Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter V – Relax After a Fight

21 Juli 2015, 1330
Kantor Tjahjadi Pusat Group

“Kau sudah melakukan kerja yang bangus Theo, memberikan stategi yang baik untuk kru yang kau pimpin dan juga untuk pertarungan dengan Ryuici Gato!”, kata Adicipta pada putranya itu.
“Kalau bukan karena kedua guruku datang tepat waktu, mungkin aku juga tidak akan berhasil”, jawab Tedy. Semua sedang berkumpul di ruangan itu, Adicipta, Maya, Alex, Crystal, Wu Ji, dan Xiao Yu.
“Paling tidak dia bertahan sampai kami tiba”, sambung Xiao Yu, memuji dengan caranya sendiri.
“Theo sudah siap untuk bergabung bersama kita di sini, siap untuk mengambil peran yang lebih besar!”, kata Alex, menatap semua yang berada disana, kali ini Crystal hanya diam. Crystal juga sempat khawatir ketika dia tahu Tedy harus bertarung sendiri, tapi mau tidak mau Tedy harus siap.
“Aku selalu ingin dia berada di sini, tapi anak kepala batu ini saja yang tidak mau!”, kata Adicipta sambil sedikit bercanda.
“Aku sudah terlanjur mendafatar di perguruan tinggi di kota M, aku ingin melanjutkan studiku…”, jawab Tedy mencari alasan.
“Masalah kuliah bisa di atur, kampus manapun di kota ini tinggal kau pilih!”, kata Crystal dengan nada datar dan dingin.
“Aku ingin tetap di kota M”, jawab Tedy juga dengan tegas.
“Bukannya kemarin juga sudah setuju aku akan bekerja di perusahaan kita di kota itu?”, kata Tedy mengingatkan kesepakatan mereka sebelumnya.
“Bilang saja kau tidak bisa jauh dari wanita-wanitamu!”, kata Crystal lagi dengan dingin dan mata sinis menatap Tedy.
“Wanita-wanita”, Maya tiba-tiba merespon dengan pernyataan Crystal itu. Kemudian Crystal sadar sepertinya dia telah salah bicara didepan ibu mereka.
“Maksudnya wanita-wanita di bank tempatnya bekerja, banyak wanita cantik disana”, Alex menjawab mencoba menutupi kebenaran yang lain.
“Sudah jangan ganggu adik kalian, dia masih muda butuh banyak pengalaman, biarkan dia bekerja dari bawah di cabang di kota M saja, itu juga bisa jadi pengalaman bagus baginya…” kata Maya sambil menatap suaminya.
“Bagaimana menurutmu?”, sambil kemudian menanyakan persetujuan pada suaminya itu.
“Sepertinya pengalamannya di bank sudah cukup lah, tapi biar dia coba juga bekerja di perusahaan kita, sama seperti Alex dulu, mulai dari karyawan tanpa identitas Tjahjadi…” kata Adicipta.
“Tapi dalam kondisi sekarang, bukankah lebih baik Theo tetap di kota ini”, kata Alex berusaha menyakinkan Adicipta agar membiarkan Tedy tetap di Jakarta.
“Agar kalian punya alasan berkeliaran?”, tanya Adicipta pada Alex dan Crystal dengan tatapan yang serius, tatap ini seperti menelanjangi Alex, dia tahu bukan hal yang bagus menentang ayahnya ini, terlebih dia harus mengambil sisi baik ayahnya karena ada pertukaran besar yang harus dia lakukan nanti kepada Ayahnya.
“Kalau ayah merasa Theo belum siap, biarlah dia belajar lagi”, kata Crystal menghindari tatapan ayahnya itu. Tedy menyadari kejanggalan pada mereka berdua, tidak biasanya Crystal mengalah pada Ayah, dan Alex tidak berhasil menyakinkan ayah urusan pekerjaan. Ada yang mereka berdua sembunyikan dan ayah tahu akan hal ini.
“Baiklah, minggu depan kau akan kembali ke kota M, mulai pekerjaan di kantor ABCD sebagai Quality Control Manager di sana!”, kata Adicipta pada Tedy.
“Ada saran lain?”, tanya Adicipta pada semua yang hadir.
“Aku tidak tahu perusahaan itu miliki kita, itu perusahaan ekspor import kan?” tanya Tedy sambil berbisik kepada Alex disampingnya. Tanpa bersuara Alex hanya mengangguk.

***

Kediaman Tjahjadi, 1720
“Ini minggu terakhir kau di Jakarta, yuk jalan”, kata Alex sambil menggangu Tedy di perpusatakaan di kediaman mereka. Tedy sedang browsing internet dan juga memesan beberapa buku mengenai ekspor impor.
“Iya yah, di Jakarta Aku tidak kemana-mana nih… hahaha…” tawa Tedy sambil melihat Alex yang berdiri di depan pintu, sambil mengenakkan kaos oblong dan juga jins.
“Kan statusmu mayat berjalan, jadi belum boleh berkeliaran kemarin, sekarang sudah bisa diurus”, sambung Alex sambil memainkan smartphonenya.
“Hahaha…Iya nih, gimana statusku, apa sudah dulihkan? Gimana tuh laporannya?”, tanya Tedy penasaran dengan pengaturan Alex itu.
“Sudah ada yang atur, memang dibuat seperti salah informasi saja… lagipula saya dokumen kemarinkan semua informasi hanya berupa inisial jadi bisa salah oranglah..” kata Alex santai.
Kemudian Alex menjelaskan, secara resminya, Tedy dirawat di rumah sakit selama 20 hari karena kecelakaan, geger otak, kaki kanan terkilir, bahu kiri dislokasi, dan robek di pelipis, jadi Tedy tentunya harus menyamakan cerita yang diberikan Alex itu.
Selain itu untuk penerimaan di cabang nantinya, sudah diatur juga oleh Alex, mereka menyebutkan kalau Tedy diterima via kantor pusat, jadi tinggal bekerja saja di cabang, tidak perlu interview lagi di lokasi.
“Ayo cepat siap-siap, aku dan Crystal akan menunggu di parkiran”, kata Alex berlalu setelah menjelaskan beberapa hal itu kepada Tedy. Tedy sendiri tidak menyangka Crystal akan ikut dengan mereka. Sambil bergegas juga menyelesaikan pesanannya untuk dikirim ke apartement lamanya, Tedy langsung berbegas ke kamarnya untuk bersiap.

https://3.bp.********.com/-mMe2LgTI...Lkxb_74LyHjK5jZ0w7w_fUOwCLcBGAs/s1600/zyq.jpg

“what took you so long”, kata Crystal yang sedang selonjoran di sofa ruang depan saat melihat Tedy yang masih berjalan dengan santai ke pintu menuju parkiran.
“Ko Alex bilang 15 menit, belum sampai loh…” jawab Tedy berusaha membela diri.
“Yuk jalan!”, sambil Crystal menepuk sofa itu dan berdiri.
Alex yang mengendarai mobil sejuta umat yang terparkir di parkiran mereka biar tidak begitu mencolok, karena mereka akan menuju tempat yang casual dan agak midclass.

***

Selang beberapa menit mereka akhirnya tiba di salah satu cafe di bilangan Jakarta Selatan, dan Alex dengan santainya memarkir mobilnya, sepertinya sudah disiapkan tempat oleh sekuriti disana. Sambil berjalan masuk, kami disambut oleh para karyawan dengan sangat ramah, dan Alex menyapa mereka juga dengan sangat ramah, menanyakan keadaan cafe dan resto itu. Rupanya ini cafe and resto milik Alex yang menjadi bahan taruhannya dulu dengan ayah, terlihat sekarang sudah membesar dan sudah tidak seperti pertama kali cafe ini berdiri, sudah jauh keren dan banyak fasilitasnya. Mereka bersama naik ke lantai 3 sekarang, ruapanya di lantai 2 tersedia DJ dan juga di lantai 3 merupakan bagian seperti tribun yang bisa melihat ke bawah.

Mereka bertiga masuk ke ruang VVIP memang sepertinya dibuat khusus untuk Alex, karena dari sana dia bisa melihat semuanya, dan juga ada tv yang menunjukkan CCTV seluruh gedung, walau tidak tertata seperti ruang kantor, ruangan ini juga full entertainment. Pintunya terbuat dari one way mirror, dan juga jendela ruangan yang mengarah ke bawah juga merupakan jenis kaca yang sama.

Terdengar dentuman musik yang keras dari DJ diruang bawah, walau ini weekdays ruangan cukup penuh di bawah sana, dan cukup banyak orang, atau mungkin karena baru kembali buku setelah tutup sebulan.
Setelah makan dan beberapa botol minuman, mereka bercerita beberapa tahun belakangan mereka, apa yang terjadi setelah mereka berdua ke kota M. Tapi sambil bercerita dengan kedua kakaknya ni, Tedy tersadar merasa belakangan ini Crystal tampak lebih feminim dalam gaya berpakaiannya, tapi dia tidak ingin menanyakan hal itu pada Crystal, tidak ingin cari gara-gara tentunya. Apakah dia sedang punya hubungan dengan seseorang? Atau dia hanya sekedar lagi senang saja dengan kostum itu.

Malampun berjalan semakin larut, tapi sepertinya Crystal sudah mulai sedikit tipsy, dan juga sadar dengan kondisinya itu dia sudah berhenti minum. Akhirnya dia bilang ingin pulang duluan, dan mengambil kunci mobil dari Alex. Kemudian dia pun meninggalkan kedua lelaki ini, tanpa kendaraan, tapi sebenarnya tidak masalah juga, jika ingin menginap sofanya juga cukup nyaman. Akhirnya mereka melanjutkan obrolan mereka, dari berbagai hal hingga akhirnya Tedy pun sudah tidak kuat lagi, dan tertidur di sofa itu.

***

“Ujian bawah tanah sudah selesai, tinggal urusan ‘white collar’ yang harus dia buktikan”, jawab Alex sambil berdiri dan berjalan menuju kamar mandi. Dia sandarkan tubuhnya ke kusen pintu itu, sambil menatap wanita di hadapannya yang telah mengenakkan pakaian kantor lengkap dan juga begitu anggun.
“Kau meninggalkan Tedy di cafe semalam?” tanya wanita itu pada Alex.
“He will fine”, sambil berjalan dan merangkul pinggang wanita itu, dan mengecup mesra tengkuknya.
“Sudah Lex, aku ke kantor duluan ya... See you there”, sambil berlalu mengambil kunci mobil dan pergi. Alex kemudian menyalakan keran air kamar mandi itu, membasuh tubuhnya dengan air hangat yang lembut. Dia menyentuh punggungnya itu, bekas luka itu, mengingatkannya, awal semuanya. Walau tidak ada cedera parah dari kejadian itu, tapi punggungnya akan selalu meninggalkan bekas itu. Walau sudah beberapa kali ibunya menawarinya untuk melakukan operasi untuk menghilangkan bekas luka itu, tapi Alex menolak.
“dìdì, wǒmen kào nǐ le” (adik, kami mengharapkanmu...) bisik Alex dalam guyuran air itu.

---

20 Juli 2015
Kota M, 1900

“Terjadi perkalian antar kelompok di Kawasan Perumahan Elit di Jakarta Selata, tadi pagi, 40 orang ditangkap, dan puluhan luka-luka akibat dari bentrokan itu”, suara dari Tv terdengar jelas bergemah dalam ruangan itu.
“Ce Nita, enak banget ya makanan buatannya…”, suara dari Elly sambil terus mengunyah makanannya.
“Pelan-pelan makannya…”, kata Nita dengan lembut kepada new best friendnya ini. Mereka memang menjadi semakin dekat setelah Tedy pergi.
“Sudah makan saja dulu, nanti maagmu kambuh lagi”, sambung Nita, sambil juga makan bersama dengan Elly. Nita merasa satu-satunya yang bisa memahami perasaannya sekrang mungkin hanya Elly, tapi hingga saat ini juga Nita masih berusaha tenang dan tidak bertindak gegabah, karena bisa jadi musuh Tedy masih berusaha mencarinya. Anitapun belum menceritakan apapun pada Elly, tapi perhatian Elly meningkat kepada Nita ketika Tedy menghilang, dia tahu Nita pasti sedang dalam masa sulit, tapi dia juga sadar dia sendiri sedang mengalami masa sulit ketika Tedy pergi, tapi dia tahu Tedy akan kembali dengan caranya sendiri.
Mendengar berita di TV membuat Elly sadar bahwa sudah terjadi benturan besar antara Tjahjadi dengan Yakuza yang menyerang mereka. Tapi dengan keluarnya informasi sepertinya ini harusnya Tjahjadi telah berhasil kondisinya. Tapi informasinya belum ada, tapi mungkin paling mudah jika dia menghubungi Jie Yanin, tapi nanti saja pikirnya, setelah Nita pulang. Nita sendiri merasa khawatir pada Tedy yang beberapa hari ini tidak ada kabar. Apakah Tedy akan muncul besok, Nita berharap Tedy dengan ajaib akan muncul sehabis liburan lebaran ini.
Walau Nita tahu Tedy masih hidup, tapi sekarnag juga kondisinya tidak aman, dan masih dalam keadaan yang tegang pastinya. Apakah semuanya akan baik-baik saja, pikir Nita. Nita dan Elly mengobrol sambil menikmati makanannya, hingga akhirnya malam menjemput.

***

22 Juli 2015
Tedy terbangun dalam kondisi kepala yang terasa sakit, masih terbaring di sofa ruang VVIP café n resto semalam. Dia berusaha berdiri dan memcoba memperhatikan jamnya, sudah hampir pukul 8 pagi, hari ini juga dia janji untuk setor muka di kantor pusat, mana sempat lagi dia kembali ke rumah untuk berganti pakaian pikirnya, belum lagi kepalanya masih cukup punyeng karena kemarin. Dia mendudukkan dirinya dan berusaha memperhatikan sekitar, dia tidak menemukan Alex sejauh matanya memandang. Tedy berpikir apakah Alex meninggalkannya semalam di ruangan ini begitu saja, atau malah dia sudah berangkat kerja duluan.
Saat Tedy menuruni tangga, terlihat sudah banyak hiruk pikuk karyawan memperispkan hari ini, shift pagi mereka sudah masuk rupaya, cepat juga ya pikir Tedy. Saat salah seorang karyawan melihat Tedy berjalan turun, gadis itu langsung menghampiri Tedy.
“Pagi ko, Ko Alex tadi ada titipin kunci mobil, dan juga mobil di depan, katanya ada beberapa pakian yang bisa dipilih di dalam, notenya juga jangan telat!”, katanya dengan wajah yang ekspresif, cukup manis sih menurut Tedy. Dia hanya tersenyum dan mengucapkan terima kasih lalu berlalu menuju parkiran depan. Melihat kunci mobil yang diberikan, sudah ada juga stiker nomor polisi disana, dan hanya ada satu mobil Toy*ta sejuta umat disana. Tedy membuka bagasi belakang dan melihat memang ada beberapa kemeja sudah digantung disana dan juga ada beberapa celana panjang juga, dan sebuah sikat gigi travelpack. Tedy meraihnya dan masuk kembali ke café dan mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke kantor.

***
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd