caligula1979
Semprot Addict
- Daftar
- 24 Jun 2012
- Post
- 489
- Like diterima
- 2.866
Untuk pembaca pemula, saya sarankan sebelum membaca cerita ini baca dulu:
Karena walaupun ceritanya berdiri sendiri, masih ada keterkaitan dengan cerita tersebut, dengan kata lain, masih dalam universe yang sama, yaitu Caligula Universe
Cerita-cerita lain dalam Caligula Universe:
Selamat membaca, met mupeng!! Met crot!!
Pukul 14.16
Di ruang belajar rumah mewah itu, seorang anak berusia sembilan tahun sedang mengerjakan soal matematika, beberapa soal yang tidak bisa ia kerjakan ia lompat untuk mengerjakan soal lain yang lebih mudah, sesekali matanya juga melihat ke arah jam. Sementara itu di sebuah kamar, di lantai bawah....
Seorang gadis rebahan di ranjang dengan hanya memakai kaos dan bra kuningnya yang telah tersingkap hingga ke atas dada. Seorang pria Chinese berusia 39 tahun mengangkat wajahnya dari selangkangan gadis itu lalu membentangkan paha mulusnya lebih lebar menyajikan pemandangan menggairahkan dimana vagina si gadis yang ditumbuhi bulu-bulu tidak terlalu lebat itu sudah sangat basah oleh air liur dan cairannya sendiri.
“Masukin sekarang aja om, waktunya tinggal dikit lagi!” pinta gadis itu lirih.
“Oke Mar, om juga udah kepengen kok!” kata pria itu menempelkan kepala penisnya yang tak bersunat ke bibir vagina si gadis.
Sleeeep.... perlahan-lahan penis itu melesak masuuk ke vaginanya
"Aaahhh" keduanya mendesah nikmat bersamaan saat kelamin mereka bersatu
Pria itu menciumi bibir si gadis dengan mesra sambil mulai menaik turunkan pantatnya menggenjot penisnya di vagina si gadis. Gadis itu membalas ciuman si pria dengan ganas sambil merasakan penisnya mengobok-ngobok vaginanya. Pria itu menaikkan temponya bertahap sambil sesekali melihat ke arah jam.
"Mar, tukeran kamu di atas ya!" pintanya agar mengubah posisi WOT.
Tanpa banyak bicara, si gadis segera menaiki tubuh pria itu dan langsung menunggangi penisnya. Ia mainkan ritmenya dengan cepat, tidak lupa variasi memutar pinggulnya seperti sedang ngebor memberi sensasi nikmat pada pria itu terasa seperti berada di langit ke tujuh. Tangan si pria meremasi sepasang payudara 36B si gadis dan memilin-milin puting coklatnya. Gadis itu mempercepat gerak naik-turun tubuhnya karena sudah di ambang orgasme. Si pria yang sepertinya paham dengan keadaannya ikut menghentakan penisnya ke vaginanya dengan cepat.
"Aaaaaahhh..aaah... " si gadis mendesah panjang saat gelombang orgasme menerpanya, tubuhnya menggelinjang.
Ia lalu melepaskan vaginanya dari selangkangan pria dan beringsut ke bawah sambil tangannya menggenggam batang penisnya.
“Uuugghh... Mar, sebentar lagi keluar Mar!!” erang si pria sambil mengelus rambut gadis itu.
Gadis itu menyapu-nyapukan lidahnya pada kepala penis si pria disertai hisapan yang membuai hingga akhirnya terasa penis itu makin berdenyut-denyut lalu, crreettt.... creett... creett... semburan sperma pria itu memenuhi mulut si gadis yang berkonsentrasi melahap cairan kental beraroma tajam itu. Sementara si pria mengejang dan mendesah merasakan hisapan dahsyat si gadis terhadap penisnya.
“Aaww.... !” jeritnya kecil ketika melepas penis itu ternyata masih menyemprotkan isinya dan mengena sebagian pada daerah mulut dan lehernya, “kirain udah berenti” kembali gadis itu memasukkan penis itu ke mulutnya.
Setelah beristirahat lima menitan, gadis itu buru-buru membenahi dirinya.
“Saya kembali duluan yah om, sebelum si Kenneth nyariin!” katanya
“Makasih yah Mar, hisapan kamu emang mantap” sahut si pria.
Gadis itu tersenyum dan memakai kembali celana selututnya lalu ke kamar mandi di kamar itu untuk membersihkan mulutnya dari cipratan sperma.
“Gimana Ken? Sudah selesai?” tanya gadis itu muncul di ruang belajar Kenneth lalu duduk di kursi sebelahnya.
“Ci Maria! Ini nih... yang nomer lima sama sembilan! Saya ga ngerti dah bener!” kata Kenneth
Maria memperhatikan hasil pekerjaan murid lesnya itu dan mengangguk-angguk.
“Oke... good, kemajuan banget!” puji gadis itu setelah mengecek yang telah dikerjakan sang murid, “nomer lima sama sembilan yah, oke gini yah.... “ ia mulai menjelaskan soal itu secara sistematis namun dengan bahasa yang dimengerti anak seusia Kenneth.
Gadis itu bernama Maria (20 tahun), seorang mahasiswi akutansi yang cemerlang, juga salah satu bunga kampus karena kecantikannya. Citra ‘nice girl’ melekat padanya karena selain cantik dan pintar, ia juga mandiri lewat les privat yang muridnya lumayan banyak dan jualan online bersama temannya. Maria bukanlah type gadis yang mudah didekati, sejak putus dengan pacarnya lebih dari dua tahun yang lalu, banyak pria yang sudah mencoba PDKT namun semua ditolaknya dengan halus. Satu hal yang hanya diketahui orang-orang dekatnya adalah, di balik citra ‘nice girl’ itu, Maria diam-diam menikmati petualangan seks liar sebagai hiburannya, atau bisa dibilang sebagai pelampiasannya setelah putus akibat perselingkuhan sang mantan. Pria yang barusan bercinta dengannya tidak lain adalah papa Kenneth, murid lesnya itu, bernama Jeffry, seorang arsitek yang banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja di rumahnya. Setelah percintaan mereka, les masih berlanjut selama setengah jam ke depan.
“Nah, gitu... tuh Kenneth bisa kan akhirnya!” puji Maria melihat muridnya akhirnya mampu mengerjakan soal yang tadi tidak bisa dikerjakannya, “jadi sekarang udah ngerti?”
Anak itu mengangguk dengan bangga setelah mampu mengerjakannya.
“Nah ini buat Kenneth karena udah mau usaha terus bisa!” Maria mengeluarkan sebuah sticker imut dari tasnya dan memberikannya pada muridnya itu yang menerimanya dengan senang, “jadi buat ujian lusa tetap harus belajar yah! kalau kamu nilainya di atas delapan cici kasih hadiah lebih bagus!”
“Apa Ci hadiahnya?” tanya anak itu antusias.
“Ada deh... pokoknya Kenneth belajar yang bener aja supaya nilainya bagus, sekarang udah dulu yah!” Maria lalu membuka tutup gelasnya dan meminumnya.
“Om, pulang dulu yah!” pamit Maria menemui Jeffry di ruang tengah yang sibuk dengan laptopnya, “Kenneth hari ini bagus belajarnya, cuma tetap harus belajar buat ujian, dia kan gampang lupa soalnya!”
“Ooh gitu yah... tuh Ken dengar kata cici Maria kan?” kata pria itu
“Pa, Ken dapet sticker dari cici!” anak itu dengan bangga memperlihatkan sticker itu pada papanya.
“Nah gitu dong, kalau belajar bagus, pasti ada hadiah, nanti cerita ke mama yah!”
Setelah basa-basi sejenak, Maria pun meninggalkan rumah itu. Ini adalah jadwal terakhir hari ini, selanjutnya ia ingin pulang dan istirahat sebentar sebelum janji nanti malam.
###################
Pukul 17.25
Maria keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk sambil mengelap rambut basahnya. Dicabutnya smartphone dari chargernya setelah mengecek baterainya telah terisi seratus persen, kemudian ia menyalakan gadget itu dan mengecek pesan-pesan WA yang masuk. Yang pertama ia buka adalah pesan dari Daniel, pesan itu mengatakan bahwa ia akan tiba sejam lagi, dikirim sepuluh menit lalu, senyum dikulum terlukis di wajahnya setelah membacanya. Daniel, setiap kali mengingatnya jantungnya terasa berdebar. Walau pemuda gempal berdarah Batak itu secara fisik biasa-biasa saja, apalagi dibanding pacar terakhirnya, tetapi sejak pertemuan pertama ketika dikenalkan oleh sobatnya, Sherlin, ia sudah merasa nyaman di dekatnya. Daniel selalu perhatian padanya dan memperlakukannya seolah dirinya adalah yang paling berharga baginya. Selama tiga bulan jalan bareng, Daniel belum pernah mengarah ke seks, paling banter sesekali mencuri-curi pandang ke arahnya, pegangan tangan atau mengelus punggung. Sesekali mereka saling berbantahan bila bersilang pendapat, namun itu dapat diatasi dan tidak menjadi masalah utama. Jam 18.05, terdengar misscall dari Daniel, gadis itu melihat ke jendela mobil Honda Jazz di depan gerbangnya. Maria pamitan pada mamanya dan keluar dari rumah.
“Hai georgeous!” sapa Daniel melihat sang pujaan hati membuka pintu depan dan duduk di sebelahnya.
“Hai!” balas Maria memberikan senyumnya yang termanis
Maria tampil cantik dengan rambut diikat ke belakang dan mengenakan blouse berwarna hijau muda dan low cut di kanan.
"Kita ke mana?" tanya Maria setelah mobil keluar dari kompleksnya.
"Ke Atmosphere aja, enak, terus lagi ada band bagus”
“Tapi suka penuh kan kalau pas ada yang manggung?”
“Tenang gua udah reservation kok”
"Eeemm... boleh, boleh... " Maria mengangguk dengan senyuman, ia selalu senang dengan Daniel yang penuh persiapan dan tepat waktu ini.
Setibanya di kafe tersebut, pelayan mengantar mereka ke sebuah sudut yang romantis, agak terpisah sedikit dari meja-meja lain. Tempatnya memang cocok untuk pasangan kekasih yang datang bukan hendak makan saja tetapi hendak bercengkerama memadu kasih. Lagu jazz mengalun dari panggung oleh band yang mengisi acara hari itu. Muda mudi itu menikmati makanan mereka sambil bercengkrama mesra. Semakin banyak yang mengenal pasangann masing-masing, semakin membuat keduanya jatuh hati padanya. Maria sedikit trauma setelah diselingkuhi mantannya, namun dalam diri Daniel ia seperti menemukan orang yang tepat, sementara di pihak Daniel yang belum pernah pacaran ini adalah malam paling berbunga-bunga dan menegangkan, ia berusaha memilih kata agar tidak salah omong namun juga tidak menunjukkan kegugupan, ini semua berkat ‘bimbingan’ mama tirinya, Tiara, yang juga adalah partner curhat dan seksnya. Perbincangan mereka tanpa disengaja sesekali menyerempet ke arah sensitif tentang seks.
“Niel... lu sendiri apa udah ngelakuin?” tanya Maria dengan nada serius.
Pemuda gempal berkacamata itu terdiam dua detikan sebelum akhirnya mengangguk, “gua jujur aja, emang pernah, kalau lu sendiri?”
Jawaban ini memberi nilai plus di mata Maria, ia tahu pemuda itu sudah pernah melakukannya bahkan dengan sobatnya yang memperkenalkan mereka, Sherlin, yang pernah bercerita soal itu. Ia ingin tersenyum senang, namun berlagak jaim. Untuk pertanyaan Daniel itu ia menganggukkan kepala sambil menatap pemuda itu untuk melihat reaksinya. Ia mulai menceritakan dengan santai pengalaman seksnya dengan dua orang mantan pacarnya dulu, pria-pria lain, juga dengan sesama wanita terutama sobatnya, Sherlin dan Liani, beserta pandangannya tentang seks dan cinta setelah putus dengan pacarnya yang terakhir. Ia berpandangan bahwa seks dan cinta adalah dua hal berbeda.
“Wow... gua gak nyangka ternyata lu liberal gitu soal satu ini Mar” komentar Daniel setelah menyimak penuturan gadis itu.
Selanjutnya gantian Daniel yang menuturkan bagaimana ia kehilangan keperjakaannya bersama mama temannya, Tante Tyas, hingga mereka terlibat orgy. Maria tertawa setelah Daniel menceritakan semuanya.
“Eeee... kok ketawa Mar?”
“Hihihi... iya berarti kita sama yah, sama-sama pernah ngelakuin kegilaan”
Daniel ikut tersenyum dan meraih tangan gadis itu.
“Tahu apa yang gua suka dari lu Niel?” tanya Maria menatap pemuda itu, Daniel menggeleng.
“Lu jujur, termasuk soal satu itu, terus-terang aja, sebelum kenal sama lu, Sherlin udah cerita ke gua, kalau lu gak cerita soal itu, justru gua gak akan mau nemuin lu lagi, tapi lu begitu jujur... “
Daniel terdiam menyusun kata-kata dulu sambil tetap menatap mata gadis di hadapannya, “Mar, gua mana mungkin berbohong ke orang yang gua sayangi, gua pasti cerita apa adanya tentang gua” tangannya menggenggam lebih erat tangan Maria, “gua gak mau orang itu satu hari nanti kaget terus kecewa waktu nemuin apa yang gak sesuai harapan, gua juga....”
“Cukup... cukuppp!” Maria melepas tangan pemuda itu, “gua harus ke toilet dulu, permisi!” ia lalu bangkit dan meninggalkan Daniel yang terbengong-bengong.
Maria masuk ke sebuah bilik dan duduk di kloset tertutup sambil menangis tersedu-sedu. Ia tumpahkan semua perasaannya, ketulusan dan kejujuran pemuda itu sungguh membuatnya senang dan terharu. Setelah cukup melampiaskan yang dirasakannya selama lima menitan, barulah ia keluar dari bilik toilet dan mencuci mukanya, lalu kembali ke meja.
“Mar.... kamu gak apa-apa?” tanya Daniel begitu gadis itu muncul.
“Udah yuk, udah habis kan makannya, kita pergi yuk!” kata Maria.
“Eeeerr... oke, ayo!” katanya, “mas!! Mas!!” ia memanggil pelayan untuk meminta tagihannya.
Setelah membayar tagihan, keduanya pun berjalan ke arah mobil.
“Mar... kamu marah ya?” tanya pemuda itu sambil berjalan.
Gadis itu tidak menjawab dan mempercepat langkahnya sehingga Daniel semakin bingung.
“Bisa anter ke Dago atas?” tanya Maria.
“Bisa... tapi mau kemana kita nih?”
“Dont talk... kesana aja dulu!”
Daniel walau masih diliputi kebingungan segera menstarter mobilnya dan menuju ke tempat yang diminta wanita itu. Sepanjang jalan hening, Maria sesekali membuka smartphone dan membalas pesan yang masuk, sementara Daniel berkonsentrasi mengemudi sambil terus bertanya-tanya dalam hati mengapa gadis ini mendadak jadi begini. Memasuki daerah yang dituju, Daniel mengikuti arahan Maria hingga tiba di sebuah gedung apartemen, gadis itu menyuruhnya masuk ke parkir basement setelah menscan sebuah kartu dari tasnya ke mesin parkir.
“Wuih, kita mau ketemu siapa di sini?”
Maria tidak menjawab tapi menggandeng tangan Daniel dan menekan tombol password untuk membuka pintu kaca. Mereka naik lift hingga ke lantai enam, di sana Maria membuka sebuah pintu dengan kartu tap tadi.
“Ini punya kamu Mar? Keren banget” melihat interior apartemen berukuran sedang dengan satu kamar tidur, kamar mandi dan dapur itu.
Maria menggeleng, “ini punya si Sherlin, kebetulan kuncinya belum gua kembaliin, kadang kita ngumpul di sini atau sekedar santai aja” gadis itu membuka kancing gaun terusannya ketika Daniel memandangi pemandangan malam lewat jendela dan membelakanginya.
“Si Sherlin keren juga ya, masih kuliah udah bisa beli apartemen” puji Daniel
“Bisnis online, investasi... temen gua satu itu emang lihai soal bisnis, belum lagi keluarganya juga tajir” Maria meloloskan gaun itu dari tubuhnya dan menggantungnya pada sandaran kursi di dekatnya, selanjutnya ia juga membuka branya.
Daniel yang sedang berdiri di depan jendela tiba-tiba merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang, membuatnya terhenyak. Digenggamnya tangan gadis itu yang melingkar di dadanya. Ia lalu berbalik badan dan terpana melihat gadis itu hanya tinggal mengenakan celana dalam.
“Mar...” hanya itu yang dapat keluar dari mulut Daniel memandangi tubuh gadis itu yang tingginya sedagu dirinya, tubuh yang mungil namun padat berisi dengan kulit putih mulus dan payudara 36B. Suasana romantis yang sepi, ditambah hati keduanya yang sudah berpadu tanpa sadar membuat mereka berpelukan. Aroma tubuh dan rambut Maria yang harum membuat darah Daniel bergolak.
“Love you so much!” ucap Daniel sambil membelai rambutnya
Pipi gadis itu memerah malu, “so do I” balasnya.
Daniel mengecup lembut kening gadis itu dan kedua matanya, ia tengadahkan dagunya yang lancip, bibir tipisnya yang memakai lipstik pink terbuka sedikit seakan menanti kecupan bibir pemuda itu. Dengan penuh perasaan Daniel mengulum bibir gadis pujaannya itu. Bibir mereka terlepas sebentar saat Maria mengangkat kaos berkerah yang dipakai pemuda itu lalu kembali berpelukan dan berpagutan, nampak kontras perbedaan kulit keduanya, Maria begitu putih mulus sementara Daniel agak gelap. Diplintirnya puting gadis itu dengan jariku menyebabkan pemiliknya mendesah mengekspesikan rasa nikmat. Cumbuan mereka semakin panas bergelora, ciuman dan rabaan tidak cukup meredam gejolak darah muda mereka. Jemari Maria dengan lincah membuka sabuk Daniel dan resleting celananya.
“Ke kamar yuk! Di sana!” ajak Maria memandang ke sebuah pintu tertutup.
Daniel mengangguk lalu mengikuti langkah gadis itu. Maria membukakan pintu dan menyalakan lampu, kamar itu berisi perabotan minimalis berupa ranjang yang bisa memuat dua orang, lemari baju dan cermin di dinding. Maria naik ke ranjang dan menelentangkan diri tersenyum ke arah pemuda yang baru mengatakan cinta padanya itu. Setelah membuka celana dalamnya, Daniel menyusul ke ranjang merayap di atas perut rata gadis itu, mennghimpit dadanya sambil memeluk lehernya. Diciumnya gadis itu dengan mesra, lalu mulutnya turun menjilati lehernya.
“Aaahh... eenngghh!!” lenguh Maria saat pemuda itu menyedot-nyedot putingnya sambil mengelus rambut pemuda itu, ia menikmati jilatan dan hisapan Daniel dengan mata terpejam-pejam. Mulut Daniel terus turun ke perut, menjilati pusarnya yang menimbulkan sensai geli-geli nikmat. Tangannya memegang karet celana dalamnya lalu menurunkannya ke bawah, diikuti mulutnya yang mulai menyentuh vagina gadis itu
“Ooooh… “ Daniel menciumi vagina Maria membuat gadis itu mendesah dan menggeliat, sementara celana dalamnya sudah lepas dari kaki jenjangnya.
Aroma yang dikenalnya terasa langsung menyergap lubang hidung pemuda itu. Secara bergantian, dengan gentle, dikulumnya kedua bibir luar vagina itu. Juga dijulurkannya lidah untuk menjilat celah sempit di antara ke dua bibir itu. Setelah puas menjilati bibir vagina Maria, jari pemuda itu membuka lebih lebar vagina yang sudah becek itu, sasarannya adalah klitorisnya. Dan ketika Daniel mulai menjilati bagian sensitih itu secara intensif, pinggul Maria pun terangkat-angkat ke atas, seakan terkena tarikan magnetis dari lidah dan bibir pemuda itu. Kala lidah dan mulut Daniel menyelimuti klitorisnya dan melumatnya lembut, Maria semakin blingsatan. Tak ingin buru-buru orgasme, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Daniel sehingga membuatnya gantian telentang. Kemudian dengan binalnya Maria menelusuri permukaan tubuh gempal Daniel dengan lidahnya yang hangat. Aliran kenikmatan yang datang dari perlakuannya terasa begitu membuai.
“Uhhh... mantap Mar!!” desah Daniel saat gadis itu menghisap putingnya sambil tangannya mengocok lembut penisnya.
Daniel mengelus punggung dan pantat gadis yang baru menerima cintanya itu dengan lembut, kadang memelintir putingnya saat lidah gadis itu menyapu-nyapu putingnya dan menggigitnya pelan. Sungguh permainan gadis itu membuatnya terlena.
Setelah penis Daniel cukup basah dan mengeras maksimal, Maria menelentangkan tubuh di samping dan menarik lengan pemuda itu.
“Ayo sekarang… masukin aja!” pintanya
Daniel menangguk lalu bangkit dan memposisikan diri di antara kedua paha mulus Maria yang ia bentangkan. Maria meraih batang itu dan mengarahkannya ke bibir vaginanya yang mulai berlendir.
"Make love to me, please!" bisik gadis itu sambil mengusap-usapkan kepala penis tak bersunat itu ke bibir vaginanya.
Daniel menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung batang penisnya, lendir kewanitaan Maria mengolesi ujungnya. Di usia ke-20 tahun, Daniel akhirnya merasakan ‘make love’, bukan sekedar ‘fuck’ seperti yang terjadi sebelumnya dengan Tante Tyas, Sherlin dan mama tirinya. Ia sedikit menekan pinggulnya agar kepala penisnya terselip di bibir vagina yang berwarna merah itu. Ditatapnya wajah gadis itu ketika merasakan pinggulnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, penisnya tertanam seperempatnya. Ditekannya lebih dalam, bblleess... hingga mentok diiringi erangan gadis itu.
“Sakit?” tanya Daniel melihat wajah gadis itu meringis, khawatir kalau ia menyakiti gadis yang disayanginya itu, selain itu tubuhnya bergetar merasakan sempitnya liang senggama itu
Maria menggeleng, “gapapa... enak kok! Jangan bengong, ayo gerak dong!”
Daniel pun mulai menggenjot vagina gadis itu. Tak ada lagi pedih yang tersisa, hanya ada nikmat yang menjalar dari vaginanya. Maria menceracau nikmat merasakan kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya yang tergesek batang penis pemuda itu yang menghujam-hujam. Desahannya berpadu dengan desahan Daniel yang semakin ganas menggenjotnya. Moncong penisnya terus-terusan menyundul-nyundul liang senggama gadis itu sehingga membuatnya terbelalak dan ternganga sambil merintih lebih keras dalam nikmat yang luar biasa. Selain menggenjot, tangan pemuda itu juga meremas-remas payudara Maria dengan lembut, semuanya itu membuat gadis itu semakin menggelinjang nikmat. Karena itu ia pun mulai menggoyang pinggulnya sebinal mungkin, meliuk-liuk dan menghempas-hempas, sehingga klitorisnya jadi terus bergesekan dengan penis pemuda itu.
"Aarrgghh... Maarr, gua.... udah mau!!"
Daniel merasakan gelombang orgasme akan menerpanya sebentar lagi. Ia berusaha bertahan, tapi semakin lama vagina Maria terasa meremas semakin kuat, remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin menghisap batang penisnya, hingga akhirnya....
“Uuugghh....!!” lenguh Daniel merasakan spermanya menyemprot deras di dalam vagina Maria.
Ia menghunjamkan pinggulnya sedalam-dalamnya sehingga kepala penisnya mentok di dasar rahim gadis itu.
"Niel.... aarrgghh.. aarrgghh.. gua juga.. sodoknya terusin dong!" rintih gadis itu ketika merasakan dirinya segera menyusul pemuda itu ke puncak kenikmatan.
Dua sejoli itu sama-sama seperti kerasukan, saling cengkram dengan kuatnya, seolah ingin saling meremukkan. Sodokan-sodokan Daniel akhirnya berhasil menarik sang kekasih ke puncak. Dinding vagina gadis itu berkontraksi cepat dan mengucurkan banyak sekali lendir. Daniel pun terkapar di atas tubuh kekasihnya, dalam dekapan hangatnya.
“Niel…” ucap Maria setengah berbisik, “gua puas banget, love you badly”
“Sama, gua juga...” sahut Daniel mengelus rambut gadis itu, “sayang banget ke kamu Mar!”
Pasangan yang tengah dimabuk asmara itu bercumbu beberapa saat menikmati sisa-sisa orgasme sebelum Daniel turun dari ranjang.
“Mau minum?” tanyanya
“Yes please, dispensernya di dapur yah!”
Sebentar kemudian pemuda itu kembali ke kamar dengan segelas air.
“Thanks!” kata Maria menerima gelas itu dan langsung meneguknya.
“Sini!” Maria meraih tangan pemuda itu dan menyuruhnya telentang.
Mereka kembali bergumul mesra, saling kecup, saling remas dan saling elus. Maria berusaha membangkitkan penis yang masih lemas itu, dengan remasan dan elusan lembut. Digenggamnya batang yang masih lemas itu lalu tanpa ragu, ia jilati moncongnya hingga terasa mulai menegang di dalam genggamannya, dilanjutkan kuluman dan sapuan lidah di dalam mulutnya sambil sesekali dihisap-hisap perlahan. Sebentar saja penis pemuda itu sudah keras kembali di dalam mulutnya. Daniel cuma terlentang sambil memejamkan matanya sambil mengelusi rambut Maria, mungkin ia sedang menikmati kemahiran gadis itu mengoral penisnya. Setelah dirasa penis itu cukup tegak, Maria menaiki selangkangan Daniel sambil memegang batang penis itu dan ia arahkan ke mulut vaginanya.
“Sekarang gua aja yang goyang!” katanya
Penis pemuda itu mulai melesak ke dalam liang senggamanya
“Ooooh...” desah Maria yang nafsu birahinya makin menggila
Ia mulai menaik-turunkan tubuhnya, terasa sekali gesekan kelamin mereka menimbulkan aliran nikmat yang membuatnya terpejam-pejam, membuatnya semakin erat memeluk leher Daniel. Terlebih setelah pemuda itu melengkapi kenikmatan itu dengan ciumannya yang merambah leher, puting dan bahkan menjilati ketiaknya yang sudah harum dan tercukur bersih. Terkadang Daniel juga melumat bibirnya dengan hangat, sehingga gadis itu terpejam dalam nikmat yang tiada bandingannya. Maria memicu tubuhnya dengan liar, meliuk-liuk dan menghempas-hempas sehingga gesekan-gesekan kelamin makin terasa, makin menimbulkan denyut-denyut nikmat yang begitu membuai. Semuanya itu membuat desahan Maria semakin menjadi-jadi dan histeris.
“Emut lagi pentil toked gua…. iyaaaa… iyaa gitu… enak….”
Maria merasa makin melayang-layang di langit ketujuh, sebuah kondisi nikmat yang membuatnya kadang melotot kadang terpejam, keringat dari tubuhnya bercucuran di permukaan kulit Daniel. Ketika pemuda itu melumat bibirnya, dihisapnya lidah itu hingga air liur saling bertukar, terkadang ia juga sengaja menjulurkan lidahnya untuk ganti dihisap pemuda itu. Sungguh pergumulan ini terasa semakin panas dan nikmat.
“Gua udah mau dapet… gilaaaa… enak!!” rintih Maria mempercepat gerakannya
Tubuh gadis itu akhirnya berkelojotan di puncak kenikmatan sambil mencengkram kedua bahu Daniel, liang vaginanya berkedut-kedut dan mengucurkan cairan kewanitaanya.
Tahu sang pacar telah mencapai orgasme, Daniel segera mengubah posisi berguling dan menindihnya. Ia segera mengambil alih kendali dengan menggenjot vagina gadis itu. Sebentar saja, gairah Maria bangkit lagi dan ikut menggoyang pinggulnya. Keduanya semakin gila-gilaan menggerakkan alat kelamin masing-masing, genjotan Daniel semakin cepat, sementara Maria pun semakin liar menggoyangkan pinggulnya. Liang senggamanya membesot-besot dan memilin-milin penis Daniel yang masih perkasa. Kepala penis pemuda itu menghantam-hantam dasar liang kewanitaannya, sehingga Maria berkali-kali harus memejamkan mata menghayati nikmatnya disetubuhi tongkat urat yang perkasa itu. Cukup lama Daniel menggarapnya di ronde ini karena ia mengatur tempo sedang agar tidak buru-buru keluar.
“Niel… bareng-bareng yuk… biar enak… ” bisik Maria.
“Okeh” hanya itu yang terlontar dari mulut Daniel, lalu ia mempercepat gerakan penisnya.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka berhasil mencapai puncak surgawi dalam waktu bersamaan. Tubuh Daniel yang sudah bersimbah keringat itu mengejut-ngejut, moncong penisnya pun menembak-nembakkan spermanya di dalam liang vagina Maria yang sedang berkedut-kedut juga dalam orgasmenya. Lalu pemuda gempalitu terkulai di dalam dekapan sang gadis, sambil berkata dengan suara lemas,
“Luar biasa Mar... ini adalah ML yang paling fantastis… ML dengan sama yang gua cintai!”
“Lu yakin Niel kalau lu cinta sama gua?”
“Seratus persen… gua yakin banget kalau gua itu sayang ke lu Mar…” katanya sambil meremas tangan gadis itu dengan lembut dan hangat.
Terharu Maria mendengar pernyataan Daniel itu dan ia percaya bahwa pernyataan itu muncul dari hati nurani pemuda itu. Sebagai jawaban, dikecupnya bibir Daniel, lalu berkata dengan suara lirih, “I love you too”
“Thanks Mar… gua happy banget hari ini,bener-bener happy!”
“Sama” balas Maria, “besok kuliah jam berapa?”
“Sembilan, lu?”
“Gua sih siang, makanya gua ajak ke sini juga”
“Maksudnya... supaya kita bisa bobo bareng?”
Maria mengangguk dan tersenyum membuat hati Daniel semakin berbunga-bunga.
“Ntar yah, gua WA mama gua dulu, bilang tidur di rumah temen hari ini” pemuda itu meraih smartphonenya dan segera mengabari rumah.
Setelahnya ia menarik selimut menutupi tubuh telanjang mereka. Keduanya tersenyum saling tatap, pancaran mereka tersirat binar-binar cinta dan birahi. Mereka berangkulan disertai obrolan mesra pasca bercinta hingga akhirnya terlelap.
###############
Keesokan paginya
Pukul 7.12
Daniel bangun menemukan dirinya di ranjang tanpa busana, cahaya matahari masuk ke kamar lewat jendela yang telah dibuka tirainya. Ia merasa dirinya seperti pengantin baru, tapi... Maria sudah tidak di sebelahnya.
“Mar!” panggilnya.
Ia turun dari ranjang dan melangkahkan kaki keluar kamar yang pintunya sudah terbuka. Telinganya menangkap suara air mengucur di kamar mandi sehingga ia pun berjalan ke arah sana.
“Hai!” sapa Maria yang sedang berdiri di bawah shower yang mengguyur tubuh telanjangnya, “ayo sini! Kita masih ada waktu kan?” panggilnya.
Daniel menghampiri kekasihnya, matanya memandang kagum pada gadis itu yang nampak makin seksi dan menggairahkan dalam keadaan basah seperti itu. Dipeluknya tubuh sang kekasih dan mereka kembali berpagutan bibir.
“Pagi-pagi udah keras lagi” kata Maria ketika menggenggam penis pemuda itu.
“Ada kamu mana bisa itu gua lemes Mar”
“Biar gua sabunin Mar, gua pengen ngerasain mandiin cewek” Daniel menuangkan sabun cair ke telapak tangannya, lalu mengecilkan kran shower dan mulai mengusap-usap sekujur tubuh sang kekasih, dari telapak kaki sampai ke leher hingga sekujur tubuh gadis itu licin berbusa. Darah Maria berdesir-desir merasakan usapan kekasihnya itu.
“Mmmhhh!” gumamnya saat pemuda gempal itu menyabuni selangkangannya, bahkan tak ragu enyelipkan jemarinya ke celah kewanitaannya.
“Udah, sekarang gantian!” kata Maria menuangkan sabun.
Ia mulai menyabuni tubuh gempal Daniel sehingga licin berbusa seperti dirinya. Digenggamnya penis yang sudah menegang itu dan berlutut di depannya. Penis itu semakin tegang dalam genggamannya. Dengan telaten Maria menyabuni penis hingga buah zakar pemuda yang kemarin menyatakan cinta padanya itu, lalu dibilasnya bersih. Mata Daniel merem-melek menikmati sensasi nikmat itu, terlebih ketika lidah gadis itu menyapu batangnya. Disedot dan dijilatinya penis yang sudah ereksi maksimal itu, sementara jemari lentiknya mengurut-urut bagian batang yang tak masuk ke dalam mulutnya. Daniel menyeringai dan mendengus beberapa kali hingga akhirnya tak lama kemudian moncong penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan kental dan hangat di dalam mulut Maria. Gadis itu menelan semuanya. Bahkan setelah penis itu berhenti menyemburkan isinya, ia terus menghisap seolah masih kurang kenyang dengan sperma yang sudah ia telan habis ini. Setelah mencabut penis yang menyusut itu dari mulut, Daniel membelai rambutnya dengan lembut. Lalu menciumi pipinya seraya berkata,
“Luar biasa buat memulai hari ini!”
Maria tersenyum sambil memperbesar kran shower.
“Udah yuk, bilas! abis itu ke kampus!” katanya
Setelah membilas busa-busa sabun dan shampoo, mereka saling menghanduki pasangan masing-masing. Selesai berpakaian keduanya pun meninggalkan apartemen dan meluncur ke kampus dengan mobil. Senyum sumringah nampak pada kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu.
Empat hari kemudian
Pukul 10. 20
Daniel tengah mencari beberapa buku di perpustakaan untuk tugas kuliah. Sudah setengah jam lebih ia berkutat dengan buku di rak perpustakaan yang jumlahnya banyak itu.
“Yang baru jadian nih yee!” terdengar suara merdu dari lorong saat ia berjalan menyusuri lorong rak buku.
Daniel pun melangkah mundur dan melihat asal suara itu.
“Sherlin! Ngapain lu di perpus teknik?” tanyanya heran melihat gadis itu melihat-lihat buku di rak.
“Tadinya nyari si Hendri, sapa tau di sini, eh... malah ketemu orang yang wikk-wikk di apartemen gua” jawabnya tersenyum nakal, “ahhh... sebelumnya gua harus bilang congratulations dulu yah” sambil mengulurkan tangannya.
“Ehehe... thanks juga Lin buat tempatnya!” kata Daniel menjabat tangan lembut pacar temannya itu.
“Gua udah ngenalin si Maria, udah minjemin tempat gua... masa thanksnya masa cuma gitu aja?” kata Sherlin sedikit sinis.
“Gitu aja... maksud lu Lin?” Daniel jadi berkeringat dingin mencoba membaca maksud gadis itu.
Setelah menyapukan pandangan ke sekitarnya, Sherlin menarik tangan pemuda itu masuk lebih dalam ke dalam lorong rak.
“Gua lagi jam nanggung, lu mau ngehibur gua kan?” tanyanya setengah suara sambil tangannya meremas selangkangan Daniel dari luar celana jeansnya.
Kontan, Daniel pun terkesiap tapi dapat segera mengendalikan diri. Wajah manis Sherlin berjarak kurang sejengkal dari wajahnya, setelah menengok ke luar lorong sejenak, akhirnya ia mendaratkan ciumannya di bibir tipisnya itu. Sherlin membalasnya dengan penuh gairah, keduanya pun berciuman panas di lorong rak. Gadis ini mulai menunjukkan sisi liarnya setelah pesta seks di rumah Saldi dulu.
“Hmmm, belum setengah tahun lepas perjaka udah pinter cipokan, belajar dari siapa? Maria? Tante Tyas? Atau siapa?” komentar Sherlin atas ciuman teman pacarnya itu.
“Semua Lin... gua belajar dari mereka semua, termasuk lu hehehe” lalu kembali Daniel mencium gadis itu.
Mereka berciuman dan saling meraba tanpa menghiraukan bahwa tempat itu adalah sebuah perpustakaan. Walaupun ruangannya besar dan ditutupi dengan puluhan rak tinggi dan panjang, situasi saat itu pun agak lenggang, namun sewaktu-waktu orang bisa lewat karena bukan ruangan yang tertutup sempurna. Namun itu semua justru memicu adrenalin yang menambah sensasi nikmat.
“Lu perhatiin situasi, kalau ada yang dateng kasih tanda!” kata Sherlin setelah melepas pagutan.
“Lin... emang lu mau...!”
Sebelum Daniel menyelesaikan kata-katanya, sejurus kemudian Sherlin membuka resleting celana jeansnya dan memelorotkannya bersama dengan celana dalamnya.
“Jangan Lin, gawat kalau ketahuan!” pemuda itu memegangi celananya.
“So watch carefully!” tegas gadis itu lalu berjongkok dan mulai mengoral penis Daniel dengan lahapnya.
Batang penis Daniel yang dari tadi setengah tiang langsung menegang penuh dalam hitungan detik. Di saat yang sama jantungnya kembali berdebar-debar. Public sex, ini sungguh merupakan tantangan nakal yang baru pernah dihadapinya, ia menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan diri. Sekilas, ia kembali memandang sekeliling berjaga kalau-kalau ada orang mendekat.
Sherlin mempercepat kocokannya pada penis Daniel, jilatan-jilatan pada batang dan buah zakarnya pun semakin liar. Ia sudah menyukai teknik oral gadis ini sejak pertama kali bercinta dengannya di rumah Saldi dulu.
“Oooh, Lin…!!!” sekuat apapun, Daniel akhirnya harus mendesah nikmat juga.
Kepala Sherlin maju-mundur mengulum penis pemuda itu, lalu ia berusaha memasukkan penis itu sedalam mungkin ke mulutnya sampai pemuda itu merasakan kepala penisnya bersentuhan dengan anak tekaknya. Daniel menggigit bibir agar desahannya teredam, yang jelas ia menikmati kuluman dan jilatan yang dilakukan Sherlin. Kenikmatan ini berlangsung selama lima menitan ke depan hingga Sherlin mulai merasakan kepala penis pemuda itu berdenyut-denyut di dalam mulutnya. Gadis berambut panjang itu menghentikan oral seksnya dan bangkit berdiri sambil tersenyum.
“Lanjutannya gua tunggu di toilet cewek di dekat teater, gua ke sana duluan” katanya, “tunggu sampe gua WA lu!”
Daniel buru-buru menaikkan kembali celananya.
“Eehh... Lin! Lin!” panggilnya sambil membenahi celananya.
Saat ia selesai, gadis itu sudah menghilang di balik rak buku. Daniel kembali ke mejanya bersama buku-buku yang akan dipinjam untuk mengambil tasnya. Setelah mendaftarkan buku yang dipinjam pada petugas perpustakaan, ia keluar dari situ. Baru beberapa langkah dari pintu perpustakaan, smartphonenya berbunyi dan ada pesan WA dari Sherlin.
“Aman, gua tunggu di sini yah!” tulis gadis itu.
Dengan girang ia mempercepat langkahnya ke gedung administrasi sampai hampir bertabrakan di belokan.
“Eh... Di, sori bro, buru-buru!” maafnya pada orang yang hampir ditabrak yang ternyata adalah Saldi, sobatnya.
“Apaan sih Niel rusuh gitu?” tanya Saldi, “wwoiii... mau ketemu doi ya!” panggilnya pada Daniel yang berlalu begitu saja.
“Dasar, mentang-mentang baru jadian, temen dilupain deh!” kata Saldi dalam hati sambil geleng-geleng kepala.
Ia tiba di gedung administrasi lalu menuju ke lift dan menekan tombol empat. Teater berada di gedung yang sama, dan pada hari biasa seperti ini biasanya sepi, hanya sesekali dipakai anak teater atau fakultas sastra. Setibanya di sana, Daniel tidak melihat ada orang lain lagi, ia pun melangkahkan kakinya ke toilet, malah ada sedikit kesan seram. Ia memandang sekeliling memastikan situasi aman sebelum membuka handle pintu toilet wanita.
Di dalam terdapat enam bilik yang empat pintunya tertutup tapi tidak rapat.
“Lin!” panggilnya pelan setelah masuk, “Lin!” panggilnya lagi
“Sini!” terdengar suara gadis itu dari bilik paling ujung yang pintunya membuka sedikit.
Sherlin menarik tangan Daniel masuk ke bilik itu dan langsung mengunci pintunya. Pemuda itu mendapati Sherlin tinggal memakai bra dan celana dalam pink, rambutnya diikat ke belakang agar tidak terlalu kusut setelah bergumul nanti. Ia langsung memeluk dan mencium leher jenjangnya. Sherlin menggeliat manja, ia merasakan tangan pemuda itu bergerak ke punggung melepaskan kait bra-nya, dibalasnya dengan mengangkat kaos pemuda itu. Setelah melucuti bra, Daniel melanjutkan dengan memeloroti celana dalam gadis itu.. Wow...tubuh langsing putih terpampang di hadapannya, Daniel yang memang sedang on langsung melepas celanaunya juga. Didekapnya tubuh mulus Sherlin, hangat... dadanya berhimpit menekan payudara montok Sherlin yang balas memeluk erat tubuh gempalnya. Bibir keduanya kembali menyatu, saling memberikan energi dan sensasi yang membumbung tinggi. Penis Daniel yang menggesek perut gadis itu memberi efek geli. Sherlin menggenggam batang itu kemudian dijepit di antara kedua belah pahanya, ke selangkangannya. Pemuda gempal itu memaju-mundurkan pinggulnya berirama seakan-akan sedang melakukan hubungan kelamin. Sherlin melenguh, tampak wajahnya merah menahan gejolak nafsu.
"Lu bawa kondom kan?" tanya Sherlin lirih
"Bawa Lin...” ia mengeluarkan dompet dari celananya dan menarik sesatchet kondom dari dalamnya, “ini dia hehehe"
Saran Hendri dan Saldi agar ‘sedia kondom sebelum mupeng’ ternyata berguna juga, teman memang selayaknya saling menasehati. Di ruangan toilet yang sempit itu, mereka benar-benar memanfaatkan situasi yang sempit pula. Tidak ingin buang waktu, setelah memasang karet pengaman itu pada penisnya, Daniel menarik tangan gadis itu agar duduk di pangkuannya. Dia sendiri duduk di atas toilet duduk. Sherlin mengangkat kakinya sedikit melebar, dituntunnya penis pemuda itu menerobos liang senggamanya yang terasa licin dan basah.
"Aahhh..." desahan lirih keluar dari mulut Sherlin saat penis Daniel melesak masuk
Tanpa menunggu lama, Sherlin mulai memacu tubuhnya naik-turun di pangkuan Daniel. Vaginanya terasa mengempoti penis pemuda itu, cairan kewanitaannya yang licin sangat membantu persenggaman mereka. Refleks keduanya berpelukan makin erat. Daniel mencium dan menjilati kedua payudara Sherlin yang tepat di depan wajahnya dengan penuh nafsu membuat gadis itu menggeliat erotis. Sherlin meracau pelan berusaha agar suaranya tidak terlalu keras, sesekali bibir mereka berpagutan agar dapat meredam suara. Daniel merasakan penisnya semakin mengeras dan berdenyut, terasa semakin kuat dorongan hawa nafsu dari penisnya, ia sudah di ambang orgasme. Ia ikut menyentak pinggulnya ke atas untuk menjemput sensasi nikmat itu. Sherlin juga mempercepat gerakannya.
"Lin... gue mau keluar..." kata Daniel terputus putus.
"Sama-sama yah... gua juga mau nih!!”
Mendapat persetujuan Sherlin, Daniel tidak ragu mengerahkan kemampuannya menggoyang tubuh gadis itu.
“Terusshh... iya teruss... dikit lagi... “ erang Sherlin setengah suara, “aaahh... yyaahh!!” akhirnya gadis itu tidak bisa lagi menahannya, orgasme datang menerpanya sehingga tubuhnya bergetar seperti kesetanan, matanya membeliak-beliak menatap ke langit-langit.
“Aarrrggghh” geram Daniel merasakan penisnya makin berdenyut dan diremas dinding vagina pacar temannya ini hingga akhirnya menyemburkan sperma di dalamnya
Sperma Daniel menyembur memenuhi kondom, dipeluknya erat tubuh Sherlin sambil merasakan kedutan nikmat dari penisnya. Sherlin juga memeluk erat tubuh pemuda itu. Seiring waktu, gelombang nikmat itu mereda, mereka pun mengedorkan pelukan. Keduanya saling pandang melihat wajah pasangan masing-masing tersenyum lemas bersemu kemerahan dan berkeringat. Mereka berciuman lama meresapi kenikmatan yang tersisa. Setelah membenahi diri, mereka bergantian keluar dari toilet dan keluar dari gedung itu dengan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sungguh seks mendebarkan yang memicu adrenalin, tepat untuk mengisi jam tanggung di tengah jadwal kuliah di kampus.
TO BE CONTINUED....
To be continued....
Karena walaupun ceritanya berdiri sendiri, masih ada keterkaitan dengan cerita tersebut, dengan kata lain, masih dalam universe yang sama, yaitu Caligula Universe
Cerita-cerita lain dalam Caligula Universe:
Selamat membaca, met mupeng!! Met crot!!
Pukul 14.16
Di ruang belajar rumah mewah itu, seorang anak berusia sembilan tahun sedang mengerjakan soal matematika, beberapa soal yang tidak bisa ia kerjakan ia lompat untuk mengerjakan soal lain yang lebih mudah, sesekali matanya juga melihat ke arah jam. Sementara itu di sebuah kamar, di lantai bawah....
Seorang gadis rebahan di ranjang dengan hanya memakai kaos dan bra kuningnya yang telah tersingkap hingga ke atas dada. Seorang pria Chinese berusia 39 tahun mengangkat wajahnya dari selangkangan gadis itu lalu membentangkan paha mulusnya lebih lebar menyajikan pemandangan menggairahkan dimana vagina si gadis yang ditumbuhi bulu-bulu tidak terlalu lebat itu sudah sangat basah oleh air liur dan cairannya sendiri.
“Masukin sekarang aja om, waktunya tinggal dikit lagi!” pinta gadis itu lirih.
“Oke Mar, om juga udah kepengen kok!” kata pria itu menempelkan kepala penisnya yang tak bersunat ke bibir vagina si gadis.
Sleeeep.... perlahan-lahan penis itu melesak masuuk ke vaginanya
"Aaahhh" keduanya mendesah nikmat bersamaan saat kelamin mereka bersatu
Pria itu menciumi bibir si gadis dengan mesra sambil mulai menaik turunkan pantatnya menggenjot penisnya di vagina si gadis. Gadis itu membalas ciuman si pria dengan ganas sambil merasakan penisnya mengobok-ngobok vaginanya. Pria itu menaikkan temponya bertahap sambil sesekali melihat ke arah jam.
"Mar, tukeran kamu di atas ya!" pintanya agar mengubah posisi WOT.
Tanpa banyak bicara, si gadis segera menaiki tubuh pria itu dan langsung menunggangi penisnya. Ia mainkan ritmenya dengan cepat, tidak lupa variasi memutar pinggulnya seperti sedang ngebor memberi sensasi nikmat pada pria itu terasa seperti berada di langit ke tujuh. Tangan si pria meremasi sepasang payudara 36B si gadis dan memilin-milin puting coklatnya. Gadis itu mempercepat gerak naik-turun tubuhnya karena sudah di ambang orgasme. Si pria yang sepertinya paham dengan keadaannya ikut menghentakan penisnya ke vaginanya dengan cepat.
"Aaaaaahhh..aaah... " si gadis mendesah panjang saat gelombang orgasme menerpanya, tubuhnya menggelinjang.
Ia lalu melepaskan vaginanya dari selangkangan pria dan beringsut ke bawah sambil tangannya menggenggam batang penisnya.
“Uuugghh... Mar, sebentar lagi keluar Mar!!” erang si pria sambil mengelus rambut gadis itu.
Gadis itu menyapu-nyapukan lidahnya pada kepala penis si pria disertai hisapan yang membuai hingga akhirnya terasa penis itu makin berdenyut-denyut lalu, crreettt.... creett... creett... semburan sperma pria itu memenuhi mulut si gadis yang berkonsentrasi melahap cairan kental beraroma tajam itu. Sementara si pria mengejang dan mendesah merasakan hisapan dahsyat si gadis terhadap penisnya.
“Aaww.... !” jeritnya kecil ketika melepas penis itu ternyata masih menyemprotkan isinya dan mengena sebagian pada daerah mulut dan lehernya, “kirain udah berenti” kembali gadis itu memasukkan penis itu ke mulutnya.
Setelah beristirahat lima menitan, gadis itu buru-buru membenahi dirinya.
“Saya kembali duluan yah om, sebelum si Kenneth nyariin!” katanya
“Makasih yah Mar, hisapan kamu emang mantap” sahut si pria.
Gadis itu tersenyum dan memakai kembali celana selututnya lalu ke kamar mandi di kamar itu untuk membersihkan mulutnya dari cipratan sperma.
“Gimana Ken? Sudah selesai?” tanya gadis itu muncul di ruang belajar Kenneth lalu duduk di kursi sebelahnya.
“Ci Maria! Ini nih... yang nomer lima sama sembilan! Saya ga ngerti dah bener!” kata Kenneth
Maria memperhatikan hasil pekerjaan murid lesnya itu dan mengangguk-angguk.
“Oke... good, kemajuan banget!” puji gadis itu setelah mengecek yang telah dikerjakan sang murid, “nomer lima sama sembilan yah, oke gini yah.... “ ia mulai menjelaskan soal itu secara sistematis namun dengan bahasa yang dimengerti anak seusia Kenneth.
Gadis itu bernama Maria (20 tahun), seorang mahasiswi akutansi yang cemerlang, juga salah satu bunga kampus karena kecantikannya. Citra ‘nice girl’ melekat padanya karena selain cantik dan pintar, ia juga mandiri lewat les privat yang muridnya lumayan banyak dan jualan online bersama temannya. Maria bukanlah type gadis yang mudah didekati, sejak putus dengan pacarnya lebih dari dua tahun yang lalu, banyak pria yang sudah mencoba PDKT namun semua ditolaknya dengan halus. Satu hal yang hanya diketahui orang-orang dekatnya adalah, di balik citra ‘nice girl’ itu, Maria diam-diam menikmati petualangan seks liar sebagai hiburannya, atau bisa dibilang sebagai pelampiasannya setelah putus akibat perselingkuhan sang mantan. Pria yang barusan bercinta dengannya tidak lain adalah papa Kenneth, murid lesnya itu, bernama Jeffry, seorang arsitek yang banyak menghabiskan waktunya di ruang kerja di rumahnya. Setelah percintaan mereka, les masih berlanjut selama setengah jam ke depan.
“Nah, gitu... tuh Kenneth bisa kan akhirnya!” puji Maria melihat muridnya akhirnya mampu mengerjakan soal yang tadi tidak bisa dikerjakannya, “jadi sekarang udah ngerti?”
Anak itu mengangguk dengan bangga setelah mampu mengerjakannya.
“Nah ini buat Kenneth karena udah mau usaha terus bisa!” Maria mengeluarkan sebuah sticker imut dari tasnya dan memberikannya pada muridnya itu yang menerimanya dengan senang, “jadi buat ujian lusa tetap harus belajar yah! kalau kamu nilainya di atas delapan cici kasih hadiah lebih bagus!”
“Apa Ci hadiahnya?” tanya anak itu antusias.
“Ada deh... pokoknya Kenneth belajar yang bener aja supaya nilainya bagus, sekarang udah dulu yah!” Maria lalu membuka tutup gelasnya dan meminumnya.
“Om, pulang dulu yah!” pamit Maria menemui Jeffry di ruang tengah yang sibuk dengan laptopnya, “Kenneth hari ini bagus belajarnya, cuma tetap harus belajar buat ujian, dia kan gampang lupa soalnya!”
“Ooh gitu yah... tuh Ken dengar kata cici Maria kan?” kata pria itu
“Pa, Ken dapet sticker dari cici!” anak itu dengan bangga memperlihatkan sticker itu pada papanya.
“Nah gitu dong, kalau belajar bagus, pasti ada hadiah, nanti cerita ke mama yah!”
Setelah basa-basi sejenak, Maria pun meninggalkan rumah itu. Ini adalah jadwal terakhir hari ini, selanjutnya ia ingin pulang dan istirahat sebentar sebelum janji nanti malam.
###################
Pukul 17.25
Maria keluar dari kamar mandi dengan berbalut handuk sambil mengelap rambut basahnya. Dicabutnya smartphone dari chargernya setelah mengecek baterainya telah terisi seratus persen, kemudian ia menyalakan gadget itu dan mengecek pesan-pesan WA yang masuk. Yang pertama ia buka adalah pesan dari Daniel, pesan itu mengatakan bahwa ia akan tiba sejam lagi, dikirim sepuluh menit lalu, senyum dikulum terlukis di wajahnya setelah membacanya. Daniel, setiap kali mengingatnya jantungnya terasa berdebar. Walau pemuda gempal berdarah Batak itu secara fisik biasa-biasa saja, apalagi dibanding pacar terakhirnya, tetapi sejak pertemuan pertama ketika dikenalkan oleh sobatnya, Sherlin, ia sudah merasa nyaman di dekatnya. Daniel selalu perhatian padanya dan memperlakukannya seolah dirinya adalah yang paling berharga baginya. Selama tiga bulan jalan bareng, Daniel belum pernah mengarah ke seks, paling banter sesekali mencuri-curi pandang ke arahnya, pegangan tangan atau mengelus punggung. Sesekali mereka saling berbantahan bila bersilang pendapat, namun itu dapat diatasi dan tidak menjadi masalah utama. Jam 18.05, terdengar misscall dari Daniel, gadis itu melihat ke jendela mobil Honda Jazz di depan gerbangnya. Maria pamitan pada mamanya dan keluar dari rumah.
“Hai georgeous!” sapa Daniel melihat sang pujaan hati membuka pintu depan dan duduk di sebelahnya.
“Hai!” balas Maria memberikan senyumnya yang termanis
Maria tampil cantik dengan rambut diikat ke belakang dan mengenakan blouse berwarna hijau muda dan low cut di kanan.
"Kita ke mana?" tanya Maria setelah mobil keluar dari kompleksnya.
"Ke Atmosphere aja, enak, terus lagi ada band bagus”
“Tapi suka penuh kan kalau pas ada yang manggung?”
“Tenang gua udah reservation kok”
"Eeemm... boleh, boleh... " Maria mengangguk dengan senyuman, ia selalu senang dengan Daniel yang penuh persiapan dan tepat waktu ini.
Setibanya di kafe tersebut, pelayan mengantar mereka ke sebuah sudut yang romantis, agak terpisah sedikit dari meja-meja lain. Tempatnya memang cocok untuk pasangan kekasih yang datang bukan hendak makan saja tetapi hendak bercengkerama memadu kasih. Lagu jazz mengalun dari panggung oleh band yang mengisi acara hari itu. Muda mudi itu menikmati makanan mereka sambil bercengkrama mesra. Semakin banyak yang mengenal pasangann masing-masing, semakin membuat keduanya jatuh hati padanya. Maria sedikit trauma setelah diselingkuhi mantannya, namun dalam diri Daniel ia seperti menemukan orang yang tepat, sementara di pihak Daniel yang belum pernah pacaran ini adalah malam paling berbunga-bunga dan menegangkan, ia berusaha memilih kata agar tidak salah omong namun juga tidak menunjukkan kegugupan, ini semua berkat ‘bimbingan’ mama tirinya, Tiara, yang juga adalah partner curhat dan seksnya. Perbincangan mereka tanpa disengaja sesekali menyerempet ke arah sensitif tentang seks.
“Niel... lu sendiri apa udah ngelakuin?” tanya Maria dengan nada serius.
Pemuda gempal berkacamata itu terdiam dua detikan sebelum akhirnya mengangguk, “gua jujur aja, emang pernah, kalau lu sendiri?”
Jawaban ini memberi nilai plus di mata Maria, ia tahu pemuda itu sudah pernah melakukannya bahkan dengan sobatnya yang memperkenalkan mereka, Sherlin, yang pernah bercerita soal itu. Ia ingin tersenyum senang, namun berlagak jaim. Untuk pertanyaan Daniel itu ia menganggukkan kepala sambil menatap pemuda itu untuk melihat reaksinya. Ia mulai menceritakan dengan santai pengalaman seksnya dengan dua orang mantan pacarnya dulu, pria-pria lain, juga dengan sesama wanita terutama sobatnya, Sherlin dan Liani, beserta pandangannya tentang seks dan cinta setelah putus dengan pacarnya yang terakhir. Ia berpandangan bahwa seks dan cinta adalah dua hal berbeda.
“Wow... gua gak nyangka ternyata lu liberal gitu soal satu ini Mar” komentar Daniel setelah menyimak penuturan gadis itu.
Selanjutnya gantian Daniel yang menuturkan bagaimana ia kehilangan keperjakaannya bersama mama temannya, Tante Tyas, hingga mereka terlibat orgy. Maria tertawa setelah Daniel menceritakan semuanya.
“Eeee... kok ketawa Mar?”
“Hihihi... iya berarti kita sama yah, sama-sama pernah ngelakuin kegilaan”
Daniel ikut tersenyum dan meraih tangan gadis itu.
“Tahu apa yang gua suka dari lu Niel?” tanya Maria menatap pemuda itu, Daniel menggeleng.
“Lu jujur, termasuk soal satu itu, terus-terang aja, sebelum kenal sama lu, Sherlin udah cerita ke gua, kalau lu gak cerita soal itu, justru gua gak akan mau nemuin lu lagi, tapi lu begitu jujur... “
Daniel terdiam menyusun kata-kata dulu sambil tetap menatap mata gadis di hadapannya, “Mar, gua mana mungkin berbohong ke orang yang gua sayangi, gua pasti cerita apa adanya tentang gua” tangannya menggenggam lebih erat tangan Maria, “gua gak mau orang itu satu hari nanti kaget terus kecewa waktu nemuin apa yang gak sesuai harapan, gua juga....”
“Cukup... cukuppp!” Maria melepas tangan pemuda itu, “gua harus ke toilet dulu, permisi!” ia lalu bangkit dan meninggalkan Daniel yang terbengong-bengong.
Maria masuk ke sebuah bilik dan duduk di kloset tertutup sambil menangis tersedu-sedu. Ia tumpahkan semua perasaannya, ketulusan dan kejujuran pemuda itu sungguh membuatnya senang dan terharu. Setelah cukup melampiaskan yang dirasakannya selama lima menitan, barulah ia keluar dari bilik toilet dan mencuci mukanya, lalu kembali ke meja.
“Mar.... kamu gak apa-apa?” tanya Daniel begitu gadis itu muncul.
“Udah yuk, udah habis kan makannya, kita pergi yuk!” kata Maria.
“Eeeerr... oke, ayo!” katanya, “mas!! Mas!!” ia memanggil pelayan untuk meminta tagihannya.
Setelah membayar tagihan, keduanya pun berjalan ke arah mobil.
“Mar... kamu marah ya?” tanya pemuda itu sambil berjalan.
Gadis itu tidak menjawab dan mempercepat langkahnya sehingga Daniel semakin bingung.
“Bisa anter ke Dago atas?” tanya Maria.
“Bisa... tapi mau kemana kita nih?”
“Dont talk... kesana aja dulu!”
Daniel walau masih diliputi kebingungan segera menstarter mobilnya dan menuju ke tempat yang diminta wanita itu. Sepanjang jalan hening, Maria sesekali membuka smartphone dan membalas pesan yang masuk, sementara Daniel berkonsentrasi mengemudi sambil terus bertanya-tanya dalam hati mengapa gadis ini mendadak jadi begini. Memasuki daerah yang dituju, Daniel mengikuti arahan Maria hingga tiba di sebuah gedung apartemen, gadis itu menyuruhnya masuk ke parkir basement setelah menscan sebuah kartu dari tasnya ke mesin parkir.
“Wuih, kita mau ketemu siapa di sini?”
Maria tidak menjawab tapi menggandeng tangan Daniel dan menekan tombol password untuk membuka pintu kaca. Mereka naik lift hingga ke lantai enam, di sana Maria membuka sebuah pintu dengan kartu tap tadi.
“Ini punya kamu Mar? Keren banget” melihat interior apartemen berukuran sedang dengan satu kamar tidur, kamar mandi dan dapur itu.
Maria menggeleng, “ini punya si Sherlin, kebetulan kuncinya belum gua kembaliin, kadang kita ngumpul di sini atau sekedar santai aja” gadis itu membuka kancing gaun terusannya ketika Daniel memandangi pemandangan malam lewat jendela dan membelakanginya.
“Si Sherlin keren juga ya, masih kuliah udah bisa beli apartemen” puji Daniel
“Bisnis online, investasi... temen gua satu itu emang lihai soal bisnis, belum lagi keluarganya juga tajir” Maria meloloskan gaun itu dari tubuhnya dan menggantungnya pada sandaran kursi di dekatnya, selanjutnya ia juga membuka branya.
Daniel yang sedang berdiri di depan jendela tiba-tiba merasakan tubuhnya dipeluk dari belakang, membuatnya terhenyak. Digenggamnya tangan gadis itu yang melingkar di dadanya. Ia lalu berbalik badan dan terpana melihat gadis itu hanya tinggal mengenakan celana dalam.
“Mar...” hanya itu yang dapat keluar dari mulut Daniel memandangi tubuh gadis itu yang tingginya sedagu dirinya, tubuh yang mungil namun padat berisi dengan kulit putih mulus dan payudara 36B. Suasana romantis yang sepi, ditambah hati keduanya yang sudah berpadu tanpa sadar membuat mereka berpelukan. Aroma tubuh dan rambut Maria yang harum membuat darah Daniel bergolak.
“Love you so much!” ucap Daniel sambil membelai rambutnya
Pipi gadis itu memerah malu, “so do I” balasnya.
Daniel mengecup lembut kening gadis itu dan kedua matanya, ia tengadahkan dagunya yang lancip, bibir tipisnya yang memakai lipstik pink terbuka sedikit seakan menanti kecupan bibir pemuda itu. Dengan penuh perasaan Daniel mengulum bibir gadis pujaannya itu. Bibir mereka terlepas sebentar saat Maria mengangkat kaos berkerah yang dipakai pemuda itu lalu kembali berpelukan dan berpagutan, nampak kontras perbedaan kulit keduanya, Maria begitu putih mulus sementara Daniel agak gelap. Diplintirnya puting gadis itu dengan jariku menyebabkan pemiliknya mendesah mengekspesikan rasa nikmat. Cumbuan mereka semakin panas bergelora, ciuman dan rabaan tidak cukup meredam gejolak darah muda mereka. Jemari Maria dengan lincah membuka sabuk Daniel dan resleting celananya.
“Ke kamar yuk! Di sana!” ajak Maria memandang ke sebuah pintu tertutup.
Daniel mengangguk lalu mengikuti langkah gadis itu. Maria membukakan pintu dan menyalakan lampu, kamar itu berisi perabotan minimalis berupa ranjang yang bisa memuat dua orang, lemari baju dan cermin di dinding. Maria naik ke ranjang dan menelentangkan diri tersenyum ke arah pemuda yang baru mengatakan cinta padanya itu. Setelah membuka celana dalamnya, Daniel menyusul ke ranjang merayap di atas perut rata gadis itu, mennghimpit dadanya sambil memeluk lehernya. Diciumnya gadis itu dengan mesra, lalu mulutnya turun menjilati lehernya.
“Aaahh... eenngghh!!” lenguh Maria saat pemuda itu menyedot-nyedot putingnya sambil mengelus rambut pemuda itu, ia menikmati jilatan dan hisapan Daniel dengan mata terpejam-pejam. Mulut Daniel terus turun ke perut, menjilati pusarnya yang menimbulkan sensai geli-geli nikmat. Tangannya memegang karet celana dalamnya lalu menurunkannya ke bawah, diikuti mulutnya yang mulai menyentuh vagina gadis itu
“Ooooh… “ Daniel menciumi vagina Maria membuat gadis itu mendesah dan menggeliat, sementara celana dalamnya sudah lepas dari kaki jenjangnya.
Aroma yang dikenalnya terasa langsung menyergap lubang hidung pemuda itu. Secara bergantian, dengan gentle, dikulumnya kedua bibir luar vagina itu. Juga dijulurkannya lidah untuk menjilat celah sempit di antara ke dua bibir itu. Setelah puas menjilati bibir vagina Maria, jari pemuda itu membuka lebih lebar vagina yang sudah becek itu, sasarannya adalah klitorisnya. Dan ketika Daniel mulai menjilati bagian sensitih itu secara intensif, pinggul Maria pun terangkat-angkat ke atas, seakan terkena tarikan magnetis dari lidah dan bibir pemuda itu. Kala lidah dan mulut Daniel menyelimuti klitorisnya dan melumatnya lembut, Maria semakin blingsatan. Tak ingin buru-buru orgasme, tiba-tiba saja gadis itu mendorong tubuh Daniel sehingga membuatnya gantian telentang. Kemudian dengan binalnya Maria menelusuri permukaan tubuh gempal Daniel dengan lidahnya yang hangat. Aliran kenikmatan yang datang dari perlakuannya terasa begitu membuai.
“Uhhh... mantap Mar!!” desah Daniel saat gadis itu menghisap putingnya sambil tangannya mengocok lembut penisnya.
Daniel mengelus punggung dan pantat gadis yang baru menerima cintanya itu dengan lembut, kadang memelintir putingnya saat lidah gadis itu menyapu-nyapu putingnya dan menggigitnya pelan. Sungguh permainan gadis itu membuatnya terlena.
Setelah penis Daniel cukup basah dan mengeras maksimal, Maria menelentangkan tubuh di samping dan menarik lengan pemuda itu.
“Ayo sekarang… masukin aja!” pintanya
Daniel menangguk lalu bangkit dan memposisikan diri di antara kedua paha mulus Maria yang ia bentangkan. Maria meraih batang itu dan mengarahkannya ke bibir vaginanya yang mulai berlendir.
"Make love to me, please!" bisik gadis itu sambil mengusap-usapkan kepala penis tak bersunat itu ke bibir vaginanya.
Daniel menarik nafas panjang merasakan kelembutan dan kehangatan di ujung batang penisnya, lendir kewanitaan Maria mengolesi ujungnya. Di usia ke-20 tahun, Daniel akhirnya merasakan ‘make love’, bukan sekedar ‘fuck’ seperti yang terjadi sebelumnya dengan Tante Tyas, Sherlin dan mama tirinya. Ia sedikit menekan pinggulnya agar kepala penisnya terselip di bibir vagina yang berwarna merah itu. Ditatapnya wajah gadis itu ketika merasakan pinggulnya menggeliat. Dengan tambahan tekanan yang lebih keras, penisnya tertanam seperempatnya. Ditekannya lebih dalam, bblleess... hingga mentok diiringi erangan gadis itu.
“Sakit?” tanya Daniel melihat wajah gadis itu meringis, khawatir kalau ia menyakiti gadis yang disayanginya itu, selain itu tubuhnya bergetar merasakan sempitnya liang senggama itu
Maria menggeleng, “gapapa... enak kok! Jangan bengong, ayo gerak dong!”
Daniel pun mulai menggenjot vagina gadis itu. Tak ada lagi pedih yang tersisa, hanya ada nikmat yang menjalar dari vaginanya. Maria menceracau nikmat merasakan kenikmatan yang mengalir dari klitorisnya yang tergesek batang penis pemuda itu yang menghujam-hujam. Desahannya berpadu dengan desahan Daniel yang semakin ganas menggenjotnya. Moncong penisnya terus-terusan menyundul-nyundul liang senggama gadis itu sehingga membuatnya terbelalak dan ternganga sambil merintih lebih keras dalam nikmat yang luar biasa. Selain menggenjot, tangan pemuda itu juga meremas-remas payudara Maria dengan lembut, semuanya itu membuat gadis itu semakin menggelinjang nikmat. Karena itu ia pun mulai menggoyang pinggulnya sebinal mungkin, meliuk-liuk dan menghempas-hempas, sehingga klitorisnya jadi terus bergesekan dengan penis pemuda itu.
"Aarrgghh... Maarr, gua.... udah mau!!"
Daniel merasakan gelombang orgasme akan menerpanya sebentar lagi. Ia berusaha bertahan, tapi semakin lama vagina Maria terasa meremas semakin kuat, remasan yang berdenyut-denyut, seolah ingin menghisap batang penisnya, hingga akhirnya....
“Uuugghh....!!” lenguh Daniel merasakan spermanya menyemprot deras di dalam vagina Maria.
Ia menghunjamkan pinggulnya sedalam-dalamnya sehingga kepala penisnya mentok di dasar rahim gadis itu.
"Niel.... aarrgghh.. aarrgghh.. gua juga.. sodoknya terusin dong!" rintih gadis itu ketika merasakan dirinya segera menyusul pemuda itu ke puncak kenikmatan.
Dua sejoli itu sama-sama seperti kerasukan, saling cengkram dengan kuatnya, seolah ingin saling meremukkan. Sodokan-sodokan Daniel akhirnya berhasil menarik sang kekasih ke puncak. Dinding vagina gadis itu berkontraksi cepat dan mengucurkan banyak sekali lendir. Daniel pun terkapar di atas tubuh kekasihnya, dalam dekapan hangatnya.
“Niel…” ucap Maria setengah berbisik, “gua puas banget, love you badly”
“Sama, gua juga...” sahut Daniel mengelus rambut gadis itu, “sayang banget ke kamu Mar!”
Pasangan yang tengah dimabuk asmara itu bercumbu beberapa saat menikmati sisa-sisa orgasme sebelum Daniel turun dari ranjang.
“Mau minum?” tanyanya
“Yes please, dispensernya di dapur yah!”
Sebentar kemudian pemuda itu kembali ke kamar dengan segelas air.
“Thanks!” kata Maria menerima gelas itu dan langsung meneguknya.
“Sini!” Maria meraih tangan pemuda itu dan menyuruhnya telentang.
Mereka kembali bergumul mesra, saling kecup, saling remas dan saling elus. Maria berusaha membangkitkan penis yang masih lemas itu, dengan remasan dan elusan lembut. Digenggamnya batang yang masih lemas itu lalu tanpa ragu, ia jilati moncongnya hingga terasa mulai menegang di dalam genggamannya, dilanjutkan kuluman dan sapuan lidah di dalam mulutnya sambil sesekali dihisap-hisap perlahan. Sebentar saja penis pemuda itu sudah keras kembali di dalam mulutnya. Daniel cuma terlentang sambil memejamkan matanya sambil mengelusi rambut Maria, mungkin ia sedang menikmati kemahiran gadis itu mengoral penisnya. Setelah dirasa penis itu cukup tegak, Maria menaiki selangkangan Daniel sambil memegang batang penis itu dan ia arahkan ke mulut vaginanya.
“Sekarang gua aja yang goyang!” katanya
Penis pemuda itu mulai melesak ke dalam liang senggamanya
“Ooooh...” desah Maria yang nafsu birahinya makin menggila
Ia mulai menaik-turunkan tubuhnya, terasa sekali gesekan kelamin mereka menimbulkan aliran nikmat yang membuatnya terpejam-pejam, membuatnya semakin erat memeluk leher Daniel. Terlebih setelah pemuda itu melengkapi kenikmatan itu dengan ciumannya yang merambah leher, puting dan bahkan menjilati ketiaknya yang sudah harum dan tercukur bersih. Terkadang Daniel juga melumat bibirnya dengan hangat, sehingga gadis itu terpejam dalam nikmat yang tiada bandingannya. Maria memicu tubuhnya dengan liar, meliuk-liuk dan menghempas-hempas sehingga gesekan-gesekan kelamin makin terasa, makin menimbulkan denyut-denyut nikmat yang begitu membuai. Semuanya itu membuat desahan Maria semakin menjadi-jadi dan histeris.
“Emut lagi pentil toked gua…. iyaaaa… iyaa gitu… enak….”
Maria merasa makin melayang-layang di langit ketujuh, sebuah kondisi nikmat yang membuatnya kadang melotot kadang terpejam, keringat dari tubuhnya bercucuran di permukaan kulit Daniel. Ketika pemuda itu melumat bibirnya, dihisapnya lidah itu hingga air liur saling bertukar, terkadang ia juga sengaja menjulurkan lidahnya untuk ganti dihisap pemuda itu. Sungguh pergumulan ini terasa semakin panas dan nikmat.
“Gua udah mau dapet… gilaaaa… enak!!” rintih Maria mempercepat gerakannya
Tubuh gadis itu akhirnya berkelojotan di puncak kenikmatan sambil mencengkram kedua bahu Daniel, liang vaginanya berkedut-kedut dan mengucurkan cairan kewanitaanya.
Tahu sang pacar telah mencapai orgasme, Daniel segera mengubah posisi berguling dan menindihnya. Ia segera mengambil alih kendali dengan menggenjot vagina gadis itu. Sebentar saja, gairah Maria bangkit lagi dan ikut menggoyang pinggulnya. Keduanya semakin gila-gilaan menggerakkan alat kelamin masing-masing, genjotan Daniel semakin cepat, sementara Maria pun semakin liar menggoyangkan pinggulnya. Liang senggamanya membesot-besot dan memilin-milin penis Daniel yang masih perkasa. Kepala penis pemuda itu menghantam-hantam dasar liang kewanitaannya, sehingga Maria berkali-kali harus memejamkan mata menghayati nikmatnya disetubuhi tongkat urat yang perkasa itu. Cukup lama Daniel menggarapnya di ronde ini karena ia mengatur tempo sedang agar tidak buru-buru keluar.
“Niel… bareng-bareng yuk… biar enak… ” bisik Maria.
“Okeh” hanya itu yang terlontar dari mulut Daniel, lalu ia mempercepat gerakan penisnya.
Beberapa menit kemudian akhirnya mereka berhasil mencapai puncak surgawi dalam waktu bersamaan. Tubuh Daniel yang sudah bersimbah keringat itu mengejut-ngejut, moncong penisnya pun menembak-nembakkan spermanya di dalam liang vagina Maria yang sedang berkedut-kedut juga dalam orgasmenya. Lalu pemuda gempalitu terkulai di dalam dekapan sang gadis, sambil berkata dengan suara lemas,
“Luar biasa Mar... ini adalah ML yang paling fantastis… ML dengan sama yang gua cintai!”
“Lu yakin Niel kalau lu cinta sama gua?”
“Seratus persen… gua yakin banget kalau gua itu sayang ke lu Mar…” katanya sambil meremas tangan gadis itu dengan lembut dan hangat.
Terharu Maria mendengar pernyataan Daniel itu dan ia percaya bahwa pernyataan itu muncul dari hati nurani pemuda itu. Sebagai jawaban, dikecupnya bibir Daniel, lalu berkata dengan suara lirih, “I love you too”
“Thanks Mar… gua happy banget hari ini,bener-bener happy!”
“Sama” balas Maria, “besok kuliah jam berapa?”
“Sembilan, lu?”
“Gua sih siang, makanya gua ajak ke sini juga”
“Maksudnya... supaya kita bisa bobo bareng?”
Maria mengangguk dan tersenyum membuat hati Daniel semakin berbunga-bunga.
“Ntar yah, gua WA mama gua dulu, bilang tidur di rumah temen hari ini” pemuda itu meraih smartphonenya dan segera mengabari rumah.
Setelahnya ia menarik selimut menutupi tubuh telanjang mereka. Keduanya tersenyum saling tatap, pancaran mereka tersirat binar-binar cinta dan birahi. Mereka berangkulan disertai obrolan mesra pasca bercinta hingga akhirnya terlelap.
###############
Keesokan paginya
Pukul 7.12
Daniel bangun menemukan dirinya di ranjang tanpa busana, cahaya matahari masuk ke kamar lewat jendela yang telah dibuka tirainya. Ia merasa dirinya seperti pengantin baru, tapi... Maria sudah tidak di sebelahnya.
“Mar!” panggilnya.
Ia turun dari ranjang dan melangkahkan kaki keluar kamar yang pintunya sudah terbuka. Telinganya menangkap suara air mengucur di kamar mandi sehingga ia pun berjalan ke arah sana.
“Hai!” sapa Maria yang sedang berdiri di bawah shower yang mengguyur tubuh telanjangnya, “ayo sini! Kita masih ada waktu kan?” panggilnya.
Daniel menghampiri kekasihnya, matanya memandang kagum pada gadis itu yang nampak makin seksi dan menggairahkan dalam keadaan basah seperti itu. Dipeluknya tubuh sang kekasih dan mereka kembali berpagutan bibir.
“Pagi-pagi udah keras lagi” kata Maria ketika menggenggam penis pemuda itu.
“Ada kamu mana bisa itu gua lemes Mar”
“Biar gua sabunin Mar, gua pengen ngerasain mandiin cewek” Daniel menuangkan sabun cair ke telapak tangannya, lalu mengecilkan kran shower dan mulai mengusap-usap sekujur tubuh sang kekasih, dari telapak kaki sampai ke leher hingga sekujur tubuh gadis itu licin berbusa. Darah Maria berdesir-desir merasakan usapan kekasihnya itu.
“Mmmhhh!” gumamnya saat pemuda gempal itu menyabuni selangkangannya, bahkan tak ragu enyelipkan jemarinya ke celah kewanitaannya.
“Udah, sekarang gantian!” kata Maria menuangkan sabun.
Ia mulai menyabuni tubuh gempal Daniel sehingga licin berbusa seperti dirinya. Digenggamnya penis yang sudah menegang itu dan berlutut di depannya. Penis itu semakin tegang dalam genggamannya. Dengan telaten Maria menyabuni penis hingga buah zakar pemuda yang kemarin menyatakan cinta padanya itu, lalu dibilasnya bersih. Mata Daniel merem-melek menikmati sensasi nikmat itu, terlebih ketika lidah gadis itu menyapu batangnya. Disedot dan dijilatinya penis yang sudah ereksi maksimal itu, sementara jemari lentiknya mengurut-urut bagian batang yang tak masuk ke dalam mulutnya. Daniel menyeringai dan mendengus beberapa kali hingga akhirnya tak lama kemudian moncong penisnya menyemprot-nyemprotkan cairan kental dan hangat di dalam mulut Maria. Gadis itu menelan semuanya. Bahkan setelah penis itu berhenti menyemburkan isinya, ia terus menghisap seolah masih kurang kenyang dengan sperma yang sudah ia telan habis ini. Setelah mencabut penis yang menyusut itu dari mulut, Daniel membelai rambutnya dengan lembut. Lalu menciumi pipinya seraya berkata,
“Luar biasa buat memulai hari ini!”
Maria tersenyum sambil memperbesar kran shower.
“Udah yuk, bilas! abis itu ke kampus!” katanya
Setelah membilas busa-busa sabun dan shampoo, mereka saling menghanduki pasangan masing-masing. Selesai berpakaian keduanya pun meninggalkan apartemen dan meluncur ke kampus dengan mobil. Senyum sumringah nampak pada kedua pasangan yang sedang dimabuk asmara itu.
Empat hari kemudian
Pukul 10. 20
Daniel tengah mencari beberapa buku di perpustakaan untuk tugas kuliah. Sudah setengah jam lebih ia berkutat dengan buku di rak perpustakaan yang jumlahnya banyak itu.
“Yang baru jadian nih yee!” terdengar suara merdu dari lorong saat ia berjalan menyusuri lorong rak buku.
Daniel pun melangkah mundur dan melihat asal suara itu.
“Sherlin! Ngapain lu di perpus teknik?” tanyanya heran melihat gadis itu melihat-lihat buku di rak.
“Tadinya nyari si Hendri, sapa tau di sini, eh... malah ketemu orang yang wikk-wikk di apartemen gua” jawabnya tersenyum nakal, “ahhh... sebelumnya gua harus bilang congratulations dulu yah” sambil mengulurkan tangannya.
“Ehehe... thanks juga Lin buat tempatnya!” kata Daniel menjabat tangan lembut pacar temannya itu.
“Gua udah ngenalin si Maria, udah minjemin tempat gua... masa thanksnya masa cuma gitu aja?” kata Sherlin sedikit sinis.
“Gitu aja... maksud lu Lin?” Daniel jadi berkeringat dingin mencoba membaca maksud gadis itu.
Setelah menyapukan pandangan ke sekitarnya, Sherlin menarik tangan pemuda itu masuk lebih dalam ke dalam lorong rak.
“Gua lagi jam nanggung, lu mau ngehibur gua kan?” tanyanya setengah suara sambil tangannya meremas selangkangan Daniel dari luar celana jeansnya.
Kontan, Daniel pun terkesiap tapi dapat segera mengendalikan diri. Wajah manis Sherlin berjarak kurang sejengkal dari wajahnya, setelah menengok ke luar lorong sejenak, akhirnya ia mendaratkan ciumannya di bibir tipisnya itu. Sherlin membalasnya dengan penuh gairah, keduanya pun berciuman panas di lorong rak. Gadis ini mulai menunjukkan sisi liarnya setelah pesta seks di rumah Saldi dulu.
“Hmmm, belum setengah tahun lepas perjaka udah pinter cipokan, belajar dari siapa? Maria? Tante Tyas? Atau siapa?” komentar Sherlin atas ciuman teman pacarnya itu.
“Semua Lin... gua belajar dari mereka semua, termasuk lu hehehe” lalu kembali Daniel mencium gadis itu.
Mereka berciuman dan saling meraba tanpa menghiraukan bahwa tempat itu adalah sebuah perpustakaan. Walaupun ruangannya besar dan ditutupi dengan puluhan rak tinggi dan panjang, situasi saat itu pun agak lenggang, namun sewaktu-waktu orang bisa lewat karena bukan ruangan yang tertutup sempurna. Namun itu semua justru memicu adrenalin yang menambah sensasi nikmat.
“Lu perhatiin situasi, kalau ada yang dateng kasih tanda!” kata Sherlin setelah melepas pagutan.
“Lin... emang lu mau...!”
Sebelum Daniel menyelesaikan kata-katanya, sejurus kemudian Sherlin membuka resleting celana jeansnya dan memelorotkannya bersama dengan celana dalamnya.
“Jangan Lin, gawat kalau ketahuan!” pemuda itu memegangi celananya.
“So watch carefully!” tegas gadis itu lalu berjongkok dan mulai mengoral penis Daniel dengan lahapnya.
Batang penis Daniel yang dari tadi setengah tiang langsung menegang penuh dalam hitungan detik. Di saat yang sama jantungnya kembali berdebar-debar. Public sex, ini sungguh merupakan tantangan nakal yang baru pernah dihadapinya, ia menarik nafas panjang dan berusaha menenangkan diri. Sekilas, ia kembali memandang sekeliling berjaga kalau-kalau ada orang mendekat.
Sherlin mempercepat kocokannya pada penis Daniel, jilatan-jilatan pada batang dan buah zakarnya pun semakin liar. Ia sudah menyukai teknik oral gadis ini sejak pertama kali bercinta dengannya di rumah Saldi dulu.
“Oooh, Lin…!!!” sekuat apapun, Daniel akhirnya harus mendesah nikmat juga.
Kepala Sherlin maju-mundur mengulum penis pemuda itu, lalu ia berusaha memasukkan penis itu sedalam mungkin ke mulutnya sampai pemuda itu merasakan kepala penisnya bersentuhan dengan anak tekaknya. Daniel menggigit bibir agar desahannya teredam, yang jelas ia menikmati kuluman dan jilatan yang dilakukan Sherlin. Kenikmatan ini berlangsung selama lima menitan ke depan hingga Sherlin mulai merasakan kepala penis pemuda itu berdenyut-denyut di dalam mulutnya. Gadis berambut panjang itu menghentikan oral seksnya dan bangkit berdiri sambil tersenyum.
“Lanjutannya gua tunggu di toilet cewek di dekat teater, gua ke sana duluan” katanya, “tunggu sampe gua WA lu!”
Daniel buru-buru menaikkan kembali celananya.
“Eehh... Lin! Lin!” panggilnya sambil membenahi celananya.
Saat ia selesai, gadis itu sudah menghilang di balik rak buku. Daniel kembali ke mejanya bersama buku-buku yang akan dipinjam untuk mengambil tasnya. Setelah mendaftarkan buku yang dipinjam pada petugas perpustakaan, ia keluar dari situ. Baru beberapa langkah dari pintu perpustakaan, smartphonenya berbunyi dan ada pesan WA dari Sherlin.
“Aman, gua tunggu di sini yah!” tulis gadis itu.
Dengan girang ia mempercepat langkahnya ke gedung administrasi sampai hampir bertabrakan di belokan.
“Eh... Di, sori bro, buru-buru!” maafnya pada orang yang hampir ditabrak yang ternyata adalah Saldi, sobatnya.
“Apaan sih Niel rusuh gitu?” tanya Saldi, “wwoiii... mau ketemu doi ya!” panggilnya pada Daniel yang berlalu begitu saja.
“Dasar, mentang-mentang baru jadian, temen dilupain deh!” kata Saldi dalam hati sambil geleng-geleng kepala.
Ia tiba di gedung administrasi lalu menuju ke lift dan menekan tombol empat. Teater berada di gedung yang sama, dan pada hari biasa seperti ini biasanya sepi, hanya sesekali dipakai anak teater atau fakultas sastra. Setibanya di sana, Daniel tidak melihat ada orang lain lagi, ia pun melangkahkan kakinya ke toilet, malah ada sedikit kesan seram. Ia memandang sekeliling memastikan situasi aman sebelum membuka handle pintu toilet wanita.
Di dalam terdapat enam bilik yang empat pintunya tertutup tapi tidak rapat.
“Lin!” panggilnya pelan setelah masuk, “Lin!” panggilnya lagi
“Sini!” terdengar suara gadis itu dari bilik paling ujung yang pintunya membuka sedikit.
Sherlin menarik tangan Daniel masuk ke bilik itu dan langsung mengunci pintunya. Pemuda itu mendapati Sherlin tinggal memakai bra dan celana dalam pink, rambutnya diikat ke belakang agar tidak terlalu kusut setelah bergumul nanti. Ia langsung memeluk dan mencium leher jenjangnya. Sherlin menggeliat manja, ia merasakan tangan pemuda itu bergerak ke punggung melepaskan kait bra-nya, dibalasnya dengan mengangkat kaos pemuda itu. Setelah melucuti bra, Daniel melanjutkan dengan memeloroti celana dalam gadis itu.. Wow...tubuh langsing putih terpampang di hadapannya, Daniel yang memang sedang on langsung melepas celanaunya juga. Didekapnya tubuh mulus Sherlin, hangat... dadanya berhimpit menekan payudara montok Sherlin yang balas memeluk erat tubuh gempalnya. Bibir keduanya kembali menyatu, saling memberikan energi dan sensasi yang membumbung tinggi. Penis Daniel yang menggesek perut gadis itu memberi efek geli. Sherlin menggenggam batang itu kemudian dijepit di antara kedua belah pahanya, ke selangkangannya. Pemuda gempal itu memaju-mundurkan pinggulnya berirama seakan-akan sedang melakukan hubungan kelamin. Sherlin melenguh, tampak wajahnya merah menahan gejolak nafsu.
"Lu bawa kondom kan?" tanya Sherlin lirih
"Bawa Lin...” ia mengeluarkan dompet dari celananya dan menarik sesatchet kondom dari dalamnya, “ini dia hehehe"
Saran Hendri dan Saldi agar ‘sedia kondom sebelum mupeng’ ternyata berguna juga, teman memang selayaknya saling menasehati. Di ruangan toilet yang sempit itu, mereka benar-benar memanfaatkan situasi yang sempit pula. Tidak ingin buang waktu, setelah memasang karet pengaman itu pada penisnya, Daniel menarik tangan gadis itu agar duduk di pangkuannya. Dia sendiri duduk di atas toilet duduk. Sherlin mengangkat kakinya sedikit melebar, dituntunnya penis pemuda itu menerobos liang senggamanya yang terasa licin dan basah.
"Aahhh..." desahan lirih keluar dari mulut Sherlin saat penis Daniel melesak masuk
Tanpa menunggu lama, Sherlin mulai memacu tubuhnya naik-turun di pangkuan Daniel. Vaginanya terasa mengempoti penis pemuda itu, cairan kewanitaannya yang licin sangat membantu persenggaman mereka. Refleks keduanya berpelukan makin erat. Daniel mencium dan menjilati kedua payudara Sherlin yang tepat di depan wajahnya dengan penuh nafsu membuat gadis itu menggeliat erotis. Sherlin meracau pelan berusaha agar suaranya tidak terlalu keras, sesekali bibir mereka berpagutan agar dapat meredam suara. Daniel merasakan penisnya semakin mengeras dan berdenyut, terasa semakin kuat dorongan hawa nafsu dari penisnya, ia sudah di ambang orgasme. Ia ikut menyentak pinggulnya ke atas untuk menjemput sensasi nikmat itu. Sherlin juga mempercepat gerakannya.
"Lin... gue mau keluar..." kata Daniel terputus putus.
"Sama-sama yah... gua juga mau nih!!”
Mendapat persetujuan Sherlin, Daniel tidak ragu mengerahkan kemampuannya menggoyang tubuh gadis itu.
“Terusshh... iya teruss... dikit lagi... “ erang Sherlin setengah suara, “aaahh... yyaahh!!” akhirnya gadis itu tidak bisa lagi menahannya, orgasme datang menerpanya sehingga tubuhnya bergetar seperti kesetanan, matanya membeliak-beliak menatap ke langit-langit.
“Aarrrggghh” geram Daniel merasakan penisnya makin berdenyut dan diremas dinding vagina pacar temannya ini hingga akhirnya menyemburkan sperma di dalamnya
Sperma Daniel menyembur memenuhi kondom, dipeluknya erat tubuh Sherlin sambil merasakan kedutan nikmat dari penisnya. Sherlin juga memeluk erat tubuh pemuda itu. Seiring waktu, gelombang nikmat itu mereda, mereka pun mengedorkan pelukan. Keduanya saling pandang melihat wajah pasangan masing-masing tersenyum lemas bersemu kemerahan dan berkeringat. Mereka berciuman lama meresapi kenikmatan yang tersisa. Setelah membenahi diri, mereka bergantian keluar dari toilet dan keluar dari gedung itu dengan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Sungguh seks mendebarkan yang memicu adrenalin, tepat untuk mengisi jam tanggung di tengah jadwal kuliah di kampus.
TO BE CONTINUED....
To be continued....