Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Kosan : Cinta & Kasmaran

Status
Please reply by conversation.
Om ler kangen ayi om... Ena ena sampe lupa diceritain nih :pandaketawa:
 
Cerita Kosan : Cinta & Kasmaran
Layna
Episode III : Perfection






“Oh my Godddd.. “ Desah Ayi saat gue mencium lehernya ketika mobil gue berhenti di lampu merah. “Kaca mobil kamu gelap kaa-aaahhh.. “ Ayi tak kuasa menahan desahannya.


Kembali payudaranya gue remas dengan lembut sambil tetap mencium bibirnya. Sesekali gue menatap ke kaca mobil disamping Ayi untuk melihat pengendara motor yang lagi berhenti persis di samping kaca Ayi bisa ngeliat kita apa engga.


Uniknya rasa deg – deg an itu justru makin menambah gairah gue dan Ayi.


Ciuman kita semakin lama semakin liar, dipenuhi hawa nafsu, tidak lagi lembut dan berhati – hati seperti saat gue mencium dia pertama kali tadi.


“Ler ijoo—hhh” Ucapnya memberitahu gue disela – sela desahannya.


Ah damn ganggu ajee..


Gue lalu meraih transmisi mobil gue dan kembali memacu kendaraan gue. Nafas kita berdua terdengar terengah – engah. Sesekali kita saling bertatapan dan jadi tersenyum. Gue genggam tangan Ayi dan gue angkat ke bibir gue untuk gue kecup lembut.


Jirr ini gue udah horny banget nih..


Dan keliatannya gue ga sendirian.. Ayi juga begitu..


Sekilas gue berpikir, kenapa Ayi bisa tiba – tiba begini? Gue sedikit ngerasa Ayi kaya terlalu.. Gampang? Apa karena kebawa suasana aja? Apa gue tanpa sengaja ngebikin dia segitu ‘turn on’ nya sampe sampe dia jadi begini?


Ah tapi sebodo amat.. Rejeki..


Untungnya Bandung malam itu udah sepi dan gue bisa memacu kendaraan gue dengan cepat ke kosan gue.


Sampai di kosan gue langsung gerak cepet markirin mobil gue dan berjalan masuk ke kamar gue bersama Ayi yang dengan sigap mengikuti langkah gue. Kosan gue malam itu tampak sepi. Sepertinya penghuninya lagi pada cabut semua, hanya ada beberapa kamar yang lampunya menyala. Kamar Tom dan Radit masih mati lampunya.


“Si Radit belom balik ya?” Tanya Ayi sambil ngecek Blackberrynya. Jarinya tampak sibuk menulis sesuatu.


Dia sempet – sempetnya mikirin Radit.. Tapi iya juga sih, kemana tuh si Radit? Ah sudahlah.. Ada pemberontakan yang harus diredam nih..


“Masuk, Ayi.. “ Ucap gue mempersilakan Ayi masuk. Ayi menengok ke gue sebentar kemudian mengangguk dan berjalan masuk sambil terus mengetik. Selesai mengetik, dia langsung berbalik badan dan memasukkan blackberrynya ke tas.


Gue lalu mendekati Ayi dan memegang wajahnya. Gue deketin muka gue dan kembali menciumnya di bibir untuk beberapa saat sebelum akhirnya melepaskan ciuman gue untuk mengunci pintu.


Biar ga ada gangguan..


Saat gue membalikkan badan gue dari mengunci pintu dan melihat Ayi kembali, gue ngeliat ada sedikit keraguan di wajah Ayi.

“Kamu kenapa?” Tanya gue sambil mendekatinya dan kembali mengecup bibirnya. Ayi ga menjawab dan hanya menggelengkan kepalanya dan membalas kecupan bibir gue. Dia juga nurut aja waktu gue genggam tangannya dan gue ajak ke kasur gue.


Di kasur itu kita kembali lagi berciuman setelah sebelumnya berbaring sejenak mencari posisi yang enak.


Tapi Ayi tidak seaktif sebelumnya. Dia sekarang hanya merespon apa yang gue lakukan aja, seolah hanya menuruti keinginan gue. Berbeda dengan sebelumnya dimana dia juga berinisiatif mencium gue atau memegang badan gue, sekarang dia terkesan pasif. Seperti pasrah mau gue apain aja.


Merasa ada yang berbeda, gue kembali bertanya padanya di sela sela ciuman gue.


“Serius kamu ga kenapa – kenapa? Aku ga akan maksa kalo kamu ga mau kok.. Beneran deh “ Tanya gue.


Ayi diam menatap gue, seperti ingin mengatakan sesuatu yang tidak akan enak didenger.


“A-aku ga mau kamu nganggep aku cewe.. “ Ayi menghentikan kalimatnya dan mengalihkan pandangannya dari gue. “.. gampangan.. “ Lanjutnya kemudian.


Haaahh? Ya kaliii, Ayii..


“Yaampuunn.. “ Jawab gue sambil merebahkan diri gue disampingnya. Sedikit lega karena cuma itu yang Ayi ingin katakan. “Beneran kamu mikir gitu?” Tanya gue lagi sambil menoleh kepadanya.


Ayi tersenyum malu dan dengan ragu ia mengangguk.


“Ya engga laaahh Ayiiii.. Aku ga nganggep kamu cewe gampangaan kookk.. Engga sama sekali.. “ Jawab gue sambil mendekatkan badan gue kepadanya. Kemudian gue membelai rambutnya dengan lembut. “Aku.. Sayang sama kamu.. “ Lanjut gue.


Jujur aja lah udah kalo gini caranya, ler..


“Aku ga tau kapan aku mulai sayang sama kamu, tapi yang jelas, aku sayang sama kamu.. “ Ucap gue lagi menegaskan kalimat gue sebelumnya. “Aku nganggep kamu mau aku ajak begini ya karena.. Kamu juga sayang sama aku.. Bukan karena kamu cewe gampangaann..“


Mendengar kalimat gue tadi, Ayi tersenyum lebar dan mencium gue. Tangannya merangkul leher gue dan membuat gue jadi meniban tubuhnya.


Ciuman itu terasa sangat nikmat. Hangat. Lembut. Tapi disaat yang bersamaan juga penuh dengan nafsu.


Gue meladeni Ayi dan mulai mencium Ayi di pipi, jidat, dan turun ke lehernya. Ayi menutup matanya menikmati tiap rangsangan yang gue berikan padanya lewat bibir gue.


Suaranya melenguh perlahan saat telinganya gue gigit pelan dan leher bagian samping belakangnya gue cium lembut.


“Hhhh.. Leerr.. “


Gue lanjutkan ciuman gue turun ke bawah hingga ke tulang dadanya dekat batas baju. Ayi menatap gue dengan sedikit tegang. Nafasnya memburu. Tangannya memegang tangan gue yang sedang menggenggam salah satu buah dadanya.


Gumpalan daging yang tertutup oleh bra itu terasa sangat padat di genggaman tangan gue. Kenyal dan membuat pemberontakan kembali bergejolak di celana gue.


“Aku buka yaa?” Tanya gue sambil meraih pakaian Ayi dari bawah. Ayi menatap gue dalam – dalam dan mengiyakan permintaan gue.


Jirr mendadak gue jadi tegang.. Bentar lagi gue bakalan ngeliat badan Ayi.. Gue langsung ngebayangin gimana bentuk badan Ayi.. Gimana rupa payudaranya, bagaimana bentuk puting susunya, warna puting susunya.. Ugh gue yakin pasti warnanya pink nih..


If that’s the case, then she is soooo perfeeecccttt!!


Jemari gue dengan lihai membuka kancing – kancing pakaian Ayi hingga terpampanglah kembali payudaranya yang masih terbungkus dengan Tanktop pink dan bra berwarna oranye miliknya. Ayi tampak menatap gue ragu ragu saat gue mengangkat tanktopnya. Saat gue menatap wajahnya, dia tersenyum berusaha menutupi keraguannya, tapi gue bisa ngeliat itu.






“Kamu kaya..Tegang gitu.. “ Komentar gue sambil menatapnya dalam - dalam. Ayi menggelengkan kepalanya.


“Aku.. Malu ajaa.. “ Ucapnya kemudian tersipu malu. Kedua tangannya terangkat menutpi wajahnya. Gue sedikit tergelitik mendengar ucapannya yang polos itu.


“Kok maluu?” Tanya gue.


Ayi mengangkat kedua bahunya dan menggelengkan kepalanya.


Hmm.. Ini pertama kalinya kah buat dia?


Ah masa sih..


Tadi dia bisa agresif gtu di kosan dia.. Masa sekarang jadi malu?


Apa karena tadi kebawa suasana banget kali yaa? Ga kaya sekarang?


Gue harus bikin dia sedikit ‘Turn On’ dulu nih..


Gue mengangkat tanktopnya hingga terpampang branya kemudian gue meraih pengait branya.

Namun Ayi masih tampak tegang. Akhirnya gue melepaskan tangan gue dari pengait branya dan meraih kedua tangan Ayi yang menutupi wajahnya dan dengan perlahan menariknya dari wajahnya. Saat wajahnya terlihat kembali, gue segera mencium bibirnya. Ayi langsung merespon dengan mencium balik bibir gue.


Tangan gue pun kembali kembali ke punggungnya dan bergerak melepas pengait bra Ayi.


Ah ini dia! Akhirnya branya terlepas..


Duh gue pengen liat gimana bentuk payudaranya Ayi, tapi ga enak sama Ayi yang masih malu – malu gini.

Bibir kita berdua masih saling berpagutan saat kedua tangan gue mulai menjamah oayudara Ayi yang masih tertutup cup bra nya meskipun pengaitnya sudah terlepas. Kedua gumpalan daging di dada Ayi itu cukup besar dan kenyal yang tidak cukup diraba dengan telapak tangan gue. Puting susunya mulai gue mainkan dengan jari jemari gue hingga mulai membuat nafas Ayi menderu.


Desahan Ayi semakin lama semakin tidak terkontrol hingga akhirnya ciuman kita berhenti. Ayi menengadahkan kepalanya dan kedua matanya tertutup rapat menikmati permainan jari gue di puting susunya. Gue lalu mencium lehernya yang putih dan lembut itu hingga membuat Ayi mendesah, tangannya memeluk gue erat dan gue bisa merasakan badannya menggeliat. Salah satu tangannya meraih punuk leher gue dan menjalar terus hingga ke belakang kepala gue kemudian Ayi membelai lembut rambut gue sambil sesekali dia remas bersamaan dengan saat ia mendesah.


Gue lalu mengangkat tubuh Ayi hingga akhirnya kita berdua berada dalam posisi duduk dan saling berhadap – hadapan. Ayi mengatur nafasnya sambil menatap gue. Tampak ia bingung harus berbuat apa dan hanya bisa menggigit bibirnya menahan rasa nikmat yang mungkin masih ia bayangkan. Sementara gue mulai menatap dia dari wajahnya yang mulai memerah dan masih berusaha mengatur nafasnya yang tadi menderu, turun ke lehernya putih bersih, lalu ke tulang selangka nya, dan akhirnya ke dua payudaranya yang menggantung bebas tanpa tertutupi apapun.


Gue yakin pasti mata gue terbelalak cukup lebar melihat kedua payudara Ayi yang indah itu.


Bentuk payudaranya yang bulat indah, padat berisi, dan ranum, dengan kulit berwarna putih disertai dengan puting susunya yang berwarna coklat muda yang tegak menantang gravitasi dan areola yang berwarna lebih muda dari puting susunya membuat payudara Ayi jadi payudara yang terindah yang pernah gue liat. Bentuk cup nya juga yang terlebar dari semua payudara yang pernah gue liat dengan mata kepala gue sendiri.




Langsung aja pemberontakan besar – besaran terjadi di balik celana gue.


Tapi bukan pemberontakan itu yang menjadi pikiran gue.


Tapi dua buah payudara dewi Yunani yang ada di depan gue inilah yang menjadi fokus perhatian gue.


Reflek motorik gue langsung bergerak mendekati payudara Ayi dan dengan sekejab gue langsung memainkan payudara Ayi dengan tangan dan bibir gue. Seperti bayi yang lama ga dikasih asi gue mengenyot payudara ayi. Lidah gue langsung bermain main dengan puting susu Ayi yang mulai mengeras. Disetiap kali lidah gue menyentuh puting susunya, Ayi langsung mendesah kegelian. Badannya secara reflek menjauhi bibir gue, namun dengan cepat kembali mendekat. Seolah puting susunya menginginkan untuk kembali disentuh.


Tangannya meremas rambut di kepala gue, sementara tangan yang satunya lagi menopang badannya yang semakin lama semakin condong ke kasur. Badan gue pun mengikuti dan akhirnya kita berdua berada sehorizontal dengan kasur.


“Uuuhh sayaanngg.. Gelii.. Aahh“ Ucap Ayi di sela – sela nafas dan desahannya. “Tapi enaaaaaakkkhhhh.. Aaahhh”


Selain karena gue seneng Ayi menikmati apa yang lagi kita lakukan sekarang ini, gue juga seneng, karena Ayi manggil gue ‘sayang’. Seperti jadi konfirmasi aja kalo kita udah ‘jadian’. Ya kan?


“Dada kamu gede banget sayaangg.. “ Ucap gue kagum setelah puas memainkan kedua payudaranya. Tapi gue belom puas memandangi kedua payudara itu. Bahkan di saat terlentang pun payudara Ayi masih terlihat indah. Biasanya kan payudara cewe sedikit berbeda bentuknya saat mereka terlentang di kasur. Tapi tidak dengan payudara Ayi. Masih saja menantang untuk dimainkan. Apalagi karena desah nafas Ayi yang masih memburu membuat badannya masih bergetar dan lalu membuat payudaranya juga sedikit bergetar.


Ayi lalu mengalungkan kedua lengannya ke leher gue sambil merapatkan payudaranya hingga menyembul ke dada atasnya.


“Kamu sukaa?” Tanya Ayi.


“Bangeet sayaangg!!” Jawab gue sambil meremas payudara Ayi. “Sizenya berapa sihh? Tangan aku sampe ga muat nih liat.. “ Lanjut gue sambil melirik telapak tangan gue yang penuh dengan payudara Ayi yang menyembul keluar dari sela – sela jari gue.


“Ga gede – gede banget kookk.. “ Jawab Ayi sedikit malu.


“Berapa emang?” Tanya gue penasaran.


“36 C..” Jawab Ayi singkat.


“Itu gede yaaa, sayaangg.. “ Respon gue cepat. “Dan ga Cuma gede.. tapi juga bagus.. “ Lanjut gue terus melirik matanya, “Kaya yang punya.. “ Lanjut gue lagi dengan sedikit menggodanya.


Ayi langsung tersenyum.


“Gombalan supir angkotnya keluar deehh.. “ Ujarnya sok senewen kemudian mencium bibir gue. Ga mau kalah, gue membalas ciuman Ayii hingga kita kembali lagi berpagutan dalam waktu yang cukup lama. Kepala penis gue yang tergesek – gesek selangkangan Ayi memberikan sensasi yang cukup nikmat tapi tidak cukup untuk memuaskan birahi gue. Perlahan – lahan gue mulai mengerahkan tubuh bagian bawah gue naik dan turun. Sensasi yang timbul jauh lebih nikmatt lagi dibandingkan sebelumnya. Apalagi kini kedua kaki Ayi terbuka lebar sehingga semakin memudahkan pinggul gue untuk menghentak dan bertemu dengan pinggulnya.


"Hhh.. Hhhh.. Uuhh.." deru nafas Ayi semakin memburu bercampur dengan desahannya yang mulai tidak bisa ditahan lagi.


Ngeliat muka cantik Ayi yang sedang terangsang dan mendesah kaya gtu bikin birahi gue semakin menguat. Seperti udah diujung ubun ubun rasanya.


Wajah Ayi yang sudah memerah dan matanya tertutup itu terlihat sudah larut dalam permainan awal intim ini.


Ini sih ga perlu foreplay foreplay-an lagi kalo gini caranya.. Forget oral sex! Penetrate!


Lagian juga kalo gini terus yang ada gue keburu keluar duluan ini sih sebelum sempet masuk ke goa-nya Ayi.


Astaga.. Kenapa pikiran gue kotor banget gini? Fix deh ini gue udah horny banget..


"Sayaangg.." Panggil gue sambil terus melanjutkan gesekan pinggul gue.


"Hmm?" Jawab Ayi dengan gumaman. Matanya terbuka namun tampak sayu.


"A-aku buka yaa?" pinta gue ragu. Somehow gue ngerasa Ayi belum bener bener mau buat ml. "Biar makin enak.."


What, ler?


Makin enak?


Hadeehh.. Hal - hal yang gue ucapkan kalo lagi sange tuh ada - ada aja..


Ayi tersenyum kecil dan mengiyakan permintaan gue.


YAAASSHHH!!!! Sebuah parade kecil berjalan di dalam hati gue.


Tanpa banyak omong, gue langsung berhenti dan berusaha membuka baju dan celana gue dengan cepat.


Ayi melihat gue dengan tatapan takjub dan bingung. Dia lalu tertawa.


"Kenapa sayangg?" tanya gue bingung sambil melempar baju gue ke lantai.


"Enggaa.. Kamu barusan lucu banget kaya orang yang buru - buru mau kemana tauu.." Jawab Ayi kembali tertawa.


Udah ga tahan lagi aku, Ayii..


"Udah ga sabar lagi soalnya akuu.. Hehe.." ceplos gue kemudian mencoba membuka celana Ayi.


"Iiih ih iihhhh.. Kamu mau ngapaiinn?" tanya Ayi tiba - tiba begitu melihat gue sedang membuka celananya. Gue lamgsung menatapnya bingung, ga ngerti sama maksud pertanyaan dia. "Kok celana aku duluaan yang dibukaa.. Kamu duluan doongg.." lanjut Ayi dan membuat gue lega.






Kirain kenapa lagi..


"Kan kamu udah ngeliat punya aku.. Sekarang gantiang doong aku liat punya kamuu" Ucap Ayi sambil tersipu malu.


"Lho kan aku udah liat itu kamu.." jawab gue sambil menunjuk dadanya. "Nah kamu juga udah liat nih punya akuu.." lanjut gue sambil menunjuk dada gue dan melingkarinya dengan jari gue.


"Iihh curraanngg iihh hihihii!" jawab Ayi sambil tergelak. "Kan dada cowo bukan organ sensitiiff tauu.. Cowo kan bebas bebas aja telanjang dada.. Kalo cewe kan ga bisa kaya gtuu.."


"Ah cewe boleh kok telanjang dada.. Kita cowo malah lebih semangat pastii"


"Huu dasaarr ngereesss!" Kata Ayi sambil menjitak pelan kepala gue.


Kita berdua lalu tertawa bersama. Ayi lalu bangkit dan memeluk gue yang sedang berlutut di kasur. Tangannya menarik kepala gue untuk menciumnya dan kita pun kembali berciuman dengan mesra.


"Yaudahh kita buka bareng bareng deehh.. Gimana?" Usul gue. Ayi tampak berpikir sejenak.


"Deal!" Pekiknya antusias kemudian ikut berlutut di hadapan gue. Kita berdua kemudian mengambil posisi dan kedua tangan kita sudah bersiap di celana masing - masing.


"Siapp!?" Tanya Ayi dan tersenyum melihat gue.


"Siaapp!" Jawab gue menganggukkan kepala.


"1.. 2.. 3!" Ucap Ayi kemudian kita berdua sama sama membuka celana kita masing - masing hingga hanya menyisakan daleman aja.


"Ih apa tuh yang nonjooll.." Ucap Ayi tersipu malu sambil sesekali melirik ke tiang pemberontakan yang nampak jelas menonjol dari balik daleman gue.


"Ntar lagi juga tauu.." Jawab gw sedikit malu. Gimana ga berontak ini tiang.. Badan Ayi bagus banget ginii! Kulitnya yang putih mulus dan halus.. Lekukan badannya yang begitu terlihat, payudaranya yang cukup besar terlihat lebih indah lagi ketika dirinya tidak tiduran, ditambah dengan parasnya yang cantik, itu semua udah jadi kombinasi sempurna buat tiang gue berontak.


Pada saat kita berdua sama sama menurunkan celana dalem kita, mata gue ga henti hentinya melirik ke Ayi. Melihat dia dengan gemulai menurunkan celana dalamnya, payudaranya bergantung bebas saat ia mulai membungkuk, dan pada saat akhirnya gue mulai bisa ngeliat apa yang ada di balik celana dalem Ayi.


Jiirr bulunya Ayi lebat jugaa!!






"Aaa aku maluu belom cukuraann.." ujar Ayi selesai melepaskan celana dalamnya dan dengan cepat kedua tangannya menutupi vaginanya. Bulunya yang hitam itu berbanding kontras dengan putihnya kulit Ayi, meskipun Ayi berusaha menutupi dengan kedua tangannya, tetep aja keliatan dari sela sela jarinya.


Gue sendiri berusaha ga menghiraukan Ayi yang tampak beberapa kali melirik tiang pemberontakan gue yang mengacung tegak.


"Gpp sayaangg.. Aku suka kookk.. Niih punya aku juga banyak kan bulunyaa.." ucap gue berusaha menenangkan Ayi. Kedua tangan gue meraih tangannya dan gue tarik ke punuk leher gue.


"Badan kamu bagus banget sayaangg.." puji gue sambil menatapnya dalam - dalam.


Tanpa menjawab Ayi langsung mencondongkan badannya dan mencium gue. Tangannya menggenggam rambut gue sementara yang satu lagi gue genggam dan gue bawa ke penis gue dengan perlahan. Tangan gue yang satu lagi dengan bebas meremas salah satu payudara Ayi yang ranum itu.


Awalnya Ayi tampak ragu saat memegang penis gue. Bisa gue rasain ciumannya berhenti dan tangannya hanya meraba penis gue aja. Namun perlahan tangannya mulai bergerak mengocok penis gue dan kembali melanjutkan ciumannya.


Gue pun dengan senang hati membalas ciuman Ayi dan menikmati kocokan Ayi. Kocokannya sedikit pelan dan out of tempo, tapi tetep aja gue ngerasa keenakan, apalagi saat Ayi mulai terbiasa dan kocokannya mulai cepat.


Beeehh ini rasannyaaaa..


Saking keenakannya, gue sampe ga sadar udah ga nyium Ayi lagi. Mata gue merem melek karena rangsangan dari kocokan Ayi.


"Enak ya sayaangg?" Tanya Ayi membuyarkan lamunan kenikmatan gue. Ia tersenyum melihat gue keenakan gini.


"I-iya sayang.. Kocokan kamu enak bangett.." Ucap gue sambil melenguh nikmat. Rasa itu semakin bertambah nikmat ketika melihat payudara Ayi yang ikut berguncang karena kocokannya.


Oohh fuuucckkk!!


Ga tahan lagi gw.. Pengen gue masukkin rasanya..


Gue lalu perlahan merebahkan Ayi hingga terlentang di kasur dan gue menindihnya diatas. Kulitnya yang halus dan suhu badannya yang hangat begitu terasa di kulit badan gue. Payudaranya yang besar juga terasa sedikit mengganjal di dada gue.


Kita berdua kembali berciuman sambil gue mengatur posisi penis gue untuk masuk ke vaginanya Ayi. Dia sedikit meringis saat kepala penis gue menyentuh bibir vaginanya.


Dengan satu gerakan menusuk, penis gue mulai memasuki vagina Ayi.


Jirr anjiirrrr rapettt!!


Bibir vagina Ayi terasa seret dan seperti menghambat laju masuk penis gue semakin ke dalam.


Gue dan Ayi saling liat. Dia tampak sedang menyesuaikan diri dengan adanya satu objek yang sedang masuk di dalam dirinya. Selangkangan semakin terbuka lebar ketika pingguk gue semakin ambkes menindih pinggulnya hingga akhirnya mentok.


Gue mulai menarik keluar penis gje secara perlahan. Lagi lagi dinding Vagina Ayi seperti menahan laju penis gue agar tidak gampang keluar sampai akhirnya gue bisa ngerasain kepala penis gue berada di ujung bibir vagina Ayi. Lalu gue kembali menusuk ke dalam kali dengan tenaga yang sedijit lebih besar.


Ayi tampak kaget. Begitu juga dinding vaginanya. Gesekan yang terasa di kepala penis gue langsung mengirimkan sinyal nikmat ke otak gue dan tanpa sadar gue melenguh. Begitupula Ayi.


"Aaahhh.." Desah Ayi sedikit kaget. Setelah efek kagetnya hilang, dia tersenyum. Ada rasa senang yang terpancar dari senyumnya. Yeess.. Dia udah mulai terbiasa!


Barulah gue mulai gerakan tadi dengan ritme yang kebih cepat namun teratur. Naik dan turun. Setiap gerakan menghujam, penis gue seperti ada yang menahan. Terasa hangat dan juga seperti ada pelumas yang membuat gesekan tidak terasa perih.


Oh my gaawwddd nikmaatnyaaa!!


Slep - slep - slep

Bunyi itu terdengar secara rutin setiap kali pinggul kita saling bertemu.


"Hhh.. Aahhh.. Eemmmhhh.." Ayi mulai tidak malu mengeluarkan desahannya. Sama kaya gue. Kita berdua sangat menikmati. Kaki Ayi yang awaknya hanya mengangkang kini sudah mengalungi pinggang gue. Ikut menekan saat pinggul gue menghujam ke pinggulnya.


"Te-teruuss sa-sayaaAaahhh..." Desah Ayi.


"Enaakk ga sayaangg?" Tanya gue.


ayi hanya mengangguk aja. Matanya merem untuk meresapi kenikmatan yang sedang kita rasakan. Gue mengecup bibirnya dan langsung disambut ciuman penuh nafsu oleh Ayi. Tangan gue memegang payudara Ayi yang berguncang guncang.








Gilaakk.. Ini payudara enak banget buat digrepee.. Besarnya pas banget di tangan.


Puting susu Ayi yang sudah mengeras tampak sangat menonjol meskipun kecil. Setiap kali jari gue menyentuh sedikit puting itu, desahan Ayi makin menjadi.


"Uugghh sayaanggggg!!" Desah Ayi saat puting susunya gue cubit dan gue tarik sedikit. "Mmmmhhhhh..." desahnya lagi sambil menggigit bibirnya.


Merasa gemas dengan payudara Ayi, gue kembali memainkan payudaranya dengan lidah dan tangan gue.


Gue jilat dan gue hisap puting susunya sambil sedikit menggigit. Sementara tangan gue sibuk bermain dengan payudara yang satu lagi. Tangan gue meremas daging kenyal payudara Ayi dan jemari gue memainkan puting susu Ayi seperti bermain dingdong. Terkadang putingnya gue cubit dan sedikit gue pelintir hingga membuat Ayi melenguh panjang.


"Mmmmmmmmmmhhhhhhhh leerrrrrrr.. Aaaahhhh sayaangggg!"


Saking tak tahan lagi dengan rangsangan yang gue berikan, Ayi mendorong tubuh gue ke samping dan kemudian ikut berguling sampai akhirnya posisi kita berubah jadi dia yang di atas.


Gue sedikit kaget dan ga percaya ngeliat Ayi yang sepertinya udah kebawa nafsu banget. Permainan ini jadi sedikit liar..


Ayi lalu duduk di depan gue dan kembali memasukkan penis gue yang terlepas dari vaginanya. Setelah masuk, Ayi dengan cepat mulai bergoyang. Badan Ayi sedikit condong ke belakang dan ditopang kedua tangannya.


Gue bisa ngeliat jelas vaginanya yang menganga lebar dari selangkangannya. Payudaranya yang bergerak naik turun seiring dengan gerakan tubuhnya.


Anjrit.. Posisi ini emang the best banget deh.. Penis gue kerasa banget digenjot, apalagi vagina Ayi rapet, jadi rangsangan yang berasa itu dua kali lipet.


Dan ASTAGAA!!! Ini gue lagi main sama Ayi lhoo!?


Si cewe paling cantik..


Masih sedikit ga percaya gue kalo sekarang gue sama Ayi lagi ml..


"Sayaaanggghhhh.." Panggil Ayi yang sedang memperbaiki posisinya. Kali ini ia berjongkok di depan gue, kedua tangannya meraih tangan gue dan ia genggam erat, kemudian ia kembali bergoyang.



"Aaahh ah ah ah aahh.." Desah Ayi penuh kenikmatan.



Dan kali ini rasanya benar benar luar biasa.. Bisa dibilang ini emang posisi favorit gue sih, selain gue ga perlu ngapa - ngapain, gue juga bisa menikmati keindahan badan pasangan gue. Apalagi pasangan gue adalah Ayi.. Ga akan bosen gue ngeliatin indahnya badan dia.


Bagaimana payudaranya berguncang hebat di depan gue.. Genjotan pinggulnya yang naik turun semakin cepat.. Vaginanya yang ditutupi bulu lebat dan mencengkeram penis gue.. Ditambah lagi desahan Ayi yang sudah tidak bisa ia tahan lagi, semuanya membuat gue jadi pengen keluar..


Dan gue bisa merasakan sebuah orgasme akan terjadi di penis gue.


"sa-sayaangg.. Aku mau keluaarr.." Ucap gue bersiap siap.


"Tahaan sayaangg.. Aku jugaaaaakhh" jawab Ayi dibalik desahannya. Genjotan Ayi juga semakin meningkat.


Pakk-pakk-pakk-pakk-pakk-pakk


Bunyi kedua pinggul kita yang beradu terdengar makin kencang. Genjotan Ayi juga semakin kencang.


"Aahh aahhh aaahhh aahhh Aaaahh AAhhh AAAAAHHH.." Desahan Ayi semakin kencang dan mendadak hilang saat ia mencapai klimaks. Genjotannya berhenti. Genggaman tangannya terasa sangat kuat di tangan gue. Wajahnya tampak seperti sedang menahan sakit. Seluruh badannya bergetar dan seperti kejang.


Jirr Ayi keluaarr


"Uuuhhh hhh hhh hhh.." Desahan Ayi kembali terdengar. Perlahan ia kembali bergoyang. Saat ia melek, wajahnya tampak sangat puas. Senyumnya yang menawan langsung muncul dan kali ini tampak sangat sumringah.


Kali ini giliran gue!


Gue mendorong tubuh Ayi ke belakang hingga Ayi merebahkan dirinya kembali, kemudian gue bangkit dan segera membuka kembali selangkangannya. Dengan satu gerakan cepat, gue segera menghujamkan penis gue kembali ke Vagina Ayi yang kali ini terasa penuh cairan.


Langsung aja dengan tempo cepat gue menggenjot penis gue.


Plokk-plokk-plokk-plokkk


"Ooohhhh hoohhhhh haaahhhh hhhh" Erang gue sambil terus menghujam.


"Aahhh saayyaanggg.. Enaakk sayaannggg.. Teruusss.." Desah Ayi di sisa sisa orgasmenya.


Gue mengerahkan sekuat tenaga gue dan terus menggenjot.


"Aaahhhhhh... Aaahhhh terus sayaaanggg teruusssss.." Desah Ayi yang semakin menyemangatkan gue untuk keluar.


Dikit lagi, ler..


Dikit lagi..


Dikit..


Lagi..


Ini diaa..


Ini diaa..


"Aaahh.. Aahh... Aaaaaahhhh!!"






Gue segera mencabut penis gue dan berlutut di depan Ayi sambil mengocok penis gue secepat mungkin.


Ayi ikut bangkit dan ikut memegang buah zakar gue sambil memandang gue. Tangannya lalu memainkan payudaranya sendiri.


"Keluarin sayaanggg.. Keluarin nih di nenen akuu.."


Ucapan Ayi tadi seperti membuka pintu keran sperma di penis gue dan dengan cepat cairan itu keluar menyembur ke seluruh dada Ayi.


"Aaaaaarrrkkkhhhhhhh...." Lenguh gue menikmati orgasme dan terus mengocok penis gue.


Faaaakkkk ini luar biasa nikmaaatttt!!!


Cairan sperma gue tumpah di kedua payudara Ayi dan menutupi salah satu puting susunya dan luber ke bawah sampai ke dekat pusarnya.


"Enak yaa sayaangg?" Tanya Ayi yang kemudian mengocok penis gue.


Emang enak banget deh kalo abis keluar gtu, penis lo dikocokin sampe akhirnya lemes ga berdaya lagi..


"Banget sayang.. Makasih yaa" ucap gue sambil mengatur nafas. Kita lalu berciuman kembali.




======================



Mata gue mendadak terbuka. Gue ngeliat disamping kasur gue ga ada orang.


Kemana Ayi?


Wait..


Gue ga mimpi kaann?


Gue lalu mendudukkan diri gue di kasur dan membuka selimut gue.


"Kamu kenapaa?" Tanya Ayi yang terbungkus selimut di sisi uang satu lagi.


Oalah..


Gue lalu mengusap kepalanya. Wajahnya masih mengantuk, namun tetep aja dia keliatan cantik, bahkan sekarang keliatan menggemaskan banget.


"Itu siapa yang ngetok tuuhh?" tanya Ayi sambil menunjuk ke pintu.


Dan gue pun baru sadar kalo ada suara ketukan di pintu.


Gue lalu bangkit dan segera memakai celana boxer. Gue ngeliat jam dinding yang nunjukkin pukul 6.48 pagi.


Siapa coba jam segini ngetok..


Cuman Dosa sama Yully aja yang niat ke kamar gue pagi - pagi gini.


"Leerr?"


Eh?


Itu suara..


Jangan bilang?


Gue lalu membuka sedikit pintu kamar gue.


Astaga.. Bener ternyata..
 
Terakhir diubah:
Daaaaaaaaaaaaannnnnn...

Itu dia apdet dari ane..

Aduuhhh maaf yaa suhu suhu ane apdetnya kelamaan.. Udah ane jelasin kan kenapa di post ane sebelumnya?




Soooo... Gimana apdet ane kali ini?

Apakah bisa membayar telatnya apdet ane?



Oiya.. Sebelumnya ane mau kasih tau kalo sebagian besar dari update kalii ini itu ane ketik di Handphone.. Jadi harap maklum yaa kalo ada typo dikit dikit (atau malah banyak :hammer: )

Anyway.. Looking forward to your comment..

Cheers


:beer: :beer:
 
Wee.. Dah update.. Ts nya kejam Pertamax udah mahal di ambil juga.. Aku pertalite aja..

Btw.. NICE UPDATE suhu beler :jempol: ... Dan siap - siap chaos next episode, kena gep juli lagi indehoy aka ayi :pandajahat:
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Akhirnya update jugggaaaaaaaaa :cim:
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd