Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Chapter 1 - First Time with My Girlfriend

doyan_gendhuk

Suka Semprot
Daftar
20 May 2011
Post
3
Like diterima
0
Bimabet
Kisah – kisah yang aku ceritakan ini merupakan beberapa pengalaman pribadiku di masa lalu maupun pengalaman – pengalaman yang dialami teman, ataupun orang yang ada di sekitarku dalam kehidupan nyata. Nama, tempat, dan waktu sengaja kusamarkan. Sebut saja namaku Rey. Kisah – kisahku akan kubagi dalam beberapa chapter.


Chapter 1 – Pertama kali…Rey

Di sini aku mau berbagi awal kisah percintaanku sampai pengalamanku pertama kali mencoba untuk belajar bercinta…tentu saja dengan orang yang sangat kusayangi pada saat itu...:p


‘Pengalaman pertama’ with my girlfriend.;)

Kejadian ini aku alami waktu aku kelas 2 SMA. Sore itu seperti biasa aku habis berolah raga, di kompleks olah raga yang tidak jauh dari rumahku. Suasana rumah lagi sepi, karena semua orang pada liburan akhir tahun. Aku satu – satunya yang nggak ikut karena menurut aku, acara bareng keluarga itu kurang asyik. Aku nggak bisa merayakan tahun baru secara gila – gilaan, secara banyak orang tuanya di acara keluargaku itu. Mereka baru aja berangkat sore ini, sebelum aku tadi selesai berolah raga. Bergegas aku ambil telpon rumah, yang ada di dekat kamarku. Segera ku telepon gadis pujaanku, namanya Nindy, lumayan proporsi juga, bahkan tinggi badannya hampir sama dengan tinggiku, sekitar 172 cm, kulit bersih, senyum menawan, dia udah jadi cewekku sekitar 6 bulan, “. Badanya terawat karena dia suka olah raga juga, walaupun bukan atlit, tetapi tubuhnya terasa pas bener bagi lelaki normal untuk menoleh ke arah pantatnya yang padat namun kecil. Ukuran dadanya sih normal, sekitar 34 B, maklum masih SMA kelas 2. Wajahnya yang murah senyum, dengan deretan gigi yang bagus menambah sesak napasku setiap kali aku beradu pandang dengannya. Rambutnya sebahu, disemir coklat tua dan ada jepit rambut di bagian samping kepalanya yang menambah pesona lembut wajahnya makin timbul. Kulitnya nggak terlalu putih, tapi juga nggak terlalu coklat, pokoknya pas banget dengan tumbuhnya bulu halus di sekitar tangan, menambah gairahku saat menyentuh tangannya yang halus. Aku tahu sosoknya saat pandangan pertama waktu pertama kali kita sama – sama masuk di kelas 1. Kita saling beradu pandang di lorong utama menuju kelas waktu dia lagi bareng teman cewek sekelasnya. Dia yang memulai senyum dulu kepadaku, lalu aku membalasnya dengan penuh semangat, terus aku memberanikan diri untuk berkenalan dengan dia dan teman – temannya pada saat itu. Aku pede juga sih, secara aku merasa wajahku lumayan juga, dan kayaknya wajah kita mirip. Jadi ada semacam chemistry yang nggak bisa dijelaskan di antara kita. Pada saat itu teman – temannya juga menggodaku, aku jadi tambah ada perasaan yang gimana gitu. Pada saat itu aku jadi membayangkan suatu saat aku harus bisa jadi pacarnya. Kita berlainan kelas, tapi satu angkatan. Waktu kelas satu aku sudah mengaguminya, tapi waktu itu sudah keduluan ditembak sama teman satu kelasnya, yang udah kenal duluan sama dia. Jadinya aku agak broken heart gitu sehingga selama kelas satu aku nggak deket, karena dia sudah ada yang punya. Namun seperti pepatah lama, jodoh takkan lari ke mana, kesempatan itu datang pada waktu momen kenaikan kelas. Aku denger dari teman – temannya bahwa dia sudah putus sama cowoknya, bahkan teman – teman satu gengnya mendukung aku 100 % untuk nembak si Nindy. Mereka merasa aku adalah pilihan yang lebih baik untuk Nindy, dan menjelaskan bahwa keputusan Nindy untuk berpacaran dengan si cowok, sebut saja namanya Tommy, adalah keputusan yang salah dan bersifat emosional belaka. Ternyata si Tommy itu suka kasar sama cewek, dan kayaknya kurang menghormati perasaan cewek. Dia merasa kalo dia sudah ‘memaintenance’ cewek dengan sodoran materi, itu artinya cewek itu harus nurut sama dia, dan harus fokus ke hubungan mereka. Itulah yang tidak disukai oleh Nindy, secara dia masih kelas 2 SMA, dan dia juga masih pengen bisa sering keluar sama teman – teman satu gengnya. Sesuatu hal yang kayaknya nggak bisa dicapai kalo dia pacaran sama cowok posesif macam Tommy. Jadi selama hampir satu tahun mereka pacaran itu, hampir selalu ada pertengkaran yang bermuara dari sifat posesif Tommy. Dari berangkat sekolah Nindy sudah dijemput sama Tommy naik mobil kesayangannya, mobil klasik bergaya balap yang knalpotnya bikin telinga budeg. Seharian di kelas juga duduk barengan, secara mereka berdua berada di dalam satu kelas. Pulangnya juga barengan karena si Nindy juga diantar pulang. Jadi tampaknya si Nindy nggak punya cukup waktu untuk hang out bersama teman – temannya. Inilah juga alasan kenap teman – temannya juga mendukung aku untuk mengisi ruang kosong yang ada di hati Nindy, dengan harapan akan ada keseimbangan antara bergaul dengan teman dan pacaran, jadi Nindy nggak kehilangan masa – masa mudanya yang sangat berharga dengan hanya berpacaran. Hanya saja imbas dari pertengkarannya dengan si Tommy, dia jadi dilarang keras berpacaran oleh mamanya, karena tiap hari si Nindy sering berderai air mata akibat pertengkaran dengan si Tommy, baik itu di sekolah maupun di telepon. Jadilah aku masuk di saat hati itu yang sedang butuh pertolongan pertama, dan sukses aku tembak setelah pendekatan selama kurang lebih satu bulan. Itupun dengan agak sembunyi – sembunyi karena dia takut mamanya tahu. Aku hanya bisa ketemuan di sekolah, karena dia berangkat dan pulangnya diantar langsung oleh papanya atau mamanya. Cukup flashbacknya ?

*****

Halo sore, Nindy nya ada ?”. “Sore, oh non Nindy ada, bentar ya ? Dari siapa ini ?” sahut suara yang ada di seberang telepon itu. Ternyata itu suara si mbak Cici, pembantu satu – satunya di rumah itu. “ Dari Rey, mbak. Kasih tahu aja ntar telp balik ke rumah aku ya ? Thanks..”.“Thanks juga mas Rey, ntar kusampaikan !”. Segera aku mandi untuk menghilangkan keringat dan bau badan sehabis berolah raga tadi. Tiba – tiba tengah – tengahnya aku mandi, ada suara telepon berdering. Aku tahu pasti itu Nindy, karena aku sudah pesan tadi untuk call back. Segera aku berlari keluar dari kamar mandi, dan mengangkat telepon itu, secara di rumah kan gak ada siapa – siapa. “Halo, Rey sayang ? Kamu tadi telepon aku ya ?”. “Hm, bener. Aku telepon tadi, gimana kita jadi keluar nggak ?” tanyaku. “Ya jadilah, kan ini malam tahun baru. Banyak acara di luar sana.” Kata Nindy lagi. “Kamu sudah ijin belum ke mama kamu ?” tanyaku semangat. “Sudah tapi tadi aku ijinnya bilang kalau ada acara nonton Old and New bareng Mischa di -**- Plaza. Jadi aku bilang nginep di rumahnya.” Katanya nggak kalah semangat. Mischa itu best friend nya dari SD dulu, cewek jomblo yang kebanyakan belajar. Jadinya mama nya pasti setuju aja kalo Nindy ke rumahnya, maklum dia selalu tiga besar di sekolah mulai jaman SD dulu. Aku dan Nindy, harus melakukan ini karena hubungan kita nggak disetujui oleh orang tuanya, lebih tepatnya mama nya. Papa nya sibuk banget kerjaannya jadi kayaknya nggak terlalu care ke Nindy, apalagi sampai ngurus masalah anaknya sehari – hari. “Ya udah aku mandi dulu ya ?” kata Nindy. “Trus baru ke rumahmu…”. “Nggak usah, langsung aja ntar keburu mama kamu pulang, ntar kalo dia tambah nanya yang lain – lain gimana ?” sahutku singkat, padat dan jelas. Padahal itu hanya trik aja agar dia bisa cepat ke rumahku, jadi waktu kita bisa panjang. “Kamu bawa baju aja, ntar kamu mandi di sini. Nih aku juga lagi mandi…” tambahku ( PIKIRAN NAKAL: MODE ON ). “Ya ampun, ini pasti udah kamu rencanakan ya say ?” tanya Nindy penuh selidik, tapi kayaknya senang juga sih dia. “Ehmm, iya kan nggak apa – apa, lagian kan di sini sepi, ntar kalo kelamaan kan aku kesepian…” pintaku manja. “Dasar Rey…kamu selalu bikin aku makin kangen aja. Ya udah tunggu ya aku ke sana sekarang” katanya cepat. Cihuuy…dalam hatiku aku melompat kegirangan ( PIKIRAN MELAYANG : MODE ON ). Segera kuselesaikan mandiku, dan pakai baju rumah yang terbaik yang aku punya, nggak lupa aku semprotkan Adidas ea’u de perfume yang baunya halus, seger tapi berkesan mewah, kurasa ini cukup untuk bikin dia klepek – klepek ( NARSIS : MODE ON ). Aku keluar ke teras depan rumahku yang cukup luas, di dekat pohon cemara wangi yang cukup besar. Kuambil sebatang A Mild merah yang kusulut sambil menikmati segarnya duduk di teras.


Aku menunggu sekitar 15 menit, dan kemudian kulihat mobilnya berjalan pelan mendekati rumahku. Langsung aku berdiri untuk membukakan pintu rumahku, lalu juga pintu mobilnya ( biar kelihatan romantis, ROMANTIS MODE ON ). “Lama ya say, kamu nunggunya ?” kata pertama yang meluncur dari bibirnya yang memang tipis menggoda itu. “Ah nggak, sekalian aku habisin rokokku ini.” jawabku pasti. “Rey, tolong dong bantuin aku nurunin tas di bagasi tuh…” pintanya halus. DEG !!! Gila, nih cewek beneran mau nginep pikirku kegirangan. “Emang kamu ijinnya berapa hari ?” tanyaku setengah nggak percaya. “2 hari 2 malam di rumah si Mischa. Dan aku sudah telepon Mischa untuk kompakan kalo ditanya sama mama, tapi ya aku harus beliin dia kaset D*** *9 terbaru ( waktu jaman aku SMA itu band favoritnya ). Segera kubuka bagasi Evo 3 nya dengan penuh keyakinan, lalu kubawa masuk ke ruang tengah yang ada TV nya. “Mobil kamu aku masukkan ke garasi dulu, sementara itu kamu mandi dulu ya…” kataku sok ngatur. “Ok say…nih kuncinya.” Nindy mengiyakan sambil mencium lembut bibirku yang kering karena melongo setengah kegirangan, setengah nggak percaya. Cukup 2 menit si Evo 3 sudah berada di tempat yang teduh, kemudian aku segera masuk. Kunyalakan kembali sebatang A Mild merah, sambil nonton TV, tiba – tiba Nindy memanggilku, “Rey, aku lupa nggak bawa handuk nih, kamu punya nggak ?”. Secepat kilat kuambil handuk dari lemariku, lalu kubawa ke kamar mandi. “Ini say handuknya…” tampaknya dia sengaja menggodaku dengan nggak bawa handuk. Pikiranku udah melayang kegirangan, dan si Junior mulai bangkit dari peristirahatannya ( NG****G MODE ON ). Kulihat pintu kamar mandi nggak terlalu rapat nutupnya, lalu kuintip sedikit dari celah pintu tampak dia sedang mencukur j****tnya sambil duduk di WC yang letaknya di deket pintu pake pisau cukurku yang ada di wastafel kamar mandi. J****tnya cukup lebat juga dan dibentuk menyerupai garis lurus. Sementara mekinya tampak terawat karena masih rapet, dan ukurannya cukup kecil untuk cewek setinggi dia. Cukup lama juga kuperhatikan dia mencukur, tiba – tiba dia membuka pintu kamar mandi itu, aku dan dia sama – sama kaget. Wah, bisa marah nih pikirku salah tingkah. “Aku tungguin kamu kok malah diam aja sih say…? Aku kedinginan nih”, sambil menyambar handuk yang aku bawa. Wuss, lega hatiku dia nggak marah, meskipun aku masih melongo melihat sekelebatan tubuhnya yang semampai tadi tak tertutupi sehelai benangpun tampak di hadapanku. Eeegghh…aku menelan ludah, jakunku naik turun. Aku masih nggak percaya apa yang kualami dari tadi itu ( maklum masih kelas 2 SMA ). Ternyata dia berani juga, aku juga harus berani nih, pikirku. Segera kubuka pintu kamar mandi yang memang tidak dikunci tadi, lalu kulihat dia masih melanjutkan mencukur bulu ketiaknya. Wah bersih banget nih cewek pikirku, “Nin, aku belet pipis nih… aku pipis ya di sini…( ALASAN MODE ON ). “Nakal kamu Rey, pake pura – pura pipis lagi, bilang aja kamu mau masuk…( Walah kok dia tahu sih ). Kamu nggak pernah lihat cewek bugil ya ? Kayaknya dari tadi kamu cari – cari kesempatan…” katanya mesra sambil mencium bibirku yang masih melongo dari tadi.
“Eee…Nin..kamu nggak marah aku masuk nih ? “
“Gimana yah..? ok deh karena udah 6 bulan kita jadian boleh deh… ini sebagai tanda bahwa aku dan kamu udah sayang banget dan aku nggak pingin ada yang ditutup – tutupi antara kita, kalo bisa dalam segala hal.” Katanya genit sambil tersenyum nakal.Wah.. kok nggak bilang dari tadi pikirku kegirangan.
“Kamu sayang aku kan Rey ?”
“Aku sayang banget sama kamu, Nin…” langsung kupeluk tubuhnya yang masih bugil itu dengan pentil berwarna coklat muda mendesak ke tubuhku. Kurasakan tubuhnya yang dingin dan harum menusuk ke dalam jantungku yang mau meledak. Sementara si Junior meronta – ronta dari balik celana kayak pingin liat juga pemandangan yang ada di luar sana. Tiba – tiba dia membuka celana pendekku, lalu menyapa si Junior, “Ini bulunya kok lebat, gimana kalo dicukur, say..? kayaknya nggak pernah dicukur nih..”
“Emang nggak sakit ?”, tanyaku pura – pura.
“Ya nggak lah, asal pelan – pelan, Rey. Nih aku ajarin caranya…”
Perlahan tapi pasti dia membuka semua celanaku dan tampaklah si Junior mengacung siap tembak. Tampaknya Nindy sedikit ragu – ragu dalam memegang dengan posisi yang terbaik. Kulihat jelas ketegangan di matanya, tapi dia mengamati benar kontolku yang cukup panjang dan mengacung, panjangnya kira – kira 15 cm. Dia tampak takjub sambil mendekatkan kepalanya.
“Terus terang aku ini baru pertama megang kontol laki - laki, tapi dari dulu aku kepingin megang punyamu. Aku dah lama suka sama kamu, Rey.”
“Aku juga Nin, hanya saja kamu tahu hubungan kita kan nggak direstui orang tuamu. Itu yang bikin aku bingung.”
“Tapi aku udah sayang banget sama kamu, Rey. Aku mau ngelakuin apa saja untuk selalu bisa sama kamu. Kamu harus janji juga kamu bisa selalu sayang sama aku.”
Sejenak dia berjongkok untuk mencari posisi yang enak untuk mencukur j****tku, aku melihat mekinya sedikit tersibak. Apalagi j****tnya sudah bersih, jadi semakin jelas menggoda birahiku.
“Biarin tegang dulu Rey.., biar nyukurnya gampang…”
“Ya kalo kamu pegang terus ya pasti tegang, Nin.” kataku sambil tersenyum penuh arti.
Setelah kurang lebih 5 menit pekerjaan mencukur selesai. Dia menyiram bekas rambut yang masih menempel di juniorku, sambil mengusap – usap juniorku.
“Eeehhmmm…pelan – pelan Nin, geli banget.”
“Tenang aja nggak lama kok say..”. Sambil terus mencukur dengan hati – hati.
”Nah, dah bersih say…Sekarang kamu bantuin aku cukur juga…”
“Yang mana ? Kayaknya tadi sudah…”
“Rey…yang di dekat a**s tadi masih kurang bersih kayaknya, solanya aku nggak keliatan.”
“Ok, sayang aku cukurin sini.” Semangatku udah naik setinggi langit, lalu kedua tangannya berpegangan pada pinggiran wastafel sambil menjungkirkan pantatnya ke arahku. Pantatnya putih bersih dan anusnya berwarna pink kecoklatan. Mekinya juga terpampang jelas dengan stand doggy tersebut, masih belum terjamah tampaknya. Juniorku hampir muncrat karena nggak tahan melihat keindahan itu, kakinya juga proporsi dan jenjang. Menambah kekagumanku pada dirinya. Ya Tuhan beruntung banget aku hari ini. Maklum dia termasuk orang yang berada dan mamanya sering mengajaknya ke salon perawatan tubuh dan juga senam setiap seminggu 2 kali.
“Pelan – pelan aja ya Rey pake pisau cukurnya…”
“Nin, ngga pake cream untuk cukuran ya ?”
“Emang ada kamu Rey.”
“Ya ada lah…”
“Kok nggak bilang dari tadi.”
“Habisnya kamu juga ngga bilang kalo mau cukuran, kirain aku aja yang cukur kumis, hehehe….”
Aku sedikit takut dia tergores, makanya aku mau dia pake cream itu. Kuoleskan cream cukur tersebut di sekitar anusnya, terasa banget mekinya basah dan klitorisnya bergerak naik turun menahan rasa enak. Begitu juga anusnya kembang kempis menahan sensasi rasa akibat gerakan pisau cukur di sekitar anusnya. Bulunya ngga banyak jadi cepet juga aku dah selesai. Lalu kubasuh perlahan bekas cream tadi dengan air sambil kuusap dengan gerakan memutar.
“Aaagghh…Rey, geli aku…”
“Geli atau enak ?”
“Geli campur enak say…”
Rupanya dia merasakan sensasi yang baru kali ini dia rasakan, kunaikkan tanganku ke arah klitorisnya., terasa gerakan klitorisnya mengimbangi gerakanku memutar itu. Cairannya semakin keluar dari lubang vaginanya, membasahi ujung jariku yang masih asyik memutar klit-nya.
“Oooohhhh….sudah Boy aku kebelet pipis nih.” Lalu dia berlari berjongkok di lantai kamar mandi dan langsung pipis dengan derasnya. Tampaknya dia terangsang banget, tapi berusaha menahannya.
“Rey, udah ya..? Yuk ke kamarmu.. Mau ganti baju nie…” katanya sambil membersihkan mekinya dari bekas pipis tadi dengan sabun yang dibawanya dari rumah. Kayaknya itu sabun khusus untuk perawatan vagina. Dia sudah terangsang, tapi masih menahan keinginan untuk berbuat lebih lanjut.
“Sabun apaan itu Nin ?”
“Oh ini, sabun khusus dari Body Shop untuk cebok...”
Kemudian kupakai celanaku, lalu kupakaikan handuk yang tadi kuambilkan. Kugandeng tangannya menuju kamarku. Dia duduk di atas kasurku yang sedikit berantakan, sedangkan aku duduk di bawah di karpet yang menutupi lantai kayu di kamarku. Bodinya yang masih setengah basah membuatku tambah nafsu, dari posisiku duduk aku dapat melihat jelas pemandangan di daerah selangkangannya yang agak terbuka karena dia memang sudah nggak malu lagi sama aku. Sekali lagi aku menyalakan rokokku, lalu mengambil asbak yang ada di bawah meja belajarku. Maklum aku nggak boleh ngerokok sama mamaku, soalnya baru kelas 2 SMA dan belum kerja, jadinya aku sembunyikan di situ biar nggak ketahuan. Kubuka kaosku lalu celanaku, sehingga aku juga bugil sambil berbaring di atas karpet. Memang ini kulakukan untuk memancing birahi Nindy, dia tampak mengamati tubuhku. Biarpun nggak pernah ikut fitness aku dulu sempat ikut bela diri dan sekarang basket sehingga proporsi tubuhku masih terjaga. Dia terus memperhatikan Juniorku yang tegak mengacung. Tiba – tiba Nindy melepas handuknya lalu turun dari tempat tidur dan mendekatkan tubuhnya, berbaring di sebelahku. Kita sempat terdiam cukup lama sambil tersenyum satu sama lain dan memandangi plafon kamarku. Kepalanya di dekatkan kesamping kepalaku, sambail membelai halus rambutku. Aku membalas dengan menciumi keningnya.
“Rey, andaikan kita bisa tiap hari kayak gini, pasti enak ya..?”
“Asal kamu tetap bersama aku, pasti kita bisa kayak gini tiap hari..”
“Kalo aku sih berharap suatu saat bisa jadi istrimu Rey…” kali ini dia serius.
“Pasti bisa kita terus sampai menikah. I LOVE U NINDY..”
“I LOVE YOU TOO, REY”. Kayaknya dia pingin klarifikasi dulu ke aku sebelum dia benar – benar memberikan sesuatu yang sangat berharga baginya kepadaku.Belum sedetik dia selesai ngomong langsung kuciumi bibirnya dengan penuh nafsu. Aku nggak sadar bahwa kita sudah sama – sama nahan nafsu dari tadi. Dia juga ikut menikmati seranganku sambil mendesah dan memeluk tubuhku. Sensasi yang luar biasa aku rasakan benar – benar diiringi dengan perasaan sayang menyelimuti kita berdua. Benar – benar suatu pengalaman yang baru kali ini aku rasakan. Dia pacarku yang ketiga, tetapi aku baru merasakannya setelah dengan Nindy.
“Hhmmm Rey, jangan berhenti ya…”
“Nggak akan aku hentikan, Nin. Aku sudah enak nie…”
“Aku juga, Rey…oohhh.” Katanya malu – malu.
Kemudian aku secara reflek menjilati putingnya, sambil memutar lidahku di atas pentilnya. Dia pun memegang juniorku dan memainkan kepalanya dengan jempolnya menggesek lubang kontolku. Cairan pelumasku sudah keluar dan dipakainya untuk menggesek – gesek kepala juniorku, lalu dia mulai mengocok – ngocok kontolku. Dia masih agak malu – malu melakukannya. Rasanya baru kali ini aku terasa terangsang banget, sampai melayang anganku keenakan. Semakin lama semakin cepat, tapi tetap dengan pengahayatan penuh. Dia benar – benar ingin memanjakan aku, tiba – tiba dicekiknya si Junior sambil mendesah. Ini karena aku menghisap ujung pentilnya lalu kulepaskan dengan tiba – tiba. Akibat cekikannya aku semakin nggak kuat menahan ereksi. Dia melakukannya selama kurang lebih 15 menit, sambil terus mengamati si Junior yang baru ‘dikenalnya’ beberapa menit yang lalu.
“Nin, pelan aku mau keluar nih…”. ( Maklum masih pertama kali, apalagi dengan pacar yang sering aku impikan dalam tidurku, perasaannya benar – benar lain, kalo mau jujur sama diri sendiri )
“Keluarin aja Rey, aku pingin lihat.”
“AAAAGGGHHHH NNNIIIINNNNN…..”aku mengejang kenikmatan.
“Terusin Rey….”
CCRROOOTTT… spermaku muncrat deras di susunya dan dia kaget sambil reflek mengarahkan spermaku ke arah perutnya, dengan kocokan yang semakin keras.
“Oh Nin, aku horny berat nih..” langsung kujilati memeknya yang dari tadi kayaknya udah basah banget, aku jilati dengan penuh nafsu dan semangat membara. Aku jilati klitorisnya, dan terasa klit-nya naik turun keenakan. Kemudian ia meremas rambutku sambil menggelinjang dan mendesah terus.
“Oohhh…Rey. RREEEYYY…..aku mau orgasme nie..Terusin, enak say…Ooohhhh. Aaaggghhh I LOVE U REY….” Kepalaku dibenamkan ke dalam mekinya yang masih seret itu dan lidahku bisa merasakan selaput daranya yang masih utuh itu. Semakin basah dan menggeliat dia, semakin aku bernafsu menyosor mekinya yang ranum itu (dan harum tentunya). Sampai akhirnya dia lemas dan berhenti meremas rambutku, karena rasanya benar – benar tidak pernah dialami sebelumnya.
“Enak ya kalo bisa kayak gini tiap hari.” kataku berbisik manja.
“Andaikan aja kita bisa, Rey” tambah Nindy sambil mengelus lembut rambutku dan menciumi leherku. Kemudian dia memegangi mekinya, lalu duduk.
“Bentar ya Boy, aku ke kamar mandi dulu, kebelet pipis nie…”
“Aku gendong kamu aja ya kan kamu kebelet pipis, lagian nanti spermanya yang di perut belum dilap, entar tumpah di lantai. Malah gawat dong.” ( ROMANTIS MODE ON )
Sambil berlari kecil kugendong dia di depan dadaku, dengan sangat gentle kuturunkan dia di dalam kamar mandi. Nindy langsung duduk di kloset, karena sudah sangat kebelet. Suara pipisnya kenceng banget, kayaknya dia udah nahan dari tadi. Dia hanya tertawa kecil melihat aku memperhatikan kelakuannya.
“Sori aku dah kebelet banget soalnya hehehehe……Habis enak banget sich.”
“Ah aku juga kok…”
Aku juga pipis di lantai kamar mandi dia lalu memperhatikan junior yang tampak lemas dan menciut daripada yang tadi. Dia senyum – senyum menahan tawa, lalu menyandarkan tubuhnya ke kepalaku. Kemudian ia berbisik “ Rey, sudah ya aku nggak berani lebih lagi…aku sayang kamu tapi aku bener – bener takut ngelakuin lebih dari ini, aku belum siap say...”. “ Aku nggak akan maksa kok Nin, kapanpun kamu siap aku juga siap, aku tahu ini keputusan yang penting banget bagi kamu. Yang penting kamu selalu sayang aku, itu sudah cukup…”. Jawabku penuh makna dan dilanjutkan dengan mencium keningnya, lalu dia memelukku erat sambil mengangguk pelan. Rasanya benar – benar nyaman banget aku berada di dekatnya. Ingin rasanya aku hidup dengan dia, tinggal bersama dalam satu rumah, menjalani hidup yang menyenangkan dengannya selalu.

*****

Tak terasa jam udah menunjukkan pukul 07.00 malam, dan kayaknya kita berdua merasakan hal yang sama, yaitu lapar. Setelah memakai baju, lalu kita segera masuk mobil untuk keluar berjalan – jalan mencari makan dan suasana Tahun Baru sudah menyambut kami. Di jalan – jalan banyak konvoi kendaraan yang lalu lalang. Kayaknya semua orang di kota ini pada keluar untuk merayakan pergantian tahun baru. Ini masih kurang 5 jam dari pergantian tahun tapi kayaknya semua orang nggak mau ketinggalan untuk berpatisipasi. Bener – bener meriah membuat kami ikut menikmati suasananya. Aku merasakan erat genggaman tangannya yang seakan tak mau lepas dari tanganku, seolah tak rela bila aku pisah dengannya barang sedetik aja… oh betapa indahnya saat – saat itu.


Akhir dari chapter 1, kisah selanjutnya terjadi setelah kita berdua pulang dari perayaan tahun baru. Apa yang terjadi selanjutnya? Ikuti terus kisah – kisahku berikutnya.:cool:
 
bentar ya juragan... lagi di finishing... yang penting terima kasih atas supportnya biar lebih semangat lanjutannya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd