Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Chapter I

Family Dinner

Minggu, 12 Juli 2015; Pukul 15:40

“We got the hime, and the hand, what left is the head”, (kita sudah mendapatkan tuan putri, dan tangannya, yang tersisa hanya kepala) terdengar suara datar itu tenang di ruang meeting berukuran 40 meter persegi itu, sebuah meja panjang besar membentang dan di sana sudah duduk 5 orang dan satu orang berdiri. Suara yang berasal dari Alex itu rasanya dingin dan datar terdengar bahkan tanpa emosi sedikitpun.

“I want them in my hand now, I will break their neck with my bare hands”, (aku ingin mereka di tanganku sekarang, aku akan mematahkan leher mereka dengan tanganku) suara merdu namun mengerikan milik Crystal yang kemudian terdengar membuat merinding. Gadis cantik namun mengerikan ini tidak terima adiknya dan Yanin telah diserang dan mengakibatkan cedera yang cukup serius bagi yanin.



“Pakai bahasa Indonesia atau Mandarin, kami tidak mengerti…” suara lain terdengar dari ujung meja. Adicipta Tjahjadi duduk di sana, merasa sulit berkomunikasi dengan kedua anaknya ini yang menggunakan bahasa Inggris. Terdengar suara tawa kecil dari sisi kanannya, Maya menertawakan suaminya yang begitu terus terang akan ketidak tahuannya terhadap bahasa asing itu. Maya juga hadir dipertemuan ini, keluarga inti Tjahjadi sekarang sedang terkumpul dalam ruangan ini, dengan tambahan Andre yang berdiri dibelakang Alex.

Wen+Jiang+Zhou+Yun+Premiere+Let+Bullets+Fly+wwlbvmTpAFhl.jpg


Tedy hanya menikmati pemandangan ini, bahwa seluruh anggota keluarganya berkumpul, minus kakeknya yang entah dimana sekarang. Tapi yang dia tahu, bila berita serangan ini sampai ketelinga kakeknya dia akan marah besar dan muncul dengan sendirinya, apakah perlu sampai padanya atau segera diselesaikan?

“Kita tinggal menunggu Kepala Yakuza itu untuk muncul, kita sudah menangkap tangan dan putrinya…”, kata Alex berusaha menjelaskan kepada Adicipta kondisi di lapangan saat ini. Adicipta merasa cukup puas dari informasi itu, dengan begitu walau lawannya akan bergerak, mereka pasti akan berpikir karena saat ini kunci utama yaitu putrinya berada di tangan Alex dan pasti akan berbahaya bagi Yakuza itu untuk menyerang.

“Apa Ini akan mendorong mereka untuk bernegosiasi?” timpal Tedy dari perkataan Alex tandi. Melihat adiknya cerdas dalam membaca situasi ini dia mengangguk padanya dan kembali melirik ayah mereka yang duduk di ujung meja rapat ini.

hu-ge-emporio-armani.jpg


“Aku tidak akan menerima negosiasi, kecuali mereka menyerahkan kepala mereka!” suara Crystal yang tegas memecah keheningan ruangan itu. Membuat mata Alex langsung menatap Crystal tajam dan juga membuat Tedy tertengun, tapi tidak dengan Adicipta dan Maya, mereka tahu betul sifat anaknya yang satu ini.

“Kita sudah membicarakan itu Ai Xin, Theo dan Yanin baik-baik saja, tidak ada leher yang harus putus…”, jawab Adicipta dengan santai tapi terdengar tegas.

“Pa… 3 rusuk Yanin patah, 32 jahitan di pahanya, belum lagi luka di punggungngnya!”, Crystal berusaha mendebat ayahnya.

“Apa kau tidak pernah mematahkan rusuknya ketika latihan? Yanin terlibat banyak pertarungan, latihan, tawuran, sudah banyak luka yang tentunya ini juga tidak ada masalah untuknyakan?” kata Adicipta lagi kepada Crystal. Memang benar Yanin bolak balik bertarung, sana sini luka, setelah jebakan kemarinpun Tedy dan Yanin masih bertarung menuju tempat yang Aman.

“Jie, kau bicara soal Yanin, adikmu ini juga penuh luka loh?” celetuk Tedy pada Crystal, sambil mengangkat kemeja putinya dan memperlihatkan perban yang menutupi perut sebelah kanannya dan juga menunjuk sikut kirinya juga yang lecet. Crytal lalu menatap Tedy dengan dingin dan memutar bola matanya.

“Ayolah, kau lebih tangguh dari itu, kau seorang Tjahjadi…” kata Crytal dengan tegas. Tedy hanya mengangkat bahu dan tersenyum kecil, sekarang Tedy berani karena sedang ada Ayah dan Ibunya disana, jika tidak dia bahkan mungkin sudah lari terbirit-birit jika Crytal mulai memburunya dan ingin menghajarnya.

“Mereka akan menerima ganjarannya, tapi tidak akan ada yang mati, kita akan membuat mereka angkat kaki dari Indonesia, itu yang bisa Ayah janjikan padamu Xin”, kata Adicipta pada putrinya itu. apapun yang dikatakan Adicipta, itu yang akan dia lakukan.

***

“Ted, don’t messing with your sister”, suara berbisik Alex kepada Tedy ketika mereka berjalan dikoridor meninggalkan ruang Meeting bersama yang lainnya. Tedy hanya bisa memasang wajah tersenyumnya kepada Alex dengan santai. Crystal berjalan didepan, diantara kedua orang tuanya, menggandeng tangan mereka berdua. Walau Crystal tidak merangkul lengan mereka berdua dengan manja, bisa terlihat kedekatan keluarga ini dari mereka bertiga, dan dari ini juga terlihat bahwa Crystal masilah tetap anak perempuan yang centil untuk kedua orangtuanya. Akan perempuan satu-satunya milik Adicipta dan Maya.

“Siapa sangka gadis semanis itu punya aura membunuh?”, celetuk Andre berbisik kepada Alex dan Tedy yang berada didepannya. Mereka berdua langsung berbalik dan menatap Andre. Kemudian Alex dan Tedy saling tatap.

“Hanya kami yang boleh mencelanya”, secara hampir bersamaan mereka berdua mengatakan itu pada Andre sambil mengepalkan tangan. Lalu mereka bertigapun tertawa kecil. Membuat mereka bertiga yang didepan menoleh, tapi ketiga pria ini pura-pura tidak melihat dan melanjutkan mengobrol berubah topik tentunya.

***

Tedy berjalan menelusuri kantor besar ini, tempat ini terlihat cukup ramai untuk hari minggu, setelah mendarat siang ini di Jakarta, dia langsung kemari untuk bertemu dengan keluarganya. Alex membawanya berkeliling kantor setelah meeting bersama ayah , ibu dan Crystal. Karyawan semua terasa cukup ramah, dan Alex terlihat begitu akrab dengan mereka, seperti bukan antara atasan dan bahwan, tetapi lebih kerekan kerja. Nuansa kerja yang seperti ini yang selalu ingin di bangun oleh Alex sejak awal dia terjun keperushaan milik orang tua mereka ini, itulah dia ingin memulai dari bahwa waktu itu.

Mereka adalah staff yang sedang mengerjalan proyek pembangunan di wilayah Jawa Barat, dan sedang menyusun berkas dan mengecek kembali sebelum senin diserahkan kepada Dinas terkait. Mereka tidak ingin mengalami nasib yang sama dengan proyek perumahan yang terkendala kasus korupsi itu, jadi semua dokumen harus legal dan sah. DI ruangan ini sepertinya tidak ada yang tahun dunia bawah tanah keluarga kami. Kebanyakan seolah hanya rumor di masyarakat dan juga dongeng yang menakut-nakuti agar orang tidak mau bekerja di sini. Tapi pada kenyataannya rumor itu ada juga benarnya.

“Eh kalau kau mau mulai bekerja, kau bisa gabung dengan mereka… bagian dokumentasi dan administarasi perizinan dan legalitas…” sambung Alex dengan santai di antara para staff itu. sambil kemudian mereka semua kembali menatapku.

“Wanita galak itu yang akan menjadi atasanmu di bagian ini” sambil menunjuk seorang wanita yang berdiri di sudut ruangan sambil memegang board dan mengecek setiap kotak yang telah tersusun rapi.

“Aku mendengarmu Direktur Songong!”, jawab pria itu tanpa berbalik sambil terus mengerjakan pekerjaannya. Seluruh anggota lain malah tersenyum kedua pimpinan ini saling olok, sepertinya ini sudah biasa untuk mereka. Lalu pria itu berbalik dan menghadap kepadaku dan sedikit membungkukkan tubuhnya, Chinese maner.

“Aku Honey Shang, Administrasion and Legal Division Head…” sambil mengulurkan tangannya, yang langsung disambut dengan Tedy tenang, dan dengan senyuman kecil sebagai bentuk basa basi. Pikiran Tedy masih berputar mengenai rekan-rekannya yang dia tinggalkan, terutama Nita dan Inggrid. Semoga saja, mereka semua aman dengan kepergian Tedy.

“Tedy, pengangguran”, jawab Tedy dengan santai, benar sekarang sih pengangguran, tapi belum mengundurkan diri, status pekerjaan Tedy sekarang menjadi aneh, harusnya sih dengan sendiri dianggap tidak bekerja lagi.

“Jadi kami akan langsung dapat staff tambahan nih?” tanya Honey, sepertinya mereka memang butuh banyak tenaga saat ini, tapi tidak mungkin sakarangkan. Wajah Alex langsung beralih kepada Tedy dengan mengangkat sebelah alisnya.

“Tentu saja tidak, aku masih punya urusan dengannya…” kata Alex dengan cepat sambil menatap Honey dengan wajah yang sama. Tedy tentunya hanya tertawa kecil dan tidak akan menyetujui permintaan itu.

“Kau tertarik?”, Alex kembali melihat Tedy dan bertanya, Tedy tidak menjawabnya, hanya mengangkat tangan kirinya, Tedy sendiri belum yakin kemana langkahnya untuk saat ini, tapi dia harus kembali ke sisi Nita bagaimanapun caranya. Tapi saat ini untuk mengamankan jalan itu, dia harus segera menyelesaikan masalah keluarganya. Terlebih mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, apa yang membuatnya diincar oleh musuh keluarganya.

“Oke, we talk later, we need to go…”, Alex lalu mengajak Tedy lagi berkeliling, dan akhirnya semua divisi telah dikunjungi, dan mereka berdua meninggalkan gedung itu dan menuju kediaman mereka.

***

“Apa yang sebenarnya terjadi ko?”, tanya Tedy ketika mobil yang dikendarai Alex mulai berjalan. Alex tampak memberikan salam kepada Security ketika meninggalkan gedung mereka.

“Business are good, so enemy growing more jealous” (bisnis berjalan baik, dan para pesaing mulai bertambah cemburu), kata Alex tenang sambil mengarahkan kendaraannya melewati padatnya kota. Mobil je*p wr*ngler terlihat kokoh melewati padatnya jalan ibukota, dengan kecepatan normal, no need to rush.

“Tapi tidak pernah sampai harus mengincarku dalam beberapa tahun belakangan ini kan?” kata Tedy lagi dalam mobil itu sambil mulai mengutak atik handphonenya. Beberapa hari ini dia mematikan semua sosial medianya, agar dia tidak bisa dilacak, walaupun hari ini dia menggunakan smartphone hanya ada akun internal perusahan mereka di sana yang mengubungkannya dengan jaringan Tjahjadi Group. Tedy juga saat ini dilarang menghubungi teman-temannya sampai semua keadaan terkendali dan aman dan tindakannya pagi ini menemui Nita adalah satu hal yang harus dia rahasiakan dari Alex.

“Yes, ini yang paling buruk…”, kata Alex tanpa meninggalkan pandangannya dari lalulintas yang padat.
“Sebenarnya ini karena ada pembelot dari barisan Nippon itu…”
“Pinpinan utama mereka sudah setuju, tapi salah satu dari keluarga mereka ada yang tidak terima dan berusaha menyingkirkan kita dari permainan…”, kata Alex menjelaskan keadaan saat ini. Pebisnis jepang yang sedang mereka hadapi ini sedang mengalami perpecahan internal.
“Dengan menyingkirkan kita, keluarga itu akan mendapatkan posisi yang lebih kuat, dan bisa menggeser keluarga yang berkuasa sekarang tentunya… Tapi dengan mengusik kita, sebentar lagi mereka yang akan tersingkir…” kata Alex lagi menyambung penjelasannya. Sepertinya keluaga itu ingin menangkap ikan besar seperti keluarga kami, tapi malah tidak siap dengan tarikan balik pada pancingnya.

“So, what father plan about this?”(jadi, apa rencana ayah tentang ini), tanya Tedy ingin tahu rencana ayahnya, tapi biasanya itu adalah hal yang mengerikan.

“Nothing, father wants me to handle it… He just wants the reports” (tidak ada, ayah ingin aku yang menanganinya, dia hanya ingin laporannya), Tedy terlihat sedikit tertengun mendengar jawaban Alex itu.

“Oke… Now you officially become the Devil Head” (Oke, sekarang kau resmi menjadi Kepala Iblis) jawab Tedy dengan sedikit meledek kakaknya ini.

“No… I just keep the seat warm for you…” (tidak, aku hanya menjaga kursinya tetap hangat untukmu), jawab Alex kembali kepada Tedy itu.

“Come on, we had the deal back then… you will lead the company, and I will go on my own way…” (Ayolah, kita sudah sepakat dulu ... kau akan memimpin perusahaan, dan aku akan berjalan sendiri), Alex lalu berbalik menatap Tedy.

“Don't twist my words, you filthy lawyer, the deal is I will handle the company until you ready to join the ranks in the company, not forever…” (Jangan memutarbalikkan kata-kataku, pengacara kotor, kesepakatannya adalah saya akan menangani perusahaan sampai kau siap untuk bergabung dengan jajaran di perusahaan, tidak selamanya...) Alex terlihat menatap tajam kearah Tedy dengan wajah serius tapi terlihat bercanda. Tedy terlihat tersenyum menyeringai kepada kakaknya ini, dia tahu kakaknya berjanji akan mendukungnya sampai dia siap. Tapi sepertinya sekarang siap atau tidak dia harus mengambil perannya.

Mereka berhenti di suatu toko, yang terlihat seperti sebuah toko pakaian tapi tampak mewah dari luar. Ini adalah tailor kesukaan keluarga Tjahjadi, tempat ini menjadi tempat kesukaan Alex, yang kemudian dia perkenalkan kepada seluruh anggota keluarganya dan juga koleganya. Tentunya Tedy belum pernah kemari. Tempat ini menyajikan kain terbaik dan kualitas kerja yang luar biasa, jika tidak tentunya Alex tidak akan kemari. Walau tergolong harganya menengah untuk usaha tailor seperti ini, Alex menyukai hasil karya tempat ini, karena mahalpun belum tentu cocok dengan tastenya.

“Where are we? Kingsman?”, tanya Tedy kepada Alex sambil bercanda.
“Yes, just get in…” kata Alex sambil berjalan masuk bersama Tedy yang mengikut tepat dibelakangnya. Alex ingin membuatkan Tedy suit yang pantas untuk Adiknya ini jika akan benar-benar mulai bekerja dalam Tjahjadi group tentunya dengan penuh elegan.

Setelah setelesai mengukur dan juga memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat formal 3 piece suit untuk Tedy. Mereka berduapun berlalu, katanya dalam tujuh hari semuanya akan siap, tapi perlu diambil sendiri oleh Tedy karena mungkin dilakukan penyesuaian secara langsung jika diperlukan.

***

Minggu, 12 Juli 2015; Pukul 1830

Adicipta, Maya, Crystal dan Tedy telah duduk menunggu dimeja makan, dan kemudian Alex datang menyusul setelah menutup panggilan telfonnya. Sebuah panggilan yang memang harus dia jawab, salah satu anggotanya baru saja mengabarkan bahwa pihak lawan telah siap bertemu dan menginginkan pertemuan ditempat netral dengan membawa orang-orangnya untuk melakukan negosiasi.

“Mereka ingin bertemu Senin besok…” kata Alex kepada semua yang sedang duduk di meja makan.
“Atur saja sesuai dengan pandanganmu Guan…”, kata Adicipta pada Alex, melihat itu Crystal sedikit melirik kepada Alex dan menatapnya dengan sedikit dingin.
“Sudah, makan dulu jangan bicara pekerjaan di meja makan”, kata Maya mulai mengambilkan lauk ke piring suaminya.
“Hahaha… baiklah istriku…”, kemudian Adicipta pun bergantian mengambilkan lauk untuk isterinya itu. Mereka tetap menjaga romantisme dan aura cinta mereka hingga saat ini, tergolong cukup sulit untuk usia pernikahan seperti mereka berdua.

“Theo, ku dengar kau sedang mengajukan pendidikan magistermu?” tanya Adicipta pada Tedy yang mulai mengambil lauk masakan ibunya itu. Pertanyaan Ayahnya itu membuatnya berhenti sejenak dan berpikir.

“Sepertinya tidak jadi, karena aku diduga tewaskan?” jawab Tedy sekaligus bertanya pada Ayah dan kakaknya sambil bergantian menatap mereka berdua.

“Masalah ini akanku selesaikan dalam seminggu ini, kalau semua berjalan sesuai rencana minggu depan semua seharusnya sudah kembali normal…” kata Alex sambil mulai makan juga.

“Kau akan membiarkan anak ini pergi lagi? Bukankah dia seharusnya sudah mulai mengambil tanggung jawab di sini?” sambung Crystal menatap Alex dan juga Ayahnya.
“Dia belum siap”, kata Adicipta pada putrinya itu.
“Kapan dia akan siap?” Crystal kembali membantah ayahnya. Benar juga pernyataan Crystal, jika Tedy tidak dipaksa, dia tidak akan pernah siap ataupun mau masuk ke dalam bisnis keluarga ini.
“Mungkin memang sudah waktunya Theo mencoba untuk masuk dalam perusahaan, bisa dengan cabang di Kota M, sambil kuliah”, kata Alex menyambung pernyataan Crystal tadi.

“Aku tidak pernah setuju membiarkan dia berkeliaran seperti itu, dan Kau yang mengambil semua tanggung jawab yang dia buang!”, Crystal semakin tajam melihat kearah Alex dan semakin tajam dengan perkataanya. Walaupun Crystal lebih tua dari Alex, Crystal sebenarnya cukup sungkan memilih katanya dengan Alex.

“Crys… Give him more time…” kata Alex lagi.

“Aku sendiri masih belum tahu apakah masuk perusahaan ini atau tidak?”, kata Tedy membuat semua mata tertuju padanya.

“I challenge you to work in our company!”, kata Crystal kepada Tedy. Tantangan terbuka pada adiknya ini, dan tentunya sebagai seorang Tjahjadi ini adalah sesuatu yang sangat sakral bagi meraka, bahwa mereka Tidak pernah mundur dari tantangan apapun dalam hidup mereka, karena moto itu juga membuat hidup mereka terus maju dan menanjak naik.

Mata Tedy hanya terbelalak menatap Crystal, dan semua mata tertuju padanya sekarang, kecuali mata Alex, dia menatap Crystal dengan lirikan yang tajam dan seperti siap menerkam. Baru saja Crystal memaksa Tedy menerima tantangan untuk bekerja di perusahaan keluarga, dan Alex selama ini ingin menunggu adiknya ini siap.

“I will accept the challenge… Tjahjadi tidak pernah mundur dari tantangan!”, jawab Tedy dengan tengas dan juga dengan suara yang lantang, determinasi terlihat dimatanya. Alex memalingkan wajahnya seperti penuh tanya, apakah Tedy menyerah dan akhirnya mau meninggalkan mimpinya, apakah dia sudah yakin.

“But you didn’t say where and when”, Tedy rupanya sudah siap dengan counternya sendiri, dengan syaratnya sendiri. Tedy tidak akan melepas targetnya dengan mudah, pasti ada alasannya.

***
 
ijin nongkrong di mari hu


salam semoga sehat n lancarjaya updatenya
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd