Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Change?

Bimabet
wah ceritanya mulai masuk ke misteri lagi nih. satu persatu misteri di seputar Artha bermunculan seperti di WL dan aku suka sekali.
walau SSnya sedikit dan agak halus dibandingkan di WL

Misteri : 1. Siapa Arta Sebenarnya ?
2. Siapa Raga dan Kempo serta wasiat sang kakek dan apa hubungannya dengan Arta?
3. Siapa Jiwa dan kenangannya seorang yang mirip Arta ?

Ditunggu Kelanjutan suhu DL
 
Hahaha...***n DH paling jago bikin kisah misteri begini....
 
Scene 6 : She is a witch????


Iliana Desy Prameswari

Kriiing kriiing kriiing...

"Egh.... hoaaaam.... " tanganku menggapai hape jadulku

"Halo..."

"ARTAAAAAAAAA KAMU MAU DATANG JAM BERAPA!" mataku lagsung terbelelak, kulihat layar hape tertera jam 11

"Eh a.. anu maaf wind, ketiduran"

"Harusnya itu pagi tahu! Kamu itu ugh ugh ugh"

"Ma.. maaf wind, segera meluncur ke tempatmu wind"

"Cepet! gue sendirian ni dikos. Untung pacarku gak ngapel. Cepetan!" tut

Sialan gara-gara semalam, kampret! Aku segera bergegas menuju ke kamar mandi. Suasana sepi, tak ada Samo dan Justi. Aku kelimpungan sendiri, memakai dandanan. Langsung keluar dari rumah kontrakan.

"Aduh hape" ucapku

Kembali lagi ke rumah kontrakan. Membuka pintu mengambil hape, keluar lagi.

"Aduh kenapa aku pakai celana pendek" ucapku, melihat celanaku masih celana pendek kolor

kembali lagi ke rumah kontrakan. Membuka pintu memakai celana panjang, keluar lagi.

"Aduh... kacamata" ucapku

kembali lagi ke rumah kontrakan. Membuka pintu mengambil kacamata, keluar lagi.

"Aduh... rokok" ucapku

Kembali lagi ke rumah kontrakan. Membuka pintu mengambil kacamata, keluar lagi. Kenapa juga aku bisa lupa segala hal. Segera berlari ke halte bis terdekat dan menuju ke tempat Winda. Aku duduk dan melihat keluar jendela, sebah pemandangan yang membuatku teringat akan kebahagiaan kecilku. Pohon-pohon itu seakan berjalan pergi kebelakang meninggalkan aku. Ah...

"Arta lu itu gimana sih?! gue kan sudah bilang minggu, emang gue gak bilang jam-nya ya paling tidak lu dateng pagi!" bentak Winda ketika aku sampai dikosnya

"I.. iya maaf..." ucapku

"Dasar cowok, selalu telat!' ucapnya masuk ke dalam kamar kosnya

"Ya udah, masuk! ngapain berdiri disitu! Mau ngamen!" ucapnya, kulihat rambutnya sebahu, celana pendek dan kaos ketat

"Maaf..." ucapku, langsung masuk

"Dah tuh kerjain lagi, gue mau tidur... tuh minuman dah dingin, tadi gue bikinin yang anget. Salah sendiri dateng telat!" ucapnya masih marah

Aku langsung kembali mengerjakan apa yang belum selesai. Menata setiap tulisan yang ada, menambahi, mengurangi, menghitung. Kenapa jadi aku yang mengerjakan sendiri? kenapa ini cewek malah tiduran sambil main hape. Sialan! Kalau cowok dah gue hajar ini, huh.

"Tampil beda ya lu ar?" ucap Winda tiba-tiba

"Eh... ndak wind" ucapku lalu aku menengok kebelakang dia hanya tersenyum dan kembali memainkan sematponnya

Setelah hampir 3 jam aku mengerjakan tugas, akhirnya selesai juga. Aku save dan kemudian aku mengopi melalui flashdisk 512 MB, jadul sih tapi bermakna bagiku. Bermakna? Sudah ndak punya uang lagi buat beli, ini saja beli bekas.

"Sudah ya?" ucap Winda, dudu disebelahku, memeluk kedua kakinya dan menyandarkan kepalanya di bahuku. Salah satu tangannya kemudian menggerakan kursor naik turun.

"Iiih... ganteng deh Arta" ucapnya, aku hanya senyum-senyum saja

"A.. aku pulang ya wind..." ucapku

"Ehhh tunggu dulu... maem dulu kaleee... awas kalau nolak!" ucapnya, berdiri dan mengambilkan makanan

"Nih makan" ucapnya, memberikan aku sepotong ayam goreng tepung dan nasi beserta saus

"I.. iya..." ucapku, dia kemudian duduk disebelahku sambil melihat tugas yang telah selesai

"Lu kok pinter sih ar? Gimana caranya?" ucapnya

"Nyammm...mmm glek... belajarmmmm..." ucapku

"Iya sih belajar, tapi betah juga lu belajar? Gue bau buku aja dah klenger hi hi hi kalau kepepet dibetah-betahin" ucapnya, aku hanya mengangguk karena mulutku penuh makanan

"Dah makan dulu, ntar ngobrolnya" ucap Winda

Segera aku selesaikan makanku. Kulihat dia mulai membaca tugas yang aku kerjakan. Perhatiannya semakin serius ke layar laptop, aku sedikit tersenyum melihatnya mulai antusias.

"Gue kok malah paham sama yang lu buat ya? daripada bu anglin yang nerangin" ucap Winda tanpa menoleh

"Ndak tahu..." jawabku, dia menoleh ke arahku

"Lu habis berantem?" ucapnya, mati aku, di wajahku pasti ada bekas memar. Aku mengangguk.

"Heran gue, anak culun kaya lu doyan berantem" ucapnya

"Di.. dihajar wind, aku ndak bisa kelahi" ucapku

"Kalo gue ngira, elu berantem bukan digebukin" ucap Winda

"Kok bisa..." ucapku

"Ada deeeeh..." balasnya

Hening sesaat, aku bingung kenapa Winda bisa mengira aku berkelahi tapi bukan di pukuli. Ah, daripada semakin dalam introgasinya mending pulang saja.

"Wi.. wind, aku pulang ya..." ucapku

"Aku anter, lu tunggu depan" ucapnya

"Ndak usah wind, beneran..." ucapku

"GU-E PE-NGEN TA-HU KOS LU!" ucapnya

"Eh,... ndak usah wind, aku pu.. pulang dulu" ucapku

"Lu pulang, gue hapus nama lu dari tugas!" ancamnya, aku hanya mampu menghela nafas dan keluar dari kamarnya. Selang beberapa menit...

Klek..

"Ayo..." ucapnya langsung memukul bahuku dengan telapak tangannya

"Eh... iya..." ucapku, cantik sekali, wajahnya berpadu dengan kerudung abu-abu, kaos ketat, jeans ketat

Aku mengikutinya dari belakang, dan masuk ke dalam mobilnya. Dalam perjalanan kami hanya diam saja, ternyata memang enak kalau punya kendaraan sendiri. Mau kemana-mana ndak perlu nunggu pak supir sama pak kernet.

"Jauh juga kos lu" ucapnya

"Bu bukan kos tapi kontrakan wind. Kalau dibandingkan kamar kos kamu jauh wind, mungkin kos kamu harganya bisa berlipat–lipat dari kontarakanku" ucapku

"Bisa aja lu, emang kaya apa kontrakan lu?" ucapnya

"I.. iya, Cuma tumpukan bata wind, lantainya aja semen sama pasir" ucapku

"Lu betah?" ucap Winda sembari menyetir mobil

"Be.. betah" ucapku

"Kalo gue mungkin langsung nangis..." ucapnya, aku hanya tersenyum

Lampu merah, mobil berhenti. kulihat ke samping kiriku, mataku kembali terbelalak.

"Wanita itu lagi!" bathinku

Mobil berjalan...

"Eh itu itu..." ucapku sambil menunjuk ke arah mobil sedan

"Lu ternyata doyan cewek juga ya, gue kira enggak. Dari tadi lu lihatin tuh cewek..." ucapnya

"Eh anu... lupakan saja wind" ucapku

"Aneh lu, tapi ya syukurlah lu normal... gue kira lu suka jenis lu hi hi"

"Maaf maaf bercanda..."

"Siapa wanita itu? kok lu kaya kenal banget? Kaya lihat setan tahu gak lu!" ucapnya,

Aku hanya senyum lebar menutupi keterkejutanku tadi. Winda melihatku dan memandangku, senyumnya mengembang, senyum geli terhadapku. Sampai didepan gang masuk, aku turun dan berrterima kasih pada Winda.

"Arta..." ucapnya dari jok kemudi

"I.. iya..." ucapnya

"Gak usah berantem lagi ya... daaaah..." ucapnya

"I.. iya..." balasku

"Winda..." ucapku menunduk

"Terima kasih dan jaga diri kamu ya wind" lanjutku, aku mengankat kepalaku dan tersenyum ke arahnya.

"Terima kasih Artaaaa...." ucapnya, lalu aku melihatnya menghilang dengan mobilnya

Aku pulang dengan sejuta pertanyaan kenapa dia bisa tahu aku berkelahi. Apa dia sudah tahu tentang dirku yang sebenarnya? Masa bodohlah, sekarang pulang. Sampai dikontarkan pun aku tidak menemukan keberadaan mereka berdua, padahal ada sepatu mereka. dimana Samo dan Justi? Tanpa berlama-lama, aku langsung tidur saja, di kamarnya saja mereka tidak ada. Hoaaaam....

"Kemana saja sih kalian?" ucapku

"Eh anu biasa lah main sama Justi tadi he he he" ucap Samo

"Pengen tahu saja kamu he he he" ucap Justi

"Wah, main ndak ajak-ajak..." ucapku

"Yaelah, ngaca bro... gimana mau ngajak kamu aja ndak ada di kontrakan huuu" ucapnya

"Ah bener juga kata kamu, kopi?" ucapku

"Yo'aaaa" ucap mereka berdua

Melewati malam dengan tiga batang dunhill dan segelas kopi hitam manis...

.

.

"Baik, sekarang kalian presentasikan tugas kalian satu-satu" ucap bu anglin

Setiap kelompok kemudian maju dan mempresentasikan tugasnya. Bu anglin tidak tahu kalau masing-masing dari kamu sudah mengatur pertanyaan kami semua, jadi para audience yang juga teman kami sudah kami berikan soal sehingga kami sudah bisa menjawab. Telrihat sengit memang presentasi kali ini, tapi sebenarnya juga sudah di atur.

"Baiklah, akan ibu berikan nilai... nilai tertinggi kelompok Arta dan Winda, tertinggi ke dua Burhan dan Salma" ucap bu anglin memberikan nilai kepada kami hingga dua peringkat. Setelah bu anglin keluar dari ruangan.

"ARTA GANTEEEEENG MUAAAAH..." teriak Winda

"Winda curang tuh, paling yang buat Arta tuh" ucap Desy

"Iiih iri ya iri hi hi hi gue juga ikut buat kali, buatin Arta minum sama makan hi hi hi" ucap Winda, aku hanya senyum-senyum saja

"Pokoknya kalo besok ada kelompok lagi Arta kelompokku!" ucap keras Dina

"Enak saja, kelompokku ya ar" ucap Desy

"Kenapa sih gak ada yang mau sama gue? Wekekekekeke..." ucap Irfan

"Yang ada main game kalo smaa elu!" ucap Dini

"Kalau aku sama helen saja" ucap andrew, sambil mendekati helena

"Iiih mas..." ucap helena

"MAS!????" teriak semua sekelas

"Ups..." ucap helena menutup mulutnya

"Jadi jadian gitu? Diam-diam gitu? Ndak ada makan-makan gitu?" ucap Dini

"Oke semuanya, kita akan ditraktir sama andrew! Makan besar!" teriak Johan

"Yeeeeeee...." teriak sekelas

"WOI WOI WOI... duit moyang lu, permen aja satu-satu!" teriak andrew

"Okay permen satu-satu diatas nasi plus lauk pauknya yaw" ucap Winda

"Arghhh gak ada duit nih" ucap andrew

"Ha ha ha ha..." teriak satu kelas

"Tenang aja bro, ndak bakalan... yuk makan, tapi yari yari ya... bayar sendiri bayar sendiri" ucap Irfan

Aku sedari tadi hanya tersenyum dan melihat tingkah mereka. benar-benar rasa tenggang rasanya tinggi, semua sekelas keluar untuk makan. Awalnya aku menolak, tapi Winda memaksaku dan akan mentraktirku. Mau ndak mau kan...

"Ntar aku diajari lagi ya ar?" ucap Desy

"I.. iya..." ucapku

"Mau gak kalau ntar kekos aku?" ucap Desy

"Eee... anu des..." ucapku bingung

"Kalau ke kos Winda saja kamu mau, kalau ke kosku gak mau... ya sudah deh gak papa, pinter buat diri sendiri kok gak dibagi juga gak papa..." ucapnya dengan wajah langsung memandang ke depan

"I.. iya des, iya..." ucapku

Percakapan dengan Desy aku lakukan ketika kembali dari kantin menuju ke kelas. Aku dan Desy berjalan paling belakang, sebenarnya aku yang paling belakang tapi Desy-nya yang menghampiri. Jujur saja aku heran, kenapa ya culun seperti aku laku? Apa ada kelihatan seperti clark kent yang berculun padahal dia superman? Atau memang culunku membawa daya tarik sendiri? he he he...

"Baguslah kalau begitu, secara kamu paling pinter sekelas... burhan saja yang dulu satu SMA-ku masih dibawah kamu padahal dia ranking satu pararel lho di SMA dulu" ucap Desy

Okay fix, semua karena aku pintar dan gampang dimanfaatkan oleh permpuan. Fix! Emang apaan sih arti fix? Dari dulu sampai sekarang ndak mudeng penggunaan kata fix, kalau balsem ada sih fix.

"Jangan mikir aku manfaatin kamu, secara kamu pinter aku juga pengen pinter. Ibuku selalu pesan sama aku untuk menjadi wanita yang pintar agar nanti bisa didik anak dengan baik. Wanita adalah ibu dan juga guru pertama bagi seorang anak, kalau ibunya gak pinter kasihan kan anaknya nanti" ucap Desy

Ini cewek bisa baca pikiranku apa? Setiap aku berpikir selalu saja dia berkata membalik keadaan,orang italia kali ya dia? Pertahanan gerendel dengan serangan balik cepat? atau jangan-jangan dia adalah seorang peramal masa depan?

"Jangan banyak mikir, yang penting kalau punya ilmu bagi-bagi ya ar..." ucapnya

Nah lagi kan? Sudahlah aku ndak mau mikir lagi... mending mengangguk-angguk saja lah, memang sejak awal aku harus mengangguk.

"Kamu itu ar, bisanya mengangguk terus... ngomong kenapa? tahu gak?" ucapnya sembari masuk kekelas, dan kemudian berbisik

"Don't say goodbye, to yesterday, because of it, you can live today" ucapnya, dan membuatku semakin bingung. Aku hanya tersenyum ketika dia kemudian duduk bersama teman yang lain. Biasa, aku duduk dibelakang. Ah, memang aneh itu cewek yang bernama Desy, kelihatannya dia punya ilmu untuk membaca pikiran orang.

Kuliah kembali dimulai dan kemudian semua mulai diam. Perhatian mereka tertuju pada jam di dinding agar segera selesai dengan dosen yang membuat mahasiswa menjadi semakin bingung. Tik tok tik tok... akhirnya kuliah selesai.

"Iiih Desy, rebut Artaaaaa..." ucap Winda

"Masa sama situ terus, sekali-kali gantian dong..." ucap Desy

"Aaaa... Artaaa, Arta jahaaaat..." ucap Dina, dengan wajah yang selalu tampak memanjakan setiap laki-laki

"Sudah! Culun kaya gitu direbutin!" ucap Dini dengan wajah galaknya

"Culun sih tapi pinter... ganteng deh" ucap Dina

"A.. anu itu be.. belajar kelompok..." ucapku

Canda mereka membuaku semakin nyaman disini, apalagi canda mereka bukan canda yang menyinggung. Namanya juga keluarga mungkin, Cuma si Dini yang kadang galak banget kadang alus banget. Aku dan Desy kemudian ke kosnya dengan menggunakan taxi, dulu di awal aku pernah melihatnya menggunakan mobil tapi kemuian mobilnya hanya diparkir di kos saja.

"Kosnya jelek ya ar?" ucap Desy ketika aku sampai di kosnya

"Ba bagus kos kamu... daripada kontrakanku des" ucapku, sangat jelas. Dilihat dari model banguna hingga ke-elitannya hampir sama dengan kos Winda

"Ayo masuk..." ucap Desy mengajakku masuk ke kamar kosnya

Luasnya memang tidak seluas kamar Winda, tapi sudah cukup eksklusif dengan kamar mandi dalam dan sebuah TV menempel di dinding sama seperti di tempat Winda. Mungkin aku tidak menceritakannya, kalau di tempat Winda aku kagum tapi aku tahan. Kalau smaa Desy, aku lebih bisa terbuka.

"I.. itu.. tipi?" ucapku

"Iya..." jawabnya, sekilas aku melihatnya melepas kerudungnya

"Kok nempel di dinding?" ucapku

"Namanya juga perkembangan teknologi ar... belum pernah lihat? Kan di Winda ada" ucapnya

"I.. iya, tapi lupa tanya he he he... pernah lihat juga di iklan" ucapku, aku dekati tipi yang nempel di dinding itu

"Ar, sekarang yuk, ntar kesorean kasihan kamunya ntar.." ucap Desy, aku berbalik dan betapa terkejutnya aku.

Rambutnya panjang terurai hingga punggungnya, wajahnya tampak lebih manis. Baru kali ini aku melihatnya tanpa kerudung. Kalau dari wajah lebih kalem Desy dan lebih gimana gitu.

"Malah bengong, cepeetan ajarin" ucapnya

"Eh iya ar, pas praktikum kemarin itu aku mecahin gelas kimia. Ntar aku temenin ya, takut kalau salah beli, ya kan disuruh ganti sebelum semester baru dimulai" ucap Desy

"A.. a.. anu des, sama yang lain saja... a a a da urusan" ucapku

"Yaaaah... ya sudah, dah cepetan aku diajari" ucap Desy

Aku mulain menerangkan beberapa mata kuliah yang belum dia pahami. Jujur saja kenapa aku menjadi seperti sorotan kalau aku orang pintar, entah darimana. Dulu aku ditanya bu anglina juga itu karena kepepet. Selama sekolah dulu waktu SD ibu selalu membangunkan aku pas pukul setengah empat pagi untuk belajar. Otak masih fresh ketika dibuat belajar jadi gampang terisi. Itu juga berlanjut setelah ibu tiada, sekarang pun masih tetap sama hanya kadang-kadang aku bangun kesiangan. Ingat, kesianganku adalah jam setengah lima kalau hari aktif, kalau hari libur ya biasalah.

"Siiipzzz... pinter juga kamu ar, aku lebih mudeng kalau kamu yang nerangin. Mmmm bisa gak ya aku kalahin kamu? hi hi hi..." ucapnya

"Pasti bisa... kalau belajar..." ucapku. Dia memandangiku...

"What happen with your yesterday?" ucapnya

"Eh.. maksudnya?" ucapku

"Nih..." ucapnya memberika selembar kertas

"Lho... kok kok ada dikamu?" ucapku

"Iseng waktu itu hi hi hi..." ucapnya

"Eh, anu itu..." ucapku

"Kamu tahu gak tadi di grup bbm, pada bicarain kamu. Tuh muka kamu ada bekas luka, tapi si Winda klarifikasi kalau kamu habis ditonjokin preman daerah kontrakan kamu, bener itu ar?" ucapnya, aku mengangguk. Desy berdiri dan melangkah keluar.

"Pulang ntar malam saja ar, aku antar..." ucapnya

"Eh, sekarang saja des..." ucapku

"Sudah... aku buatkan nasi goreng dulu ya, sama minum kasihan kan kamu belum makan" ucapnya

"Eh anu... iya..." jujur saja aku lapar, Desy tersenyum dan kemudian keluar kamarnya

Sial! Aku pengen ngrokok tapi ah, bisa bahaya kalau Desy tahu tapi Desy sudah tahu tapi anu arghhhhh.... selang beberapa menit kemudian...

Klek... pintu terbuka, selang beberapa saat terlihat punggung Desy yang sedang berbalik menutup pintu

"Ni tapi minumnya aku ambil dulu" ucap Desy membawa dua piring dan meletakannya dihadapanku, aku hanya mengangguk. Desy keluar lagi dan mengambil minuman es.

'makan ar..." ucapnya

Setelahnya, dia mengembalikan piring. Tak ada perbincangan ketika kami makan. Dia kembali dan mempersilahkan aku melakukan kewajibanku.

"Oia nonton tipi dulu ar, pulangnya ntar ya jam 8 malem, mobilku dipinjam sama teman kosku" ucapku

"Eh, ndak usah diantar saja des, aku pulang naik bis" ucapku

"Sekarang habis maghrib, ntar aja kali. dah nonton tipi dulu" ucapnya

Dia duduk disampingku, dan kemudian rebah diatas dua bantal besar. Aku fokus pada acara tipi, lama kelamaan aku mendengar nafas halus keluar dari hidungnya. Kulihat dia telah lelap dalam tidur. Kulihat jam dinding menunjukan jam setengah 8, kuambil selimut di atas tempat tidurnya dan kuselimutkan. Aku bereskan semua buku-buku, dan menuliskan pesan disebuah kertas kalau aku hendak pulang. Tepat jam 8, aku tinggalkan tulisan itu di samping tubuhnya. Aku keluar, dan mulai berjalan mecari halte bis. Setelah berjalan, dipinggir jalan yang remang dengan warna kuning dari lampu, ku temukan halte bis.

Tiiiiiiiiiiiiin... aku menoleh ke samping kananku

"Kamu itu! disuruh nunggu malah pulang, cepat masuk!" bentak Desy

"Eh anu..." ucapku

"MASUK!" bentaknya lebih keras

Klek... jeglek....

"Kalau aku bilang tunggu ya tunggu!" ucap Desy tampak marah

"Ta.. tadi kamu kelihatan capek des..." ucapku

"Aku gak suka kalau sikap kamu seperti itu, kamu sudah mengajari aku banyak tentang materi kuliah, balas budiku ya antar kamu pulang" ucapnya

"Maaf..." ucapku, aku menunduk

"Egh, maaf ar, malah marah ma kamu hi hi hi" ucapnya, ternyata ketika dia marah sangat mengerikan tapi kini suasana sudah berubah kembali

"Ke arah mana nih?" ucapnya

"Ke komplek gemah ripah loh jinawi" ucapku

"Owh kontrakanmu daerah situ, oke kita kesana" ucapnya

Mobil masuk ke dalam pom bensin, terdapat tiga pompa pengisian sedangkan mobil Desy ada di pompa ke tiga atau paling samping kanan jika dilihat dari arah mobil. Hanya dengan menceklekan sesuatu, kulihat dari kaca spion (karena aku membungkuk) petugas pom bensin sudah bisa langsung mengisi tanpa harus pengemudi turun membuka tutup tangki bensin mobil.

"Ar, tolong bayarin..." ucapnya sambil menyerahkan uang kepadaku

"Des..." ucapku, aku memandangnya, dia tampak heran dengan pandanganku

"Ya..." jawabnya

"Kacanya mbukanya gimana?" ucapku, dia langsung tersenyum renyah. Tiba-tiba kaca membuka sendiri, ajaib!

"Mas ini..." ucapku, setelah aku membayar dan tanganku masuk lagi, kaca itu bisa nutup lagi! Edan!

"Ada apa ar?" ucap Desy

"Kok buka nutup sendiri?" ucapku

"Hi hi hi pakai sihir itu ar hi hi hi" ucapnya, sambil menjalankan pelan mobil. Benar, dia penyihir!

Ketika hendak keluar dari pom bensin dan masih di pinggir jalan hendak masuk kejalan...

"Dia..." bathinku, mataku terbelalak melihat wanita itu untuk ketiga kalinya

Wanita itu sempat memandang ke arah mobil dimana aku berada, entah dia tahu aku melihatnya atau tidak. Yang jelas, selama kaca jendela mobil wanita itu naik dia terus melihat ke arahku. Mobil wanita itu kemudian masuk ke jalan terlebih dahulu dan baru mobil Desy. Dalam perjalanan aku terus berpikir tentang siapa wanita itu hingga tak sadar aku sudah sampai di mulut gang. Aku turun... pintu jendela kembali terbuka.

"Ar!..." panggil Desy dimana aku masih berdiri menghadap pintu dimana aku keluar. Aku membungkuk...

"Ya des..." ucapku

"Terima kasih..." ucapnya

"Sama-sama des, ilmu untuk dibagi kata kamu kan seperti itu" ucapku, dia hanya tersenyum

"Untuk selimutnya..." lanjutnya, aku bertambah bingung

"Duluan ya ar..." ucapnya, aku mengangguk




-----​

"Hmmm... aku semakin yakin... sejak kehadiranmu ke ruang kuliah. Kamu bukan orang seculun itu. entah kenapa ada sesuatu yang kamu tutupi dan aku menjadi semakin penasaran dengan kamu" bathinku sembari aku mengemudi mobil selepas mengantar Arta pulang

"Orang culun, jarang menjawab pertanyaan dengan tegas Arta... jarang sekali... gagapmu hanya didepan tapi kalau sudah hanyut dalam menjelaskan sesuatu, kamu seakan lupa dengan gagap kamu itu" ucapku sembari mengemudi

Ku jalankan mobil lebih cepat, rasanya aku sudah sangat lelah sekali. Segera aku berlari kecil menuju kekamar untuk melanjutkan tidurku, entah mengapa aku ingin sekali tidur di tempatku tadi. Tempat dimana si culun itu menyelimutiku.

"Cara kamu menata buku saja, rapi sekali ar..."

"Dan... cara menyelimutimu..." ucapku

Aku tersenyum sendiri jika mengingatnya, aku kembali pada posisiku tidur tadi. Aku posisikan selimut itu seperti ketika aku terjaga dan tidak menemukan si culun itu.

Ku ketik sebuah pesan singkat ke hape Arta...

-----




Setelah sampai di kontrakan, aku langsung mandi. Kubuka pintu kamar Samo dan Justi, mereka sudah teler. Segera aku tidur untuk menggapai esok.

ti tit. Sms. Desy.

From : Desy
Masa lalu tidak bisa kamu tinggalkan
Masa lalu selalu ada untuk diingat
Masa lalu untuk memperbaiki kesalahan
Agar kita bisa berjalan lebih baik lagi
Menuju masa depan,

Dasar culun!

Ah, apa yang dia tahu tentang masa lalu ku? Mau kubalas, ndak ada pulsa tidur sajalah....

"Sial, dia memang peramal atau penyihir... menakutkan, pintu kaca jendela mobil saja bisa naik turun sendiri! atau memang aku yang ndeso?" bathinku. Tidur sajalah...
 
Scene 7 : O'on


Linda White Heart


Hari berlalu tanpa terasa sudah memasuki akhir semester. Enak juga rasanya kuliah mau ujian saja ada liburnya dulu, katanya minggu tenang, libur selama satu minggu. Itu seharusnya tapi karena bertepatan dengan tahun baru libur jadi molor menjadi dua minggu. Tahun barunya di hari rabu, jadi pihak kampus menambah menjadi dua minggu. Beberapa dari temanku mengajak tahun baruan bersama untuk pertama kalinya tapi aku menolak dikarenakan memang selain menghemat aku juga malas begadang kalau banyak cewek.

“Heh su! Tadi aku ketemu sama pak RT, Pak RT minta bantuan minggu depan. Katanya, pak RT jadi ketua kegiatan selama seminggu besok, acaranya rame, ada jalan santai, dangdutan, dan masih banyak lagi lah acaranya pokoknya seminggu full”

“Nah untuk penjagaan memang dari kepanitiaan, tapi katanya ndak mampu untuk kebersihan, harus sewa orang dari luar. Lumayan satu minggu bisa buat kita hidup 1 bulan. Hitung-hitung kerja sampingan. Pak RT hanya menawarkan buat yang mau saja, tapi kalau ada kegiatan di kampus, ndak ikut juga ndak papa kok” ucapku, kami duduk di halaman depan rumah, lesehan. Berteman dengan dunhill mild dan juga kopi hitam

“Males aku, mending di kontrakan saja, gimana?” ucap Justi

“Halah, gayamu... ndak butuh uang kamu?” ucap Samo

“Masih ada kok, beneran kok masih ada”

“Kalian saja yang kerja ya, gimana?” ucap Justi

“Tumben bisa ngirit njus?” ucapku

“Simpanan tante-tante ha ha ha” ucap Samo

“Matanyaaaaaa.... bener itu njus?” ucapku

“Ndak ada... sudah kapok akunya, Samo mungkin” ucap Justi

“Aku ya ndak mungkin, mana ada yang mau sama orang gembrot seperti aku” ucap Samo

Kulihat mata mereka menyembunyikan sesuatu, jelas aku tahu selama ini kami selalu bersama. Tidak mungkin aku tidak mengenal mereka. Daripada aku harus memaksa mereka lebih baik aku diam saja.

“Ya sudah kalau begitu, besok aku saja. ya bisa saja kan sewaktu-waktu kita butuh uang lebih. Lha terus kalian mau ngapain selama liburan?” ucapku

“Yaaaa... mmm... ke kampus ar, kita kan duo culun selalu dibutuhkan untuk urusan angkat-angkat barang” ucap Samo. Benar-benar kelihatan bohongnya, hadeeeeh...

“Ar, kamu ndak cari pacar? Kamu itu to ar kalau diluar kampus kamu bisa dapat cewek model apa saja deh, kulit lumayan cerah, wajah ganteng tinggi semampai. He’e kan sam?..” ucap Justi, Samo mengangguk

“Tumben otak kamu muter jus ha ha ha” ucap Samo

“Belum kepikiran ndes” ucapku

“Atau jangan-jangan kamu...” ucap Samo

“Apa?! Matamu suuuuu su!”

“Aku kangen kampung” lanjutku

“Sama...” jawab mereka berdua bergantian,

Hening, sehening malam. Seakan tak ingin saling mengganggu, ingatan kami kembali ke masa dimana kami masih berada dikampung. Ingatan tentang desa yang sangat tidak semaju ibu kota negara ini. Kami saling memandang, dan kami bangkit dari duduk, menuju ke kamar masing-masing. Aku rebah dan memandang ke genting karena memang tidak ada ternit sama sekali.

-----

“Sam, aku duluan yah...” ucapku

“Ya, njus nanti ketemu di kontrakan saja” ucap Samo

“Oke, oke, oke” ucapku

“Otakmu muter kan jus?” tanya samo kepadaku

“Lha otak itu kan ndak bisa muter kan sam?” jawabku sekaligus balik bertanya

“Owh, ndak papa Jus, mandeg berarti” ucapnya, tanpa penjelasan sama sekali, aku malah bener-bener bingung

Kuliah, eh, benar ya kuliah, waktu itu kalau tidak salah ya, setelah 1 bulan aku kuliah. Aku sekarang jarang pulang bareng dengan Samo. Kalau sebenarnya, aku ya tahu to, kemana Samo akan pergi? Karena aku dan dia sudah sama-sama tahu, hanya saja ini semua berjalan dibelakang Arta. Kalau Arta sampai tahu mungkin semuanya akan sedikit bubar. Ini semua berawal dari... he he he... akhirnya aku bisa cerita juga, ketika itu ...

oOo​

Gara-gara perut mules, aku ditinggal oleh Samo pulang, Samo kampret itu malas menungguku BAB. Aku sendirian didalam kampus dan jongkok di atas closet, kalau orang kota mengatakannya. Bagaimana tidak, aku malas jika harus duduk, ndak enak sama sekali ya, enakan jongkok. Setelahnya aku pulang, berjalan kaki menuju halte bis, kurogoh saku bajuku.

“waduh, bajirut! Rokok habis...” hatiku berkata bak seorang pujangga

Kepalaku mlengos kanan kiri, ndak ada warung. Dasar kota, masa ndak ada warung rokok, di desa buanyak banget lho padahal. Ada warung nasi kucing, warung rujak, warung pecel, warung gajah duduk juga ada. Eh, itu anu, sarung he he he. Malas banget kalau pulang ndak ngrokok dulu, ya wis (ya sudah), aku nyari to. Ada gang, aku masuk saja. harapannya ketemu kios rokok, beli rokok bukan kondom. Kalau dari depan gang sampai pemukimannya jauh sekali. Gangnya sempit, cukup buat satu mobil, ada sisa tapi cukup buat sepeda motor, seperti jalan-jalan di desaku. Tapi kalau jalan didesaku masih mungkin untuk dua mobil, biasa ambil jalan samping masih sisa tanah banyak. Tapi kalau di gang ini mobilnya harus jalan di dinding seperti pembalap setan di pasar malam. Jelas! karena disamping kanan kiri semuanya pagar bumi, kiri pagar dengan kampusku, dan kanan pagar dengan rumah mewah.

“Copeeeeeeeeeeeet...” teriak seorang, waladalah, ada bidadari yang mengejar pcncopet, eh tapi kok bidadari kecopetan?

Si penjambret kok ya ndak lari ketempat lain, malah lari ke arahku. Aku segera bergerak ke tengah dan mencoba menghalangi penjambret itu.

“MINGGIR!” teriak pencopet itu, dengan tangan menggenggam dan mencoba untuk memukulku

Kalau kata samo, pukulan orang yang berlari itu bakalan marem sekali kalau kena. Aku menghindar, ndak mau aku kena pukulannya, ya nunduk dan langsung aku kasih dagunya pada dagunya.

Bugh!

Pencopet itu langsung terangkat keatas, seperti seorang petarung street fighter! Game ding dong yang dulu aku pernah main, pake koin. Pencopetnya terbang kebelakang, pencopet terjatuh kebelakang dan kepala, kepala yang jatuh duluan. Agak gugup, Aku mendekat. Lha malah pencopetnya tiduran di jalan, harusnya kan di kamar. Aku ambil saja tas kecil itu, lha ndak niat nyopet dia,

“walah bau congyang” bathinku

“Ini mbak...” ucapku, cantik, hmm... bodinya, aduh kenapa malah mikir yang endak-endak to aku ini.

“Eh hash hash hash hash terima kasih, kalau hash hash tidak ada kamu, mungkin hash hash hash...” ucap mbaknya,

“ooo tenag mbak, ndak papa, mbaknya santai saja, istirahat dulu, minum kopi eh, ini bukan kontrakan, waduh” tepuk jidat aku, bisa-bisanya aku lupa

“Eh, mbak... orangnya kan sudah tidur to mbak, lebih baik mbak’e segera pergi saja nanti kalau ada orang lihat malah kita yang yang jadi tersangka” ucapku

“Eh iya... makasih ini sebagai hash hash hash...ucapan terima kasih” ucapnya yang sebelumnya sibuk mengambil uang dan menyerahkannya ke aku.

“Ndak usah mbak, itu sudah kewajiban, menolong orang itu kata temanku, samo sama arta mbak” ucapku, aku mendada-dada dengan kedua tanganku

“Eh... gak papa... beneran?” ucapnya, tetap saja mbaknya menyodorkan uang

“Sudah mbak, ndak usah.. aku mau cari rokok mbak, rokokku itu tadi habis owk... sekalian langsung pulang” ucapku

“Beneran gak mau?” ucapnya, akunya mengangguk saja

“Disana tidak ada warung rokok” ucapnya, mbak’e menunjuk ke arah yang mau aku tuju, mbak’e ternyata bisa tahu ke mana aku mau pergi

“Ya sudah mbak aku tak balik saja, oia mbak cepetan pergi mbak sebelum dia sadar...” ucapku membalikan arah. Tiba-tiba tanganku ditariknya.

“Aku antar kamu pulang...” ucapnya

“Ta.. tapi aku mau cari rokok mbak...” ucapku

“Sudah, nanti kita cari dijalan...” ucapnya

Aku kemudian digandeng oleh mbaknya, dan berjalan mundur menuju ke arah pemukiman. aku berjalan mundur tapi kepalaku selalu menengok ke belakang, Aku diseretnya menuju sebuah mobil sedan merah. Dan...

“Wuiiiiiiiiiiih... ini kenapa mobil pintunya naik keatas?” bathinku

“Naik... cepetan!” ucapnya

“I.. iya mbak...” ucapku

Mobil muter, orang tadi dilewati sama mobil, masih juga orang itu tidur. Lha akunya tambah benar-benar bingung melihat keadaan dalam mobil. Ada sebuah batang yang mirip tongkat digerak maju mundurkan saja, aku tahu itu untuk menambah dan mengurangi gigi tapi kalau di bis atau mobil di desa pasti ada geserkanan-kiri-maju-mundur. Ini beda, hanya maju dan mundur. Dan Dalam mobil kayak di kulkas, ruang kuliahku saja kalah dingin sama ini mobil.

“Siapa namamu?” ucap mbaknya, pakaiannya kaosnya ketat, belahan dada rendah, ngiler aku tambah lagi celana jeans ketat

“Justian, Justian Mahendra Wasengan mbak” ucapku, dia melirikku dan tersenyum

“Linda White Heart” ucapnya, aku hanya mengangguk

Tempat duduknya pun beda dengan mobil-mobil desa yang pernah aku naiki, sangat empuk dan nyaman, nyut nyut rasanya di punggung. Ini sebenernya mobil apaan yah? Sudah tadi pintunya naik ke atas, lha ini dalemannnya indah banget. Sesuai kayaknya sama dalemannya mbaknya, he he he

“Untung tadi ada lu, oia gak papa kan aku pake bahasa lu-gue, secara dari tadi bahasa lu formal banget...” ucapnya, aku ngangguk-ngangguk, suaranya rada-rada gimana gitu.

“Mau beli rokok apa?” ucapnya

“Danhil mbak tapi tulisannya, d-u-n-h-i-l-l mbak” ucapku sambil memandang ke arahnya, dia melirikku tajam, aku merasa matanya menusuk hatiku

“Bukan orang sini?” ucapnya, aku mengangguk-anggukan kepalaku

“Darimana?” ucapnya kembali

“Desa Bajak Tani mbak” ucapku, dahinya mengrenyit,

“Desa?” tanyanya

“Iya mbak, itu di daerah tengah agak ketimur mbak, ada sawahnya, ada air terjunnya mbak, udarane to mbak disana kalau malam kaya didalam mobil ini mbak” ceritaku ke mbaknya

“Hi hi hi, dasar kampungan lu” ucapnya, aku langsung menunduk dan duduk mengarah ke depan. Sedikit kuangkat wajahku,

“Eehhhh itu mbak itu ada kios rokok, aku turun disini saj.... ja...” ucapku sambil melihat kios rokok terlewati

“Lho kok... lho kok ndak berhenti mbak?...”

“rokok mbak rokok, rokok mbaaaak...” ucapku, dengan kedua tanganku berada di kaca mobil

“Yaelah... beli rokok dikios pinggir jalan, ntar beli di market saja” ucapnya, aku bersandar pada jok mobil empuk ini sambil memegang tasku, ini mbaknya memang judes, aku malah takut, hiiiii

“Dandanmu culun tapi bisa juga kelahi ya? gak nyangka masih ada orang baik kaya lu didunia ini” ucapnya

“Banyak mbak, kalau tidak bisa menemukannya jadi salah satunya saja mbak, lagian tadi juga pas, pas aku jalan, pas pencopet itu kearahku, pas dia mukul, pas aku menghindar, dan pas aku memukulnya mbak, begituuuuu...” ucapku menirukan kata-kata Arta dan Samo, kemudian mobil membelok ke sebuah market pinggir jalan, B-Mart begitu tulisannya. Dia memandangku sejenak dan kemudian tersenyum renyah kepadaku

“Bentar, aku belikan...” ucapnya

“Ndak usah mbak aku beli sendiri saja, nanti mbak dikira ngrokok lho kalau mbeliin saya” ucapku

“Sudah lu disini ja... tunggu...” ucapnya, kemudian keluar dari mobil, pintu naik ke atas dan dia keluar. Kulihat dia berjalan santai masuk ke market tersebut

Lha,waduh, kok ditinggal sendirian. Nanri kalau mbaknya salah beli rokok bagaimana? Ini, ini buka pintunya bagaimana? Tadi pintu naik ke atas, sekarang cara bukannya? Tadi mbaknya megang apaan ya, kok beda semua dengan yang ada di mobil didesaku? Hladalah, kenapa aku tadi ndak nanya mbaknya ya? Ini kenapa juga mobilnya ndak dimatikan ya? ndak tahu apa bensin mahal?

“Heeeee...???? ini pencetan apa ya?” aku memencetnya, tiba-tiba wuih keren kacanya turun sendiri, kalau di desaku harus diputer-puter baru kacanya buka. Dengan pede aku keluar dari mobil melalui kaca jendela mobil.

“Akhirnya aku bisa keluar ha ha ha” ucapku sambil tertawa sendiri, banyak orang heran dengan tingkahku, masa bodoh paling ketemu juga hari ini besok ndak lihat aku lagi

Plak... pukulan ringan di bahuku

“Ngapain keluar? Masuk lagi? Lagian ada pintu keluar lewat jendela! nih!” ucap mbak linda,

“weee ternyata mbaknya pintar juga, rokoknya ndak salah beli” ucapku menerima rokok dari mbak linda

“gue juga tahu kali, dah masuk, ngapain juga lu keluar?” ucapnya sedikit membentak

“Eh mbak linda, maaf mbak ndak tahu buka pintunya didesa ndak ada yang kaya gitu. Aku turun sini saja mbak, ntar malah kesasar kalau turun ditempat lain. Terima kasih buat tumpangannya... ” ucapku, bibirnya datar

“Dah masuk lagi, gue anterin...” ucapnya, aku menggeleng

“Sudah mbak terima kasih banyak pokoknya” ucapku sembari membungkuk

“Masuk...” ucapnya, yang langsung membukakan pintu kembali. Matanya mendelik ke arahku, akhirnya mau tidak mau aku kembali masuk. Kulihat dia masuk lagi ke dalam mobil, benar-benar menakutkan, dia seperti mak lampir

“Mbak kalau disini aku ndak bisa ngrokok mbaaaak... aku pengen ngrokok mbak” ucapku memohon

“Sudahlah... itu jendela dah buka, ngrokok saja... nih minum” ucapnya, mobil kembali berputar dan berjalan pada aspal. aku sulut dunhill dan mengeluarkan kepalaku

“Temani gue ya hari ini, suntuk..” ucapnya

“Mbak...” ucapku, dia menoleh dan melihatku yang menoleh sedikit kedalam

“Mbak ndak takut sama aku mbak? Secara baru kenal lho mbak, ntar kalau mbak aku perkosa bagaimana? Kalau kata temen-temen kontrakanku itu, aku itu apa ya anuu mmmm PK mbak” ucapku, mbak lisa memandangku sejenak

“Jujur banget jadi orang lu, gue bisa membedakan orang baik sama orang jahat...” ucapnya

“Heeee... mbak dukun?” ucapku

“Iya gue dukun, sialan lu! Jadi orang jangan polos-polos banget napa?” ucap mbak lisa

“Ndak polos akunya mbak, buktinya aku pakai baju sama celnaa” ucapku

“Ha ha ha... dasar otak lu mesum ya” ucapnya

“Kok mesum mbak kan aku ndak ngomong jorok mbak?” tanyaku heran

“Sudah, lupakan... bisa mpe subuh ngomong sama lu” ucapnya

“Jangan mbak, besok aku kan kuliah...” ucapku

“Aduuuuh... ya ya... ” ucapnya, aku pandangi sejenak tapi jujur saja rada ndak nyambung aku ngomong sama si mbak linda ini. apa orang kota memang ndak nyambungan ya kalau ngomong?

“Kenapa mbak suntuk?” ucapku

“Haaaashhh... lagi nyari selingkuhan mantan suami gue, mau gue labrak habis-habisan lonthe itu” ucapnya membuatku terkejut tapi tak mengubah posisi dudukku

“Malah kecopetan tadi untung ada lu” ucapnya

“Lha, sudah mantan kok harus dicari? Kalau kata temenku mantan untuk dilupakan...” ucapku, dia memandangku sejenak

“Masih jengkel saja, habisnyaaaa... .... ... hiks...” ucapnya tiba-tiba menangis

“Lho lho mbak nangis? Kok malah nangis? Jangan nangis mbaaak, ntar aku diamarahi bapaknya mbak...” ucapku, mobil berhenti di pinggi jalan, dia mengambil tisu dan mengusap air matanya

“Lu tahu gak, gue udah serahin semuanya, dia minta apa gue kasih! Tapi setelah nikah ama gue, dia malah selingkuh sama lonthe! Dia ambil hArta gue, siapa yang gak terima! Gue Cuma diplorotin satu tahun ini!” ucapnya membentak...

“Eh anu itu mbak... aduh... kok malah jadi gini... aduh... sudah mbak jangan nangis... cup cup cup diam mbak...” ucapku

“Lu kira gue anak kecil apa! Lu cup cup! Dasar culun!” bentaknya

Walah mbaknya malah marah besar, gimana ini? tak buang saja rokokku, duduk lagi sambil sandaran di kursi, nyut nyut. Sudah, pokoknya aku dah ndak mau ngomong lagi, nanti alah dimarahi. Apa lagi setelah melihatnya marah-marah. Aku genggam tanganku sendiri, dan tak berani menatapnya. Berlanjut lagi marahnya, membuatku semakin diam...

“Kenapa diam!” ucapnya

“Eeeegh??? aku kan ndak tahu apa-apa... kok aku yang dimarahi???” ucapku pelan

“Karena lu lu... argh... sudah lupakan...” mobil kembali berjalan, hening sesaat...

“Maaf tadi gue marahin lu...” lanjutnya

“Ndak papa mbak... kata ibuku dulu sewaktu masih hidup, jangan pernah membantah perempuan... begitu mbak” ucapku pelan

Aku meliriknya dia memandangku sesaat dan kemudian tersenyum. Wajahnya kembali sumrigah dan selalu ada senyum di wajahnya. Wah, untung, duh gusti, untung saja dia senyum. Tapi senyume itu lho, haduuuh, mak nyes.

“Dimana rumahmu?” ucapnya

“ndak punya mbak, dulu punya mbak tapi punya bapak-ibuku, tapi sudah dijual ” ucapku pelan

“maksudnya rumah lu di sini!” ucapnya, aku menggeleng

“Sudah jangan takut lagi, aku gak marah lagi kok... tenaaaang...” ucapnya

“I.. iya mbak... di kompleks gemah, gemah... pokoknya ada gemahnya mbak belakangnya aku lupa eeee...” ucapku

“Gemah ripah loh jinawi?” ucapnya

“Naaah wah mbaknya pintar ya, pasti ranking satu waktu sekolah...” jawabku polos

“Ya gue tahu, nanti gue antar kesana...” dia memandangku sejenak

“Emang kalau tahu nama tempat, ranking satu di sekolahan gitu” ucapnya

“Bu guru bilangnya gitu owk mbak... dulu aku sering dimarahi mbak, nyebut nama guru saja salah terus...” ucapku

“Emang siapa nama gurumu?” ucapnya

“Angel mbak... tapi sekarang aku sudah bisa mbak, ibu guru saya itu keturunan londo (orang barat), namanya angel lha saya manggilnya ya angel (sulit dalam bahasa jawa), ternyata harusnya enjel, gitu mbak” ucapku

“Ha ha ha... lu o’on ha ha ha” ucapnya

“Aku Justi mbak, Justian bukan o’on...” ucapku, dia memandangku dan langsung tertawa keras

Diantarnya aku sampai didepan gang, sewaktu hendak keluar aku melihat keadaan sekitar. Aman, dan aku langsung keluar tapi tunggu dulu ini bukannya gimana. Tampaknya mbak linda tahu kesusahanku, dan sebuah tangan halus langsung membukakan pintu dari belakang tubuhku.

“Terima kasih mbak...” ucapku

“Ya sama-sama...” ucapnya

“Aku pulang dulu mbak...” ucapku

“He’em...” dia tersenyum, sungguh manis

“Heh jus, jangan o’on terus ya...” ucapnya

“Justi mbak Justi.. o’on itu siapa?” ucapku, dia tertawa keras

Mbaknya ndak jawab apa-apa tapi Cuma ketawa keras. Mobilnya langsung jalan gitu saja, ndak pake klakson-klakson dulu. kalau di desa kan biasanya, habis nganter, orangnya turun, diklakson. Ya udah, pulang, ketemu ma dua sahabat sejatiku.

Besoknya, aku berangkat ya sama Samo, ya sama Arta, dan berpisah di halte kampus. Arta itu orange pinter, memang dasaranya dia pinter jadi bisa masuk universitas, eh, aku juga pinter kok, nyatanya aku kuliah. Kampusku sama Arta itu jauh, Arta pernah ikut kekampusku, ikut pengenalan kampus kalau ndak salah.nah, kalau Aku dan Samo memang satu jurusan tapi aku berbeda kelas, aku kelas C diambil dari kata Cinta dan Samo kelas A diambil dari kata Anjing ha ha ha, sssst, jangan keras-keras, kalau Samo dengar aku bisa dihajar.

Hari ini, Samo pulang dulu, lha akunya sore. Walah, pokoknya capek, padahal kuliahya cuma gitu-gitu saja, aku juga memperhatikan tapi tetep saja ndak mudeng. Lagi enak-enaknya jalan, tiba-tiba sebuah mobil yang sama dengan kemarin mengklaskson aku “diiin” yang keras, aku menoleh.

“Masuk...’” ucapnya

“Lho mbaknya, mau kemana?” ucapku

“Masuk!” bentaknya

“A.. aku mau pulang mbak...” ucapku, sambil menundukan badan

“Aku lagi butuh teman buat ngobrol” ucapnya. Matanya kembali mendelik, tapi bagaimana cara bukanya

“Ta.. tapi mbak...” ucapku

“Cepetan...” ucapnya

“Bukanya gimana, kemarin kan mbak yang bukain?” ucapku

“Oh hi hi hi... itu kan ada handelnya, tarik ke atas...” ucapnya tersenyum renyah

Aku mencoba dan dapat terbuka, kemudian aku masuk. Langsung dia melaju, sambil melepaskan kacamataku. Aku hendak merebutnya tapi kacamata itu di tempatkan di belahan tang-top putihnya, langsung saja niat itu aku urungkan. Tak ada pembicaraan hingga di pantai, aku diajaknya duduk dengan sekaleng minuman bersoda.

“Kok diem?” ucapnya

“Mobilnya aneh... dan mbak kok tiba-tiba ngajak pergi?” ucapku

“Gak suka? aku antar pulang sekarang saja kalau gitu...” ucapnya, aku mengangguk

“Kamu takut aku marahi?” ucapnya, aku hanya menggeleng

“Takut sama pacar kamu?” ucapnya, aku menggeleng

“Belum punya mbak, habis putus...” ucapku

“Teman kuliah kamu?” ucapnya

“Ndak mbak, tapi perempuan bersuami” ucapku

“Hah?! Gila, orang seculun kamu bisa-bisanya....” dia sangat terkejut dengan pengakuanku

“Beneran?” ucapnya, aku mengangguk dan mengankat tanganku dengan jari berbentuk huruf V

“Ceritain dong...” ucapnya

“Cerita? Cerita apaan mbak?” ucapku

“Ya cerita kamu sama cewek bersuami itu...” jawabnya

“Janganlah mbak itu kan masa lalu yang buruk kok diceritain, ntar mbak cerita-cerita, akunya ndak laku gimana?...” ucapku

“Ya gak papakan, kalau gak mau ya sudah...” ucapnya.

“I.. iyaaa... gini itu tu dulu ada perempuan, terus tinggal didesaku, nah akunya kan ndak tahu kalau perempuan itu punya suami mbak. Pertamanya ya kenal biasa sajaaaa, ngakunya dia tinggal didesa karena pindahan dari kota gitu.. lha berarti kan dia itu singgel kan mbak? Ya to? Naah... karena aku tahunya single, jadinya ya aku dekati, lha pas setelah dekat itu to mbak, aku tembak dianya mau, waktu itu umurku masih 16 tahun dia 24 tahun mbak...” ucapku

“Terus...” balasnya

“Namanya kan juga ornag pacaran to mbak, aku mulai tambah cinta... sering main kesana, tapi suatu hari pas lagi pacaran, aku dilabrak sama suaminya. Pertama aku melawan, tapi setelah tahu dia benar-benar suaminya...” ucapku

“Apa kok malah diem...” ucapnya

“Ya diam mbak, dihajar pun aku diam lha akunya kan yang salah... kedua temanku yang menolongku, haaaash... hancur mbak... akhirnya keluargaku tahu, aku dimarahi habis-habisan... namanya cinta mbak, aku tetap menjalin hubungan gelap mbak, tapi saat aku menjalin itu salah satu temanku selalu mencegahku, malah aku yang dihajar habis-habisan olehnya, karena katanya itu sepet lihat sikapku..” jelasku

“Ya kamu salah... wajar teman kamu mengingatkan... tapi caranya salah itu...” ucapnya

“Lho mbak kok tahu itu salah?” ucapku polos

“Dah lanjutin aja ceritanya, dibahas mpe kiamat juga kamu gak bakal mudeng jus” ucapnya

“Apanya mbak yang ndak mudeng?” aku semakin bingung

“Daaaah lanjutiiiiin....” ucapnya

“I iya mbak iya...”

“Dia itu to mbak, hajar aku dan mengikatku didalam kamar seharian, dia temani aku... dan dia juga yang datang ke perempuan itu untuk mengatakan keapadanya, untuk mengakhiri hubungan gelapku. Lha pas itu to mbak si perempuan sudah punya niat untuk menceraikan suaminya ya gara-gara aku itu, tapi temenku itu juga mbak yang menyadarkan perempuan itu hingga akhirnya perempuan itu pindah kembali kekota dan aku ndak pernah ketemu lagi. Haaaash... nasib sama juga dialami oleh satu lagi temanku, Samo... dan temanku yang hajar aku itu juga yang menyelesaikannya...”

“Gitu mbak ceritanya, untung akunya itu mbak ndak dibunuh sama suami si perempuan itu mbak. Dan temnaku yang hajar aku itu mbak, bener-bener menyadarkan aku mbak. Kalau saja ndak ada dia sudah nyemplung kali akunya mbak” ucapku

“Kali?” ucapnya

“Sungai mbak, di desaku itu ada sungai yang arusnya buanter mbak, cuepet buanget mbak. Orang nyemplung situ pasti mati mbak...” ucapku yang bercerita dengan sungguh-sungguh

“Ha ha ha...” tawanya

“Kok malah ketawa sih mbak... ya maklumlah, masih 18 tahun, masih labil...” ucapku

“Jujur banget kamu itu...” ucapnya

“Katanya suruh ceritaaaa, diceritain jujur malah diketawaiiiin. Aaah, tadi mending ndak usah cerita to...” ucapku. Aku rogoh sakuku dan kuambil sebatang dunhill

“Aku dulu dikenalkan kepada seorang lelaki oleh sahabatku sendiri. dia lelaki baik, mendekatiku layaknya seorang pengeran dengan kuda putihnya. Aku jatuh cinta, hingga akhirnya aku menikah satu tahun lalu. Tapi setelah menikah, dia berjalan dibelakangku dengan sahabat yang mengenalkannya kepadaku. Awalnya aku tidak curiga, tapi setelah dia mengambil mobil dan rumah, beserta beberapa harta yang lain dia melayangkan surat cerai. Aku sudah tidak bisa mengambilnya lagi, dan dikemudian hari aku baru tahu kalau selingkuhannya adalah sahabatku sendiri” ucapnya

“Kalau kata temenku, makanya cinta pakai otak...” ucapku

“Kayak lu cinta pakai otak gitu iya?” ucapnya

“Dasar lu!” ucapnya sambil mendorong bahuku, hening...

“Eh mbak, lha mbaknya kok tiba-tiba mengajak aku pergi? Terus itu dari tadi, kok ndak lu lu lu...” ucapku

“Terserah aku dong, mau pake aku-kamu, lu-gue. Lagian, Aku kan sudah bilang kalau Aku bisa mbedain mana baik mana enggak” ucapnya

“Ooooh... tak kasih tahu mbak sssstttt jangan bilang sama siapa-siapa ya mbak...” ucapku mendekatkan kepalaku kearahnya

“Apa?” ucapnya

“Kalau ada cewek katanya kan bisa mbedain cowok baik apa enggak, tapi kecolongan rumah sama mobil ha ha ha ha...” ucapku langsung berdiri ketika melihatnya hendak memukulku

“Sialan! Sini gak! Pulang sendiri!“ ucapnya berdiri dengan tangan berpinggang

“Iya iya gitu saja maraaaaah... huuuu...” ucapku mendekatinya, langsung aku dijitaknya

aku melihatnya tertawa lepas, seakan tidak ada beban dalam hatinya....

“Oke aku gak bakal bilang sama siapa-siapa kok, tapi jangan bilang juga ya kalau ada cowok dibohongin sama cewek bersuami ha ha ha ha” tawanya

“Ndak lucu... ndak lucu itu...” ucapku dengan bibir manyun

Kami kemudian bercanda layaknya orang pacaran. Dipinggir pantai dan melihat ke arah laut yang bergaris cakrawala. Warna biru laut sudah pudar, karena matahari mulai terbenam berganti warna merah oranye...

“Umur kamu 18 sekarang?” ucapnya

“Iya mbak... lha mbak?” ucapku

“25...” ucapnya

“Tua dong...” ucapku

“Enak saja tua, situ tu yang masih brondong...” ucapnya

“Brondong manis ya mbak?” ucapku

“GE ER!” balasnya

Hening sesaat, sebuah kepala berambut panjang rebah dibahuku...

“Entah kenapa aku pengen ketemu kamu hari ini, jadi aku nungguin kamu tadi... kamu sebenernya gak culun-culu banget lho” ucapnya

“Wooo jelas ganteng, he he he” ucapku

“Sok yes kamu itu...” ucapnya

“He he he he” tawaku

“Kenapa dandan culun kaya gini?” ucapnya

“Karena...” ucapku terputus

“Apa?” ucapnya bangkit dan memiringkan tubuhnya, memandangku

“Ndak mbak...” ucapku

“Cerita gak?! Atau pulang sendiri?! gue paling gak suka dibuat penasaran...” ucapnya

“Kejem banget mbak, jangan galak-galak mbak kaya bu enjel saja mbaknya ah...” ucapku

“Ya gak bakalan galak asal kamu cerita” ucapnya

“I iya mbak iya... gini, itu tu karena sahabatku... biar dianya bisa gak gampang marah gitu, ya piye yo mbak yo jelaskene, angel banget owk (bagamana ya mbak ya menjelaskannya, susah banget)...” ucapku

“Ngomong apa sih, tapi kalau itu karena sahabat lu itu... kayaknya gak cuma itu deh...” ucapnya

“Ya, tapi ndak bisa aku ceritakan... maaf...” ucapku, lha pas aku noleh, mataku sama mata mbaknya bertatapan

“He’em... gak papa...” dia tersenyum manis

“Oia mbak aku kenalkan sama Arta, mau? Ganteng lho mbak, pinter juga... dari dulu sampai sekarang saja aku ndak pernah tahu kenapa aku bisa ikut kuliah, padahal kalau dilihat dari peringkat sekolah, aku itu nomor paling belakang mbak, aku sama Samo tepatnya...” ucapku

“Hei...” ucapnya pelan sambil memegang kaleng minuman yang ditempelkan di pelipis kanannya, sambil memandangku. Aku menoleh ke arahnya...

“Kenapa malah ngomongin orang yang gak aku ngerti?” ucapnya, aku malah jadi sedikit bingung sama diriku sendiri kenapa juga dari tadi menceritakan Arta

“Ha ha ha iya juga ya mbak ha ha ha... eh... bener mbak bener, lho kan mau aku kenalkan, mbaknya gimana to?” ucapku kebingungan

“Mulai o’on lagi deh lu, tadi sudah bagus ceritanya, sekarang o’on lagi...” ucapnya

“Eh, Justi mbak bukan o’on...” ucapku

“Dah gak usah dibahas, lha waktu pacaran sama si perempuan itu, pacaran saja??” ucapnya mengehentikan tawaku

“Maksudnya...” ucapku

“Iya pacaran dalam arti sebenarnya apa pacaran dalam arti seperti orang nikah?” ucapnya, aku menunduk

“Oooo ngerti aku maksud mbaknya, ya kaya suami-istri mbak. Setiap hari, apa ya? eh, setiap hari aku dateng kerumahnya mbak, ya kuda-kudaan juga mbak...” ucapku pelan kuangkat kepalaku dan meneguk kembali minuman kaleng ini

“Hebat kamu ya, bisa juga ada cewek kemakan o’on kamu...” ucapnya

“O’on lagi, Justi mbak Justi...” jawabku, dia hanya tersenyum saja

“Ha ha... oia kamu tadi bilang tambah cinta sama perempuan itu kan, beneran itu cinta?” ucapnya mulai membahas kembali masa laluku

“Wah lha iya to mbak, yakin cinta kalau aku...” ucapku, kusulut kembali dunhill-ku

“Beneran yakin itu cinta? Cinta apa nafsu?” ucapnya

“Ndak mudeng aku mbak, yakin... kalau kata sahabtku Samo itu, malah dia bilang sama saja...” ucapku

“Iya sama, karena sebagian cinta juga nafsu. Kalau cinta tidak akan berbohong...” ucapnya sambil memandang ke lepas pantai, dengan sudut kaleng berada di bibirnya

“Argh... bingung aku mbak... otakku dah ndak bisa muter lagi mbak... jangan dibahas lagi mbak itu masa lalu” ucapku

“Aku cuma pengen kamu inget, jadi biar kamu gak kejebak kesitu lagi suatu saat nanti...” ucapnya

“Ooo gitu to, ya mbaknya juga hati-hati... mbak terlalu baik untuk dipermainkan...” ucapku

“Ha ha ha ha darimana kamu tahu gue baik...” ucapnya

“Karena mbak memberiku tumpangan waktu pulang kemarin...” ucapku

“Semua orang juga bisa melakukannya kali, lagian aku juga merasa berhutang budi sama, so what gitu loh kalau aku bantu kamu pulang...” ucapnya

“Karena ketika tidak menemukan orang baik, maka jadilah salah satunya...” ucapku, ingat akan kata-kata Arta

Tiba-tiba dia mendorong bahuku, dan tersenyum...

“Oia mbak, kita pulang yuk mbak dah sore, nanti mbak dicari sama bapak ibu mbak lho...” ucapku, dia memandangku dengan senyuman

“Oke, yuk...” ucapnya

Aku kemudian diantarnya pulang ke kontrakan sore itu, dan saat aku diantar aku melihat Samo bersama seorang perempuan. ketika itu aku berada di dalam mobil dan Samo berada di kemudi mobil sampingku. Kami saling berpandangan, dan tepuk jidat. Aku terlebih dulu sampai di mulut gang, dan berpisah dengan mbak linda. Aku menunggu dan beberapa saat kemudian Samo datang.

“Punya suami?” ucapku

“Ndak, jomblo barusan... yuk pulang” ucapnya

“Beneran?” ucapku

“Iya, sumpah...” jawabnya

“Kalau yang tadi?” lanjut Samo bertanya

“Baru kenal dua hari, habis dicerai suaminya” ucapku

“Sama aku juga baru beberapa hari...” ucapnya

“Aku takut sam... jika kejadian itu terulang lagi...” ucapku berdiri dan berjalan di samping Samo

“Sama aku juga...” ucapnya

Lha jelas waktu itu aku takut sama Arta, apalagi kalau akunya digebuki lagi sama dia. Untungnya si mbak lisa itu bukan istri orang, tapi ya kalau sekarang ngomong sama Arta. Wah, jangan dulu sajalah nanti saja kalau sudah ngepas sama waktunya. Aku dan Samo pulang ke kontrakan dan Arta sedang tiduran di kamarnya, saling guyonan sejenak. Jujur saja malas bercanda terlalu lama, padahal itu adalah hal yang paling indah dalam kebersamaan kami. tapi aku dan Samo sedang mengalami sesuatu yang aneh di perasaaan kami.

oOo​



Itulah awal mula aku mulai sibuk dengan yang diluar. Ya mungkin karena kedekatanku dengan mbak linda dari saat pertama ketemu sampai sekarang yang membuatku malas membantu pak RT dan Arta. Bahkan Samo juga sama, dia juga malas. Hari ini mbak linda mengirimkan sms ke aku untuk menemaninya jalan-jalan. Setelah didalam mobil mbak linda, aku selalu mengubah dandanan culunku menjadi seperti biasanya aku. Entah kenapa selama satu semester ini aku merasakan hal yang lain ketika bersama mbak linda. Walau kita ketemu juga jarang hanya diawal saja aku sering ketemu tapi beberapa bulan ini kita ketemu paling 1 bulan sekali. Maklum, aku apanya jadi ndak mungkin kan aku melarang. Mobil berjalan entah menuju kemana...
 
Woow Woow Wooow... Sluput dulu aah
 
Apik tenan kang, dowo koyo ulo apdetane..akusuka2..ijin moco dhisik kangmas...
monggo, dibaca kalau ada saran kritik, di berikan ya?
aduh..
bisa jadi candu neh cerita..
tungguin lagi dah ..
ga pnya cendol dan ga tau ngirimnya mending :beer: aje ye om master.. :D:D

terima kasih suhu

Thanks update nya suhu, :mantap: , mugo sampek tamat koyo cerito wild love
Nyoh :cendol: hu down hill, + GRP meluncur

siap suhu!

saiki ono cerita detektipe, walah pancen apik.......

he he he... biasalah suhu jo, cari sesuatu yang lain
 
Hadehhh...
Ketinggalan berita euy gw...
Trnyta suhu DH dh turun gunung.
Ane koment dlu suhu.
Blm baca cerita ny. :)

Koment selesai, wktu ny duduk dipojokan, baca chapter per chapter, smbil ngupi n udud dunhill.
Izin baca suhu DH.
:ampun: :ampun:
 
:mantap: suhu
Masih ada slah nulis nama Arta atau Arya,, tp selebihnya wow amazing .
Bakal jadi cerita legend nih kaya "WILD LOVE"

di tunggu lanjutnya suhu
Makasih

iya suhu, sudah dikoreksi beberapa, tapi ada yang belum

walah hu, cerita'e apik tenan.
tapi kurang dowo lo, nanggung hu wes luangno waktu khusus kanggo moco karya master suhu iki.
lanjutkan suhu, ojo suwe2 lek update.hahaha
:papi:

sudah update suhu :D

wih, si artha berubah dari culun jadi detektif dadakan :D
keren suhu DH :jempol:
semakin menarik buat diikuti dan makin bikin penasaran

semoga masih mau mengikuti suhu :)

Kereeennnnn ..... Maestro DH
Sekali Mastro tetap Mastro .... Lancrotkannnn

Siap!

asli deh, karya suhu selalu menarik untuk dibaca.. ceritanya penuh misteri tapi di bungkus dengan alur cerita yang ringan dan tata bahasa yang digunakan juga enak.. memang sih kadang ada beberapa hal kecil yang agak kurang masuk diakal seperti misalnya ada beberapa percakapan yang menggunakan bahasa terlalu formal , padahal jika dilihat dari situasinya, percakapan tersebut sangat kecil kemungkinannya jika si pembicaranya menggunakaan bahasa yang formal :D Tetapi biar bagaimanapun juga secara keseluruhan, bagi gw suhu ini selalu menampilkan karya yang sangat baik! keren lu huu :D ajarin gw merangkai cerita dong huu,

ini, sudah mulai koreksi suhu :D
 
Jadi makin penasaran dg latar belakang arta, kira2 "dia" yg dimaksud jiwa & raga adalah orang yg sama?

Btw ane menangkap hint yg mengarah ke harem story hehehe.......

Kurang tahu suhu he he he

Salut buat suhu DH..cerita yang mantap..
Update yg konsisten.
Arta sepertinya akan menjadi " The Real Hero " dalam cerita yang suhu angkat.
Satu persatu tokoh2 yang dekat mulai dikeluarkan.
Semangat selalu suhu.

ikuti saja ceritanya suhu :D

Waduhhh update e minggu ngarep?suee tenannnn jehh, penasrannn bamgettt..apakah "dia" ni ayah Arta ya?ratu - ratu hatinya, wah Arta bisa ni kekya secara sdh 2 orang ni yg penasarann ama Arta. Kalau bs Artanya segwra ditampilin apa adanya aja DH Sensei ben akeh seng seneng:p

Baru saja mulai nulis suhu, kok langsung di keluarin? he he he
 
Epic story, ceritanya punya scene dan layer" tersendiri bikin menarik dan membuat reader menerka" keren suhuuu

Grp mendarat dengan aman

terima kasih hu...

mantap suhu updetnya :jempol:
sllu ada teka teki bkn pnasarn di tunggu lnjutnya suhu :papi:

semoga selalu mengikuti suhu :D

hmmm...
jadi inikah sisi lain arta yang masih misteri itu...???

misteri adalah kosong kata tom sam cong hu, he he he

Jangan jangan tuh bapaknya arta ups.....

gak tahu hu ha ha ha
 
Dari awal beasiswa aja sebenarnya sudah mencurigakan, dan makin kesini makin kental... Entahlah... Cuma bisa menanti hasil karya sang penulis

misteri suhu, misteri he he he

Ceritanya enak dibaca, misteri nya bikin penasaran, roman nya juga asik,
Bakalan panjang kali lebar nih ceritanya

Menunggu Update minggu depan
:jempol:

sudah update suhu

Chapter 1 suhu...
Masi keingat sma Arya crta sblmnya suhu? :pandaketawa:

Btw ane baru tau klo suhu DH buat crta baru :sendirian:

Ijin bookmark dan :baca: suhu :pandajahat:

ya, namanya juga nubie suhu he he he

ninggalin jejak utk suhu DH.
sang legenda kembali berkarya.
semangat suhu, semoga bisa tamat pada waktu nya.
hehehe

iya suhu, update nanti berkala, tergantung RL sibuk atau ndaknya

Ijin koreksi oom, gelas kimia maksudnya beaker glass ya.
(Maaf soalnya baru tahu istilah gelas kimia).

Atau mungkin maksudnya labu Erlenmeyer kah?

Gelas Kimia, nama lain dari Beaker Glass hu,
Kalau erlenmeyer tetep disebut sebagai erlenmeyer,
hanya beaker glass saja yang disebut dengan nama lain sebagai gelas kimia
 
Baru kelar :baca:

Gak bsa coment terlalu banyk..
1. Ad bbrp typo Arta menjadi Arya entah emank typo ato suhu DH masi keingt sma Arya di WL.. =))=))

2. Terlalu byk misteri yg masi berhub sma Arta.. kykny hampr stiap karakter dsni berhub sma Arta kcuali tman kampusnya

3. SS kurang.. maybe tpi ane gk ambl pusing sih soalnya suka skip bagian SS jg :pandaketawa:

4. Byk karakter cewek apakah bakalan nyantol k Arta smua dan poligami? Dari sudut pandang ane sih wlaupun yg sdh puny pacar pada slingkuh smua :pandajahat:

Itu dlu dah..
Nunggu update aj biar misterinya terbuka smua, dari awal crta sdh mengundang tanda tnya dan penasaran...

Kykny ane terll byk bcra deh
:ampun: nubi hina ini suhu DH
:ngacir::ngacir::ngacir:

1. he he he, biasa suhu, typo he he he, akan diperbaiki hu

2. Miteri itu dibutuhkan menurut nubie, suhu

3. SS? nanti lah hu, yang penting panas dingin dulu baru SS

4. may be yes, may be no, suhu...



mantap suhu kl bisa selalu masukan scene detektifnya di sela2 cerita....
:jempol:

Scene detektif, seiring perkembangan cerita hu, hanya secuil,
bisa jadi, akan menjadi pengarah perjalanan tokoh utama, Arya

Arta : Kampret! Arta, Arta woi! bukan Arya!
TS : sensi banget sih kamu!
Arta : ngambek ini, pulang aku!
TS : iya iya....


Kalau gak salah, sepertinya Jiwa itu kakaknya Raga.

Benar gak Suhu Down Hill...??

Jiwa kakaknya raga? entahlah, suhu, aku belum berpikir sejauh itu he he he
 
wah ceritanya mulai masuk ke misteri lagi nih. satu persatu misteri di seputar Artha bermunculan seperti di WL dan aku suka sekali.
walau SSnya sedikit dan agak halus dibandingkan di WL

Misteri : 1. Siapa Arta Sebenarnya ?
2. Siapa Raga dan Kempo serta wasiat sang kakek dan apa hubungannya dengan Arta?
3. Siapa Jiwa dan kenangannya seorang yang mirip Arta ?

Ditunggu Kelanjutan suhu DL

begitulah suhu, WL, is Wild, tapi kalau disini? he he he kurang tahu suhu
JAwaban misteri yang asal-asalan dari nubie
1. tokoh utama suhu
2. jujur suhu, saya belum kenalan he he he
3. Jiwa? hmm... nubie juga belum kenalan suhu he he he

nanti akan terungkap kok suhu, di scene2 lanjutan :D

Dan sepertinya, Arta itu anak dari 'kakek'... ikutan nebak jg ahh :ngacir:

eh, itu anu hu... aduh... ndak tahu suhu he he he
 
Mungkin saat ini bisa update bisa cepet, tapi untuk update berikutnya
mohon maaf ini hu, tidak bisa secepat yang sekarang,
karena RL sedang tidak begitu sibuk, jadi bisa cepet,
kemungkinan ke depannya akan sedikit lama, mungkin seperti WL he he he...

semoga ada kritik dan saran dari suhu-suhu yang membaca sekalian, agar imajinasi nubie berkembang

please, cak lontong dan kripik pedasnya hu hiks hiks hiks.....
 
Bimabet
Bau baunya bakalan ada chapter yang bikin termehek mehek ini hu..

Hampir smua pov ktemunya sedih mulu.. Tapi tetep mantep dah
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd