Scene 7 : O'on
Linda White Heart
Hari berlalu tanpa terasa sudah memasuki akhir semester. Enak juga rasanya kuliah mau ujian saja ada liburnya dulu, katanya minggu tenang, libur selama satu minggu. Itu seharusnya tapi karena bertepatan dengan tahun baru libur jadi molor menjadi dua minggu. Tahun barunya di hari rabu, jadi pihak kampus menambah menjadi dua minggu. Beberapa dari temanku mengajak tahun baruan bersama untuk pertama kalinya tapi aku menolak dikarenakan memang selain menghemat aku juga malas begadang kalau banyak cewek.
Heh su! Tadi aku ketemu sama pak RT, Pak RT minta bantuan minggu depan. Katanya, pak RT jadi ketua kegiatan selama seminggu besok, acaranya rame, ada jalan santai, dangdutan, dan masih banyak lagi lah acaranya pokoknya seminggu full
Nah untuk penjagaan memang dari kepanitiaan, tapi katanya ndak mampu untuk kebersihan, harus sewa orang dari luar. Lumayan satu minggu bisa buat kita hidup 1 bulan. Hitung-hitung kerja sampingan. Pak RT hanya menawarkan buat yang mau saja, tapi kalau ada kegiatan di kampus, ndak ikut juga ndak papa kok ucapku, kami duduk di halaman depan rumah, lesehan. Berteman dengan dunhill mild dan juga kopi hitam
Males aku, mending di kontrakan saja, gimana? ucap Justi
Halah, gayamu... ndak butuh uang kamu? ucap Samo
Masih ada kok, beneran kok masih ada
Kalian saja yang kerja ya, gimana? ucap Justi
Tumben bisa ngirit njus? ucapku
Simpanan tante-tante ha ha ha ucap Samo
Matanyaaaaaa.... bener itu njus? ucapku
Ndak ada... sudah kapok akunya, Samo mungkin ucap Justi
Aku ya ndak mungkin, mana ada yang mau sama orang gembrot seperti aku ucap Samo
Kulihat mata mereka menyembunyikan sesuatu, jelas aku tahu selama ini kami selalu bersama. Tidak mungkin aku tidak mengenal mereka. Daripada aku harus memaksa mereka lebih baik aku diam saja.
Ya sudah kalau begitu, besok aku saja. ya bisa saja kan sewaktu-waktu kita butuh uang lebih. Lha terus kalian mau ngapain selama liburan? ucapku
Yaaaa... mmm... ke kampus ar, kita kan duo culun selalu dibutuhkan untuk urusan angkat-angkat barang ucap Samo. Benar-benar kelihatan bohongnya, hadeeeeh...
Ar, kamu ndak cari pacar? Kamu itu to ar kalau diluar kampus kamu bisa dapat cewek model apa saja deh, kulit lumayan cerah, wajah ganteng tinggi semampai. Hee kan sam?.. ucap Justi, Samo mengangguk
Tumben otak kamu muter jus ha ha ha ucap Samo
Belum kepikiran ndes ucapku
Atau jangan-jangan kamu... ucap Samo
Apa?! Matamu suuuuu su!
Aku kangen kampung lanjutku
Sama... jawab mereka berdua bergantian,
Hening, sehening malam. Seakan tak ingin saling mengganggu, ingatan kami kembali ke masa dimana kami masih berada dikampung. Ingatan tentang desa yang sangat tidak semaju ibu kota negara ini. Kami saling memandang, dan kami bangkit dari duduk, menuju ke kamar masing-masing. Aku rebah dan memandang ke genting karena memang tidak ada ternit sama sekali.
-----
Sam, aku duluan yah... ucapku
Ya, njus nanti ketemu di kontrakan saja ucap Samo
Oke, oke, oke ucapku
Otakmu muter kan jus? tanya samo kepadaku
Lha otak itu kan ndak bisa muter kan sam? jawabku sekaligus balik bertanya
Owh, ndak papa Jus, mandeg berarti ucapnya, tanpa penjelasan sama sekali, aku malah bener-bener bingung
Kuliah, eh, benar ya kuliah, waktu itu kalau tidak salah ya, setelah 1 bulan aku kuliah. Aku sekarang jarang pulang bareng dengan Samo. Kalau sebenarnya, aku ya tahu to, kemana Samo akan pergi? Karena aku dan dia sudah sama-sama tahu, hanya saja ini semua berjalan dibelakang Arta. Kalau Arta sampai tahu mungkin semuanya akan sedikit bubar. Ini semua berawal dari... he he he... akhirnya aku bisa cerita juga,
ketika itu ...
oOo
Gara-gara perut mules, aku ditinggal oleh Samo pulang, Samo kampret itu malas menungguku BAB. Aku sendirian didalam kampus dan jongkok di atas closet, kalau orang kota mengatakannya. Bagaimana tidak, aku malas jika harus duduk, ndak enak sama sekali ya, enakan jongkok. Setelahnya aku pulang, berjalan kaki menuju halte bis, kurogoh saku bajuku.
waduh, bajirut! Rokok habis... hatiku berkata bak seorang pujangga
Kepalaku mlengos kanan kiri, ndak ada warung. Dasar kota, masa ndak ada warung rokok, di desa buanyak banget lho padahal. Ada warung nasi kucing, warung rujak, warung pecel, warung gajah duduk juga ada. Eh, itu anu, sarung he he he. Malas banget kalau pulang ndak ngrokok dulu, ya wis (ya sudah), aku nyari to. Ada gang, aku masuk saja. harapannya ketemu kios rokok, beli rokok bukan kondom. Kalau dari depan gang sampai pemukimannya jauh sekali. Gangnya sempit, cukup buat satu mobil, ada sisa tapi cukup buat sepeda motor, seperti jalan-jalan di desaku. Tapi kalau jalan didesaku masih mungkin untuk dua mobil, biasa ambil jalan samping masih sisa tanah banyak. Tapi kalau di gang ini mobilnya harus jalan di dinding seperti pembalap setan di pasar malam. Jelas! karena disamping kanan kiri semuanya pagar bumi, kiri pagar dengan kampusku, dan kanan pagar dengan rumah mewah.
Copeeeeeeeeeeeet... teriak seorang, waladalah, ada bidadari yang mengejar pcncopet, eh tapi kok bidadari kecopetan?
Si penjambret kok ya ndak lari ketempat lain, malah lari ke arahku. Aku segera bergerak ke tengah dan mencoba menghalangi penjambret itu.
MINGGIR! teriak pencopet itu, dengan tangan menggenggam dan mencoba untuk memukulku
Kalau kata samo, pukulan orang yang berlari itu bakalan marem sekali kalau kena. Aku menghindar, ndak mau aku kena pukulannya, ya nunduk dan langsung aku kasih dagunya pada dagunya.
Bugh!
Pencopet itu langsung terangkat keatas, seperti seorang petarung street fighter! Game ding dong yang dulu aku pernah main, pake koin. Pencopetnya terbang kebelakang, pencopet terjatuh kebelakang dan kepala, kepala yang jatuh duluan. Agak gugup, Aku mendekat. Lha malah pencopetnya tiduran di jalan, harusnya kan di kamar. Aku ambil saja tas kecil itu, lha ndak niat nyopet dia,
walah bau congyang bathinku
Ini mbak... ucapku, cantik, hmm... bodinya, aduh kenapa malah mikir yang endak-endak to aku ini.
Eh hash hash hash hash terima kasih, kalau hash hash tidak ada kamu, mungkin hash hash hash... ucap mbaknya,
ooo tenag mbak, ndak papa, mbaknya santai saja, istirahat dulu, minum kopi eh, ini bukan kontrakan, waduh tepuk jidat aku, bisa-bisanya aku lupa
Eh, mbak... orangnya kan sudah tidur to mbak, lebih baik mbake segera pergi saja nanti kalau ada orang lihat malah kita yang yang jadi tersangka ucapku
Eh iya... makasih ini sebagai hash hash hash...ucapan terima kasih ucapnya yang sebelumnya sibuk mengambil uang dan menyerahkannya ke aku.
Ndak usah mbak, itu sudah kewajiban, menolong orang itu kata temanku, samo sama arta mbak ucapku, aku mendada-dada dengan kedua tanganku
Eh... gak papa... beneran? ucapnya, tetap saja mbaknya menyodorkan uang
Sudah mbak, ndak usah.. aku mau cari rokok mbak, rokokku itu tadi habis owk... sekalian langsung pulang ucapku
Beneran gak mau? ucapnya, akunya mengangguk saja
Disana tidak ada warung rokok ucapnya, mbake menunjuk ke arah yang mau aku tuju, mbake ternyata bisa tahu ke mana aku mau pergi
Ya sudah mbak aku tak balik saja, oia mbak cepetan pergi mbak sebelum dia sadar... ucapku membalikan arah. Tiba-tiba tanganku ditariknya.
Aku antar kamu pulang... ucapnya
Ta.. tapi aku mau cari rokok mbak... ucapku
Sudah, nanti kita cari dijalan... ucapnya
Aku kemudian digandeng oleh mbaknya, dan berjalan mundur menuju ke arah pemukiman. aku berjalan mundur tapi kepalaku selalu menengok ke belakang, Aku diseretnya menuju sebuah mobil sedan merah. Dan...
Wuiiiiiiiiiiih... ini kenapa mobil pintunya naik keatas? bathinku
Naik... cepetan! ucapnya
I.. iya mbak... ucapku
Mobil muter, orang tadi dilewati sama mobil, masih juga orang itu tidur. Lha akunya tambah benar-benar bingung melihat keadaan dalam mobil. Ada sebuah batang yang mirip tongkat digerak maju mundurkan saja, aku tahu itu untuk menambah dan mengurangi gigi tapi kalau di bis atau mobil di desa pasti ada geserkanan-kiri-maju-mundur. Ini beda, hanya maju dan mundur. Dan Dalam mobil kayak di kulkas, ruang kuliahku saja kalah dingin sama ini mobil.
Siapa namamu? ucap mbaknya, pakaiannya kaosnya ketat, belahan dada rendah, ngiler aku tambah lagi celana jeans ketat
Justian, Justian Mahendra Wasengan mbak ucapku, dia melirikku dan tersenyum
Linda White Heart ucapnya, aku hanya mengangguk
Tempat duduknya pun beda dengan mobil-mobil desa yang pernah aku naiki, sangat empuk dan nyaman, nyut nyut rasanya di punggung. Ini sebenernya mobil apaan yah? Sudah tadi pintunya naik ke atas, lha ini dalemannnya indah banget. Sesuai kayaknya sama dalemannya mbaknya, he he he
Untung tadi ada lu, oia gak papa kan aku pake bahasa lu-gue, secara dari tadi bahasa lu formal banget... ucapnya, aku ngangguk-ngangguk, suaranya rada-rada gimana gitu.
Mau beli rokok apa? ucapnya
Danhil mbak tapi tulisannya, d-u-n-h-i-l-l mbak ucapku sambil memandang ke arahnya, dia melirikku tajam, aku merasa matanya menusuk hatiku
Bukan orang sini? ucapnya, aku mengangguk-anggukan kepalaku
Darimana? ucapnya kembali
Desa Bajak Tani mbak ucapku, dahinya mengrenyit,
Desa? tanyanya
Iya mbak, itu di daerah tengah agak ketimur mbak, ada sawahnya, ada air terjunnya mbak, udarane to mbak disana kalau malam kaya didalam mobil ini mbak ceritaku ke mbaknya
Hi hi hi, dasar kampungan lu ucapnya, aku langsung menunduk dan duduk mengarah ke depan. Sedikit kuangkat wajahku,
Eehhhh itu mbak itu ada kios rokok, aku turun disini saj.... ja... ucapku sambil melihat kios rokok terlewati
Lho kok... lho kok ndak berhenti mbak?...
rokok mbak rokok, rokok mbaaaak... ucapku, dengan kedua tanganku berada di kaca mobil
Yaelah... beli rokok dikios pinggir jalan, ntar beli di market saja ucapnya, aku bersandar pada jok mobil empuk ini sambil memegang tasku, ini mbaknya memang judes, aku malah takut, hiiiii
Dandanmu culun tapi bisa juga kelahi ya? gak nyangka masih ada orang baik kaya lu didunia ini ucapnya
Banyak mbak, kalau tidak bisa menemukannya jadi salah satunya saja mbak, lagian tadi juga pas, pas aku jalan, pas pencopet itu kearahku, pas dia mukul, pas aku menghindar, dan pas aku memukulnya mbak, begituuuuu... ucapku menirukan kata-kata Arta dan Samo, kemudian mobil membelok ke sebuah market pinggir jalan, B-Mart begitu tulisannya. Dia memandangku sejenak dan kemudian tersenyum renyah kepadaku
Bentar, aku belikan... ucapnya
Ndak usah mbak aku beli sendiri saja, nanti mbak dikira ngrokok lho kalau mbeliin saya ucapku
Sudah lu disini ja... tunggu... ucapnya, kemudian keluar dari mobil, pintu naik ke atas dan dia keluar. Kulihat dia berjalan santai masuk ke market tersebut
Lha,waduh, kok ditinggal sendirian. Nanri kalau mbaknya salah beli rokok bagaimana? Ini, ini buka pintunya bagaimana? Tadi pintu naik ke atas, sekarang cara bukannya? Tadi mbaknya megang apaan ya, kok beda semua dengan yang ada di mobil didesaku? Hladalah, kenapa aku tadi ndak nanya mbaknya ya? Ini kenapa juga mobilnya ndak dimatikan ya? ndak tahu apa bensin mahal?
Heeeee...???? ini pencetan apa ya? aku memencetnya, tiba-tiba wuih keren kacanya turun sendiri, kalau di desaku harus diputer-puter baru kacanya buka. Dengan pede aku keluar dari mobil melalui kaca jendela mobil.
Akhirnya aku bisa keluar ha ha ha ucapku sambil tertawa sendiri, banyak orang heran dengan tingkahku, masa bodoh paling ketemu juga hari ini besok ndak lihat aku lagi
Plak... pukulan ringan di bahuku
Ngapain keluar? Masuk lagi? Lagian ada pintu keluar lewat jendela! nih! ucap mbak linda,
weee ternyata mbaknya pintar juga, rokoknya ndak salah beli ucapku menerima rokok dari mbak linda
gue juga tahu kali, dah masuk, ngapain juga lu keluar? ucapnya sedikit membentak
Eh mbak linda, maaf mbak ndak tahu buka pintunya didesa ndak ada yang kaya gitu. Aku turun sini saja mbak, ntar malah kesasar kalau turun ditempat lain. Terima kasih buat tumpangannya... ucapku, bibirnya datar
Dah masuk lagi, gue anterin... ucapnya, aku menggeleng
Sudah mbak terima kasih banyak pokoknya ucapku sembari membungkuk
Masuk... ucapnya, yang langsung membukakan pintu kembali. Matanya mendelik ke arahku, akhirnya mau tidak mau aku kembali masuk. Kulihat dia masuk lagi ke dalam mobil, benar-benar menakutkan, dia seperti mak lampir
Mbak kalau disini aku ndak bisa ngrokok mbaaaak... aku pengen ngrokok mbak ucapku memohon
Sudahlah... itu jendela dah buka, ngrokok saja... nih minum ucapnya, mobil kembali berputar dan berjalan pada aspal. aku sulut dunhill dan mengeluarkan kepalaku
Temani gue ya hari ini, suntuk.. ucapnya
Mbak... ucapku, dia menoleh dan melihatku yang menoleh sedikit kedalam
Mbak ndak takut sama aku mbak? Secara baru kenal lho mbak, ntar kalau mbak aku perkosa bagaimana? Kalau kata temen-temen kontrakanku itu, aku itu apa ya anuu mmmm PK mbak ucapku, mbak lisa memandangku sejenak
Jujur banget jadi orang lu, gue bisa membedakan orang baik sama orang jahat... ucapnya
Heeee... mbak dukun? ucapku
Iya gue dukun, sialan lu! Jadi orang jangan polos-polos banget napa? ucap mbak lisa
Ndak polos akunya mbak, buktinya aku pakai baju sama celnaa ucapku
Ha ha ha... dasar otak lu mesum ya ucapnya
Kok mesum mbak kan aku ndak ngomong jorok mbak? tanyaku heran
Sudah, lupakan... bisa mpe subuh ngomong sama lu ucapnya
Jangan mbak, besok aku kan kuliah... ucapku
Aduuuuh... ya ya... ucapnya, aku pandangi sejenak tapi jujur saja rada ndak nyambung aku ngomong sama si mbak linda ini. apa orang kota memang ndak nyambungan ya kalau ngomong?
Kenapa mbak suntuk? ucapku
Haaaashhh... lagi nyari selingkuhan mantan suami gue, mau gue labrak habis-habisan lonthe itu ucapnya membuatku terkejut tapi tak mengubah posisi dudukku
Malah kecopetan tadi untung ada lu ucapnya
Lha, sudah mantan kok harus dicari? Kalau kata temenku mantan untuk dilupakan... ucapku, dia memandangku sejenak
Masih jengkel saja, habisnyaaaa... .... ... hiks... ucapnya tiba-tiba menangis
Lho lho mbak nangis? Kok malah nangis? Jangan nangis mbaaak, ntar aku diamarahi bapaknya mbak... ucapku, mobil berhenti di pinggi jalan, dia mengambil tisu dan mengusap air matanya
Lu tahu gak, gue udah serahin semuanya, dia minta apa gue kasih! Tapi setelah nikah ama gue, dia malah selingkuh sama lonthe! Dia ambil hArta gue, siapa yang gak terima! Gue Cuma diplorotin satu tahun ini! ucapnya membentak...
Eh anu itu mbak... aduh... kok malah jadi gini... aduh... sudah mbak jangan nangis... cup cup cup diam mbak... ucapku
Lu kira gue anak kecil apa! Lu cup cup! Dasar culun! bentaknya
Walah mbaknya malah marah besar, gimana ini? tak buang saja rokokku, duduk lagi sambil sandaran di kursi, nyut nyut. Sudah, pokoknya aku dah ndak mau ngomong lagi, nanti alah dimarahi. Apa lagi setelah melihatnya marah-marah. Aku genggam tanganku sendiri, dan tak berani menatapnya. Berlanjut lagi marahnya, membuatku semakin diam...
Kenapa diam! ucapnya
Eeeegh??? aku kan ndak tahu apa-apa... kok aku yang dimarahi??? ucapku pelan
Karena lu lu... argh... sudah lupakan... mobil kembali berjalan, hening sesaat...
Maaf tadi gue marahin lu... lanjutnya
Ndak papa mbak... kata ibuku dulu sewaktu masih hidup, jangan pernah membantah perempuan... begitu mbak ucapku pelan
Aku meliriknya dia memandangku sesaat dan kemudian tersenyum. Wajahnya kembali sumrigah dan selalu ada senyum di wajahnya. Wah, untung, duh gusti, untung saja dia senyum. Tapi senyume itu lho, haduuuh, mak nyes.
Dimana rumahmu? ucapnya
ndak punya mbak, dulu punya mbak tapi punya bapak-ibuku, tapi sudah dijual ucapku pelan
maksudnya rumah lu di sini! ucapnya, aku menggeleng
Sudah jangan takut lagi, aku gak marah lagi kok... tenaaaang... ucapnya
I.. iya mbak... di kompleks gemah, gemah... pokoknya ada gemahnya mbak belakangnya aku lupa eeee... ucapku
Gemah ripah loh jinawi? ucapnya
Naaah wah mbaknya pintar ya, pasti ranking satu waktu sekolah... jawabku polos
Ya gue tahu, nanti gue antar kesana... dia memandangku sejenak
Emang kalau tahu nama tempat, ranking satu di sekolahan gitu ucapnya
Bu guru bilangnya gitu owk mbak... dulu aku sering dimarahi mbak, nyebut nama guru saja salah terus... ucapku
Emang siapa nama gurumu? ucapnya
Angel mbak... tapi sekarang aku sudah bisa mbak, ibu guru saya itu keturunan londo (orang barat), namanya angel lha saya manggilnya ya angel (sulit dalam bahasa jawa), ternyata harusnya enjel, gitu mbak ucapku
Ha ha ha... lu oon ha ha ha ucapnya
Aku Justi mbak, Justian bukan oon... ucapku, dia memandangku dan langsung tertawa keras
Diantarnya aku sampai didepan gang, sewaktu hendak keluar aku melihat keadaan sekitar. Aman, dan aku langsung keluar tapi tunggu dulu ini bukannya gimana. Tampaknya mbak linda tahu kesusahanku, dan sebuah tangan halus langsung membukakan pintu dari belakang tubuhku.
Terima kasih mbak... ucapku
Ya sama-sama... ucapnya
Aku pulang dulu mbak... ucapku
Heem... dia tersenyum, sungguh manis
Heh jus, jangan oon terus ya... ucapnya
Justi mbak Justi.. oon itu siapa? ucapku, dia tertawa keras
Mbaknya ndak jawab apa-apa tapi Cuma ketawa keras. Mobilnya langsung jalan gitu saja, ndak pake klakson-klakson dulu. kalau di desa kan biasanya, habis nganter, orangnya turun, diklakson. Ya udah, pulang, ketemu ma dua sahabat sejatiku.
Besoknya, aku berangkat ya sama Samo, ya sama Arta, dan berpisah di halte kampus. Arta itu orange pinter, memang dasaranya dia pinter jadi bisa masuk universitas, eh, aku juga pinter kok, nyatanya aku kuliah. Kampusku sama Arta itu jauh, Arta pernah ikut kekampusku, ikut pengenalan kampus kalau ndak salah.nah, kalau Aku dan Samo memang satu jurusan tapi aku berbeda kelas, aku kelas C diambil dari kata Cinta dan Samo kelas A diambil dari kata Anjing ha ha ha, sssst, jangan keras-keras, kalau Samo dengar aku bisa dihajar.
Hari ini, Samo pulang dulu, lha akunya sore. Walah, pokoknya capek, padahal kuliahya cuma gitu-gitu saja, aku juga memperhatikan tapi tetep saja ndak mudeng. Lagi enak-enaknya jalan, tiba-tiba sebuah mobil yang sama dengan kemarin mengklaskson aku diiin yang keras, aku menoleh.
Masuk... ucapnya
Lho mbaknya, mau kemana? ucapku
Masuk! bentaknya
A.. aku mau pulang mbak... ucapku, sambil menundukan badan
Aku lagi butuh teman buat ngobrol ucapnya. Matanya kembali mendelik, tapi bagaimana cara bukanya
Ta.. tapi mbak... ucapku
Cepetan... ucapnya
Bukanya gimana, kemarin kan mbak yang bukain? ucapku
Oh hi hi hi... itu kan ada handelnya, tarik ke atas... ucapnya tersenyum renyah
Aku mencoba dan dapat terbuka, kemudian aku masuk. Langsung dia melaju, sambil melepaskan kacamataku. Aku hendak merebutnya tapi kacamata itu di tempatkan di belahan tang-top putihnya, langsung saja niat itu aku urungkan. Tak ada pembicaraan hingga di pantai, aku diajaknya duduk dengan sekaleng minuman bersoda.
Kok diem? ucapnya
Mobilnya aneh... dan mbak kok tiba-tiba ngajak pergi? ucapku
Gak suka? aku antar pulang sekarang saja kalau gitu... ucapnya, aku mengangguk
Kamu takut aku marahi? ucapnya, aku hanya menggeleng
Takut sama pacar kamu? ucapnya, aku menggeleng
Belum punya mbak, habis putus... ucapku
Teman kuliah kamu? ucapnya
Ndak mbak, tapi perempuan bersuami ucapku
Hah?! Gila, orang seculun kamu bisa-bisanya.... dia sangat terkejut dengan pengakuanku
Beneran? ucapnya, aku mengangguk dan mengankat tanganku dengan jari berbentuk huruf V
Ceritain dong... ucapnya
Cerita? Cerita apaan mbak? ucapku
Ya cerita kamu sama cewek bersuami itu... jawabnya
Janganlah mbak itu kan masa lalu yang buruk kok diceritain, ntar mbak cerita-cerita, akunya ndak laku gimana?... ucapku
Ya gak papakan, kalau gak mau ya sudah... ucapnya.
I.. iyaaa... gini itu tu dulu ada perempuan, terus tinggal didesaku, nah akunya kan ndak tahu kalau perempuan itu punya suami mbak. Pertamanya ya kenal biasa sajaaaa, ngakunya dia tinggal didesa karena pindahan dari kota gitu.. lha berarti kan dia itu singgel kan mbak? Ya to? Naah... karena aku tahunya single, jadinya ya aku dekati, lha pas setelah dekat itu to mbak, aku tembak dianya mau, waktu itu umurku masih 16 tahun dia 24 tahun mbak... ucapku
Terus... balasnya
Namanya kan juga ornag pacaran to mbak, aku mulai tambah cinta... sering main kesana, tapi suatu hari pas lagi pacaran, aku dilabrak sama suaminya. Pertama aku melawan, tapi setelah tahu dia benar-benar suaminya... ucapku
Apa kok malah diem... ucapnya
Ya diam mbak, dihajar pun aku diam lha akunya kan yang salah... kedua temanku yang menolongku, haaaash... hancur mbak... akhirnya keluargaku tahu, aku dimarahi habis-habisan... namanya cinta mbak, aku tetap menjalin hubungan gelap mbak, tapi saat aku menjalin itu salah satu temanku selalu mencegahku, malah aku yang dihajar habis-habisan olehnya, karena katanya itu sepet lihat sikapku.. jelasku
Ya kamu salah... wajar teman kamu mengingatkan... tapi caranya salah itu... ucapnya
Lho mbak kok tahu itu salah? ucapku polos
Dah lanjutin aja ceritanya, dibahas mpe kiamat juga kamu gak bakal mudeng jus ucapnya
Apanya mbak yang ndak mudeng? aku semakin bingung
Daaaah lanjutiiiiin.... ucapnya
I iya mbak iya...
Dia itu to mbak, hajar aku dan mengikatku didalam kamar seharian, dia temani aku... dan dia juga yang datang ke perempuan itu untuk mengatakan keapadanya, untuk mengakhiri hubungan gelapku. Lha pas itu to mbak si perempuan sudah punya niat untuk menceraikan suaminya ya gara-gara aku itu, tapi temenku itu juga mbak yang menyadarkan perempuan itu hingga akhirnya perempuan itu pindah kembali kekota dan aku ndak pernah ketemu lagi. Haaaash... nasib sama juga dialami oleh satu lagi temanku, Samo... dan temanku yang hajar aku itu juga yang menyelesaikannya...
Gitu mbak ceritanya, untung akunya itu mbak ndak dibunuh sama suami si perempuan itu mbak. Dan temnaku yang hajar aku itu mbak, bener-bener menyadarkan aku mbak. Kalau saja ndak ada dia sudah nyemplung kali akunya mbak ucapku
Kali? ucapnya
Sungai mbak, di desaku itu ada sungai yang arusnya buanter mbak, cuepet buanget mbak. Orang nyemplung situ pasti mati mbak... ucapku yang bercerita dengan sungguh-sungguh
Ha ha ha... tawanya
Kok malah ketawa sih mbak... ya maklumlah, masih 18 tahun, masih labil... ucapku
Jujur banget kamu itu... ucapnya
Katanya suruh ceritaaaa, diceritain jujur malah diketawaiiiin. Aaah, tadi mending ndak usah cerita to... ucapku. Aku rogoh sakuku dan kuambil sebatang dunhill
Aku dulu dikenalkan kepada seorang lelaki oleh sahabatku sendiri. dia lelaki baik, mendekatiku layaknya seorang pengeran dengan kuda putihnya. Aku jatuh cinta, hingga akhirnya aku menikah satu tahun lalu. Tapi setelah menikah, dia berjalan dibelakangku dengan sahabat yang mengenalkannya kepadaku. Awalnya aku tidak curiga, tapi setelah dia mengambil mobil dan rumah, beserta beberapa harta yang lain dia melayangkan surat cerai. Aku sudah tidak bisa mengambilnya lagi, dan dikemudian hari aku baru tahu kalau selingkuhannya adalah sahabatku sendiri ucapnya
Kalau kata temenku, makanya cinta pakai otak... ucapku
Kayak lu cinta pakai otak gitu iya? ucapnya
Dasar lu! ucapnya sambil mendorong bahuku, hening...
Eh mbak, lha mbaknya kok tiba-tiba mengajak aku pergi? Terus itu dari tadi, kok ndak lu lu lu... ucapku
Terserah aku dong, mau pake aku-kamu, lu-gue. Lagian, Aku kan sudah bilang kalau Aku bisa mbedain mana baik mana enggak ucapnya
Ooooh... tak kasih tahu mbak sssstttt jangan bilang sama siapa-siapa ya mbak... ucapku mendekatkan kepalaku kearahnya
Apa? ucapnya
Kalau ada cewek katanya kan bisa mbedain cowok baik apa enggak, tapi kecolongan rumah sama mobil ha ha ha ha... ucapku langsung berdiri ketika melihatnya hendak memukulku
Sialan! Sini gak! Pulang sendiri! ucapnya berdiri dengan tangan berpinggang
Iya iya gitu saja maraaaaah... huuuu... ucapku mendekatinya, langsung aku dijitaknya
aku melihatnya tertawa lepas, seakan tidak ada beban dalam hatinya....
Oke aku gak bakal bilang sama siapa-siapa kok, tapi jangan bilang juga ya kalau ada cowok dibohongin sama cewek bersuami ha ha ha ha tawanya
Ndak lucu... ndak lucu itu... ucapku dengan bibir manyun
Kami kemudian bercanda layaknya orang pacaran. Dipinggir pantai dan melihat ke arah laut yang bergaris cakrawala. Warna biru laut sudah pudar, karena matahari mulai terbenam berganti warna merah oranye...
Umur kamu 18 sekarang? ucapnya
Iya mbak... lha mbak? ucapku
25... ucapnya
Tua dong... ucapku
Enak saja tua, situ tu yang masih brondong... ucapnya
Brondong manis ya mbak? ucapku
GE ER! balasnya
Hening sesaat, sebuah kepala berambut panjang rebah dibahuku...
Entah kenapa aku pengen ketemu kamu hari ini, jadi aku nungguin kamu tadi... kamu sebenernya gak culun-culu banget lho ucapnya
Wooo jelas ganteng, he he he ucapku
Sok yes kamu itu... ucapnya
He he he he tawaku
Kenapa dandan culun kaya gini? ucapnya
Karena... ucapku terputus
Apa? ucapnya bangkit dan memiringkan tubuhnya, memandangku
Ndak mbak... ucapku
Cerita gak?! Atau pulang sendiri?! gue paling gak suka dibuat penasaran... ucapnya
Kejem banget mbak, jangan galak-galak mbak kaya bu enjel saja mbaknya ah... ucapku
Ya gak bakalan galak asal kamu cerita ucapnya
I iya mbak iya... gini, itu tu karena sahabatku... biar dianya bisa gak gampang marah gitu, ya piye yo mbak yo jelaskene, angel banget owk (bagamana ya mbak ya menjelaskannya, susah banget)... ucapku
Ngomong apa sih, tapi kalau itu karena sahabat lu itu... kayaknya gak cuma itu deh... ucapnya
Ya, tapi ndak bisa aku ceritakan... maaf... ucapku, lha pas aku noleh, mataku sama mata mbaknya bertatapan
Heem... gak papa... dia tersenyum manis
Oia mbak aku kenalkan sama Arta, mau? Ganteng lho mbak, pinter juga... dari dulu sampai sekarang saja aku ndak pernah tahu kenapa aku bisa ikut kuliah, padahal kalau dilihat dari peringkat sekolah, aku itu nomor paling belakang mbak, aku sama Samo tepatnya... ucapku
Hei... ucapnya pelan sambil memegang kaleng minuman yang ditempelkan di pelipis kanannya, sambil memandangku. Aku menoleh ke arahnya...
Kenapa malah ngomongin orang yang gak aku ngerti? ucapnya, aku malah jadi sedikit bingung sama diriku sendiri kenapa juga dari tadi menceritakan Arta
Ha ha ha iya juga ya mbak ha ha ha... eh... bener mbak bener, lho kan mau aku kenalkan, mbaknya gimana to? ucapku kebingungan
Mulai oon lagi deh lu, tadi sudah bagus ceritanya, sekarang oon lagi... ucapnya
Eh, Justi mbak bukan oon... ucapku
Dah gak usah dibahas, lha waktu pacaran sama si perempuan itu, pacaran saja?? ucapnya mengehentikan tawaku
Maksudnya... ucapku
Iya pacaran dalam arti sebenarnya apa pacaran dalam arti seperti orang nikah? ucapnya, aku menunduk
Oooo ngerti aku maksud mbaknya, ya kaya suami-istri mbak. Setiap hari, apa ya? eh, setiap hari aku dateng kerumahnya mbak, ya kuda-kudaan juga mbak... ucapku pelan kuangkat kepalaku dan meneguk kembali minuman kaleng ini
Hebat kamu ya, bisa juga ada cewek kemakan oon kamu... ucapnya
Oon lagi, Justi mbak Justi... jawabku, dia hanya tersenyum saja
Ha ha... oia kamu tadi bilang tambah cinta sama perempuan itu kan, beneran itu cinta? ucapnya mulai membahas kembali masa laluku
Wah lha iya to mbak, yakin cinta kalau aku... ucapku, kusulut kembali dunhill-ku
Beneran yakin itu cinta? Cinta apa nafsu? ucapnya
Ndak mudeng aku mbak, yakin... kalau kata sahabtku Samo itu, malah dia bilang sama saja... ucapku
Iya sama, karena sebagian cinta juga nafsu. Kalau cinta tidak akan berbohong... ucapnya sambil memandang ke lepas pantai, dengan sudut kaleng berada di bibirnya
Argh... bingung aku mbak... otakku dah ndak bisa muter lagi mbak... jangan dibahas lagi mbak itu masa lalu ucapku
Aku cuma pengen kamu inget, jadi biar kamu gak kejebak kesitu lagi suatu saat nanti... ucapnya
Ooo gitu to, ya mbaknya juga hati-hati... mbak terlalu baik untuk dipermainkan... ucapku
Ha ha ha ha darimana kamu tahu gue baik... ucapnya
Karena mbak memberiku tumpangan waktu pulang kemarin... ucapku
Semua orang juga bisa melakukannya kali, lagian aku juga merasa berhutang budi sama, so what gitu loh kalau aku bantu kamu pulang... ucapnya
Karena ketika tidak menemukan orang baik, maka jadilah salah satunya... ucapku, ingat akan kata-kata Arta
Tiba-tiba dia mendorong bahuku, dan tersenyum...
Oia mbak, kita pulang yuk mbak dah sore, nanti mbak dicari sama bapak ibu mbak lho... ucapku, dia memandangku dengan senyuman
Oke, yuk... ucapnya
Aku kemudian diantarnya pulang ke kontrakan sore itu, dan saat aku diantar aku melihat Samo bersama seorang perempuan. ketika itu aku berada di dalam mobil dan Samo berada di kemudi mobil sampingku. Kami saling berpandangan, dan tepuk jidat. Aku terlebih dulu sampai di mulut gang, dan berpisah dengan mbak linda. Aku menunggu dan beberapa saat kemudian Samo datang.
Punya suami? ucapku
Ndak, jomblo barusan... yuk pulang ucapnya
Beneran? ucapku
Iya, sumpah... jawabnya
Kalau yang tadi? lanjut Samo bertanya
Baru kenal dua hari, habis dicerai suaminya ucapku
Sama aku juga baru beberapa hari... ucapnya
Aku takut sam... jika kejadian itu terulang lagi... ucapku berdiri dan berjalan di samping Samo
Sama aku juga... ucapnya
Lha jelas waktu itu aku takut sama Arta, apalagi kalau akunya digebuki lagi sama dia. Untungnya si mbak lisa itu bukan istri orang, tapi ya kalau sekarang ngomong sama Arta. Wah, jangan dulu sajalah nanti saja kalau sudah ngepas sama waktunya. Aku dan Samo pulang ke kontrakan dan Arta sedang tiduran di kamarnya, saling guyonan sejenak. Jujur saja malas bercanda terlalu lama, padahal itu adalah hal yang paling indah dalam kebersamaan kami. tapi aku dan Samo sedang mengalami sesuatu yang aneh di perasaaan kami.
oOo
Itulah awal mula aku mulai sibuk dengan yang diluar. Ya mungkin karena kedekatanku dengan mbak linda dari saat pertama ketemu sampai sekarang yang membuatku malas membantu pak RT dan Arta. Bahkan Samo juga sama, dia juga malas. Hari ini mbak linda mengirimkan sms ke aku untuk menemaninya jalan-jalan. Setelah didalam mobil mbak linda, aku selalu mengubah dandanan culunku menjadi seperti biasanya aku. Entah kenapa selama satu semester ini aku merasakan hal yang lain ketika bersama mbak linda. Walau kita ketemu juga jarang hanya diawal saja aku sering ketemu tapi beberapa bulan ini kita ketemu paling 1 bulan sekali. Maklum, aku apanya jadi ndak mungkin kan aku melarang. Mobil berjalan entah menuju kemana...