Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter III
Family vs Family


13 Juli 2015; Pukul 1530
69 jam sebelum deathline
Perumahan mewah, Jakarta Selatan.
Informasi itu sudah sampai ketelinga para preman berdasi ini.

“Kuso yarō, Sono Chūgoku no tawagoto wa watashitachi o atsukau koto o aete!”, gerutu Oyabun, pria bertubuh besar, dengan setelah jas rapinya tidak mampu menutupi wajah marahnya dan juga tato yang terlihat mencuat dari lengan kemejanya yang tidak bisa menutup semuanya. Dia sedang duduk diujung meja panjang dan disepanjang meja itu para kyodai-nya sedang menunggu perintahnya.
“Sorera o kōgeki suru hitsuyō ga arimasu!”, sahut kyodai-kyodai itu.
“Mubōna koto wa dekinai”, kata wakagashira-nya.

Dalam keriuahan ruangan itu, ada yang ingin menyerang, ada yang ingin bernegosiasi lagi, ada yang ingin pergi saja, masih ada banyak wilayah lain yang bisa di ambil alih.

Walau masih cukup muda, dan dipercaya oleh pimpinan klannya untuk menjadi pemimpin disini, Keichi Goto.

360full-ryuhei-matsuda.jpg


Selama ini wakagashira-nya Ryuichi selalu melemani langkah pimpinan muda ini, Ryuichi juga sudah mengabdi untuk keluarga Gato sejak dia masih anak-anak, kesetiaanya pada keluarga Gato luar biasa, bahkan hingga ketika Hideaki menginginkan anaknya Keichi untuk memimpin ranting di Indonesia Ryuici yang dipercaya mendampingi putranya itu.

still_2.jpg


Sebagai tangan kanan dia harus memastikan pemimpinnya ini tidak salah dalam mengambil keputusan, karena nyawa seluruh keluarga Gato di Indonesia bisa menjadi taruhannya. Pilihannya harus diarahkan dengan hati-hati.
“Gato-sama, Mr Guo wa anata to kankyaku o mochitaidesu…” seorang pria berjalan masuk dengan terburu-buru membuat semua mata tertuju kepadanya, ini pertemuan penting dan dia mengusik pertemuan ini.
“Mr Guo? Ano chūgokujin?”, tatap tajam Keichi kepada anak buahnya itu.
“Hai…” dengan nada yang sedikit ragu. Keichi tahu pria satu ini, salah satu pengusaha tionghoa di Indonesia dan dia berpengaruh, sangat berpengaruh, mampu berdiri berhadapan dengan Tjahjadi tanpa ragu, tapi mereka masih dalam keadaan menjaga keseimbangan dan berusaha tidak saling mengusik.
“Kare wa nani ga shitai no? Watashi wa sugu ni kare ni aimasu”, perasaan ini membuat Keichi dan juga Ryuichi merasa tidak tenang, pasti ada sesuatu yang membuat pria dengan nama Indonesia Tandi Winardi ini melangkahkan kakinya sendiri ke teritori Yakuza.

***

“Mr. Guo… aku tidak percaya anda ada… di sini..” kata Ryuichi menyambut Tandi yang sudah duduk menikmati tehnya di ruang tamu mansion besar milik keluarga Goto di Jakarta . Tandi tentu tidak datang sendiri, dia didampingi oleh dua penjaganya, mereka berdua tampak siap dan tenang bahkan terkesan memiliki wajah ramah. Tapi dari mata terlatih Ryuichi dia sadar kedua orang itu bukan sembarangan, mampu bertarung dan mampu setidaknya melumpuhkan beberapa penjaga di tempat ini jika perlu.
Keichi sendiri belum terlalu fasih berbahasa indonesia tapi dia mampu memahami setidaknya percakapan sederhana, paling tidka ada Ryuichi yang mampu belajar bahasa dengan cepat dan mampu diandalkan dalam pertarungan dan strategi.

“Tidak perlu basa basi, kita langsung saja…” sela Tandi dengan tenang dan kaki tersilang di hadapan kedua orang tertinggi Yakuza ini. Kepercayaan diri ini menunjukkan kekuasaan pria paruh baya ini.
“hahaha… timu is moneei, silahkan Mr Guo…”, tawa Ryuichi langsung mempersilahkan pria ini berbicara.
“Aku punya informasi menyenai adikmu tuan Gato”, kata itu langsung membuat mata Keichi terbelalak, dan menegakkan duduknya, he lose the chill. Melihat itu, Ryuichi segera mengambil alih.
“bagaimana tuan kami bisa percaya informasi itu?” potong Ryuichi mencegah tuannya dimanipulasi rubah tua yang ada dihadapan mereka ini.
“anggap saja aku seorang teman yang dipertemukan oleh musuh yang sama ingin membantu…”, analogi ini, pria paruh baya ini pandai bermain kata. Seorang musuh dari musuhmu adalah teman, peribahasa lama ini.
“anda seorang pebisnis, apa untungnya memberikan itu kepada kami?” tanya Ryuichi lagi kepada Tandi.
“kepuasa”, jawab Tandi dengan tenang, dan menyeruput the dari gelas yang dia genggam.
“Aku ingin melihat Tjahjadi hancur!”, jawabnya dengan tegas dan tatapan tajam menatap langsung ke mata Ryuichi.
“Hahahaha…” Keichi tertawa mendengarkan pernyataan Tandi, membuat matanya beralih metap pemimpin muda ini.
“Jika kami menyerang, dengan jumlah kami yang sekarang, kami akan babak belur!” kata Keichi dengan bahasa Indonesia terbatah.

“Akan kuberi kalian 100 orang, jika perlu 200 orang…” kata Tandi kepada Keichi, membuatnya berpikir.
“Kenapa bukan anda sendiri yang menyerang!?”, rasional Ryuichi menabrak pemikiran Keichi, benar kenapa bukan mereka sendiri, mengapa perlu keluarga Gato.
“Kami para Taipan punya perjanjian sendiri, kami tidak boleh saling serang, jika aku menyerang mereka, taipan yang lain tidak akan membiarkanku selamat dengan mudah…”, jawab Tandi, ya para invisible hands lain pasti tidak akan senang jika ada yang melanggar aturan yang mereka sepakati.
“dan orang mu?”, tanya Ryuichi.

“disposable”, jawabnya singkat dan dingin, para orang sekali pakai miliknya, jika terjadi sesuatupun dia akan sulit untuk dilibatkan dalam kekacauan ini. Ryuichi sendiri masih terus memutar kepalanya memikirkan strategi terbaik dan tawaran dari Taipan satu ini.
“Akan kami pikirkan”, jawab Ryuichi, pertimbangan dan pemikiran serta analisis harus dia lakukan sebelum memberikan masukan pada tuannya Keichi.
“Oke… kutunggu kabar gembiranya… jangan membuatku menunggu terlalu lama…” sambil berdiri dan beranjak meninggalkan ruangan itu.
“bagaimana kalian mengatakannya… oh… arigatou”, sambil tertawa dan meninggalkan ruangan itu.
***

Ryuchi berpikir dengan berbagai data di hadapannya, beberapa informasi yang telah mereka dapatkan tentang keluarga Tjahjadi tempat persembunyian mereka dan juga kemungkinan dimana nyonya muda mereka dan rekannya di tahan.

Tempat Tjahjadi di Jakarta terlalu banyak, beberapa titik juga merupakan daerah ramai, dan jika mereka menyerang daerah itu pasti akan terjadi keributan dalam hitungan menit polisi pasti sudah akan berusaha meringkus mereka.

“Senpai, Watashitachiha atarashī jōhō o emashita!”, kata seorang anak buahnya yang terburu-buru masuk dan berlutut di hadapan Ryuchi.
“Hanasu”, kata Ryuchi.
“Ashita wa kaikai-shiki ga arimasu”, kata pria itu dengan serius menatap Ryuchi, ini informasi yang penting dan ini kesempatan.
Kesempatan untuk menyerang keluarga Tjahjadi, atau untuk mengalihkan perhatian keluarga Tjahjadi, tapi tetap saja mereka memerlukan informasi dimana mereka ditahan.
Sepertinya memang tidak ada cara lain untuk menyelamatkan kedua anggota mereka itu selain bergantung pada Taipan lainnya, Tandi Winardi.

***
 
Terakhir diubah:
Setuju walau TS uda kasi penjelasan bnyk... alangkah indah bila ada translate ....
Nama Winardi.... koq marga Gou... ? Menurut yg saya baca2.. yg make Wi ... itu Oey(dibaca Ui) atau Huang... (mandarin) atau wong ( canton)
Hahaha... memang chapter kali saya sengaja buat membingungkan, biar chapter selanjutnya makin penasaran...
marga si Taipan satu ini emang sengaja, cb google taipan Indonesia dengan inisial yang sama, marganya dalam mandarin Guo...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd