Arhhh... erghhh.... rintihnya meraskaan sakit
Merahnya darah mewarnai tangaku. Goresan luka yang sangat dalam. Mataku mendelik ketika melihat darah itu semakin memerah.
HENTIKAAAAAAAAAAAAN! teriakku
Ha ha ha Bisa juga ka... ucap bernard terhenti
---------------------
Malam yang seharusnya penuh dengan kebahagiaan namun yang terjadi sebaliknya, penuh dengan ribuan nyanyian tawa kini menjadi menjadi jeritan-jeritan. Andrew, jatuh dalam pelukan Arta dengan sebuah luka sayatan yang lumayan dalam pada dadanya. Sedangkan Arta, bersimpuh menahan tubuh Andrew yang terjatuh ke arahnya. Matanya mendelik melihat darah yang sangat merah, mengalir dari dada sahabatnya.
Tiba-tiba saja keluar suara keras dari bibir Arta. Teriakan yang menghilangkan rasa takut dalam dirinya. Perasaan yang selama ini terus menghantuinya, akibat sebuah kejadian dimasa lalu. Perasaan yang benar-benar ingin dilupakannya. Kesedihan yang sebenarnya tidak ingin dia lihat kembali. Itulah mengapa dia menyembunyikan jati dirinya agar tidak terperosok ke dalam dunia yang penuh kekerasan. Disembunyikannya agar tidak kembali merasakan rasa sedih dan pahit yang sama dengan masa lalunya. Rasa sedih dan pahit yang akhirnya membuatnya meraskan ketakutan.
Tapi lambat laun jalan hidupnya tidak jauh dari yang pernah dia geluti. Perjalanan hidupnya di kota, menuntunnya kembali ke masa seperti masa yang telah lalu. Dan sekarang, apa yang telah dia alami semasa SMA, kembali terulang kembali. Darah yang merah segar, mengalir dari tubuh sahabatnya. Kejadiannya pun hampir sama dengan yang telah terjadi. Sebuah kejadian yang menimpa salah satu sahabat dekatnya.
Sejenak setelah mata Arta melihat darah Andrew, sebuah tamparan keras menampar jiwanya. Membangkitkan sebuah emosi. Sebuah emosi yang sebenarnya bisa dia kendalikan di masa SMA-nya, karena sebuah kejadian, emosi itu seakan menjadi momok menakutkan baginya. Pandangannya berubah menjadi lebih tajam. Aliran nafasnya menjadi lebih dalam. Aura disekitar tubuhnya menjadi gelap.
Setelah teriakan keras Bernard masih saja tertawa keras. Berjalan mendekati Arta yang terdiam dengan Andrew di pangkuannya. Baru beberapa langkah, mata Bernard menangkap sebuah bola mata yang berbeda dari Arta. Mata itu langsung membuatnya berhenti melangkah. Mata itu, membunuh setiap keberanian yang berada dalam urat nadi Bernard. Pelan, langkah kaki Bernard yang diawal melangkah maju kembali mundur perlahan.
Masih ada tangis, masih ada teriakan. Masih ada kesedihan di malam ini. Helena bangkit menuju ke arah Andrew dan Arta. Hanya beberap langkah ketika Helena bergerak mendekati Andrew, terasa sebuah hawa yang berbeda. Arta sangat berbeda.
Hei ber, sudahlah jangan takut ucap Kristian kepada Bernard. Langkah Bernard masih sedikit mundur.
Ta-tapi yan... Bernard sedikit ketakutan
Halah cuma culun saja lu takut ucap Frans
Helena tersadar akan aura yang berbeda. Dia terdiam sejenak, memandang Arta yang bernafas seperti layaknya predator. Lelaki yang bersama kekasihnya, Andrew, bergerak sangat cepat setelah meletakan tubuh kekasihnya itu. Sebuah tendangan membuat tubuh bernard terpental jauh. Membuat Kristian dan Frans seakan tak percaya. Helena yang awalnya terkejut, begitu juga dengan yang lainnya, kemudian cepat dia tersadar dan mendekati serta memeluk kekasihnya, Andrew.
Bajing... belum sempat kristian melanjutkan kata-katanya, sebuah kayu yang terbakar pada ujungnya, terlempar ke arahnya
Argh teriak kristian, kedua tangannya mencoba melindungi wajahnya. Ketika kedua tangannya terbuka. Arta sudah berada dibawah tubuh kristian dan memandangnya.
Bunuh...
Bunuh...
Bunuh...
Kata-kata itu yang ada didalam kepala Arta.
Hah!... teriak Kristian
ARGHHHHH!
Sebuah upper cut, tepat di dagu kristian. membuatnya terjungkal kebelakang, pistolnya lepas. Semua suara terdiam, seakan tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Culun, ya, culun seharusnya dia adalah lelaki culun. Tapi sekarang tidak!
Mata itu menoleh ke arah Frans, pandangan matanya tajam. Lebih tajam dari pisau belati yang diacungkan Frans ke arah Arta. dengan rasa takut, Frans melangkah maju dan mengayunkan belatinya. Dengan langkah tenang, Arta meghindar. Telapak tangan Arta menndapatkan wajah Frans, didorongnya kepala Frans hingga menghantam ke tanah. Belati terlepas, kedua tangan Fran mencoba menarik tangan Arta dari wajahnya. Tepat ketika tangan Arta terlepas sebuah injakan mendarat di wajahnya.
Sedikitpun tak terlihat rasa belas kasihan dari wajah lelaki kampungan ini. Kedua tangan Arta menari kaos Frand hingga dia berdiri. Masih dalam keadaan terkejut dan belum mampu sadar akan perubahan si lelaki culun. Rangkaian pukulan bertubi-tubi meluncur keras kearah perutnya. Terlalu cepat pukulan itu menghantam ke arah tubuh Kristian. Diakhiri sebuah pukulan ke arah dagu. Tanpa menunggu, tangan Arta sidah menarik kembali kaos Kristian. Ditarik kemudian di banting ke di atas kap mobil.
AAAAAARGH! rintih kesakitan kristian
Eh, oke, culun, eh, siapa nama kamu, tenang bro, ini hanya main-ma... teriak bernard
Tapi nahas, ketika bernard bersimpuh bukan ampunan yang dia dapatkan tapi sebuah tendangan keras di wajahnya. Ditarik, dibanting, dihajar, hingga terdengar tulang yang patah. Diseret ke arah mobil, kepalanya di hantamkan ke bodi mobil. Darah mengucur dari kepalanya.
Ampuunfth.. ampunnnrgghhh... rintih bernard
Di buka pintu mobil, bernard dilempar kedalam begitupula dengan Kristian. Kristian seperti tak mampu menangani si anak kampungan ini. Kepalanya dihantamkan tiga kali ke bodi mobil dan langsung dilempar kedalamnya. Sedangakan Frans, yang sedikit terasadar, hendak berlari meninggalkan tempat kemping Arta dan kawannya. Tapi nahas, tubuhnya langsung ditarik oleh Arta, yang bergerak lebih cepat darinya. Beberapa kali, pukulan dan tendangan mengarah ke tubuhnya. Diseret layaknya bangkai anjing, di hempaskan punggungnya ke bodi mobil.
Per-gi! pelan, dengan mata membunuh
Ba... baikrghhh... ucap Frans
Dibiarkannya Frans masuk kedalam mobil. Suara deru mobil terdengar, Arta mundur tepat berada didepan mobil.
MATI LU BANGSAT! teriak Frans
Mobil bergerak ke arah Arta, pandangan mata itu masih membunuh. Arta bergerak kesamping mobil, tepat ketika berada disamping kaca pengemudi, tangannya memukul pecah kaca mobil tersebut. Mobil langsung berhenti, ketika tangan itu meraih kaos Frans kembali. Ditarik hingga setengah tubuh Frans keluar.
Per-gi! pelan, dengan mata membunuh
Frans, benar-benar ketakutan. Hanya tubuhnya saja yang masih bisa mengemudi. Mobil itu langsung pergi menghilang dengan kecepatan penuh.
Andreeeeew tangis Helena
Eh... Arta mendengarnya
---------------------
Eh..
Andrew ucapku lirih,
Aku tersadar, terdengar rintihan dari Andrew dan juga tangisan Helena. Dengan rasa takut, perlahan aku membalikan badanku. Kulihat Andrew bersimbahkan darah pada dadanya, pada bekas sayatan belati Bernard. Sebuah pemandangan yang tak aku inginkan, Desy dan Dini berada disamping Andrew begitupula Helena. Aku segera mendekatinya, dan bersimpuh didepan tubuh temanku ini. Darah itu, warnanya sama, air mataku mengalir.
Ergh... sedikit terdengar suara darinya, dia masih hidup
Obat! Mana obat! Berikan aku obat, cepat! untuk menghentikan lukanya! bentakku keras, aku melihat ke arah mereka semua, melihatku.
Eh, obat... obat... obat dimana? Desy tampak gugup ketika mendengar teriakanku
Cepat cari obat! teriakku, menyobek kaos yang dikenakan Andrew
Ar, kita tidak membawa obat ucap Irfan
Eh...
Tak ada? Aku menoleh ke arah Irfan, gugup takut, perasaan yang sama. aku tak ingin kehilangan lagi, tak ingin
Gak ada Ar, ki-kita eng-enggak ba.. bawa ucap Johan sedikit gugup ketika melihatku
Hash hash hash... aku menoleh ke arah Andrew, dia kesakitan. Bayangan kelam masa lalu mencoba menguasaiku.
Bertahan Ndrew ucapku, dengan suara parau. Takut, aku benar-benar takut. Kulepas kaosku, ku basahi kaosku dengan air hangat, kupuntir dan kututup kan pada lukannya.
Arghh... dia kesakitan
Bertahan, aku mohon bertahanla... ucapku terhenti ketika hidungku mengendus aroma wangi tanaman yang sudah tak asing lagi. Ya ini aroma tanaman yang biasa digunakan untuk mengobati luka.
Eh, kalian jaga Andrew!
Fan, mana senter?! ucapku keras, seakan otot-otot leherku keluar semua
Eh, i.. ini ucapnya, memberikan senter kepadaku
Tanpa baju, hanya menggunakan celana aku berlari memasuki hutan pinus.
Arta! Kamu mau kemana?! teriak Desy, aku tidak menghiarukannya
Suasana gelap, aku berlari. Andrew harus diberi pertolongan pertama, darahnya harus dihentikan terlebih dahulu sebelum dibawa kerumah sakit.
Jangan mati, jangan mati isak tangisku
Aku berlari mengikuti aroma tanaman ini, hingga aku temukan. Beberapa tanaman herbal yang biasa digunakan untuk mengobati luka. Aku mencabutnya, menariknya, beberapa dari tanaman itu. Setelah aku rasa cukup, aku berlari kembali menuju tenda. Air mataku tak henti-hentinya keluar. Tidak, aku tidak ingin kehilangan lagi. Sesampainya aku di tenda, aku langsung meracik tanaman tersebut.
Ar, cepetan Ar... isak tangis helena yang menopang tubuh Andrew.
Sudah... aku berbalik dan langsung mendekati Andrew. Ku bukan kaos yang aku tutupkan tadi, Kututup lukanya dengan racikanku, dan kututup kembali dengan kaosku.
Arghh.... rintih Andrew, selang beberap saat, tubuhnya melemah dan seakan tak ingin bergerak. Tubuhnya lemas rebah di pangkuan Helena.
Ndrew! ucapku keras
Ndrew, jangan mati ndrew! teriakku sembari menggoyang tubuhnya
Plak...
Somplak lu Ar, gue capek tahu mau, tidur ergh ucapnya, dengan sedikit senyum. Aku sedikit lega dan bisa mengusap air mataku.
Eh...
Awas Din aku bergerak ke samping Andrew, kurangkulkan tangan kirinya. Aku membopong tubuhnya
Ar, Andrew mau dibawa kemana? tanya helena
Rumah Sakit, bawa semuanya yang penting segera tinggalkan tempat ini! teriakku sembari berlari
Aku terus berlari di jalan yang aku tempuh siang tadi, dengan hanya mengandalkan ingatan. Kuliewati beberapa tenda yang masih ramai, kadang gelap, kadang terang. Aku terus berlari, tak kupedulikan teriakan-teriakan teman-temanku dibelakang. Aku terus berlari.
Santai Ar, erghh... gue gak bakal mati ergghhh... ucapnya
Sudah! Kamu diam! bentakku
Aku terus berlari, menuju sebuah pos penjagaan. Aku berteriak minta tolong kepada penjaga disana, mengatakan bahwa kami tadi diserang. Tanpa banyak bicara mereka segera menyiapkan mobil untuk membawa Andrew.
Bertahan, kamu pasti akan sembuh dan pulih lagi Ndrew ucapku
Argh... kampret lu ar ucapnya, aku hanya tersenyum dengan air mata yang sedikit megering
Sudah mas, ayo masukan segera ke Rumah Sakit!Teriak seorang penjaga yang mengemudikan mobil
Tunggu! Aku ikut! terika helena dari belakang
Helena, Desy, Dina dan Irfan juga Johan berteriak dari kejauhan untuk ikut. Aku kemudian berteriak kepada mereka yang inngin ikut agar sedera naik. Satu persatu mereka naik hingga mobil penuh tak ada tempat lagi.
Cepat! segera ke Rumah Sakit! teriakku
Iya mas! ucap sopir,
Fan, Jo, pastikan Andrew tidak kenapa-napa?! teriakku
Sip Ar! ucap mereka berdua. Walau sedang dalam keadaan kesakitan, Irfan dan Johan masih bisa aku andalkan.
Han, bawa mobil gue! teriak Irfan, melemparkan kunci ke arah burhan. Setelah kunci di tangkap Burhan, mobil yang membawa Andrew kemudian bergerak pergi.
Yang lain ikut Burhan! teriakku, kulihat mereka sangat kelelahan
Arta, ayo cepat! teriak Dini, aku terpaku dan hanya dia. Kepalaku menggeleng, aku mundur. Ada rasa takut jika aku melihat Andrew kembali.
Arta cepetan ikut! teriak Dinda
Sudah kalian cepat kesana! Cepat! Aku akan menyusul! teriakku, perasaan takut menghantuiku
Baiklah, janji susul kami! teriak Tyas, aku mengangguk
Mobil melaju, aku melangkah menuju ke samping pos satpam. Duduk di bawah dan bersandar pada bangku, kakiku aku tekuk dan tanganku aku tumpuk, wajahku aku benamkan. Aku menangis, menangis kembali mengingat sebuah kejadian yang seharusnya tidak aku ingat.
Ndri... Andri... isak tangisku, sosok Andrew benar-benar mirip dengan sahabatku Andri. Wajahnya mirip, begitupula lagaknya.
Maafkan aku Ndri, maafkan... aku masih menangis
Siapa Andri? Aku terhenti menangis sejenak ketika Dini tiba-tiba bertanya kepadaku. Aku mengangkat kepalaku, memandangnya sejenak. Dia duduk bersimpuh didepanku, tersenyum kearahku. Aku tak mempedulikannya dan kembali menunduk.
Hei... jangan menangis ucapnya lembut. Kurasakan tubuhnya bergeser dan duduk disebelahku
Andrew akan baik-baik saja, racikan tanaman tadi...
Racikan untuk menyembuhkan luka bukan? Gu.. Aku yakin dia akan baik-baik saja ucap Dini, tubuhnya sedikit menyenggol tubuhku namun tak kuhiraukan, dan aku masih terisak
Artaaaaa... Sudaaaaaah, jangan menangis lagi ucapnya, pelan. Tangannya memegang lengan kananku.
Seharusnya kamu ikut mereka dan tidak berada disini ucapku dengan suara parau
Aku sebenarnya mau ikut, liat kamu nangis gak tega. Sebenarnya takut, tapi setelah apa yang kamu lakukan tadi hmmm. itu sudah membuatku yakin kalau Andrew bakal selamat ucapnya lirih,
Sudah, berhentilah menangis lanjutnya, tangannya lembut menarik kepalaku merebahkannya di bahunya
Aku tidak ingin kehilangan lagi din, ndak mau aku Din... isak tangisku dalam harap
Ar... percayalah, Andrew pasti selamat ucapnya, tangannya lembut mengelus kepalaku
Aku terus menangis dan menangis, seharusnya aku bersama mereka tapi, tapi... tidak.. aku ingin sendiri. Aku tidak ingin melihatnya lagi, tidak ingin merasakan kehilangan lagi. Aku takut, takut, sangat takut jika... jika..., tidak, kamu harus hidup Ndrew.