Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Consultant in Action

Status
Please reply by conversation.
Chapter 9
---



Wanda Dewi Sasmita

---


“Tadi si Dera abis ngobrol sama gue Bay, dia kayaknya tetep mau pindah tim dulu ke tempatnya si Edo deh. Gue udah nyoba nahan dia tapi dia bilang masih belum bisa kerja bareng sama lo dulu. Sorry ya Bay..” ujar Mba Wanda sepulang kantor malam ini.

“Ya mau gimana lagi Mba, yaudah gapapa” jawabku sambil tetap fokus mengendarai mobil Civic ku mengantar Mba Wanda pulang ke rumahnya.

“Sabar ya Bay.. ntar gue coba omongin lagi ya..” ujarnya pelan sambil mengelus-elus lengan ku. Mba Wanda merasa tidak enak karena gagal membujuk Dera mau kembali ke tim ku.

“Ga usah lah Mba, terserah dia aja mau ngambek terus ato engga. Gue udah capek ngurusinnya” jawabku ketus.

Sebetulnya aku menyadari bahwa kesalahan memang ada pada diriku, tapi entah mengapa perlakuan Dera seakan tidak adil terhadapku.

Keesokan hari setelah kejadian di rumah sakit itu, Mba Wanda memanggil Dera ke ruangannya. Mba Wanda menjelaskan semua runutan masalah pribadi Mba Wanda sampai akhirnya kejadian di apartemen itu terjadi.

Setelah itu, Dera sepertinya mau memaafkan Mba Wanda. Bahkan hingga kini, mereka berdua sudah kembali berkomunikasi seperti biasa.

Namun, ternyata Dera masih menolak untuk memaafkan ku. Dera malahan meminta ke Mba Wanda untuk dipindahkan ke manajer lain untuk beberapa project ke depan.

Mengerti kalau hubungan ku dengan Dera sedang tidak sehat, mau tidak mau Mba Wanda menyetujui permintaan Dera tersebut.

Mba Wanda mengikuti alur pikiran Dera bahwa Mba Wanda lah yang juga menemani ku di Bali saat itu. Mba Wanda meminta ‘bayaran’ kepadaku dengan memintaku menceritakan detail hubunganku dengan Rani. Akhirnya, aku pun menceritakan semua nya kepada Mba Wanda.


---


“Ga gitu dong Bay, kan posisi nya kita loh yang udah salah sama dia” Mba Wanda masih mencoba membujuk ku.

“Mba Wanda sih enak ngomongnya, kan bukan Mba Wanda yang di jauhin sama dia” Mba Wanda kembali menjadi sasaran ucapanku yang ketus.

Mba Wanda yang tahu kalau aku sedang tidak ingin menerima masukan darinya kemudian hanya bisa bungkam dan tidak melanjutkan topik ini. Tangannya yang halus masih terus mengelusi lenganku seakan mencoba membuat ku bersabar.

“Mba yakin ga mau aku temenin dulu?” mobil ku sudah berhenti tepat di depan rumahnya yang kosong.

“Mau sebenernya sih Bay, tapi kan besok kamu flight nya subuh loh” ujar Mba Wanda menolakku halus.

Quickie aja yuk Mba..” ujarku memelas kepadanya.

Pusing karena beban pekerjaan yang menggunung, membuatku membutuhkan penyaluran hasrat seks ku yang ikutan menggunung.

Sejak ditinggal Dera, ditambah Ayu yang masih belum bekerja dengan optimal karena masih kusuruh WFH, otomatis semua semua beban pekerjaan dalam tim ku harus aku tangani sendirian. Saking menumpuknya pekerjaan ku, selama seminggu ini aku tidak pernah keluar kantor sebelum jam 2 pagi.

“Nanti aja abis kamu pulang dari Banjarmasin kita pergi staycation yaa..” Mba Wanda membujuk ku sambil mengecup bibirku pelan.

“Kamu pasti belom packing kan? Pulang dulu gih cepetan, biar kamu ga kemaleman nyampe rumahnya ya” lanjut Mba Wanda memberikan pengertian.

“Hhhh… Janji ya tapi Mba.. aku kangen sama ini nih” rajukku manja sambil mencolek payudaranya yang masih terbungkus blazer kemeja kerja nya.

“Ihh dasar bandel” Mba Wanda hanya tersenyum menerima colekan ku.

“Lagian kamu ga bakal lah kangen aku, kan nanti ke Banjarmasin nya berduaan sama Ayu” Mata nya mengedip menggodaku balik.

Ayu? Duh, belum selesai masalahku dengan Dara karena Rani dan Mba Wanda masa iya harus nambah masalah lagi? Ya kali Mba....

“Dah yah aku turun dulu, ga pulang-pulang nanti kamu kalo aku ditahan terus” Mba Wanda kembali mencium bibirku beberapa detik kemudian turun.

“Kabarin kalo udah sampe apartemen ya sayang” sahut Mba Wanda sambil memberikan kiss bye untuk ku.

Melihatnya masih berdiri di dalam panggar menunggu mobilku pergi, ada rasa berat meninggalkannya sendirian di rumahnya yang besar tapi sepi ini.

Duh, apa aku fokus sama Mba Wanda aja ya?

Setiap kugoda supaya aku sudah saja menyeriusi nya, Mba Wanda selalu langsung mengapungkan nama Dera dalam obrolan kami. Dia selalu memesankan supaya aku jangan menyerah mengejar Dera.

Dera? Duh, aku rasa nya semakin malas saja mengurusi arah kemauan nya yang tidak bisa kutebak.


---



Ayu Nindya Phastika


Pagi itu bandara terlihat cukup lengang.

Dibandingkan dengan masa sebelum pandemi, jumlah pelancong yang menggunakan jasa pesawat terbang memang belum kembali ke kondisi normal. Menunggu boarding, kulihat Ayu datang tergopoh-gopoh dengan membawa tas punggung nya yang lumayan besar.

“Duh tadi supir taksi nya genit banget mas, matanya jelalatan banget deh kesel. Sampe tadi aku ga berani tidur di taksi Mas” cerocos Ayu ketika duduk di bangku sebelahku.

Pagi itu Ayu menggunakan kemeja biru yang agak kebesaran dengan celana jeans skinny membalut kakinya yang jenjang. Meskipun tetap terlihat manis dan cantik, tapi sebetulnya tidak ada kesan seksi dari nya pagi itu. Hmm.. supir taksi itu saja yang mungkin sudah terpana dengan bening nya gadis ini.

“Elo tapi ga di apa apain kan Yu?” Ayu bilang semuanya sih baik-baik saja, tapi dia hanya merasakan tidak nyaman dari pandangan jelalatan supir itu melalui spion tengah yang diarahkan ke tubuhnya di kursi belakang.

“Terus kaki elo udah gapapa? Masih sakit ga kalo dipake jalan?” Ayu memang sudah kusuruh untuk WFH selama 2 minggu terakhir ini. Setelah masuk rumah sakit, aku dan Mba Wanda tidak mau ambil risiko terkait kondisinya. Akhirnya kami sepakat untuk membiarkan nya bekerja di rumah agar dia tidak terlalu banyak jalan dulu sampai kaki nya benar-benar sembuh.

“Udah sembuh dong Mas.. nih udah gapapa” ujarnya sambil menggoyang-goyangkan kakinya santai. Tak lama, panggilan boarding untuk pesawatku telah terdengar. Kami pun memasuki pesawat untuk mencari posisi duduk kami.

Ayu duduk di dekat jendela, sedangkan aku duduk di tengah. Ada ibu-ibu separuh baya mengisi tempat duduk di sebelah kanan ku.

Setelah pesawat take-off, kukeluarkan materi untuk list pekerjaan selama di Banjarmasin. Kupastikan kalau tidak ada keperluan kami yang terlewat ketika visit ini. Jatahku memang hanya 3 hari, makanya aku ingin cepat-cepat menyelesaikan semua nya hari ini supaya 2 hari ke depan kami bisa santai liburan.

Perjalanan ke Banjarmasin membutuhkan waktu sekitar 3 jam. Memanfaatkan waktu lumayan panjang, suara dengkuran sudah mulai terdengar dari beberapa penumpang di sekitar kami.

Ibu-ibu di sebelahku juga mulai terdengkur pelan. Sejak tadi, bahu kanan ku menjadi bantal empuk untuk tidurnya. Kucium bau minyak angin yang begitu menyengat dari tengkuk ibu itu karena posisinya yang begitu dekat denganku. Sebetulnya aku agak risih, tapi aku tidak enak udah mendorong kepalanya menjauh takut ia terbangun dan merasa tidak enak kepadaku.

“Hihihi… yang sabar ya mas” tiba-tiba Ayu mengekeh ke arahku.

Ternyata daritadi dia memperhatikan posisi duduk ku yang kikuk. Aku hanya bisa memanyunkan bibirku ke arah Ayu mengungkapkan rasa sebal yang tidak bisa ku utarakan.

“Aku boleh numpang juga berarti ya Mas hihihi” Ayu ikut-ikutan merebahkan kepala nya ke bahu kiriku. Berbeda dengan bau minyak angin si ibu itu, kucium aroma harum dari tubuh Ayu ketika bersender ke bahuku. Hmm.. lumayan lah buat netralisir bau minyak angin si ibu itu.

Eh tapi kok tumben banget nih anak mau manja-manjaan sama gue, biasanya dia jaim..

Hmm apa gara-gara biasanya selalu ada Dera ya jadinya dia agak sungkan?

Kulihat Ayu sudah memejamkan matanya mulai tertidur.

Dengan kedua bahuku menopang kepala Ayu dan ibu itu, aku semakin sulit membolak balik kertas materi yang ingin kubaca.

Menyerah, aku pun menyelipkan kertas itu di kursi dan pasrah menjadi bantal oleh mereka. Sambil memejamkan mata, tak tersadar aku ikut pulas tertidur.


---


“Maaf Bapak.. Ibu.. mau sarapan apa?” pramugari menawarkan makanan kepada kami yang sedang pulas tertidur. Terkaget, aku pun terbangun melihat sang pramugari tersenyum ke arahku.

Ikut kaget dengan sentakan tubuhku, si Ibu dan Ayu pun terbangun tiba-tiba.

“Eh maaf ya mas saya ketiduran..” ucap ibu itu sungkan karena telah menyender di bahu ku. Aku hanya tersenyum sopan tidak mempermasalahkan nya.

“Eh mas..” tiba-tiba Ayu terkaget menarik tangannya cepat. Tanpa aku sadari, ternyata tangan kami saling berpegangan selama tertidur tadi.

Loh sejak kapan kami bergandengan? Wajah Ayu langsung memerah karena malu.

“Ada ayam rica-rica sama nasi goreng, pilih yang mana Bu?” pramugari itu kembali menawarkan makanan ke arah ibu di sebelahku. Kami pun memilih makanan dan menyantapnya dengan suasana hening.

Selesai makan, sang Ibu kembali tertidur. Untungnya dia sudah tidak rebahan ke arahku. Ku lihat Ayu sedang memandangi langit yang mulai memerah menandakan matahari sudah mulai terbit. Pudaran cahaya matahari berwarna oranye terlihat indah menerpa wajah Ayu yang manis.

“Ga tidur lagi Yu?” tanyaku padanya

“Eh, iya mas nanti dulu” jawabnya kikuk padaku

“Yaudah aku merem duluan ya. Nih kalo mau dipegangin lagi aja” aku memejamkan mata sambil menaruh siku tanganku di sandaran kursi dengan posisi telapak tangan terbuka agar mudah digenggam oleh tanggannya.

“Iiiihhhh…” Ayu hanya bisa menutup mukanya tersipu malu karena sadar aku menggoda nya untuk kembali tidur dengan berpengangan tangan denganku.


---


“Mau kemana lagi Yu?” tanyaku pada Ayu selesai kami makan malam ditraktir klien di pusat kota Banjarmasin. Sesuai rencana, semua pekerjaan yang perlu kami lakukan telah selesai semua di hari pertama, jadinya sisa visit kami di Banjarmasin ini bisa dipakai untuk liburan sampai jadwal pesawat pulang ku tiba.

“Pulang aja yuk Mas, lengket ih badan ku tadi abis keliling-keliling pabrik” jawab Ayu dengan rambut panjangnya memang sudah terlihat agak lepek.

“Pantes daritadi bau asem hahaha” aku masuk mobil sambil meledeknya

“Ihhhh enak ajaaaaaa….” Ayu mengejarku sambil merengut sebal.


---


Selama tugas ku di Banjarmasin, sama sekali tidak ada hal yang menarik untuk kuceritakan. Selain aku tertegun karena tadi Ayu tiba-tiba masuk ke kamarku melalui connecting door menyerahkan dokumen dengan hanya mengenakan hotpants dan tanktop, sisa waktu ku di malam itu hanya di habiskan di dalam kamar hotel saja.

Bosan karena pekerjaan ku telah selesai, aku pun memainkan handphone ku mengecek update di instagram. Satu nama yang terlintas langsung ku search di instagram milikku, Hmm.. adera.aulia, tidak ada update dari nya hari ini.

Bingung mau apa, aku pun masih terus scrolling ig story milikku, hingga sampai ke akun milik...

indah.sabiya


---
 
Chapter 9.1
---



Maharani Indah Sabiya


Ada caption yang menarik ku baca.

Touchdown Banjarmasin, jalan-jalan dulu sebelum nikahan kakak ku tercinta”.

Rani di Banjarmasin? Langsung ku massage IG nya.

Aku : Ran, di Banjarmasin? Lagi ngapain?
Rani : Hai Mas, iya ni aku lagi di Banjarmasin, sepupu ku Sabtu nanti nikahan.
Rani : Aku duluan aja kesini nya buat bantuin nyiapin nikahan sekalian liburan hehehe
Rani : Mas Bayu lagi liburan ya? Yahhh.. Ga ngabarin akuuuuu…

Hehehe Rani mengira aku sedang di Bali seperti nya.

Aku : Gue lagi dinas di Banjarmasin loh. Lagi sama Ayu nih.
Rani : Hahhhh.. seriusan Mas?
Rani : Ih nginep dimana?
Rani : Ini ga lagi ngebecandain aku aja kannnn??
Rani : Ga mau ketemu aku Mas? Hehe

Rani langsung mengajak ku ketemu rupa nya. Wah, asik banget kalau aku bisa ‘liburan’ juga di sini. Aku baru pertama kali ke Banjarmasin, jadinya belum ada planning sama sekali untuk liburan di kota ini.

Aku : Gue nginep di Hotel Mercusuar. Elo dimana Ran?
Rani : Ihh deket itu Mas, aku di Hotel Suis.
Rani : Aku kesana sekarang yaaaa

Duh, kalau Rani sampai nginep kesini nanti bisa ketahuan Ayu. Mana kamar kami sebelahan pula. Hmm.. gimana ya?

Aku : Gue sih besok udah free, pulang ke Jakarta nya lusa.
Aku : Tapi Ayu kamar nya di sebelah gue banget nih. Nanti kalo elo kesini kita bisa ketauan.
Aku : Kecuali… kalo elo bisa ga pake jerit-jerit ya Ran hahaha
Rani : Mana mungkin aku ga jerit-jerit kalo lagi diperkosa Mas Bayu huuuu
Rani : Duh disini ga bisa Mas, ada calon ipar nya sepupu ku yang kerja disini. Bisa bocor dia nanti kalo aku bawa cowo..
Aku : Yah bukan rezeki berarti Ran hahaha
Rani : Yahhh… jangan dongggg… boleh ya aku nginep disana T_T
Rani : Nanti aku bilang aja kalo ada temen ku di Banjarmasin buat nginep
Rani : Mas Bayu aku kasih hadiah deh kalo aku dibolehin nginep disana hihihi

Aku masih ragu-ragu membolehkan Rani datang kesini. Kalau Ayu sampai dengar aku bawa cewek, bisa habis aku dilaporin ke Dera. Tapi sejak ditolak Mba Wanda kemarin, nafsu ku memang sudah tidak bisa di ajak kompromi.

Kulihat jam di handphone ku sudah pukul 9 malam. Masa bodoh lah.. semoga aja Ayu udah tidur.

Aku : Yaudah boleh, gue tunggu di lobby yaa.
Rani : Udah otw daritadi kok hehehe

Dasar semprul..


---


Tidak ada waktu bagi kami bersenda gurau. Seusai menutup pintu kamar hotel, kami langsung berpagutan. Rani berjinjit supaya bisa melumat bibirku sambil berdiri.

“Bandel banget sih naik taksi ga pake daleman? Kalo tadi diculik supir taksi gimana?” ujarku terkejut ketika kuremas dada nya yang hanya terbungkus kaos lengan panjang ketat tanpa bra.

“Hihihi biarin aja, ga kepake juga kalo bobo sama Mas Bayu. Seksi ga Mas?” ucapnya sambil menggodaku dengan menggoyang-goyangkan payudaranya yang masih terbungkus kaos. Kaos yang sempit itu sampai terangkat hingga ke pusar karena tersangkut payudaranya yang besar.

Melihatnya kesulitan menciumiku sambil berdiri, aku pun langsung menarik kursi untuk aku duduki. Kudekap pinggang Rani untuk mengikutiku duduk menghadap ke wajah ku. Muka nya yang polos itu langsung menerkam bibirku.

“Emhh.. emh… Rani kangen bibir nya Mas Bayu..” ucap Rani ditengah lumatan bibirnya yang ganas. Sepertinya Rani sudah sangat sange ketika membayangkan bertemu denganku.

“Sange banget kamu Ran.. ga dapet jatah ya dari pacar?” seingatku, dia bilang kalau 2 minggu setelah bertemu denganku pacar nya akan datang ke Bali.

“Ahhh… gara-gara kontol kamu, ngentot sama dia jadi ga ada rasa nya Mas. Ssshh.. malem ini pokoknya kamu harus tanggung jawab” Rani melepas ciuman nya dan langsung menelanjangi diri nya sendiri.

“Buru-buru banget..” ucapku melihat Rani melucuti jilbab, kaos dan celana panjangnya yang ketat dengan cepat.

“Sssttt.. jangan protes… malam ini aku mau puas-puasin ngentot sama kamu Mas. Kalo perlu kita ga usah keluar kamar sampe lusa ya Mas hihihi” Rani mengerling genit.

Gila, bisa didobrak pintu ku sama Ayu kalau aku ga keluar-keluar sampai lusa.

Melihatku pasif, dia menarik tanganku supaya berdiri. Aku pun hanya mengikuti mau nya seperti banteng dicucuk hidung nya. Setelah berdiri, Rani langsung menelanjangi aku.

Aku hanya bisa geleng-geleng melihat gadis berjilbab yang kelihatannya polos ini terlihat begitu horny menelanjangiku.

“Duduk lagi Mas..” aku di dorong pelan supaya duduk kembali ke kursi ku. Setelah aku duduk, Rani langsung bersimpuh di depan selangkangan ku. Dengan muka yang begitu polos, Rani menengadahkan wajahnya ke arah ku.

Duh.. bikin horny banget sih ini anak..

“Kangen ini ga Mas?” dengan muka nya yang polos, Rani meremas kedua dada nya yang besar. Duh, tak tahan aku langsung membayangkan tittyfuck nya yang sangat nikmat.

Benar saja, Rani langsung memajukan mulutnya menjilati dan melumuri penisku hingga basah. Setelah terasa licin, penisku langsung didekap oleh dadanya yang besar itu.

Rasa hangat dari kulit payudara nya yang halus langsung terasa nikmat di batang penisku.

“Sshhh… enak Ran..” aku melenguh akibat nikmatnya jepitan toket nya di penisku.

“Kepala nya dijilatin juga dong Ran..” aku memintanya menambahkan kenikmatan tambahan di penisku dengan menjilati kepala penisku yang menyembul di antara jepitan kedua gunung itu.

“Ghaya ghini yah mashhh?” ujarnya tidak jelas karena mulutnya sambil sibuk mengelomoti kepala penisku. Payudaranya masih bergerak naik turun mengocok batang penisku.

Oughh.. Shittt… enaknya banget banget bangetttt…

Hangat kulit payudara dan geli akibat hisapan mulutnya yang mungil itu benar-benar membuat raga ku melayang. Dibandingkan dengan tittyfuck ku yang pertama, kali ini Rani benar-benar sudah sangat lihai memberikan rangsangan yang pas kepada penisku.

Kurasakan buncahan rasa nikmat sudah mulai berkumpul di kepala penisku.

“Udahan dulu Ran.. gue udah mo keluar..” ujarku menyerah sambil menahan kepala nya menghentikan aktifitasnya.

“Hihihi enak ga?” tanyanya ketika penisku terlepas dari kenikmatan dunia yang diberikan oleh payudara dan bibirnya. Air liur telah membasahi bibir, leher, hingga ke payudara nya.

“Parah enak banget Ran.. toket elo emang juara” ucapku sambil mencubit putingnya yang sudah menegang.

“Langsung yuk Mas” Rani langsung berdiri dan menungging di depan jendela. Pantatnya yang bulat seakan menggodaku untuk segera kusergap. Dengan posisi yang membungkuk, payudaranya yang besar tertarik turun tak kuasa untuk melawan gravitasi. Sungguh pemandangan yang sangat hot disuguhkan olehnya.

“Ga mau gue jilatin dulu?” tanyaku dulu sambil mengelusi vaginanya.

“Ga usah, lagian pasti udah basah kan? Hihihi ga tahan aku tuh liat kontol Mas Bayu, udah pengen di entot aja pek aku Mas..” ujarnya nakal.

Kurasakan bibir vaginanya memang sudah lumayan lembab sesuai ucapannya.

“Yaudah, langsung gue masukkin yaahh…” aku pun langsung menyorongkan penisku masuk ke pek nya yang luar biasa nikmat.

Ahhh.. vagina nya yang belum begitu basah terasa sangat nikmat menyemuti saraf-saraf batang penisku. Kalau saja aku tidak langsung mengatur nafasku, jepitan vagina nya yang terasa hangat itu hampir saja membuat penisku memuntahkan sperma ku.

Aku pun langsung memompa Rani dengan buas. Rasa rindu dari kelamin kami bertumbuk mesra harus segera disalurkan.

“Ssshhh… terushh mash… oughh...” Rani mulai meracau menikmati goyangan pinggulku yang menggila.

“Duh Ran, kangen banget gue sama memek lo. Baru bentar aja gue udah mau keluar..” ucapku tak kuat. Biasanya aku bisa tahan lebih dari satu jam, kali ini tak sampai sepuluh menit penisku tak kuat bersarang di lubang surga milik Rani.

“Ughh.. tahan bentar mas.. iyah.. pas disitu.. terusin.. ayo barenghh..” sepertinya sodokan ku sudah pas menggesek g-spot nya. Rani mulai meracau sambil menghantam pinggul ke arah selangkanganku.

Plak.. plak.. plak.. suara paha kami yang beradu terdengar nyaring di dalam kamar ini. Kuremasi pantatnya yang sintal dengan kasar menahan nikmat dari persetubuhan ini.

“Ayoo Mashhhh…. Akkkkhhhhhhh…..” lolongannya yang panjang menandakan Rani telah mencapai klimaks nya, aku pun tak segan meloloskan penisku menyemburkan sperma hangat di dalam vaginanya

“Uhhh.. uhhh.. ughhhh…” Rani melenguh merasakan semprotan hangat memenuhi rongga vagina nya.

Toketnya yang bulat kuremas keras dari arah belakang. Kudekap tubuh Rani dengan erat menikmati sisa sensasi klimaks kami yang sungguh luar biasa. Rani menoleh menyambar mulutku yang masih terbuka melenguh.

“Emhhh… emhhh… enak banget Mas..” badan Rani bergetar pelan menyudahi ciuman kami.

“Kok tumben cepet Mas? Kangen ya sama Rani? Hihihi” Rani menggodaku dengan posisi penisku masih bersarang di dalam vagina nya.

“Iya, kangen banget gue sama jepitan toket sama memek elo Ran” ucapku sambil melumat lehernya yang jenjang.

“Shhh… jangan di cupang, nanti ketauan keluargakuhhh” Rani memprotes seranganku tapi lehernya tetap dibiarkan dalam sedotan bibirku.

“Lanjut yuk Ran..” kurasakan penisku yang tadi sudah melemas mulai kembali menegang karena rasa hangat di dalam vagina nya.

“Udah bediri lagi aja nih kontol hihihi untung aku lagi ga subur, langsung maen semprot dalem aja wuuuuu”

Oh iya, saking enak nya seks kami tadi, aku sampai tidak tersadar kalau aku menyemprot di dalam vagina nya. Fiuhh.. untung saja dia sedang tidak subur.

Plopp.. Penisku terlepas dari vagina nya.

“Loh kok di lepas?” tanyaku bingung.

Dia hanya tersenyum nakal ke arahku. Rani berjalan menuju tas nya, tak lama kemudian Rani mengeluarkan sebuah botol pink ditunjukkan ke arahku.

“Lotion? Buat apaan?” aku makin bingung dengan tingkahnya.

“Kan tadi aku janji ngasih hadiah hihihi. Tadi aku agak lama gara-gara ke minimart dulu beli ini” Rani kembali berjongkok dan melumuri penisku yang sudah mulai tegang sempurna dengan lotion itu.

“Ahh.. kan masih basah memek elo Ran, ngapain pake ginian..” aku mengaduh kegelian karena lotion itu terasa dingin di penisku.

“Yang ini kan belom basah Mas..” Rani kembali menungging.

Kali ini dia merebahkan tubuhnya di kasur sehingga posisinya lebih menelungkup dibanding sebelumnya.

Pantatnya yang bulat menyorong lebih ke atas di bandingkan sebelumnya. Kedua kakinya direnggangkan lebar-lebar. Terlihat sibakan jembutnya yang tipis serta bibir vagina nya yang membuka setelah ku gauli tadi.

Pandanganku akhirnya mengarah ke satu lubang lagi yang masih tertutup di tengah belahan pantatnya.

Anal???

Glekkk.. Aku menelan ludah membayangkan aku meng-anal lubang anus nya.

“Elo udah pernah Ran?” dengan ragu-ragu aku mengambil botol lotion itu dari tangan Rani. Rani hanya menggeleng polos merespon pertanyaanku.

“Gapapa Mas, aku pengen nyobain..” wajah Rani yang begitu polos ternyata memiliki sisi seksual yang sungguh liar.

“Gara-gara Mas Bayu nih.. Abis ketemu kontol enak punya nya Mas Bayu bikin aku jadi suka buka-buka video porno buat bahan aku colmek. Eh ketemu deh video cewe lagi di anal gitu.. Jadi penasaran deh gimana rasa nya kalo aku di anal Mas Bayu.. hihihi..” Duh.. ada-ada saja fantasi Rani.

“Tapi sakit loh katanya Ran?” aku masih ragu-ragu mengambil tawarannya.

Meskipun setan dan gairah ku sudah berteriak supaya tidak menolak tawaran menggiurkan ini. Aku takut Rani tidak dapat menikmati di anal oleh ku.

“Makanya aku udah nyiapin lotion Mas.. anggep aja aku ngasih perawan aku buat Mas Bayu..” kerlingan mata Rani sungguh menggoda imanku. Sepertinya tekad Rani benar-benar sudah bulat menyerahkan lubang anus nya yang perawan untuk ku.

“Ya udah, aku mulai ya Ran..” aku menuangkan lotion sebanyak mungkin ke arah lubang anusnya. Tak lupa, jari-jariku juga ku lumuri sebelum kucolokkan ke anus nya. Kalau penisku yang lumayan besar ini langsung masuk tanpa pemanasan, bisa robek nanti lubang anus Rani.

“Uhhhhh… shhhhhhh….” Rani mengejang sepertinya menahan nyeri ketika 2 jari ku telah masuk ke dalam anus nya. Aku terus menuangkan lotion supaya dinding anusnya lebih licin sebelum ku sodok dengan penisku.

Setelah beberapa lama jariku keluar masuk dengan perlahan di lubang anusnya, ringisan Rani sudah mulai mereda.

Jepitan anus nya yang daritadi begitu tegang dan menjepit karena merasa asing dijamahi oleh jari-jariku pun sudah mulai terasa lebih rileks. Lubang anusnya mulai menganga lebar mengikuti ukuran jariku yang terus keluar masuk mengobok lubang hitam itu tanpa jeda.

Untuk menambah rangsangan untuknya, aku mengarahkan tangan ku yang menganggur ke tempat tonjolan klitoris nya berada. Dengan kasar, kugesek-gesek dan ku pilin-pilin klitoris milik Rani.

“Ouchh… shhhh… ahhh…” lenguhan Rani mulai kembali keluar dari mulut nya yang mungil.

“Shh… udah ayo masukkin Mas..” tangan Rani menggantikan tanganku bermain di klitoris nya.

Aku pun mengerti maksudnya, dengan kedua tanganku, pantat nya yang aduhai aku cengkram sehingga membuat lubang anusnya menganga lebar. Empotan lubang anusnya membuatku bergidik membayangkan rasa nikmat yang akan kuperoleh setelah penisku berhasil masuk menerobos keperawanannya.

Penisku yang telah licin berlumuran lotion itu kutempelkan di gerbang lubang anusnya. Lubang anusnya terlihat semakin melebar mengikuti ukuran kepala penis ku yang besar.

Tangan Rani tak henti-hentinya menggesek vagina nya sendiri memancing nafsu nya agar tidak kalah dengan rasa nyeri yang menyengat di lubang pantat nya.

Slebbb... Akhirnya kepala penisku berhasil masuk sepenuhnya ke lubang pantatnya yang sangat sempit.

“AAARRGHHHHH…..”

Rani berteriak kencang merasakan kepala penisku telah berhasil menyeruak masuk. Lubang anusnya menjepit penisku dengan rapat seakan menolak benda asing masuk membobol lubang sempit itu.

Kubiarkan sejenak supaya Rani bisa kembali rileks sambil merangsang klitoris dan puting nya. Lelehan lotion yang begitu banyak kutuangan sudah mulai mengalir pelan di paha nya yang sintal.

“Sakit Ran?” pertanyaan yang bodoh kalau melihat ekspresi Rani yang masih meringis kesakitan.

“Lebih parah dari diperawanin memek nya Mas… uuuuhhhh…. tapi udah mulai ga sakit Mas, ayo cepet masukin semua..” Rani memintaku menyelesaikan penetrasi ku sepenuhnya sambil meremasi sprei dengan kuat.

Kepalang tanggung mungkin pikirnya.

Dengan sedikit tidak tega, aku pun langsung menyorongkan penisku sepenuhnya masuk ke dalam anus nya.

“SHIITTTT… PANTAT GUEHHH PANAS BANGET MASHHHHHHH… ARGHHHH…..”

Rani melolong merasakan perih di anus nya ketika penisku telah masuk sepenuhnya dalam sekali sodokan.

Wajah Rani terlihat pucat dengan bulir-bulir keringat membasahi seluruh tubuhnya. Tetesan air matanya juga terlihat mengalir di pipi nya. Aku langsung menunduk mencari bibirnya, ku kulum sambil kubiarkan dia kembali rileks menikmati permainan kami.

“Lanjut ga sayang?” tanyaku ketika kurasakan Rani sudah mulai rileks. Rani akhirnya membuka matanya yang daritadi terpejam menahan nyeri di pantatnya.

“Iyah Mas.. Lanjutin.. tapi panggil Rani ‘sayang’ terus ya..” aku mengangguk menuruti permintaan Rani.

“Iya sayang.. Aku mulai gerakkin yaa..” aku mulai menggoyangkan pinggulku. Mula nya Rani masih meringis kesakitan, tapi lama kelamaan mulut Rani mulai mengaduh dan pinggulnya yang seksi mulai bergoyang mengayun mengimbangi pompaan penisku.

“Ssshhh… duh Gustiii… lama-lama enak bangethhh Mashhh..” Rani mulai meracau keenakan.

Aku sendiri pun sudah merem melek menikmati empotan anusnya yang luar biasa nikmatnya. Untungnya aku sudah klimaks yang pertama tadi, jadinya penisku tidak sesensitif tadi. Kalau tidak, penisku pasti sudah menembakkan sperma ku ke dalam liang anus Rani daritadi.

“Faakkkhhh.. Enak banget sayanggghhh…” ujarku keenakan sambil terus memompa penisku keluar masuk anusnya.

“Ughh.. iya.. Colok meki Rani jugha mash..” sepertinya Rani tidak puas kalau hanya menggesek klitoris nya saja.

Ceplak… ceplak… ceplak… jariku keluar masuk ke liang kemaluannya dengan mudah.

Memek Rani ternyata sudah sangat banjir akibat panasnya permainan kami.

Erangan Rani semakin tidak terkontrol. Punggungnya yang putih mulus sudah melengkung ke atas. Suara Rani mengaduh semakin parau.

“Shit.. shit.. Shit.. lobang gue penuh semua mashh… anjinghhh mashhh… kok bisa enak bangetthhhh….” racauan Rani makin tidak terkendali.

“Sayang.. Gue mau keluarhhh…” pekik ku merasakan denyut penisku yang semakin menjadi jadi di dalam anus nya.

“Iyah.. iyah sayanggg.. Ayo barenghh.. Muncratin yang dalem di pantat Rani sayanggghh… ughh…” Rani semakin bernafsu mengayun mengejar klimaks nya yang semakin mendekat. Deru nafas kami semakin kencang di saat kami saling mengejar ujung klimaks. Kocokkan jariku di vagina nya pun tidak ku kendorkan.

Srettt.. Srett. Sreeeetttt… diiringi dengan tusukan ke lubang pantat nya yang dalam, kutembakkan semprotan sperma yang begitu kencang ke dalam pantat Rani.

“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh…..” Rani pun rubuh mencapai klimaksnya berbarengan denganku. Terasa rembesan cairan orgasme nya menerpa jariku di dalam vagina nya.

Aku pun rubuh menimpa tubuh Rani yang terkulai lemas. Jariku sudah terlepas dari vagina nya. Penisku masih tertancap di lubang anus nya. Ku dekap tubuh Rani yang masih bergetar merasakan nikmat klimaks barusan.

Gila!! Rani benar-benar mewujudkan imajinasi seks ku yang selama ini hanya ku tonton di video porno. Pertama tittyfuck, yang kedua anal. Ketiga? Hmm.. apa ya?

“Barusan tuh gila banget Ran. Bisa ketagihan gue beginian terus sama elo Ran” kukecup tengguk Rani yang masih terpejam.

“Aku juga bakal ketagihan terus di entot sama kamu Mas.. Duh makin ga ada rasanya nanti aku di entot sama pacar ku. Pokoknya 3 hari ini kita puas-puasin ya Mas..”

“Iya sayang…muach..” ku kecup bibir Rani dengan lembut. Rani tersenyum mendengar aku memanggilnya sayang.

“Mmmhhhh…” Rani mengerang ketika penisku yang mulai menciut terlepas dari lubang anus nya yang masih menganga lebar.

“Duh langsung longgar deh lobang pantat Rani Mas huhh.. Kontol Mas Bayu kegedean sih hihihi” ujar Rani sambil memegangi tanganku erat seolah tak ingin dekapanku terlepas.

“Gapapa lah biar nanti pas masuk lagi udah ga sakit” balasku menggodanya, kami terkekeh kecil menikmati momen pelukan kami.

“Bersih-bersih yuk Mas, udah mulai bau ga enak nih hihi” Rani melepas dekapanku dan bersiap berdiri ke kamar mandi. Bau cairan yang keluar dari lubang pantat Rani memang mulai menusuk hidung.

Belum sempat aku berdiri menyusul Rani..

Oughhhhhhh….. Mas Bayuhhhhh…. oughhhhhhhhh....

Terdengar sayup lolongan dari kamar sebelah memanggil namaku.

Bruaakkkkkkk……

Pintu connecting door tiba-tiba terbuka lebar.

Sesosok gadis cantik dengan muka yang merona merah terlihat jatuh terjengkang di lantai kamar ku.

Tanktop dan bra nya sudah naik di atas dada nya.

Payudaranya yang mungil menggantung bebas dengan puting nya yang berwarna merah muda.

Selangkangannya yang ditumbuhi dengan rambut kemaluan yang lebat juga terpampang jelas tanpa penghalang.

Celana dalam dan hotpantsnya sudah turun hingga ke mata kaki.

Badan Ayu masih bergetar dengan satu tangannya meremasi payudaranya yang mungil dan satu tangannya ada di area vaginanya.

“Ayuuuu??!!!!” Aku dan Rani memekik terkejut menyadari Ayu terjatuh ketika bermasturbasi ria sambil menguping permainan kami barusan.

“Kyaaaaaaaaaaaaaa....……”
 
Chapter 9.1
---



Maharani Indah Sabiya


Ada caption yang menarik ku baca.

Touchdown Banjarmasin, jalan-jalan dulu sebelum nikahan kakak ku tercinta”.

Rani di Banjarmasin? Langsung ku massage IG nya.



Hehehe Rani mengira aku sedang di Bali seperti nya.



Rani langsung mengajak ku ketemu rupa nya. Wah, asik banget kalau aku bisa ‘liburan’ juga di sini. Aku baru pertama kali ke Banjarmasin, jadinya belum ada planning sama sekali untuk liburan di kota ini.



Duh, kalau Rani sampai nginep kesini nanti bisa ketahuan Ayu. Mana kamar kami sebelahan pula. Hmm.. gimana ya?



Aku masih ragu-ragu membolehkan Rani datang kesini. Kalau Ayu sampai dengar aku bawa cewek, bisa habis aku dilaporin ke Dera. Tapi sejak ditolak Mba Wanda kemarin, nafsu ku memang sudah tidak bisa di ajak kompromi.

Kulihat jam di handphone ku sudah pukul 9 malam. Masa bodoh lah.. semoga aja Ayu udah tidur.



Dasar semprul..


---


Tidak ada waktu bagi kami bersenda gurau. Seusai menutup pintu kamar hotel, kami langsung berpagutan. Rani berjinjit supaya bisa melumat bibirku sambil berdiri.

“Bandel banget sih naik taksi ga pake daleman? Kalo tadi diculik supir taksi gimana?” ujarku terkejut ketika kuremas dada nya yang hanya terbungkus kaos lengan panjang ketat tanpa bra.

“Hihihi biarin aja, ga kepake juga kalo bobo sama Mas Bayu. Seksi ga Mas?” ucapnya sambil menggodaku dengan menggoyang-goyangkan payudaranya yang masih terbungkus kaos. Kaos yang sempit itu sampai terangkat hingga ke pusar karena tersangkut payudaranya yang besar.

Melihatnya kesulitan menciumiku sambil berdiri, aku pun langsung menarik kursi untuk aku duduki. Kudekap pinggang Rani untuk mengikutiku duduk menghadap ke wajah ku. Muka nya yang polos itu langsung menerkam bibirku.

“Emhh.. emh… Rani kangen bibir nya Mas Bayu..” ucap Rani ditengah lumatan bibirnya yang ganas. Sepertinya Rani sudah sangat sange ketika membayangkan bertemu denganku.

“Sange banget kamu Ran.. ga dapet jatah ya dari pacar?” seingatku, dia bilang kalau 2 minggu setelah bertemu denganku pacar nya akan datang ke Bali.

“Ahhh… gara-gara kontol kamu, ngentot sama dia jadi ga ada rasa nya Mas. Ssshh.. malem ini pokoknya kamu harus tanggung jawab” Rani melepas ciuman nya dan langsung menelanjangi diri nya sendiri.

“Buru-buru banget..” ucapku melihat Rani melucuti jilbab, kaos dan celana panjangnya yang ketat dengan cepat.

“Sssttt.. jangan protes… malam ini aku mau puas-puasin ngentot sama kamu Mas. Kalo perlu kita ga usah keluar kamar sampe lusa ya Mas hihihi” Rani mengerling genit.

Gila, bisa didobrak pintu ku sama Ayu kalau aku ga keluar-keluar sampai lusa.

Melihatku pasif, dia menarik tanganku supaya berdiri. Aku pun hanya mengikuti mau nya seperti banteng dicucuk hidung nya. Setelah berdiri, Rani langsung menelanjangi aku.

Aku hanya bisa geleng-geleng melihat gadis berjilbab yang kelihatannya polos ini terlihat begitu horny menelanjangiku.

“Duduk lagi Mas..” aku di dorong pelan supaya duduk kembali ke kursi ku. Setelah aku duduk, Rani langsung bersimpuh di depan selangkangan ku. Dengan muka yang begitu polos, Rani menengadahkan wajahnya ke arah ku.

Duh.. bikin horny banget sih ini anak..

“Kangen ini ga Mas?” dengan muka nya yang polos, Rani meremas kedua dada nya yang besar. Duh, tak tahan aku langsung membayangkan tittyfuck nya yang sangat nikmat.

Benar saja, Rani langsung memajukan mulutnya menjilati dan melumuri penisku hingga basah. Setelah terasa licin, penisku langsung didekap oleh dadanya yang besar itu.

Rasa hangat dari kulit payudara nya yang halus langsung terasa nikmat di batang penisku.

“Sshhh… enak Ran..” aku melenguh akibat nikmatnya jepitan toket nya di penisku.

“Kepala nya dijilatin juga dong Ran..” aku memintanya menambahkan kenikmatan tambahan di penisku dengan menjilati kepala penisku yang menyembul di antara jepitan kedua gunung itu.

“Ghaya ghini yah mashhh?” ujarnya tidak jelas karena mulutnya sambil sibuk mengelomoti kepala penisku. Payudaranya masih bergerak naik turun mengocok batang penisku.

Oughh.. Shittt… enaknya banget banget bangetttt…

Hangat kulit payudara dan geli akibat hisapan mulutnya yang mungil itu benar-benar membuat raga ku melayang. Dibandingkan dengan tittyfuck ku yang pertama, kali ini Rani benar-benar sudah sangat lihai memberikan rangsangan yang pas kepada penisku.

Kurasakan buncahan rasa nikmat sudah mulai berkumpul di kepala penisku.

“Udahan dulu Ran.. gue udah mo keluar..” ujarku menyerah sambil menahan kepala nya menghentikan aktifitasnya.

“Hihihi enak ga?” tanyanya ketika penisku terlepas dari kenikmatan dunia yang diberikan oleh payudara dan bibirnya. Air liur telah membasahi bibir, leher, hingga ke payudara nya.

“Parah enak banget Ran.. toket elo emang juara” ucapku sambil mencubit putingnya yang sudah menegang.

“Langsung yuk Mas” Rani langsung berdiri dan menungging di depan jendela. Pantatnya yang bulat seakan menggodaku untuk segera kusergap. Dengan posisi yang membungkuk, payudaranya yang besar tertarik turun tak kuasa untuk melawan gravitasi. Sungguh pemandangan yang sangat hot disuguhkan olehnya.

“Ga mau gue jilatin dulu?” tanyaku dulu sambil mengelusi vaginanya.

“Ga usah, lagian pasti udah basah kan? Hihihi ga tahan aku tuh liat kontol Mas Bayu, udah pengen di entot aja pek aku Mas..” ujarnya nakal.

Kurasakan bibir vaginanya memang sudah lumayan lembab sesuai ucapannya.

“Yaudah, langsung gue masukkin yaahh…” aku pun langsung menyorongkan penisku masuk ke pek nya yang luar biasa nikmat.

Ahhh.. vagina nya yang belum begitu basah terasa sangat nikmat menyemuti saraf-saraf batang penisku. Kalau saja aku tidak langsung mengatur nafasku, jepitan vagina nya yang terasa hangat itu hampir saja membuat penisku memuntahkan sperma ku.

Aku pun langsung memompa Rani dengan buas. Rasa rindu dari kelamin kami bertumbuk mesra harus segera disalurkan.

“Ssshhh… terushh mash… oughh...” Rani mulai meracau menikmati goyangan pinggulku yang menggila.

“Duh Ran, kangen banget gue sama memek lo. Baru bentar aja gue udah mau keluar..” ucapku tak kuat. Biasanya aku bisa tahan lebih dari satu jam, kali ini tak sampai sepuluh menit penisku tak kuat bersarang di lubang surga milik Rani.

“Ughh.. tahan bentar mas.. iyah.. pas disitu.. terusin.. ayo barenghh..” sepertinya sodokan ku sudah pas menggesek g-spot nya. Rani mulai meracau sambil menghantam pinggul ke arah selangkanganku.

Plak.. plak.. plak.. suara paha kami yang beradu terdengar nyaring di dalam kamar ini. Kuremasi pantatnya yang sintal dengan kasar menahan nikmat dari persetubuhan ini.

“Ayoo Mashhhh…. Akkkkhhhhhhh…..” lolongannya yang panjang menandakan Rani telah mencapai klimaks nya, aku pun tak segan meloloskan penisku menyemburkan sperma hangat di dalam vaginanya

“Uhhh.. uhhh.. ughhhh…” Rani melenguh merasakan semprotan hangat memenuhi rongga vagina nya.

Toketnya yang bulat kuremas keras dari arah belakang. Kudekap tubuh Rani dengan erat menikmati sisa sensasi klimaks kami yang sungguh luar biasa. Rani menoleh menyambar mulutku yang masih terbuka melenguh.

“Emhhh… emhhh… enak banget Mas..” badan Rani bergetar pelan menyudahi ciuman kami.

“Kok tumben cepet Mas? Kangen ya sama Rani? Hihihi” Rani menggodaku dengan posisi penisku masih bersarang di dalam vagina nya.

“Iya, kangen banget gue sama jepitan toket sama memek elo Ran” ucapku sambil melumat lehernya yang jenjang.

“Shhh… jangan di cupang, nanti ketauan keluargakuhhh” Rani memprotes seranganku tapi lehernya tetap dibiarkan dalam sedotan bibirku.

“Lanjut yuk Ran..” kurasakan penisku yang tadi sudah melemas mulai kembali menegang karena rasa hangat di dalam vagina nya.

“Udah bediri lagi aja nih kontol hihihi untung aku lagi ga subur, langsung maen semprot dalem aja wuuuuu”

Oh iya, saking enak nya seks kami tadi, aku sampai tidak tersadar kalau aku menyemprot di dalam vagina nya. Fiuhh.. untung saja dia sedang tidak subur.

Plopp.. Penisku terlepas dari vagina nya.

“Loh kok di lepas?” tanyaku bingung.

Dia hanya tersenyum nakal ke arahku. Rani berjalan menuju tas nya, tak lama kemudian Rani mengeluarkan sebuah botol pink ditunjukkan ke arahku.

“Lotion? Buat apaan?” aku makin bingung dengan tingkahnya.

“Kan tadi aku janji ngasih hadiah hihihi. Tadi aku agak lama gara-gara ke minimart dulu beli ini” Rani kembali berjongkok dan melumuri penisku yang sudah mulai tegang sempurna dengan lotion itu.

“Ahh.. kan masih basah memek elo Ran, ngapain pake ginian..” aku mengaduh kegelian karena lotion itu terasa dingin di penisku.

“Yang ini kan belom basah Mas..” Rani kembali menungging.

Kali ini dia merebahkan tubuhnya di kasur sehingga posisinya lebih menelungkup dibanding sebelumnya.

Pantatnya yang bulat menyorong lebih ke atas di bandingkan sebelumnya. Kedua kakinya direnggangkan lebar-lebar. Terlihat sibakan jembutnya yang tipis serta bibir vagina nya yang membuka setelah ku gauli tadi.

Pandanganku akhirnya mengarah ke satu lubang lagi yang masih tertutup di tengah belahan pantatnya.

Anal???

Glekkk.. Aku menelan ludah membayangkan aku meng-anal lubang anus nya.

“Elo udah pernah Ran?” dengan ragu-ragu aku mengambil botol lotion itu dari tangan Rani. Rani hanya menggeleng polos merespon pertanyaanku.

“Gapapa Mas, aku pengen nyobain..” wajah Rani yang begitu polos ternyata memiliki sisi seksual yang sungguh liar.

“Gara-gara Mas Bayu nih.. Abis ketemu kontol enak punya nya Mas Bayu bikin aku jadi suka buka-buka video porno buat bahan aku colmek. Eh ketemu deh video cewe lagi di anal gitu.. Jadi penasaran deh gimana rasa nya kalo aku di anal Mas Bayu.. hihihi..” Duh.. ada-ada saja fantasi Rani.

“Tapi sakit loh katanya Ran?” aku masih ragu-ragu mengambil tawarannya.

Meskipun setan dan gairah ku sudah berteriak supaya tidak menolak tawaran menggiurkan ini. Aku takut Rani tidak dapat menikmati di anal oleh ku.

“Makanya aku udah nyiapin lotion Mas.. anggep aja aku ngasih perawan aku buat Mas Bayu..” kerlingan mata Rani sungguh menggoda imanku. Sepertinya tekad Rani benar-benar sudah bulat menyerahkan lubang anus nya yang perawan untuk ku.

“Ya udah, aku mulai ya Ran..” aku menuangkan lotion sebanyak mungkin ke arah lubang anusnya. Tak lupa, jari-jariku juga ku lumuri sebelum kucolokkan ke anus nya. Kalau penisku yang lumayan besar ini langsung masuk tanpa pemanasan, bisa robek nanti lubang anus Rani.

“Uhhhhh… shhhhhhh….” Rani mengejang sepertinya menahan nyeri ketika 2 jari ku telah masuk ke dalam anus nya. Aku terus menuangkan lotion supaya dinding anusnya lebih licin sebelum ku sodok dengan penisku.

Setelah beberapa lama jariku keluar masuk dengan perlahan di lubang anusnya, ringisan Rani sudah mulai mereda.

Jepitan anus nya yang daritadi begitu tegang dan menjepit karena merasa asing dijamahi oleh jari-jariku pun sudah mulai terasa lebih rileks. Lubang anusnya mulai menganga lebar mengikuti ukuran jariku yang terus keluar masuk mengobok lubang hitam itu tanpa jeda.

Untuk menambah rangsangan untuknya, aku mengarahkan tangan ku yang menganggur ke tempat tonjolan klitoris nya berada. Dengan kasar, kugesek-gesek dan ku pilin-pilin klitoris milik Rani.

“Ouchh… shhhh… ahhh…” lenguhan Rani mulai kembali keluar dari mulut nya yang mungil.

“Shh… udah ayo masukkin Mas..” tangan Rani menggantikan tanganku bermain di klitoris nya.

Aku pun mengerti maksudnya, dengan kedua tanganku, pantat nya yang aduhai aku cengkram sehingga membuat lubang anusnya menganga lebar. Empotan lubang anusnya membuatku bergidik membayangkan rasa nikmat yang akan kuperoleh setelah penisku berhasil masuk menerobos keperawanannya.

Penisku yang telah licin berlumuran lotion itu kutempelkan di gerbang lubang anusnya. Lubang anusnya terlihat semakin melebar mengikuti ukuran kepala penis ku yang besar.

Tangan Rani tak henti-hentinya menggesek vagina nya sendiri memancing nafsu nya agar tidak kalah dengan rasa nyeri yang menyengat di lubang pantat nya.

Slebbb... Akhirnya kepala penisku berhasil masuk sepenuhnya ke lubang pantatnya yang sangat sempit.

“AAARRGHHHHH…..”

Rani berteriak kencang merasakan kepala penisku telah berhasil menyeruak masuk. Lubang anusnya menjepit penisku dengan rapat seakan menolak benda asing masuk membobol lubang sempit itu.

Kubiarkan sejenak supaya Rani bisa kembali rileks sambil merangsang klitoris dan puting nya. Lelehan lotion yang begitu banyak kutuangan sudah mulai mengalir pelan di paha nya yang sintal.

“Sakit Ran?” pertanyaan yang bodoh kalau melihat ekspresi Rani yang masih meringis kesakitan.

“Lebih parah dari diperawanin memek nya Mas… uuuuhhhh…. tapi udah mulai ga sakit Mas, ayo cepet masukin semua..” Rani memintaku menyelesaikan penetrasi ku sepenuhnya sambil meremasi sprei dengan kuat.

Kepalang tanggung mungkin pikirnya.

Dengan sedikit tidak tega, aku pun langsung menyorongkan penisku sepenuhnya masuk ke dalam anus nya.

“SHIITTTT… PANTAT GUEHHH PANAS BANGET MASHHHHHHH… ARGHHHH…..”

Rani melolong merasakan perih di anus nya ketika penisku telah masuk sepenuhnya dalam sekali sodokan.

Wajah Rani terlihat pucat dengan bulir-bulir keringat membasahi seluruh tubuhnya. Tetesan air matanya juga terlihat mengalir di pipi nya. Aku langsung menunduk mencari bibirnya, ku kulum sambil kubiarkan dia kembali rileks menikmati permainan kami.

“Lanjut ga sayang?” tanyaku ketika kurasakan Rani sudah mulai rileks. Rani akhirnya membuka matanya yang daritadi terpejam menahan nyeri di pantatnya.

“Iyah Mas.. Lanjutin.. tapi panggil Rani ‘sayang’ terus ya..” aku mengangguk menuruti permintaan Rani.

“Iya sayang.. Aku mulai gerakkin yaa..” aku mulai menggoyangkan pinggulku. Mula nya Rani masih meringis kesakitan, tapi lama kelamaan mulut Rani mulai mengaduh dan pinggulnya yang seksi mulai bergoyang mengayun mengimbangi pompaan penisku.

“Ssshhh… duh Gustiii… lama-lama enak bangethhh Mashhh..” Rani mulai meracau keenakan.

Aku sendiri pun sudah merem melek menikmati empotan anusnya yang luar biasa nikmatnya. Untungnya aku sudah klimaks yang pertama tadi, jadinya penisku tidak sesensitif tadi. Kalau tidak, penisku pasti sudah menembakkan sperma ku ke dalam liang anus Rani daritadi.

“Faakkkhhh.. Enak banget sayanggghhh…” ujarku keenakan sambil terus memompa penisku keluar masuk anusnya.

“Ughh.. iya.. Colok meki Rani jugha mash..” sepertinya Rani tidak puas kalau hanya menggesek klitoris nya saja.

Ceplak… ceplak… ceplak… jariku keluar masuk ke liang kemaluannya dengan mudah.

Memek Rani ternyata sudah sangat banjir akibat panasnya permainan kami.

Erangan Rani semakin tidak terkontrol. Punggungnya yang putih mulus sudah melengkung ke atas. Suara Rani mengaduh semakin parau.

“Shit.. shit.. Shit.. lobang gue penuh semua mashh… anjinghhh mashhh… kok bisa enak bangetthhhh….” racauan Rani makin tidak terkendali.

“Sayang.. Gue mau keluarhhh…” pekik ku merasakan denyut penisku yang semakin menjadi jadi di dalam anus nya.

“Iyah.. iyah sayanggg.. Ayo barenghh.. Muncratin yang dalem di pantat Rani sayanggghh… ughh…” Rani semakin bernafsu mengayun mengejar klimaks nya yang semakin mendekat. Deru nafas kami semakin kencang di saat kami saling mengejar ujung klimaks. Kocokkan jariku di vagina nya pun tidak ku kendorkan.

Srettt.. Srett. Sreeeetttt… diiringi dengan tusukan ke lubang pantat nya yang dalam, kutembakkan semprotan sperma yang begitu kencang ke dalam pantat Rani.

“Aaaaahhhhhhhhhhhhhhh…..” Rani pun rubuh mencapai klimaksnya berbarengan denganku. Terasa rembesan cairan orgasme nya menerpa jariku di dalam vagina nya.

Aku pun rubuh menimpa tubuh Rani yang terkulai lemas. Jariku sudah terlepas dari vagina nya. Penisku masih tertancap di lubang anus nya. Ku dekap tubuh Rani yang masih bergetar merasakan nikmat klimaks barusan.

Gila!! Rani benar-benar mewujudkan imajinasi seks ku yang selama ini hanya ku tonton di video porno. Pertama tittyfuck, yang kedua anal. Ketiga? Hmm.. apa ya?

“Barusan tuh gila banget Ran. Bisa ketagihan gue beginian terus sama elo Ran” kukecup tengguk Rani yang masih terpejam.

“Aku juga bakal ketagihan terus di entot sama kamu Mas.. Duh makin ga ada rasanya nanti aku di entot sama pacar ku. Pokoknya 3 hari ini kita puas-puasin ya Mas..”

“Iya sayang…muach..” ku kecup bibir Rani dengan lembut. Rani tersenyum mendengar aku memanggilnya sayang.

“Mmmhhhh…” Rani mengerang ketika penisku yang mulai menciut terlepas dari lubang anus nya yang masih menganga lebar.

“Duh langsung longgar deh lobang pantat Rani Mas huhh.. Kontol Mas Bayu kegedean sih hihihi” ujar Rani sambil memegangi tanganku erat seolah tak ingin dekapanku terlepas.

“Gapapa lah biar nanti pas masuk lagi udah ga sakit” balasku menggodanya, kami terkekeh kecil menikmati momen pelukan kami.

“Bersih-bersih yuk Mas, udah mulai bau ga enak nih hihi” Rani melepas dekapanku dan bersiap berdiri ke kamar mandi. Bau cairan yang keluar dari lubang pantat Rani memang mulai menusuk hidung.

Belum sempat aku berdiri menyusul Rani..

Oughhhhhhh….. Mas Bayuhhhhh…. oughhhhhhhhh....

Terdengar sayup lolongan dari kamar sebelah memanggil namaku.

Bruaakkkkkkk……

Pintu connecting door tiba-tiba terbuka lebar.

Sesosok gadis cantik dengan muka yang merona merah terlihat jatuh terjengkang di lantai kamar ku.

Tanktop dan bra nya sudah naik di atas dada nya.

Payudaranya yang mungil menggantung bebas dengan puting nya yang berwarna merah muda.

Selangkangannya yang ditumbuhi dengan rambut kemaluan yang lebat juga terpampang jelas tanpa penghalang.

Celana dalam dan hotpantsnya sudah turun hingga ke mata kaki.

Badan Ayu masih bergetar dengan satu tangannya meremasi payudaranya yang mungil dan satu tangannya ada di area vaginanya.

“Ayuuuu??!!!!” Aku dan Rani memekik terkejut menyadari Ayu terjatuh ketika bermasturbasi ria sambil menguping permainan kami barusan.

“Kyaaaaaaaaaaaaaa....……”
Wah, akankah terjadi 3 some? Patut ditunggu lebih lanjut updatenya oleh suhu @Paletol

;):semangat::p

Terimakasih suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd