Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
:berbusa: wueeeeek
cuma baca judul langsung tak skip.
maap suhu bukan b'maksud ngehina tulisan ente.
tapi emang ane gak bisa kalo ada cerita "pedang2an".

semoga apdet selanjutnya lebih maknyooosss :p
tetep semangat hu.
 
imajinasi terserah suhu lah yg penting updet terus, makasih banyak suhu atas updetnya
 
kalau boleh saran, judul bab nya jangan spoiler isi cerita. Jadi nggak surprise baca ceritanya, dan gak bikin penasaran buat baca.
 
:berbusa: wueeeeek
cuma baca judul langsung tak skip.
maap suhu bukan b'maksud ngehina tulisan ente.
tapi emang ane gak bisa kalo ada cerita "pedang2an".

semoga apdet selanjutnya lebih maknyooosss :p
tetep semangat hu.
Ya, gpp, Suhu. Maaf juga, ya. Karena ane bosan kalau baca atau nulis cerita yang hubungan antar jenis. Sesekali mau yang hubungan sejenis. Hehe. Tujuannya untuk memperkaya cerita. Sip, lanjutan ceritanya lebih mengejutkan. Hihi.
 
Update a dan b saya suka..thanks suhu.. Sekalikali sesama jenis lah
Ya, terimakasih atas apresiasi dan masukkannya, Suhu. Memang terkadang butuh variasi ide agar ceritanya lebih seru.
 
kalau boleh saran, judul bab nya jangan spoiler isi cerita. Jadi nggak surprise baca ceritanya, dan gak bikin penasaran buat baca.
Ya, saran ditampung, Gan. Semoga ke depannya ane bisa menerapkannya. Terima kasih.
 
Episode 11 : Bayangan Kelabu

Setelah dari acara kerja bakti di kantor DPP partai, Mahmud terpaksa harus berpisah dengan istrinya, Rizka. Padahal dia sedang tinggi-tingginya hasrat seksualnya. Namun, itu semua harus dipendamnya. Itu disebabkan istrinya harus mengajar mata pelajaran Biologi di daerah Pangandaran karena seorang guru yang juga adalah teman dekatnya sedang sakit. Ia meminta Rizka untuk menggantikannya selama 2 minggu karena ia sedang menjalani rawat inap di RS pusat di Bandung karena penyakit malaria. Sebagai seorang kawan dekat, tentu Rizka tak tega menolak permintaannya. Setelah berdiskusi sebentar dengan suami dan keluarga besarnya, akhirnya dengan bulat dia pergi ke Pangandaran. Mahmud tidak bisa ikut karena masih banyak urusan proyek di kantornya. Tinggallah dia dengan anaknya, Afra di rumah. Walau terkadang, ibunya datang untuk membantu pekerjaan rumah dan merawat Afra.

Tak terasa, seminggu sudah berlalu. Mahmud hanya termenung di kamarnya. Anaknya, Afra, sedang dibawa ibunya ke rumahnya di Ciledug untuk menghadiri acara keluarga. Mahmud baru saja izin pulang cepat dari acara itu karena harus mengerjakan tugas dokumen kantor. Setelah dua jam berkutat dengan tugasnya, ia segera mengirim softcopy hasilnya via email ke alamat email bosnya. Lega, begitulah yang dia rasakan karena beban pekerjaannya sementara sudah hilang meski di hari Minggu ini. Sepi, karena istri dan anaknya ada di tempat lain pada waktu bersamaan.

Mahmud pun berpikir bagaimana keadaan istrinya di sana. Bagaimana makannya, ngajarnya, istirahatnya. Ia khawatir dengan kondisi istrinya sekarang. Harap-harap cemas rasanya. Akhir-akhir ini sulit dihubungi. Mungkin istrinya sedang mengajar di daerah pedalaman di sana. Akhirnya ia pun punya ide. Diambil smartphone nya. Dihubunginya sebuah nomor. Begitu tersambung, percakapan pun dimulai.

"Halo. Assalamu'alaikum, Mang Ujang. Kumaha damang (apa kabar)? Masih ingeut abdi (ingat saya)?", sapa Mahmud ramah pada Mang Ujang.

Beliau adalah tukang cendol langganan Mahmud saat masih bersekolah SMP di Bogor. Sekarang beliau tinggal bersama istri dan dua anaknya di Parigi, ibukota kabupaten Pangandaran. Ya, beliau mencari nafkah dengan menjadi nelayan sekaligus menjaga penginapan kecil warisan orang tuanya. Ya, hitung-hitung usaha baru. Walau pun, sesekali juga masih dagang cendol.

"Wa'alaikumsalam, Kang Mahmud. Alhamdulillah, abdi sakulawarga damang (saya sekeluarga sehat). Upami anjeun sakulawarga kumaha? (Kalau kamu sekeluarga bagaimana?) Aya naon telepon Mamang (Ada apa telepon Paman)?", balas Mang Ujang sumringah dari seberang sana.

"Alhamdulillah, Mang Ujang. Abdi sakulawarga sae oge. (baik juga). Ieu, abdi bade nyaritakeun kaperluan (Ini, saya ingin bercerita urusan). Kumaha, Mang?", kata Mahmud penuh harap.

"Sok, mangga, Kang. (Silahkan). Abdi dangukeun. (Saya dengarkan). Mugi-mugi tiasa ngabantos (Semoga bisa membantu)", ujar Mang Ujang mengiyakan.

"Hatur nuhun, Mang. (Terimakasih, Paman). Ieu caritana...", jelas Mahmud panjang lebar.

"Sami-sami, Kang. (Sama-sama, Mas). Hm...", simak Mang Ujang seksama.

Setelah menceritakan maksudnya, Mahmud agak lega. Apalagi setelah Mang Ujang memberi beberapa masukannya. Setelah mengucapkan terima kasih, Mahmud menutup teleponnya. Senyum tersungging dari bibirnya sambil merebahkan dirinya di atas kasur tempat tidur. Sebuah rencana besar akan dimulai.

***

Siang itu, Rizka sambil membawa tas sedang berisi peralatan mengajarnya dalam perjalanan pulang mengajar dari sekolahnya. Dia menyusuri sepanjang jalan setapak dekat dengan pantai Pangandaran. Angin yang berhembus sepoi-sepoi meniup nyiur pohon kelapa membuat udara jadi sejuk walau pun siang itu matahari bersinar terik. Itu membuat Rizka berkeringat di balik jubah longgar, jilbab lebar, dan rok panjangnya. Apalagi ia cukup lelah dalam perjalanan pulang menuju rumah kontrakannya yang jaraknya agak jauh dengan sekolahnya. Ingin sekali ia makan dan minum secepatnya agar tenaganya pulih kembali. Ia pun ingin pingsan rasanya. Matanya berbinar senang saat di dekat sebuah saung, dia melihat seorang pedagang cendol yang sedang menjajakan dagangannya kepada beberapa turis domestik dan asing di sana.

Setelah para turis tadi pergi, Rizka segera menghampiri pedagang tadi. Namun, alangkah kecewanya dia. Ternyata dagangannya sudah habis terjual. Pedagang itu bersiap akan pergi. Namun, dia tidak mau numpang lewat saja. Disapanya pedagang itu.

"Assalamu'alaikum, Mang. Ari cendolna tos seep, nya (Kalau cendolnya sudah habis, ya)?", tanya Rizka penasaran. Dia juga bisa bahasa Sunda l sejak diajari suaminya yang orang Sunda.

Pedagang itu menoleh.

"Wa'alaikumsalam, Neng. Cendol di luhur gerobak geus seep, tapi di handap jero gerobak aya keneh saeutik deui. (Cendol di atas gerobak sudah habis, tapi di bawah dalam gerobak masih ada sedikit lagi). Hayang, teu? (Mau, tidak?) Ari ngaran Eneng saha? (Kalau nama Mbak siapa?) Punten, abdi karek ningali ayeuna. (Permisi, saya baru lihat sekarang). Nami abdi Ujang. Panggilnya, Mang Ujang.", jelas Mang Ujang seraya mengulurkan tangan untuk bersalaman.

"Oh, hayang, Mang Ujang. Nami abdi Rizka. Hampura, abdi teu tiasa jabat tangan. (Maaf, saya tidak bisa...) Lain mahram. (Bukan mahram).", balas Rizka sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Oh, teu nanaon, Neng Rizka. (Tidak apa-apa, Mbak Rizka). Hampura abdi oge ku sabab teu terang. (Maafkan saya juga karena tidak tahu).", seru Mang Ujang kikuk seraya menarik tangannya lagi dan ikut mengatupkan kedua tangannya di depan dada.

"Teu nanaon, Mang Ujang. Jadi, kumaha cendolna?", balas Rizka sambil tersenyum. Dia tidak sendiri. Masih ada beberapa warga dan turis yang masih beraktivitas di sekitar mereka. Berdagang, berbelanja, memotret, jalan-jalan, dan sebagainya.

"Sakeudap, Neng Rizka. (Sebentar, Mbak Rizka). Diantos, nya. (Ditunggu, ya).", ujar Mang Ujang tersenyum seraya merunduk dan membuka pintu gerobak bagian bawah dalam.

"Siap, Mang Ujang.", balas Rizka tetap tersenyum.

Dengan cekatan, Mang Ujang mengambil gelas plastik dan tertutup beserta sedotan besar di tengahnya. Gelas berembun itu sudah berisi minuman cendol lengkap dengan santan dan gula merah cair. Karena sudah didinginkan dalam cooler box (kotak pendingin), rasa minuman itu sungguh menyegarkan bila diminum pada siang hari yang terik ini.

"Ieu, Neng Rizka.", kata Mang Ujang seraya menyerahkan segelas cendol itu pada Rizka.

"Hatur nuhun, Mang Ujang. Jadi sabaraha hargana (Berapa harganya)?", ucap Rizka seraya menerima segelas cendol itu.

"Goceng wae, Neng. (Lima ribu rupiah saja, Mbak).", kata Mang Ujang.

"Ieu artosna, Mang. (Ini uangnya, Paman). Tiasa diuk di dieu, Mang (Boleh duduk di sini, Paman)?", tanya Rizka sambil menunjuk bangku plastik yang ada di dekat gerobak.

"Hatur nuhun, Neng. Sok, mangga. Mamang bade nyeseuh gelas-gelas heula. (Paman mau cuci gelas-gelas dulu).", jawab Mang Ujang tersenyum mempersilahkan.

"Hatur nuhun, Mang. Sok, mangga.", jawab Rizka tersenyum dan duduk di kursi itu. Mulai disedotnya air coklat muda dan helaian hijau cendol itu. Kerongkongannya terasa segar kembali. Dia pun menunduk untuk menghindari pancaran sinar matahari.

Saat menunduk itulah, diam-diam Mang Ujang memperhatikan Rizka. Ia sangat kagum dengan bentuk tubuh akhwat ini. Payudara montoknya yang berukuran 36 B agak menonjol dari balik jilbab lebarnya dan pantat semoknya lumayan menonjol dari balik rok panjangnya. Walaupun kedua bagian tubuh itu juga tertutupi jubah longgarnya, tetap saja kelihatan mencolok di mata orang-orang, apalagi Mang Ujang ini. Ia hanya tersenyum penuh arti. Rencananya akan berjalan sebentar lagi. Dengan lugas, ia segera berjalan membawa seember gelas-gelas untuk dicuci ke belakang saung yang memang ada keran umumnya.

Saat hampir seluruh cendol sudah berhasil dikonsumsinya, Rizka merasa aneh dengan tubuhnya. Matanya agak berkunang-kunang, napasnya memburu, kedua payudaranya berdenyut-denyut, vaginanya mulai basah, dan gairah seksnya meningkat. Keringat pun makin bercucuran di sekujur tubuhnya yang makin panas. Setelah meletakkan gelasnya yang kosong di gerobak, tanpa pikir panjang, Rizka langsung masuk ke dalam saung dan menutup pintu depannya. Di dalamnya, desahan suara dan napasnya makin menggebu saat berbaring di atas dipan bambu.

Mang Ujang sudah selesai membersihkan gelas-gelasnya pada saat itu. Saat berada dekat gerobaknya, ia tersenyum saat melihat gelas kosong dan mendengar sayup-sayup suara dan napas Rizka di dalam saung. Rupanya khasiat obat perangsang cair itu sudah bekerja. Dengan cepat, ia tata gelas-gelas itu di atas gerobaknya. Lalu, didorongnya gerobak itu hingga halaman belakang saung itu yang sepi. Setelah mengamati keadaan sekitar dan yakin tidak ada orang-orang yang memergokinya, ia segera masuk dalam saung itu lewat pintu belakang dan menutupnya kembali.

Saat di dalam, Mang Ujang melihat pemandangan yang menggairahkan. Rizka sedang bermasturbasi. Jilbab lebarnya tersampir ke samping, jubah longgar, dan rok panjangnya pun merosot. Dia sedang meremas payudara kanan sambil sesekali memelintir puting yang mengeluarkan ASI dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya sedang menekan vaginanya yang berlumuran cairan cinta. Payudara kiri masih tertutup bra sedangkan vaginanya hanya tertutup sebagian oleh celana dalamnya. Rizka masih belum sadar akan kehadiran Mang Ujang karena kedua matanya masih terpejam menikmati masturbasinya.

Melihat itu, kontol Mang Ujang langsung naik. Dipelorotkannya celana jeans kumal dan dilepaskannya kolor dan mencuatlah kontolnya yang tegang maksimal. Tanpa buang waktu, Mang Ujang langsung menindih tubuh Rizka dengan pelan dan agak keras. Rizka sangat kaget saat ada tubuh kekar menindihnya, membuka matanya, dan ingin berteriak saat tahu orangnya. Namun, bibir Mang Ujang segera menyosor bibir Rizka dan memasukkan lidahnya ke dalam mulut akhwat itu yang baru terbuka.

"Mmpphh.. mmpphh..Mmuaffhh..Mmuaffhh", bunyi bibir Rizka dan Mang Ujang yang saling menempel dan berciuman.

Mang Ujang lalu membelitkan lidahnya dengan lidah Rizka dan air ludah mereka bercampur. Gesekan antar bibir mereka semakin menambah erotis percumbuan terlarang ini.

"Ssrtt..ssrtt..Sslluurrppp..Sllurrpp..", bunyi kedua lidah dan air liur mereka.

Tangan kanan Mang Ujang juga meremas payudara kiri Rizka yang berhasil ia turunkan branya. Sesekali ia cubit dan pelintir putingnya hingga keluar sedikit ASI nya. Tangan kirinya pun berhasil sedikit memelorotkan celana dalam Rizka dan menusukkan kedua jarinya di lubang vaginanya. Didorongnya maju mundur hingga makin banyak air cintanya keluar. Dia orgasme untuk kedua kalinya setelah sebelumnya pada masturbasi tadi. Dilecehkan begitu membuat Rizka ingin melawan. Namun, kedua tangannya tertindih badan Mang Ujang yang kekar sedangkan kedua kakinya juga dikunci oleh kedua kaki Mang Ujang yang kuat. Jadilah dia hanya bisa pasrah saja. Hanya gumaman saja yang keluar dari mulutnya yang terus disosor mulut Mang Ujang.

Pergumulan antara dua insan yang berbeda umur 21 tahun itu semakin bergelora. Mang Ujang lalu menutupkan tangan kanannya pada mulut Rizka, sedangkan mulutnya sibuk mengulum dan mengisap ASI di kedua puting Rizka secara bergantian sambil sesekali menggigiti kecil puncaknya. Ia pun menjilati dan menciumi beberapa bagian bukit kembar itu hingga nampak bekas liur dan cupangannya. Rizka hanya meringis antara kesakitan atau kegelian karena mulutnya masih dibekap tangan Mang Ujang.

Setelah itu, Mang Ujang segera menggesek-gesekkan kontolnya di dinding vagina Rizka dan mulai mencoba masuk. Mang Ujang lalu menarik kedua tangan Rizka ke arahnya dan dipeluknya. Payudara Rizka hampir bertemu dengan dada bidang Mang Ujang yang masih tertutup kaos oblong bututnya. Bibirnya kembali membungkam bibir akhwat itu. Di saat yang bersamaan, kontol Mang Ujang amblas sebagian ke dalam vagina Rizka karena tenaga tarikan tadi. Rizka ingin berteriak namun tidak mampu karena bibir Mang Ujang. Lelaki tua itu lalu makin memeluk akhwat cantik itu. Dengan penuh perjuangan, akhirnya kontol Mang Ujang amblas sepenuhnya dalam vagina Rizka dan kedua dada mereka menempel.

Menghadapi kenyataan ini membuat air mata Rizka mengalir. Tahu begini, dia berhubungan seksual dulu dengan suaminya yang haus sex saat itu. Namun, karena waktunya mepet, dia menolak permintaan suaminya. Dia melihat wajah kecewa suaminya walaupun mengizinkannya pergi . Kalau suaminya melihat dia mesum dengan orang lain saat ini, tentu ia akan murka. Namun, nasi terlanjur menjadi bubur. Apalagi saat gesekan antara kontol Mang Ujang (yang menggoyangkan tubuhnya) dengan dinding vaginanya semakin dahsyat. Cairan cintanya pun banyak memancar membasahi kontol Mang Ujang. Rizka merasa gesekan ini pernah dia rasakan bersama suaminya. Tapi di suasana kelabu, ia merasa itu hanya perasaannya yang berupa bayangan samar karena ia merindukan suaminya. Kurang lebih hampir sepuluh menit mereka melakukannya. Dan, tiba-tiba, mereka merasakan ada gejolak yang akan keluar dalam tubuh mereka yang hampir sedikit lagi mencapai orgasme.

"Sssrrr.. ssrr.. ssrr.. Cccrrroootttt.. Ccrrott.
.. crot.", suara air cinta yang menyembur dan tembakan sperma di dalam vagina dan rahimnya. Akhirnya mereka pun orgasme bersama

"Mmhh..mmhh", desah mereka berdua terbungkam karena mulut mereka yang saling menutup.

Kontol Mang Ujang pun kembali menyusut setelah berhasil mengeluarkan pejuhnya. Mang Ujang pun melepaskan ciuman, pelukan, dan kontolnya dari tubuh Rizka. Namun, tak lama kemudian kontol Mang Ujang sedikit menegang. Tanpa buang waktu dia langsung menusukannya ke dalam anus Rizka yang sedikit membuka. Karena bekas cairan urin, anus itu licin dan mudah mudah dilewati seperempat kontol Mang Ujang. Rizka hampir berteriak kesakitan sebelum tangan Mang Ujang kembali membekapnya. Rupanya ia tak ingin orang-orang di luar mendengar teriakan akhwat itu dan juga agar tidak ketahuan. Dengan bantuan sebelah tangannya, akhirnya dengan penuh perjuangan, kontol Mang Ujang amblas semuanya ke dalam anus Rizka. Digoyang-goyangkannya tubuhnya sehingga kontolnya makin menggesek, menegang, dan menekan dinding anus Rizka. Hal itu berlangsung selama lima menitan. Rizka semakin menangis karena anusnya makin sakit dan perih walau agak nikmat juga. Kedua tangan dan kakinya makin lemah karena tenaganya melemah sesudah persetubuhan tadi. Untungnya, anusnya tidak berdarah karena licinnya kontol Mang Ujang dan dinding anusnya.

Dan,
"Ccroott..crot..", suara sisa sperma berkeluaran menembaki dinding anus Rizka bercampur dengan sedikit air urinnya.

Segera, kontol Mang Ujang mengkerut dan langsung dilepaskannya dari dalam anus Rizka. Saat tangan Mang Ujang melepaskan bekapannya,
Rizka pun langsung pingsan dan kepalanya hampir menabrak dengan keras bila tidak cepat ditangkap tangan Mang Ujang. Dengan lembut, dia lalu menyorongkan bantal kecil dan menyandarkan kepala Rizka dengan pelan. Rupanya ia pingsan karena lelah setelah perjalanan pulang, bermasturbasi, dan berhubungan seksual.

Mang Ujang tersenyum puas setelah berhasil menyetubuhi Rizka. Lalu, dia menatap cermin kecil yang menggantung di dinding bambu dekat dipan itu. Satu per satu penyamarannya dilepaskan. Mulai dari wig, kumis dan jenggot palsu, serta dibersihkannya make up yang memoles wajahnya. Suaranya pun kembali ia normalkan, tidak serak-serak basah seperti tadi. Ternyata dia adalah suami Rizka, Mahmud. Dengan tersenyum geli, ia mengingat sisa percakapannya dengan Mang Ujang di telepon dan saat tiba di Parigi.

Rupanya saat itu, Mahmud ingin berlibur di Parigi dan menginap di rumah Mang Ujang. Namun, Mang Ujang tidak mengizinkannya karena ada acara adat keluarga besar di rumahnya. Untungnya, ia menawarkan rumah kecil dekat usaha penginapan orang tuanya di Pangandaran. Sekalian ia meminta Mahmud menjaga dan mengelola usahanya itu selama dia ada acara keluarga di Pangandaran. Mahmud pun setuju dan dengan geli ia memohon agar bisa berjualan cendol sambil menyamar mirip Mang Ujang. Agar para pelanggan dan pembeli terkecoh dan tidak menyadarinya. Mang Ujang pun menyetujuinya dengan lucu dan berpesan agar tidak kelewatan. Akhirnya, pada hari H, setelah menitipkan Afra pada neneknya (ibunya Mahmud di rumah keluarga) dan izin dari kantornya dengan alasan untuk menengok dan menemani istrinya beberapa hari, ia berangkat ke Parigi dengan bis, mirip saat istrinya ke sana duluan naik bis juga. Setelah beramah tamah sejenak dengan keluarga besar Mang Ujang, ia langsung meluncur ke Pangandaran dengan motor ditemani seorang pegawai Mang Ujang. Selama itu, dia juga melancarkan aksi penyamarannya saat senggang. Hasilnya sukses. Bahkan orang-orang daerah sana mengira dia adalah Mang Ujang. Hingga akhirnya dia bisa bertemu istrinya dan mengeksekusinya saat ini.

Mahmud lalu segera merias dan mendandani dirinya serta memakai propertinya agar kembali mirip Mang Ujang. Dia lalu membersihkan diri dan kembali memakai pakaiannya serta membersihkan tubuh istrinya dan kembali memakaikan pakaiannya dengan rapi. Tak lupa ia pun mengecup kening istrinya sebagai tanda cinta dan sayangnya karena hasrat seksualnya juga terpenuhi. Namun, ia tidak mau memberitahukan identitasnya sekarang pada istrinya dan agar bisa tahu reaksi serta perasaan istrinya saat disetubuhi orang lain. Dengan mengendap-ngendap, Mahmud yang berpenampilan Mang Ujang keluar dari saung lewat pintu belakang dan menutupnya lagi. Lalu, ia segera mendorong gerobaknya ke arah rumah kecil dekat penginapan. Sepanjang jalan, ia bersiul saking senangnya di hari itu.

Sementara itu, Rizka yang pingsan selama kira-kira satu jam lebih mulai bangun dari tidurnya. Saat bangun itulah, dia merasa aneh dengan tubuhnya yang terasa ngilu dan perasaannya yang berdebar-debar. Seolah dia baru saja melakukan pekerjaan berat atau sesuatu terjadi pada dirinya. Tambah bingung saat dia berada di dalam sebuah saung. Mungkinkah dia tadi saking lelahnya masuk ke dalam saung dan tertidur serta melakukan gerakan-gerakan aneh yang membuatnya jadi seperti ini? Namun, dia malas berpikir lebih jauh lagi. Dengan santainya, dia lalu beranjak dari dipan itu dan keluar dari pintu depan saung dan menutupnya lagi. Padahal sebenarnya itu adalah efek dari obat perangsang tadi yang menghapus banyak ingatannya sekitar dua jam lalu. Selama perjalanan pulang, perasaannya banyak dipenuhi tanda tanya, namun dengan cepat kembali ia tepis karena ia harus bergegas pulang menuju rumah kontrakannya untuk mengerjakan bahan pengajarannya besok. Betapa janggalnya apa yang dia alami saat pulang sekolah hari itu.

...(Bersambung)...

Segini dulu, Agan-agan dan Suhu-suhu sekalian. :D Maaf, bila kepanjangan dan ada kekurangannya juga. :Peace: Selamat membaca. :baca: Mohon masukannya juga. :beer: Terima kasih. :)
 
Terakhir diubah:
Ane bingung, bukannya Mahmud katanya gak ikut karna lagi banyak proyek

Dan lagi meskipun ini fantasy, jadi aneh klo bisa berubah wajah dgn cepat gtu
 
Baca lagi setelah skip chap kemarin

Mang ujang apa mang usep hu?
 
Ane bingung, bukannya Mahmud katanya gak ikut karna lagi banyak proyek

Dan lagi meskipun ini fantasy, jadi aneh klo bisa berubah wajah dgn cepat gtu

Oiya, Mahmud sudah beres proyeknya saat minggu pertama Rizka ngajar di luar kota, Gan. Berhubung masih ada waktu seminggu lagi Rizka di sana, jadi doi nyusul istrinya ke sana karena sudah horny berat.

Lalu, Mahmud bisa cepat berubah menyamar jadi orang lain karena kemampuan make over dan pakai make up serta aksesoris yang sudah sangat ahli sehingga hampir orang lain tidak mengenal identitas aslinya. Ane pernah baca dan nonton di TV ada orang yang pakai make up dan aksesoris buat make over & nyamar dan hasilnya sangat mirip orang lain betulan dan nyaris sempurna.

Ane mohon maaf sebelumnya bila ada kesalahan dalam cerita ane. Terima kasih masukannya.
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd