AjatSurajati2
Semprot Lover
- Daftar
- 15 Aug 2021
- Post
- 201
- Like diterima
- 4.562
Disclaimer
Beberapa bagian dari cerita fiksi ini akan dianggap tidak layak dikonsumsi kalangan dengan usia dibawah 21 tahun, serta melanggar standar adat sopan santun dan budaya di tempat anda. Harap diingat bahwa karya fiksi non ilmiah ini hanya sebagai hiburan belaka. Kesamaan nama, tempat, atau alur dengan kehidupan nyata anda hanyalah kebetulan semata.
Daftar Isi :
SEASON 1
1. Prolog
2. Kesembuhan Fadil
3. Beberapa Usaha Alternatif
4. Migrain
5. Obat Terbaik
6. Sebuah Tawaran
7. Suatu Keputusan
8. Tigapuluh Tujuh
9. Ke Jakarta Aku Kan Kembali
SEASON 2
1. Dilematika Seorang Ibu
2. Layangan Putus Benang
3. Diary of a Psychiatrist
4. Tepat Tiga Minggu
5. Mempertanyakan Integritas
6. Pusing 7 Keliling
7. Takdir & Epilog
Prolog
Dalam hening malam kupanjatkan sebuah do'a
"Tuhanku, Engkau segalanya bagiku. Seluruh hidupku telah kucurahkan untuk menyembahMu dan mengagungkan namaMu. Telah kuterima segala ujianMu dengan penuh kesabaran. Tetapi kali ini aku akan lancang untuk meminta kepadaMu. Jangan Kau ambil dulu anakku. Akan kulakukan apapun demi kesembuhan anakku"
Dalam sujud, aku terisak dan memohon dengan sangat. Bagaimana tidak, bahwa saat ini yang tersisa dari kehidupanku hanyalah anak bungsuku. Suami dan anak pertamaku telah pulang ke sisiNya. Seluruh harta peninggalan suami telah habis demi merawat Fadil yang telah setahun mengalami koma di rumah sakit. Bayangkan betapa hancurnya hidupku ketika kami mengalami kecelakaan yang merenggut nyawa suami dan anak pertamaku, dan menyisakan Fadil yang berusia 17 tahun yang tak pernah sadar sedikitpun sejak dirawat di rumah sakit. Sementara aku tak terluka sedikitpun. Lebih baik aku yang terbaring disana, atau nyawaku diambil sebagai pengganti nyawa anakku.
Aku seperti orang gila yang pontang panting mengejar harapan yang sia-sia. Tetapi aku tetap percaya, bahwa ujian ini akan ada akhirnya. Bukankah malam selalu lebih kelam sesaat sebelum fajar menyingsing ? Bukankan Tuhan akan memberikan ujian sesuai dengan kemampuan hambaNya ?
Sebelum kecelakaan itu, aku adalah wanita paling bahagia di muka bumi. Suami penuh tanggung jawab, dilimpahi rezeki yang cukup, dua anak yang pintar, dan kami mengisi keseharian kami dengan mengagungkan namaNya, menuruti segala perintahNya, menjauhi segala laranganNya. Dan kini, aku seorang diri dibebani segala kesulitan yang tak terbayangkan sebelumnya. Namun aku tetap berserah diri padaNya dan percaya bahwa ujian ini akan berakhir.
Setahun berlalu, dunia berputar, orang-orang datang memberikan dukungan, memberikan materi, menyampaikan do'a, lalu perlahan mereka menghilang satu per-satu dan akhirnya melupakan kami, seolah kami hanyalah sebuah bayangan semu yang hanya ada dalam album foto kusam dalam masa lalu. Bahkan ulang tahun Fadil ke 18 kurayakan sendiri di samping ranjang rumah sakit. Sementara yang berulang tahun tak juga membuka mata. Dan aku pun terkadang lupa bahwa ulang tahunku hanya berselang sehari dengan Fadil. Ulang tahun ke 37 ku tak seorangpun mengingatnya.
Jangankan orang lain, aku pun hampir-hampir tak mengingat lagi bahwa aku bertambah tua. Dan juga jangankan hari ulang tahun, waktu untuk makanpun sering aku lupakan sehingga aku semakin kurus. Dengan tinggi badan hanya 158, berat 45 kg rasanya sudah tak lagi termasuk sehat. Tetapi untunglah kulitku terang dan wajahku masih bersih oleh air wudlu yang tak pernah terlupakan. Orang lain pun tak akan mengomentari bahwa aku semakin kurus, karena mereka tak mungkin melihat ke balik hijab syar'i yang selalu kukenakan.
Kami terlupakan perlahan, terhapus pelan pelan dari memori kolektif saudara dan sahabat. Seperti tulisan "Fadil Kusumadinata" pada papan nama di ranjang rumah sakit yang semakin pudar tanpa seorang perawatpun berkeinginan untuk menebalkan tulisan pudar itu. Seperti para perawat dan dokter yang tak lagi mengingat nama "Sri Hayatun Nufus" yang merupakan nama lengkapku. Mereka kini hanya mengenalku sebagai Mama Fadil yang nyaris tiap hari mereka temui di rumah sakit.
Betapa sakitnya terlupakan. Tapi aku tak pernah melupakan Tuhanku, seberapa beratpun ujian yang telah ditimpakanNya padaku. Walaupun terkadang muncul bisikan syetan itu :
Inikah yang Dia timpakan untukmu? padahal telah kau lakukan semua keinginanNya !
Suara syetan terkutuk itu begitu jelas terdengar di hatiku. Tetapi segera aku tersadar.
Ahhhh..... ampunilah aku ya Tuhanku. Telah berburuk sangka padaMu.
Dan sejadah tempatku bersujud menjadi basah oleh air mata. Fikiranku melayang jauh ke awang-awang, lalu tertidur dalam sujud.
Terakhir diubah: