atas coffe table di hadapan Alex dan Honey.
“Aku lanjut kerja dulu ya”, kata Honey sambil membereskan bungkusan di meja itu dan dengan tersenyum meninggalkan ruangan itu.

“Jangan bikin macam-macam di kantor”, celetuk Crystal sambil matanya tertuju di layar laptopnya.
“Ngak macam-macam kok”, jawab Alex santai dan beranjak menuju meja kerjanya juga ingin memulai kembali pekerjaannya.
“Terus kenapa nempel gitu?”, sambung Crystal kali ini masih menatap layarnya.
“Kalau mau macam-macam, pintu itu di kunci”, kata Alex menjawab statement Crystal tadi, sontak mata Crystal menatap Alex dengan tajam. Mata Alex juga menatapnya tapi dengan sangat santai dan bibirnya tersenyum kepada Crystal.

***

NB:
buat yang belum baca cerita sebelumnya siap-siap pusing karena kita akan bolak balik kesana nih…
Elly (a.k.a. Inggrid:Ling)

***

Kota M, Apartemet, 1000

“Yan barang mu sudah nih ya…” seru Andre selesai loading barang-barang di ruang apartment Yanin, ruangannya berada di ujung koridor lantai yang sama dengan ruangan Tedy, tapi di sisi satunya, jadi cukup jauh juga sebenarnya.
“Kenapa mesti lantai yang sama juga sih?”, sambil celetuk Tedy meninggalkan ruangan Yanin juga.
“BIar bisa ngawasin curut”, balas Yanin menutup pintunya ketika Andre dan Tedy melewati batas pintunya.
“Mesti ganti pin rumah nih…” sambung Tedy berjalan menuju apartementnya dengan hanya menenteng satu backpack, isinya juga hanya setelan jas yang baru dibuatkan Alex saat berada di Jakarta dan juga laptop baru berisi konfidensial, dokumen pengantar, dan program bawaan untuk digunakan di kantor barunya nanti, dan tentunya map yang berisi ID kantor barunya.
“Aku balik dulu ya…”, kata Andre sambil memencet tombol lift yang tepat berada di tengah koridor itu.
“Iya bang, makasih banyak ya jemputan dan urus-urus barang-barangku”, kata Tedy sambil menepuk pundak Andre. Andre hanya tersenyum dan mengacungkan jempolnya dan sedikit melambai masuk ke dalam lift. Sekarang waktu Tedy berjalan menuju ruang apartementnya.

“bip… bip… bip… titttt…”, pin itu membuka pintu ruang apartementnya, dan seketika aroma wangi masakan menyerbak keluar dari apartementnya itu. Tedy lupa kata-kata Andre tadi, Inggrid sedang menunggu di apartementnya. Terlihat Inggrid berlari kecil dari arah dapur apartement itu, dan langsung memeluk Tedy yang masih berdiri di depan pintu. Tedy hanya terdiam karena terkejut, tawa kecil terbesit dibibirnya dan mendekap tubuh kecil Inggrid itu.
“Aku pulang”, kata Tedy berbisik dalam pelukan itu.

***


1494648608-149464543021610-midu8.jpg


“Ayo masuk…masuk… taro dulu tasnya…”, sambil Inggrid menarik tangan Tedy masuk dan membawanya ke ruang makan.
“wah rasa apartement sendiri ya”, celetuk Tedy kepada Inggrid, mata Inggrid lalu terbelalak dan tersenyum.
“Nyambut suami pulang kan, jadi gitu…”, sambil mengecup bibir Tedy, dan kembali lagi ke dapur.
“Masak apa sih?”, sambil Tedy melepaskan tasnya dan meletakkannya di ruang tamunya, matanya berputar mengelilingi apartementnya itu, barang-barangnya sudah kembali, seperti bahkan tidak pernah meniggalkan tempatnya, hanya sedikit saja yang bergeser dari tempatnya, seperti posisi ornamen yang terbalik dan karpetnya yang bersih, baru saja di cuci.
“Babi kecap, kesukaanmu ko…” jawab Inggrid dari dapur. Tedy berjalan mendekat kebelakang Inggrid, dan merangkul pinggangnya dari belakang, sambil mengendus bahunya yang putih.
“Emmm asem…”, kata Tedy sambil malah mengecup pundak Inggrid.
“Hemmm”, sambil Inggrid memanyunkan bibirnya cemberut kepada Tedy.
“Habis gym langsung kesini”, tanya Tedy pada Inggrid.
“Iya…Kemarin bahan sudah kubeli terus pinjam kulkas”, sambil mengaduk masakannya di wajan yang menyebarkan aroma itu keseluruh apartement yang kecil itu.

“Ko…Mungkin aku plinplan…”, tiba-tiba nada Inggrid menjadi serius, dan matanya seperti kosong menatap masakannya.
“Tapi Aku tidak ingin lagi membiarkanmu bersama Ce Nita, Aku ingin kau bersamaku!”, kata Inggrid dengan tegas dan memalingkan wajahnya menatap mata Tedy dengan sungguh-sungguh.
“Ling tidak ingin mengalah… dan aku akan berusaha merebutmu darinya”, kemudian kedua bibir mereka bertemu dan kecupan yang manis, dan senyum merekah dari wajah Inggrid, dan dia pun berpaling malu kembali memperhatikan masakannya.
“Apa yang membuat mu berubah pikiran Ling?”, peluk Tedy makin erat, ada perasaan senang namun juga ada perasaan terbebani dalam hatinya, dia sadar dia pasti harus memilih kemudian hari.
“Entah lah, melihat Cie Nita begitu bahagia ketika tahu koko baik-baik saja, ketika aku melihat perhatiannya pada mu ko, aku cemburu… aku juga ingin bisa mengutarakannya, aku juga ingin mengumbarnya”, kata Inggrid sambil mulai meniriskan masakannya ke atas piring saji yang sudah dia siapkan. Tedy meraih piring itu dan meletakkannya kembali ke atas cabinet di dapur, dan memeluk Inggrid dengan erat.
“I know…”, kata Tedy, dan pelukan mereka berdua semakin erat, dalam kebimbangan hati Tedy merasa bersalah pada Inggrid dan juga Nita, dia tidak bisa menentukan pilihannya, mengepa berat bagi hatinya memilih diantara mereka. Dalam hatinya bergejolak, rasa cinta dan rasa sayangnya, entah apa perasaan itu.
“Ko… aku mencintaimu bagaimanapun keadaannya, walau hatimu untuk cie Nita, tapi aku akan tetap menunggumu…” sambaru menengadahkan wajahnya, menyandarkan dagunya ke dada Tedy, dan Tedypun menatapnya dalam, bibir mereka terpaut dan saling menguatkan hati dalam dekapan hangat ini.

***

“wah enak banget nih…”, seru Tedy sambil menyentap makan siangnya bersama dengan lauk buatan Inggrid, tentu saja di dampingi juga oleh Inggrid yang juga sedang makan bersamanya sambil senyum tipis mendengarkan pujian dari Tedy barusan.
“Tapi koko kan habis ketemu ai Maya, pasti habis di masakin juga dong, pasti lebih enak”, kata Inggrid memuji masakan ibu Tedy tentunya, iya bagaimanapun juga masakan rumah yang terenak sih sebenarnya.
“Ada rasa tersendirinya kok Ling, rasanya memang khas buatan mu…”, sambil tersenyum menatap Inggrid begitu manis saat tersipu dan tersenyum.
“Ling mandi dulu ya koh…jangan ngintip…”, kata Inggrid sambil mulai membersihkan meja makan.

***
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd