Final chapter
(Rio and Wendy Ending)
Kami duduk berdua dibawah sinar rembulan yang menghiasi malam itu. Wendy mengandengku erat dengan senyum yang manis menghiasi wajahnya yang cantik.
"Om... Kira kira nanti resepsi pernikahan kita kayak apa yah???"Tanya Wendy.
"Ya yang pasti sesuai adat keluarga om lah, adat Palembang, dan dicampur adat Sunda juga kan kamu orang Sunda" jawabku. Wendy tersenyum lebar dan makin memelukku erat.
"Om kalo foto prewedding nanti Wendy pengen pake Hanbok, biar kayak orang korea gitu , boleh ya??" Sahut Wendy dengan muka memelasnya.
"Boleh dong, tapi kok kamu masih panggil aku Om sih?? Panggil yang lain dong biar lebih mesra" wendy tertawa kecil mendengar ucapanku. Ia pun dengan geramnya mencubit lenganku.
"Terus mau aku panggil apa?? Abang? Kakak? Papa?? Si ganteng ?? Ato sayang??" Aku terdiam membayangkan bagaimana jadinya jika ia memanggilku dengan panggilan panggilan itu....
" Abang sayang......"
" Kakak......"
" Papa "
" Ganteng ..... "
"sayangku..... Sayang....."
"Yaudah panggil Om aja....." Setelah dipikir pikir aku tak bisa membayangkan mukanya ketika ia memanggilku dengan panggilan itu. Pasti terlihat seperti anak anak alay yang baru pacaran.
"Beneran mau aku panggil Om seumur hidup?? Gak nyesel?? " sahut Wendy menggodaku.
"Udah gak papa , aku seneng kok kamu panggil om... " yah lagipula aku sudah terbiasa dengan panggilan itu.
"Setelah menikah nanti apa kamu mau lanjut kuliah atau kerja?? Mumpung umur kamu masih muda." Tanyaku.
"Gak ah om kerja aja nanti aku yang urus seluruh kerjaan rumah tangga dan anak kita nanti." Jawabnya dengan halus.
" aku gak sabar deh nunggu kita nikah. Rasanya Seneng banget..... " Wendy tersenyum manis lalu menyandarkan pipinya dibahuku. Ia terlihat begitu bahagia malam ini. Aku juga bahagia karena Tuhan masih memberi kami kesempatan untuk bersatu kembali.
Dan Jika Vina tidak memberitahuku yang sebenarnya, mungkin aku takkan pernah tahu apa yang terjadi sebenarnya. Aku tak habis pikir ia tega membodohiku tapi semua itu sudah dibayarnya kembali dengan memberitahuku yang sebenarnya terjadi. Kini aku bisa berdua bahagia bersama Wendy.
"Om juga seneng banget, om pengen pernikahan kita dipercepat..." Jawabku sambil mengusap lembut rambutnya.
" I love you Rio..." Wendy memejamkan matanya lalu perlahan mencium pipiku.
"I love you too my little devil...." Kupeluk erat tubuhnya yang mungil itu. I love you Wendy, aku tak mau melupakanmu lagi. Kau hartuku yang paling berharga. Kau hadir dan memberi warna yang cerah dihidupku. Sungguh aku tak mau kehilanganmu lagi.
Tiga Minggu Kemudian
Aku duduk bersanding dipelaminan dengan Wendy yang kini duduk manis disampingku dan didampingin dengan orang tuaku serta Ibunda Wendy. Ia terlihat begitu anggun dengan gaun kebaya putih yang makin meperindah pesona dan keelokannya. Ia terlihat begitu bahagia tanpa beban apapun dipikirannya.
Seminggu yang lalu aku telah menebus segala hutang hutangnya yang hampir setengah miliar itu dengan Pak Usman. Kini ia tidak terikat apapun dengan orang itu. Iapun terbebaskan dari beban beban dan hutang hutang peninggalan Ayahnya itu. Kini kami benar benar sepasang kekasih tanpa kontrak apapun yang mengikat kami.
Pernikahan itu dilaksanakan di Jakarta dan dibalut sesuai dengan Adat Palembang dan dicampur dengan adat adat Sunda. Tamu undangan pun sangat membludak. Ada banyak keluarga dan teman teman Wendy yang hadir di pernikahan itu dan banyak juga keluargaku , teman temanku , hingga rekan bisnis ayahku yang berdatangan dari palembang.
Satu persatu mereka naik ke panggung untuk bersalaman dan berfoto bersama kami. Semua orang terlihat bahagia Dihari itu.
Namun diantara tamu tamu itu kulihat satu sosok wanita yang tak asing lagi dimataku. Ia berjalan menghampiriku dengan senyum datar diwajahnya. Dialah Vina , salah seorang wanita jatuh hati padaku.
"Selamat ya Rio...." Ia tersenyum dan menyalamiku. Aku tak tahu apakah ia sudah bisa merelakanku. Senyumannya itu sungguh sangat misterius. Wendy hanya tersenyum palsu didepannya. Vina pun berjalan meninggalkan kami lalu beranjak meninggalkan gedung resepsi pernikahan.
Itulah jalan cerita cintaku. Berawal dari jalinan cinta yang semu hingga menjadi cinta sejati yang tak terpisahkan. Meski ada yang tersakiti , tapi itulah cinta. Aku tak mungkin membagi cintaku untuk yang lainnya.
The End
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Spoiler
satu tahun kemudian
Jakarta 06:30 AM 19 Juni 2014
"Om!!!! Bangun!! Udah siang nih?? Om gak kerja??" Wendy berteriak keras. Teriakannya sampai membangunkanku yang masih tertidur lelap dikamar.
"Om!! Aduh!! Masih molor nih Gorilla!! Bangun!!!!!" Wendy berteriak keras dikupingku.
"AAAAA!! Kamu apaan sih?? Hari ini kan hari Sabtu!! Aku libur hari Sabtu ingat???" Protesku pada Wendy yang kini duduk disampingku.
"Oh iyayah?? Hehehe yaudah sarapan dulu dong udah aku buatin sarapan tuh yang enak...." Sahut Wendy tersenyum. Ku langsung turun dari tempat tidurku lalu menuju ke meja makan.
Bermacam macam aneka makanan kini tersaji di meja makan. Biasanya Wendy hanya menyajikan nasi goreng dan omelet waktu sarapan tapi hari ini dia memasak lebih banyak dari biasanya. Ada sosis , french fries , bubur ayam , aneka salad dan pancake.
"Banyak sekali makanannya?? Kalo gak habis nanti mubazir lo....." Wendy tersenyum lalu memelukku dari belakang.
"Ada yang lupa nih , hari ini hari apa?? Hari ini kan Om ulang tahun." Jawabnya sambil tertawa kecil. Oh my god!! Aku hampir lupa kalau hari ini hari ulang tahunku . Aku terlalu sibuk dengan pekerjaanku hingga aku sendiri lupa dengan hari ulang tahunku sendiri.
"Wah, makasi ya sayang, udah ingat hari ulang tahun aku." Aku berbalik lalu membalas pelukannya . Aku senang ia ingat hari ulang tahunku dan memberiku kejutan seperti ini.
"By the way , Wendy punya hadiah lo buat om...." Wendy tersenyum misterius dihadapanku. Sebenarnya hadiah apa yang ia persiapkan.
"Hmm emang apa hadiahnya??" Jawabku pelan.
"Hihihi , sebenarnya....... Sebentar lagi kita dapat tamu lo om......" Wendy tertawa kecil, ia malu malu sambil membuang mukanya.
"Tamu?? Siapa emangnya??" Jawabku penasaran.
"Wendy hamil om..... Bentar lagi kita punya Baby....."bisiknya pelan. Aku terdiam terkejut mendengar ucapannya. Itu berita paling mengembirakan sepanjang hidupku.
"Beneran kamu???? Waaaaah, itu bakal jadi kado terindah sepanjang hidup om. Bentar lagi Om jadi Papa!!" Teriakku dengan keras.
"Kalo gitu mulai hari ini aku panggil Om , Papa
" sahut Wendy yang tersenyum manis.
"Dan Om panggil kamu Mama...." Aku lalu memeluknya dengan erat. Sungguh hari yang bahagia untuk kami berdua. Sebentar lagi akan ada satu setan kecil lagi yang akan meramaikan hidup kami berdua.
Perlahan kukecup bibir mungil itu. Wendy membalas kecupan itu dengan lembut dan penuh cinta. Dan disinilah cerita cintaku mencapai lembar yang baru...........
The End