suhu2 sekalian, maafkan nubie yang hina ini karena baru update sekarang...
tidak mau banyak alasan, langsung saja disimak suhu...
RANDI DAN EMMA
Matahari sudah akan kembali ke peraduannya. Perlahan tapi pasti cahaya mentari mulai meredup, meninggalkan hanya kegelapan di muka bumi. Lampu2 gedung dan perumahan pun satu persatu mulai menyala. Begitu pula lampu di salah satu SMA negeri di kota T. Meskipun hari menjelang malam kegiatan ekstrakulikuler belum juga selesai. Para anggota pramuka masih terlihat melakukan latihan baris berbaris selepas istirahat maghrib. Lampu sorot di lapangan membantu mereka untuk melihat dengan detil arah pergerakan yang akan dilakukan. Lampu-lampu kelas yang mengelilingi lapangan memang sengaja tidak dinyalakan dengan alasan untuk menghemat pengeluaran biaya listrik. Sementera itu dikeremangan malam…
“emmhhh… uffhhh…. Hmmmhhp…” suara desahan nafas sayup2 terdengar dari kelas paling pojok di lantai 2. Keremangan malam menyelimuti dua pasang kekasih, Randi dan Emma. Jika mendekat kita bisa melihat randi yang tinggi dan tegap sedang menciumi bibir Emma dengan penuh gairah. Emma yang masih berbalut seragam pramukanya itu hanya bisa pasrah terpojok dan bersandar di tembok tepat bersebelahan dengan meja guru. Dipenuhi oleh nafsu, Randi langsung saja menyingkap celana pramuka Emma hingga samar-samar terlihat kuning langsat warna pahanya yang mulus di tengah kegelapan kelas. Sekejap saja Randi langsung menurunkan celana dalam Emma yang berwarna putih. Dengan kasar Randi menarik tubuh Emma hingga badannya jatuh tersungkur ke atas meja guru dan pantatnya yang besar dan padat terpampang jelas ke wajah Randi. Tanpa basa basi langsung saja ia memasukkan kontolnya yang sudah tegang ke dalam lubang kewanitaan Emma.
“aaaahhhh awww…pelan2 rand aduuhh… awhh” Sore itu Emma tidak mengetahui mengapa Randi amat liar dan bernafsu. Bahkan lebih liar dari biasanya. Selama hampir 3 bulan mereka berpacaran, Emma akhirnya semakin paham betapa besar gairah yang dimiliki oleh Randi. Randi selalu ‘menerkam‘ Emma seperti binatang buas yang kelaparan. Awalnya Emma berfikir bahwa itu adalah tanda besarnya kasih sayang yang dimiliki pacarnya itu. Namun pemikiran itu semakin lama semakin goyah. Emma semakin merasa kalau ia hanyalah mesin pemuas nafsu Randi.
Payudara Emma yang padat terus tertekan2 di atas meja guru akibat hentakan keras Randi. Wajah Emma yang sedikit tembam terlihat memerah menahan perih. Jilbab yang ia pakai sudah berantakan akibat tarikan dan cengkaraman Randi. “Randi…. Aahhh…. Auuu… emhhh…. Ahhh… Sakit... awwhh...” Emma berusaha bangkit. Namun tenaganya tidak sekuat dorongan Randi. “Udah Ran, stop… ahhh… aduhh… ahh… jangan…“ Tubuhnya kembali terjerembab di atas meja guru. Emma tidak dapat berbuat apa2 lagi. Randi sudah sangat menguasai tubuhnya “plak… plok… cplak…” suara pergumuluan mereka membahana di seisi kelas. Penis Randi yang panjang dan kekar seperti tanpa ampun menggasak memek belia milik Emma.
Tempo permainan mereka semakin intens, dan bahkan mengarah kasar. Suara2 pun mulai terdengar keluar dari kelas yang mereka tempati. Meskipun demikian karena lokasi kelas yang terpencil Randi tidak perlu khawatir ketahuan apalagi ia sudah menutup mulut penjaga sekolah, Pak Wisman, dengan selembar ‘kertas biru’ agar tidak mengganggunya.
“ring… ring…” di tengah pergumulan mereka, tiba2 suara handphone Randi berbunyi. Panggilan LINE dari kang Yudha. “ah elah, ganggu aja…” umpat Randi dalam hati. Terpaksa ia menghentikan genjotannya pada tubuh Emma.
“halo, ya… kenapa kang?”
“gimana besok? Tutor nya jadi di rumah gue kan?” tanya Yudha dari balik telpon
“PLAK” tiba2 suara tamparan terdengar nyaring di ruangan kelas itu. Emma menampar Randi dengan sangat kencang hingga Handphone-nya terjatuh. Tanpa berfikir Emma mengambil HP Randi yang terjatuh dan berlari meninggalkan kelas. Randi yang tertegun tidak percaya Emma berani menampar dirinya. Ia pun bangkit dengan penis yang masih berdiri tegak dan mulai merapikan diri. “dasar pecun…” umpatnya kembali dalam hati…
Bersambung