Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Cerita Kosan : Cinta & Kasmaran

Status
Please reply by conversation.
jangan ragu-ragu suhu, 3 episode sekaligus juga boleh.............:D
 
yul..yul...yuli.....:pandaketawa:
ini Belerr mau di palak..
biasanya kamu kan galak, yul​
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Cerita Kosan : Cinta & Kasmaran
Intermission : Yully

Merlot & Pinot Noir




Sore itu langit di Bandung terlihat cerah setelah sebelumnya hujan yang cukup lebat mengguyur kota ini dan menutup sinar matahari yang ingin masuk ke bumi pasundan sedari pagi. Suasana kota kembali disibukkan dengan aktivitas manusia yang langsung menggeliat penuh semangat. Ada yang mempersiapkan tenda tenda pinggir jalan untuk berjualan makanan di daerah Simpang Dago.. Ada yang sibuk membersihkan percikan air yang menempel di lantai depan tokonya.. Dan ada juga yang sedang pemanasan untuk mulai berolahraga di Sabuga.

Suasana Sabuga juga sudah mulai ramai oleh berbagai kalangan yang mempunyai tujuan berolahraga di tempat ini. Terletak di pusat kota Bandung bagian utara, Sabuga yang dikelilingi pepohonan rimbun dan rindang ini adalah surganya mereka yang ingin berolahraga di Bandung. Sebuah lapangan sepakbola yang dikelilingi jalur lari athletik bisa menjadi pusat kegiatan orang orang di Sabuga.

Gue dan Tom baru saja menyelesaikan lima putaran lari ketika Tom sudah mulai terlihat kelelahan. Wajar aja, Tom emang tipikal orang yang ga terbiasa lari sore (Ataupun segala bentuk olahraga lainnya). Tujuannya pergi lari sore pun murni untuk mencari wanita yang siapa tahu bisa ia ajak kenalan dan siapa tahu bisa jadi pacarnya. Sejauh ini tujuan Tom bisa dibilang setengah berhasil. Dugaannya akan banyak wanita cantik yang berolahraga disini tepat sekali. Gue pun beberapa kali terpesona melihat wanita wanita cantik yang berlari sore disini. Banyak yang bergerombol, tapi ga jarang juga yang sendirian. Dan lebih pentingnya lagi, tidak membawa pasangan alias Single.

"Tom, elo beneran cape apa ada maksud terselubung yang lain nih?" Ucap gue sambil melemaskan kaki gue. Kita berdua udah menyingkir dari jalur lari dan beristirahat di satu dari banyak pondokan yang terdapat disekitar jalur lari.

Tom sama sekali ga ngejawab, tapi dia memberikan isyarat ke gue. Matanya melirik ke sebelah kanannya.

Nah kan bener.. Emang ada maksud terselubungnya juga ini anak.. Ga jauh di samping gue ada seorang cewe yang juga sedang beristirahat sambil mendengarkan lagu dengan headsetnya. Tampak cewe itu sedang meregangkan badannya sambil sesekali menepuk pelan betis kakinya yang terbungkus celana training. Rambut hitam panjangnya diikat dan ditarik hingga menjadi seperti ekor kuda. Kulitnya yang putih dibasahi oleh beberapa butir keringat.

Sekilas memandang cewe itu mengingatkan gue sama.. Riani.. Mantan si Tom.

Mungkin memang selera Tom ya cewe cewe yang tipe Riani kali ya..

Yang jelas Tom masih ragu ragu buat menyapa cewe itu. Sedangkan gue sebagai teman terbaiknya berusaha memberikan dukungan moral supaya si Tom mau kenalan.

"Elo ga kenalan nyesel lho, Tom.. Cewe kaya gitu jarang jarang single.. Next time elo ketemu dia lagi, pasti udah bawa gandengan tuh.. Disitu pasti elo baru nyesel, soalnya cowo yang dia gandeng itu bisa aja elo kalo elo hari ini mau kenalan sama dia!" Ucap gue setengah berbisik dan mendorong lengan Tom untuk memberanikan diri dan berkenalan dengan cewe itu.

Diluar dugaan gue, omongan gue berhasil dan Tom mencoba menyapa cewe itu. Gue mencoba memberikan privasi dan kembali ke jalur lari sambil berlari sendirian meninggalkan Tom dan 'cewe barunya'.

"Leeerr.. " Suara panggilan seorang cewe terdengar di kedua telinga gue. Suara si Dosa. Gue langsung nengok dan ngeliat dia, Radit, dan gengnya sedang berlari berbarengan.

Layaknya melihat beberapa bidadari dan seorang jaka tingkir yang beruntung bisa mengambil selendang salah satu bidadari itu.

Dalam sekejab rombongan mereka langsung menjadi perhatian cowo cowo (dan juga cewe cewe yang sirik dengan penampilan mereka) yang berada di Sabuga.

Kulit yang bersih dan mulus, paras yang cantik dan menarik, badan yang bagus, dan memakai baju olahraga yang sedikit berbeda dengan wanita wanita lain disini, membuat mereka langsung menjadi pusat perhatian. Easily the best women di area ini. Layna, Karen, Tyas, Thania.. Mereka semua terlihat sangat cantik.. Tapi memang Dosa yang benar benar menjadi magnet perhatiannya.

Apalagi sebabnya kalo bukan karena ukuran buah dadanya yang diatas rata rata. Dia juga mengenakan celana pendek yang jauh diatas lutut dan atasan tanktop yang memperlihatkan kemulusan kulit putihnya di sekitaran perut dan kedua lengannya. Untungnya (atau mungkin sayangnya) Dosa memakai Sports Bra, jadi kedua payudaranya yang besar itu tidak berguncang hebat saat dia berlari, hanya diam saja tertopang bra tersebut meskipun tetap terlihat tegak dan menantang mata siapapun yang memandangnya.

"Mana kembar siam lo deh?" Tanya Dosa ketika rombongan mereka menghampiri gue yang sebelumnya beberapa kali menelan ludah melihat pemandangan yang mereka berikan.

"Tuh si Tom.. " Ucap gue sambil menunjuk ke salah satu pondok. Mereka semua melihat yang gue tunjuk dan melihat si Tom sedang asyik ngobrol berduaan bersama seorang cewe.

"Siapa tuh?" Tanya Radit. Kita semua mulai berlari kembali.

"Biasalah si Tom.. Barusan kenalan itu dia.. " Ucap gue sambil mengatur nafas. Malu juga nih kalo kalah lari sama cewe cewe ini.. Meskipun mereka baru dateng dan gue sama Tom tadi udah lima kali putaran juga sih, tapi kan gengsi laahh.. Gue pengen cewe cewe ini ngeliat gue sebagai cowo yang cukup kuat dalam hal fisik, biasalah cowo.. Kalo fisik cowo lemah, kesannya ga jantan aja, ya ga sih?

Dan mungkin karena rasa gengsi itu juga yang membuat gue somehow bisa kuat meladeni cewe cewe ini berlari beberapa putaran, cukup kaget juga gue mereka bisa konstan berlari terus sampai beberapa putaran tanpa harus beristirahat, ini sudah memasuki putaran keempat dan mereka semua belum ada tanda tanda akan berhenti. Sedangkan gue mulai merasakan lutut gue yang lemas dan nafas yang mulai memburu.

Untungnya saat putaran keempat baru berlangsung setengah putaran, si Layna mendadak ingin ke kamar kecil. Gue langsung ngeliat kesempatan ini sebagai kesempatan untuk nyari nafas dan menawarkan diri gue untuk mengantar dia ke kamar kecil.

Layna ini menurut gue adalah cewe tercantik diantara gengnya Dosa. Emang dia suka jadi model juga sih, malah katanya dia pernah ditawarin pemotretan di FHM.. Gue ga tau juga bener apa engga itu cerita. Cuma ya gue ga meragukan sih.. Wajahnya yang tegas ciri khas wajah wajah seorang model, bentuk mata dan alis yang hampir sempurna, kulitnya yang putih mengkilap, dan badan yang menyaingi Dosa, cukup menjadi bukti kalo dia pantas menjadi model.

Sayangnya Layna ini menurut gue aga aga sombong orangnya. Waktu gue nawarin diri untuk nganterin dia ke kamar kecil gue bisa ngeliat dia aga keberatan dan malah mengajak Tyas dan Karen untuk menemani dia sambil memandang gue dengan kurang akrab. Tapi karena Dosa yang bilang bareng cowo aja, jadilah dia mau gue temenin ke kamar kecil.. Lagian kaya bakal gue apain aja deh..

"Makasih ya udah nemenin gue.. " Ucapnya sesaat setelah keluar dari kamar mandi.

"Selow ajaa.. Gue juga ema.. "

"Gabung sama mereka lagi yuk!" Belum selesai gue jawab, Layna langsung memotong gue dan berjalan cepat meninggalkan gue menuju jalur lari untuk bergabung bersama Dosa dan Gengnya.

Untung cantik..

Tapi ya sudahlah.. Gue udah ngambil nafas juga beberapa saat. Kuat lah diajak lari satu dua putaran lagi.

"Ler.. Ntar malem lo mau kemane?" Tanya Radit saat gue dan Layna udah gabung sama mereka.

"Gue mau jalan euy.. Makan di Congo.. " Ucap gue sambil berusaha mengikuti langkah mereka.

"Yaahh.. Baru mau ngajakin jalan, Ler.. " Ucap Dosa yang berada di depan gue. "Nanti malem kita mau ke Cloud 9 nih.. " Lanjut Dosa. Cloud 9, sebuah bar yang berada di wilayah atas Bandung, terletak di samping tebing dan sedang menjadi tempat paling eksis sekarang ini untuk mereka yang suka dengan gemerlapnya dunia malam.

"Yaah, sorry deh.. Gue udah janjian soalnya.. " Ucap gue menolak ajakan mereka.

"Emang mau jalan sama siapa deh lo? Gebetan?" Tanya Radit.

"Yeeaayy Beler udah move on dari si toge itu.. " Kata Dosa menyebut Wulan dengan panggilan toge karena, Well, toketnya Wulan gede.

Gue masih inget waktu itu Gue ngobrol sama Tom, Dosa, dan Radit di kamar gue saat gue masih jadian sama Wulan. Kita ngobrolin gimana pendapat mereka soal Wulan, dan Dosa berkomentar mengenai gimana gedenya payudara si Wulan saat pertama kali kenal. "Tapi ga segede punya gue yaa.. " Kata Dosa tertawa waktu itu sambil mendekap kedua payudaranya dengan telapak tangannya hingga menekan dadanya keatas dan menyembulkan payudaranya keluar sedikit dari belahan bajunya. Gue yakin malem itu si Tom langsung ke kamar mandi ngebayangin si Dosa..

"Cuman sama si Yully koo.. " Ucap gue setengah ga semangat. Bukan berarti gue ga seneng mau jalan sama Yully..

"Wiihh.. Malem minggu jalan ke Congo sama cewe.. Romantis banget lo, Ler.. " Kata Tyas tiba tiba.

"Ah bukan gue yang ngajak ko.. emang dia yang ngajak.. " Ucap gue sambil menengok ke Tyas yang berlari bertiga bersama Layna dan Karen. Dosa kemudian menjelaskan ke mereka kalo Yully itu adalah temen gue dari kecil dan gue sama dia itu emang deket banget..

"Awas lhoo.. Biasanya yang gitu gitu ntar ada yang suka lho salah satunya.. " Ucap Tyas santai.

Gue cuman menanggapi dengan senyuman aja. Tyas bukan orang pertama yang bilang kaya gitu..

Ga lama kemudian Tom gabung sama kita karena si cewe itu mau pulang. Si Tom berhasil ngedapetin nomer cewe itu dan muka dia keliatan seneng banget. Good for you deh, Tom! Semoga berhasil ngejar itu cewe..

Selesai lari sore gue pamit balik duluan karena harus siap siap ketemu Yully sementara mereka masih mau duduk duduk dulu.

Sampai di kosan gue langsung ngabarin Yully buat siap siap, setelah itu gue langsung mandi dan bersiap siap buat ngedate sama Yully di Congo.

Congo ini adalah sebuah tempat makan yang terletak di Dago Pakar, sebuah daerah perbukitan yang sedang dikembangkan untuk menjadi area wisata kuliner yang selain menawarkan variasi kuliner yang beragam, juga memberikan pemandangan alam yang cukup indah. Congo sesuai namanya mengambil konsep tempat seperti mini Resort di tengah hutan. Arsitekturnya didominasi kayu kayu dan bercampur gaya minimalis penuh kaca dalam bangunannya. Terbagi dua tempat makan yang masing masing tempat menawarkan keunikan tersendiri. Tempat pertama adalah semi outdoor dengan bergaya pondokan kayu, tempat kedua bergaya fine dinning lengkap dengan candle light dan penerangan yang ditata sedemikian rupa agar terlihat menawan.

Gue dan Yully memilih makan di tempat kedua. Kita berdua sama sama baru pertama kali masuk ke Congo, jadi masih aga aga bingung harus mesen apa. Tapi Yully seperti biasa bisa menjaga dirinya untuk tetep tenang. Sebaliknya gue keliatan kaya orang norak yang terpesona dengan desain interior tempat itu yang modern dan minimalis, dan terpesona dengan menu makanan yang membuat air liur gue bergejolak di dalam mulut. Setelah puas melihat menu makanan yang hampir semuanya menarik, akhirnya gue memesan T-Bone Steak dengan saus jamur sedangkan Yully memesan Tuna Steak dengan saus lemon. Setelah itu kita berdua berbincang bincang.

Seperti biasa kalo gue dan Yully udah ngobrol, apapun bisa kita bicarain. Kita berdua itu udah konek dan selalu nyambung dalam semua obrolan sampai sampai makanan kita berdua udah dateng aja tanpa terasa. Mungkin yang sedikit membedakan gue dan dia itu adalah dia lebih pinter dari gue.. Itu aja sih.

"Jangan salah lhoo.. Menurut gue elo tuh pinter tau.. Pinter banget.. " Kata Yully sambil mengunyah steak tuna nya. "Cuma kepinteran elo tuh berbeda sama kepinteran gue.. " Lanjutnya setelah menelan kunyahannya.

"Beda dimana?" Tanya gue.

"Yaa.. Gimana yaa.. Pengetahuan umum lo tuh luas banget.. Kaya yang waktu elo bantuin gue pas tugas Hukum Udara & Ruang Angkasa.. Gue mana tau tuh sejarahnya Apollo 13 yang dibikin jadi film itu.." Kata Yully memberikan contoh kenapa dia bisa bilang gue itu pinter.

"Iya sih.. tapi kan kepinteran gue lebih sering ga guna dalam kuliah dibanding bergunanya.. " Ucap gue sambil lanjut makan.

"Yaa.. makanya elo belajar laahh.. Biar bisa nyusul gue selesai kuliah.. " Ucap Yully mendadak menasehati gue.

"Kaya nyokap gue aje deh lo ngomongnya.. " Gue aga males juga kalo harus diceramahin gini..

Yully tertawa dan kemudian meminta maaf. "Iya iya maaf, boleh dog gue ngingetin lo sekali sekali?" Katanya sambil tersenyum.

"Boleh.. asal jangan sering sering aja.. " Gue menjawab asal.

"Eh, Ler.. Gue ngeliat itu orang ngewine kayanya enak banget yaa? Kita ngewine yuk? Gue pengen deh nyobain Red Wine gitu mumpung lagi di tempat gini kan.. " Ucap Yully sambil melirik pasangan yang sedang makan ga jauh dari meja gue dan Yully.

"Boleh aja sih.. tapi kan elo makan Tuna.. Masa elo mesen Red Wine?" Ucap gue bingung.

"Lho emang kenapa, Ler? Ngaruh gitu sama makanan gue?"

"Mmm.. Selera orang sih.. Cuma biasanya tuh orang minum wine tergantung dari makanan yang dia pesen.. "

"Oh gitu.. Nah gue kenapa ga boleh yang Red kalo gitu?"

"Jadi nih yaa.. Elo mesen yang Red atau White Wine itu tergantung dari warna daging yang elo pesen.. Kaya gue nih kan mesen T-Bone Steak, daging sapi.. Daging sapi kan warnanya merah tuh.. Nah gue mesen Winenya yang Red berarti.."

Yully tampak terpesona sama apa yang baru aja gue jelasin.

"Waaahh kereenn.. Berarti gue yang White dong yaa? Soalnya kan Tuna dagingnya warna putih.. "

"Iyaa kurang lebih gitu lah, Yul, Basic principle nya.. " Ucap gue sambil meneruskan menyuap T-Bone Steak gue lagi.

"Aahh tapi gue pengennya yang Red Wine ah.. lebih keren aja warnanya.. " Kata Yully bersikeras ingin Red Wine.

"Ya seperti yang udah gue bilang, Yul.. Itu berdasarkan selera orang aja.. Ga ada yang ngelarang ko elo mau mesen Red atau White.. Cuma disarankan pesen Red atau White berdasarkan warna daging makanan yang elo pesen.. Gitu.. "

Yully mengangguk angguk mendengarkan penjelasan gue dengan baik. Ia lalu memanggil waiter untuk memesan Wine. Dan membiarkan gue memesan pilihan Wine-nya.

"Saya mau Satu gelas Pinot Noir dan satu gelas Merlot ya.. Terserah yang mana, yang penting Pinot Noir sama Merlot.. " Ucap gue ketika si waiter datang menghampiri meja gue dan Yully.

Yully menggelengkan kepalanya dan berdecak kagum.

"Elo harus liat betapa gayanya elo tadi pas mesen anggur, Ler.. " Ucapnya polos. Matanya berbinar binar kagum seolah gue baru aja melakukan aksi kelas dunia.

Ga lama kemudian waiter itu kembali dengan membawa dua gelas pesanan kita berdua. Yully kaget saat melihat kedua gelas tersebut adalah Red Wine. Saat si waiter itu pergi meninggalkan meja kita, akhirnya Yully langsung bertanya.

"Katanya gue harus yang White?"

"Lho tadi katanya pengen yang Red?"

"Iya sih.. Tapi kan tadi lo bilangnya gue cocoknya yang White.. "

"Tenang aja.. Ini tuh Wine Pinot Noir.. Rasanya ga terlalu kompleks dan pekat kok, jadi cocok cocok aja buat tekstur steak ikan yang lo makan.. Lagian, Pinot Noir ini pas juga buat orang orang yang masih awam minum Wine.. " Gue mencoba menjelaskan kepada Yully kenapa gue pilihkan Red Wine untuknya.

"Okaay, karena elo ahlinya, gue nurut aja deehh.. " Kata Yully sambil mengangkat gelasnya, "Cheers!" Lanjutnya mengajak gue bersulang.

Gue langsung cepat menghentikan Yully.

"Eeehh, Yul.. Bentar.. Cara megang lo salah tuh.. " Ucap gue sambil menunjuk posisi telapak tangannya yang memegang bagian bawah wadah gelas Wine tersebut. Yully tampak bingung dengan maksud gue dan kemudian mearuh gelas itu kembali di meja.

"Trus gimana cara megangnya?" Tanya dia.

"Elo pegang gelasnya itu di tangkai gelasnya, Yul.. Jangan di wadah gelasnya.. Ada alasannya lho kenapa gelas Wine itu selalu kaya gitu bentuknya.." Ucap gue sambil menunjukkan pada Yully gimana cara memegang gelas Wine yang benar dengan memegang gelas Wine gue.

Yully mengernyitkan alisnya dan tertawa. "Ada ada aja yaa cara minum wine.. " Katanya sambil mengikuti pegangan tangan gue di gelas Wine nya sendiri.

"Sebisa mungkin elo jangan sampe nyentuh wadah gelasnya, Yul.. Soalnya nanti suhu badan lo yang ada di telapak tangan bisa berpengaruh langsung sama suhu Wine yang di gelas.. Makanya elo pegangnya di tangkai gelasnya.. "

"Ooh gitu? Tapi gue sering liat orang orang pegang di wadah gelasnya.. Salah dong berarti?" Tanya Yully sambil melihat pegangan tangannya, berhati hati agar tidak ada bagian tangannya yang menyentuh wadah gelasnya.

"Yaa.. Itu mah cuman buat gegayaan aja pasti.. " Ucap gue santai sambil memutar mutar gelas Wine gue hingga Wine tersebut bergerak terputar.

"Naah naahh, itu juga tuh.. Gue sering liat orang orang kalo ngeWine pasti diputer puterin gitu gelasnya.. Itu kenapa tuh?" Tanya Yully saat melihat pergerakan gue tadi.

"Oh, ini tuh biar aroma Winenya keluar, Yul.. Diputer puter gini supaya udara masuk ke dalam Wine.. Nah ntar lama kelamaan aromanya bakalan kecium deehh.. " Ucap gue. "Awas pelan pelan muterinnya, ntar tumpah.. " Lanjut gue memperingatkan.

Yully tampak berhati hati memutar gelas Winenya secara perlahan. Setelah beberapa saat, gue suruh Yully untuk memiringkan gelasnya dan mencium aroma Wine yang pasti sudah muncul dari dalam wadah gelas itu.

Awalnya Yully aga ragu untuk mencium aromanya, mungkin ga percaya dengan yang gue bilang. Tapi akhirnya Yully seperti bisa mencium aroma yang timbul dan mulai menutup matanya untuk menikmati aroma Wine itu. Gue cuma bisa senyam senyum aja ngeliatin Yully sambil juga menikmati aroma wine yang mulai semerbak dari gelas gue.

"Harum banget wanginya.. Hmm.. Enaaakk.. " Ucap Yully jadi ketagihan menciumi aroma wine tersebut.

"Nah, mumpung masih wangi, elo minum deh sekarang.. Jangan diteguk gitu yaa, Yul.. Elo seruput pelan pelan kaya minum kopi aja.. " Ucap gue sembari menyeruput wine tersebut. Yully juga mengikuti cara minum gue.

"Elo arahin itu wine ke seluruh penjuru mulut sama lidah lo, Yul.. Biar kerasa semua manis, asam, sama alkoholnya.."

Yully menuruti intstruksi gue dan terlihat memainkan mulutnya seperti orang berkumur kumur, pipinya menggembung bergantian untuk beberapa kali sampai akhirnya dia menelan wine tersebut.

"Gimanaa?" Tanya gue.

"Enaaaakkk!" Ucap Yully senang. Gue pun puas bisa memperkenalkan kepadanya cara meminum Wine yang benar.

"Yaudah, sambil lo makan, lo seruput aja itu Wine.. Lebih dahsyat pasti raasanya.. " Ucap gue sambil mengambil kembali Pisau garpu di piring gue dan melanjutkan kembali sisa makanan yang hampir habis.

"Keren juga ya seni minum anggur.. Classy banget.. " Kata Yully senyam senyum sambil memotong Steak Tuna nya.

"Yoi.. NgeWine tuh menurut gue kaya memperlakukan cewe.. Ga bisa sembarangan milih cewe, harus sesuai dengan personaliti lo.. Harus hati hati deketinnya, dan sabar juga. Bisa aja lo deketin seorang cewe dengan asal, tapi ya elo ga akan bisa ngedapetin cewe itu dengan optimal.. Lain lagi kalo lo memperlakukannya dengan classy, sabar, lo tarik ulur, pasti itu cewe bakalan total nunjukkin siapa diri dia sebenernya.. Ibaratnya Wine, kalo lo cuma minum gitu aja, ya elo ga bakalan tuh ngerasain sensasi aroma Wine nya, ga bakalan ngerasain kompleksitas rasa Wine tersebut, atau lebih parah lagi, elo ngerasa ga cocok sama Wine tersebut.. " Entah kenapa monolog tersebut keluar dari mulut gue. Darimana datangnya gue juga ga tau. Hanya mengucapkan apa yang gue rasakan.

Yully memandangi gue sambil tersenyum manis.

"Dan elo masih nganggep diri lo ga pinter, Don? Apa yang daritadi lo ajarin ke gue itu bukti kalo lo itu punya pesona tersendiri.. Ga kaya cowo cowo yang lain.. Elo itu unik.. Cewe suka itu.. Lo tau kan, cewe paling ga suka ketemu orang yang bajunya samaan pas ada pesta? Makanya cewe selalu mencari sesuatu yang unik untuk bisa ditunjukkin ke temen temennya.. Termasuk pacarnya.. " Yully ngomong panjang lebar juga sambil memegang tangan gue.

"Makasih ya, Yul.. " Ucap gue sambil tersenyum."Elo tuh ya.. Elo itu The Finest Wine yang gue punya.. Lady of the Finest Wine "

Yully tampak tersentak mendengar pujian gue. "Jarang jarang lho elo muji gue.. " Katanya pelan. Ia lalu mengambil gelas Winenya dan menunjukkan ke gue kalo dia udah bener megang gelasnya. Kemudian ia menyeruput wine itu.

"Beneran, Yul.. Ya muji mah jangan sering sering.. Tujuan muji seseorang kan untuk nunjukkin kalo orang itu spesial.. Kalo sering sering yaa, jadi ga spesial dong?" Ucap gue ikut menyeruput Wine gue.

Kita berdua kemudian saling menikmati Wine masing masing sambil kembali berbincang mengenai apapun. Termasuk Wisuda Yully yang sebentar lagi akan diadakan.

"Elo bentar lagi cabut dong ya, Yul.. Terus ntar yang marah marahin gue siapa nanti kalo gue ga kuliah.." Gue aga lirih mengatakan itu. Sedih juga sih kalo ngebayangin dia bentar lagi udah ga tinggal di Bandung..

Mata Yully melirik ke gelas red wine yang ia pegang itu. Hampir habis isi gelas itu, hanya tinggal beberapa kali seruput saja maka habislah red wine itu.

Kemudian Yully memandang gue dengan pandangan yang sayu. Lalu ia tersenyum. Gue juga tersenyum balik ngeliat dia. Cahaya lilin yang sedikit berkerlip dan pencahayaan ruangan yang sedikit temaram memendarkan aura yang romantis.

Yully lalu meletakkan gelas red wine itu ke meja dan membetulkan posisi duduknya.

"Eh, Ler.. " Ucapnya pendek. Ia tampak mengatur kata katanya yang ingin ia ucapkan.

"Iya, Yul?" Jawab gue.

"Gue.. pengen ngomong sesuatu sama lo.. Ga tau yaa.. Gue kepikiran aja selama ini.. Dan gue bingung juga mau bilang ke elo apa engga.. " Kata Yully serius. Jarinya tampak memegangi ujung gelas wine sambil bermain main di ujung gelas itu membuat gerakan melingkar. Matanya pun seperti ga berani kontak langsung sama gue.

"Apa deh, Yul.. " Gue kebingungan dengan gayanya yang sedikit gugup. Bukan pemandangan yang biasa gue liat ini, seorang Yully gugup kaya gini. Biasanya kan dia percaya diri banget. Yully tampak mengambil nafas dan kemudian bersiap ngomong.

"Gini ler.. Gue tuh.. ", Yully kembali menghentikan kalimatnya, "Gimana ya gue ngomongnya.. " Kata Yully sambil menghindari kontak mata dengan gue yang ga tau ada apa dengan dirinya.

"Yaudah, bentar deh yaa gue ke toilet dulu.. Kebiasaan nih kalo minum alkohol pasti gue jadi kebelet pipis terus.. " Ucap gue beranjak dari meja. Yully tampak sedikit lega dengan kepergian gue. "Sekalian lo atur baik baik mau ngomong apaan.. tumben banget lo gugup gitu.. " Ucap gue memegang pundak Yully kemudian berlalu mencari toilet.

Mau ngomong apa pula si Yully ini.. Apa karena ngeWine dia jadi kaya gitu? Perasaan Wine yang gue pilih ga berat berat amat.. Dan Yully juga setau gue kuat kuat aja minum minuman beralkohol.. Aneh..

Selesai dari toilet gue segera beranjak ke wastafel yang berada diantara pintu toilet pria dan wanita. Saat gue akan cuci tangan, gue perhatiin ada yang aneh dengan keran air di wastafel itu. Tidak ada gagang untuk membuka jalur airnya.. Gue aga kebingungan sendiri gimana cara menyalakan keran tersebut. Hingga akhirnya gue sadar ada sesuatu dibawah keran tersebut yang sepertinya adalah sensor dimana air akan menyala secara otomatis bila kita menaruh tangan kita dibawah keran air itu. Benar saja, saat gue menaruh kedua tangan gue, air langsung mengucur.

Canggih..

Norak gitu gue sama kemajuan teknologi.. Then again, ga heran juga kalo tempat ini mengadopsi teknologi terbaru di semua area. Konsepnya aja udah mahal.. masa teknologi yang dipake usang? Kan jadinya kebanting sama desain interior dan eksterior yang udah mewah dan artistik..

Saat gue akan selesai cuci tangan, ada seorang cewe yang keluar dari toilet wanita. Gue spontan langsung melihat ke cewe itu. Cantik.. Memakai dress hitam dan bersepatu hak tinggi membuat dia terlihat anggun. Saat ia mendekati wastafel, aroma parfumnya yang wangi juga tercium di hidung gue.

Sama seperti gue yang kebingungan dengan cara menyalakan keran airnya, cewe itu juga begitu. Dia tampak sedikit bingung melihat desain keran airnya yang tidak menunjukkan adanya kenop untuk mengeluarkan air.

Tadinya gue ga mau ngebantuin karena gugup mau ngomong ke cewe itu. Namun gue jadi keinget sendiri sama kata kata gue waktu ngomong ke Tom di Sabuga tadi sore..

"Elo ga kenalan nyesel lho, Tom.. Cewe kaya gitu jarang jarang single.. Next time elo ketemu dia lagi, pasti udah bawa gandengan tuh.. Disitu pasti elo baru nyesel, soalnya cowo yang dia gandeng itu bisa aja elo kalo elo hari ini mau kenalan sama dia!"

Damn.. Lucu juga ngeliat sekarang gue berada di posisinya Tom dan gue bisa ngerasain gimana gugupnya si Tom untuk ngomong ke cewe itu.

Tapi akhirnya gue memberanikan diri gue dan ngebantuin cewe itu.

"Emm, mbak.. itu ada sensornya.. Tinggal ditaruh aja tangannya ke bawah keran, ntar nyala sendiri.. " Ucap gue sopan kepada cewe itu.

Cewe itu nampak kaget karena gue tiba tiba ngomong namun akhirnya mengikuti perkataan gue.

"Iiih canggih!" Kata cewe itu saat tangannya dibasahi air yang menyala otomatis. "Astaga norak banget gue.. " Ucapnya lagi sambil melirik gue dan tersenyum malu.

Gue juga tersenyum, "Sama sih.. Gue juga tadi kurang lebih gitu reaksinya pas tau itu otomatis.. " Ucap gue berusaha mengakrabkan diri. "Norak norak gitu kaya lo tadi.. "

Si cewe itu tersenyum manis sekali, dan entah bagaimana caranya gue jadi sedikit berbincang dengannya.

"Boleh.. Kenalan?" Ucap gue ragu kepadanya.

Cewe itu juga ragu. "Terus cewe lo yang ada di meja mau diapain?" Kata cewe itu melipatkan kedua tangannya di dadanya.

Gue melongo, kok dia tau gue sama cewe?

"Gue duduk ga jauh dari lo, disitu tuh.. " Katanya lagi sambil menunjukkan meja tempat ia makan yang tidak jauh dari meja gue dan Yully.

"Bu-bukan.. itu bukan cewe.. " Gue langsung berusaha menjelaskan.

"Hah? Cantik gitu bukan cewe?" Tanya si cewe itu heran.

"Eh, bu-bukan.. maksudnya iya dia cewe, tapi bukan cewe gue.. " Ucap gue gugup. Well done, ler.. Mana percaya dia dengan nada bicara lo yang panik gini..

Cewe ini menaikkan alisnya, "Malam minggu makan malem berduaan terus nge Wine.. Terus elo bisa bilang kalo dia bukan cewe lo?" Katanya dengan heran. Matanya memandangi gue seolah gue player sejati.

"Be-beneran, mba.. Kalo ga percaya ikut gue deh, kita ngobrol langsung sama dia.. " Ucap gue terus tanpa sadar mengulurkan tangan gue untuk mengajak dia mengikuti gue. Dia memandangi gue dan tangan gue yang terjulur kehadapannya dengan heran.

Si geblek Beler, ngapain juga elo ngulurin tangan? Lo kira dia bakalan mau megang tangan lo apa ler? Aduh.. Ga ada smooth smoothnya deh gue sekarang ini..

Gue ubah gesture tangan gue sedemikian rupa sehingga menjadi melambai seolah hanya untuk mengajak dia berjalan mengikuti gue.

Cewe itu akhirnya dengan berat hati menuruti gue dan kita berdua berjalan menuju meja gue dan Yully.

Yully ngeliat gue dengan penuh tanda tanya ketika gue datang membawa cewe itu.

"Yul, cewe ini ga percaya kalo gue sama lo itu ga pacaran.. Bisa lo kasih tau?" Pinta gue ke Yully yang ngeliatin gue dan cewe itu.

"Apaan sih kamu sayang? Ko ngomongnya gitu?" Ucap Yully sambil ngeliatin gue dan tersenyum mengejek gue.

Si cewe itu langsung ngeliatin gue kaya gue punya banyak penjelasan yang harus dijelasin ke dia. Tangannya bertolak pinggang menunggu penjelasan itu muncul dari bibir gue. Sedangkan gue terbelalak kaget mendengar Yully bicara begitu. Gue langsung melotot ke Yully meminta dia untuk menjelaskan yang sebenarnya. Tapi Yully tetap berakting sebagai pacar gue, bahkan menarik tangan gue untuk duduk.

Si cewe itu akhirnya menggelengkan kepalanya kemudian berkata, "Maaf ya udah gangguin lo.. Tapi cowo lo tadi kecentilan tuh pas ke toilet.. " ucapnya ke Yully kemudian berjalan menjauhi meja gue dan Yully. Dia lalu bergabung kembali bersama teman temannya dan tampak menceritakan pengalamannya tadi bersama gue. Beberapa teman temannya spontan langsung ngelirik gue dan terlihat menertawakan gue.

"Yul!" Gue langsung setengah teriak ke Yully. "Sumpah ga lucu banget becandaan lo yaa!" Lanjut gue. Yully namun terlihat santai dengan reaksi gue. Dia bahkan meminum kembali Wine-nya yang hampir habis.

"Gue ga suka ngeliat itu cewe.. Berasa cantik" Yully menjelaskan kenapa dia begitu tenang. Tapi gue menggerutu sendiri.

"Itu karena dia emang CANTIK, Yullyyyy" Ucap gue sambil memukul mukul meja dengan hentakan kecil saking gemesnya sama kelakuan Yully.

"Udahlah, Ler.. Gue yakin dia cewe yang cukup pinter untuk tahu kalo gue cuma becanda.. Ngertilah harusnya cewe itu.. " Kata Yully lagi dengan santai.

"Kalo elo yang digituin gue yakin elo ngerti itu cuma becandaan.. Tapi kan ga semua cewe sepinter elo, Carolina Astriuly Watung!" Ucap gue memanggil Yully dengan nama panjangnya. Mendengar gue memanggil dia dengan nama panjangnya, Yully langsung memajukan kursinya, mukanya jadi terlihat agak serius.

"Gini ya Beler sayang, ga perlu IQ level Astronot untuk tau kalo gue sama lo itu ga pacaran.. Dengan lo beraniin diri untuk ngajak dia kesini aja harusnya itu cewe udah sadar kalo elo itu ga bohong.. Nah kalo dia masih nganggep kita pacaran, ya berarti? Dia bego.. Lo mau pacaran sama cewe 'bego' kaya gitu? Gue sih ogah.." Jelasnya panjang lebar. Lama lama Yully mulai jengah dengan dumelan gue.

Mendengar perkataan Yully gue jadi ga bisa ngomong dan hanya bisa menghela nafas.

"Lagian elo pengen banget kenalan sama cewe itu? Apa yang spesial dari dia yang bikin lo jadi harus kenalan sama dia?" Tanya Yully mendadak kesal.

Kita berdua terus ga ngomong untuk beberapa saat. Yully tampak meredam amarahnya.

"Elo kenapa deh, Yul?" Tanya gue pelan sambil ngeliat dia. "Tumben elo segininya banget.. " Yully tampak sedang memikirkan sesuatu. Seperti ada yang mengganjal di dirinya dan ingin ia ceritakan tapi somehow ga berani ia ungkapkan.

Yully menghela nafasnya dalam dalam. Ia lalu ngeliat gue dan tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya, "Ga pa pa, Ler.. " Ucapnya kemudian menenggak habis Wine-nya. "Gara gara Wine kali nih.. " Lanjutnya sambil berusaha tersenyum dan menunjukkan gelas Wine-nya yang sudah habis.

"Beneran?" Tanya gue berusaha meyakinkan. Yully mengangguk pelan.

"Ntar itu cewe gue samperin deh, gue kasih tau tadi gue cuma becanda.. " Tawar Yully sambil menoleh ke meja cewe itu. Mereka tampak sedang bersiap siap untuk pergi meninggalkan meja mereka dan pulang.

Gue menolak tawaran Yully, "Udahlaah.. Gausah.. Bener juga sih yang elo bilang.. Nothing special dari cewe itu.. Gue cuma pengen kenalan gara gara dia cantik aja.. Padahal kalo diliat liat lagi sih, cantikan elo kayanya, Yul.. Dan gue yakin elo jauh lebih pinter.." Ucap gue.

Yully tersenyum mendengar omongan gue. Ia taruh gelas Wine-nya ke meja dan duduk dengan santai untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia berdiri dan berjalan cepat menghampiri rombongan cewe itu dan berbincang sebentar dengannya sambil sesekali menengok dan menunjuk gue. Yang bisa gue lakukan cuma bengong aja ngeliat Yully tiba tiba kaya gitu.

Ga lama kemudian Yully berbalik ke meja dan ngomong, "Buruan catet.. Sarah - 0812987.. Ler, buruan dicatet sebelum gue lupa!" Katanya sedikit panik melihat gue yang ga langsung nyatet apa yang dia bilang. Gue dengan tergesa gesa segera ngeluarin hape gue dan mencatat di hape gue.

"Ga bisa ya lo catet dulu di hape, terus tinggal lo kasih ke gue.. Daripada harus ribet ribet kaya gini kan?" Canda gue sambil mencatat nomer yang Yully hafal.

"Udah deh gausah kebanyakan mau.. " Kata Yully mendengus. "Udah lo catet kan? Biar gausah gue inget inget lagi nih.. " Yully bertanya kepada gue sambil melirik hape gue. "Iih itu bukan 01 tapi 10.. Heeehh gimana sih"

"Oohh yaudah sih salah dikit doang.. " Jawab gue enteng.

"Yee.. Lo pasti ntar nyalahin gue kalo nomernya salah!" Kata Yully.

Akhirnya gue berhasil ngedapetin nomer si cewe ini.. Senyam senyum sendiri gue ngeliatin nomer dia ada di hape gue, padahal kenal aja belom, tapi gue kaya berasa dapet jodoh aje..

Gue lalu ngelirik Yully dan dia lagi ngeliatin gue yang daritadi kaya anak kecil dapet mainan baru. Terus gue keinget, tadi dia pengen ngomong sesuatu..

"Eh, Yul.. Tadi kan elo pengen nyeritain sesuatu ya? Baru inget gue.. Mau cerita apaan?" Tanya gue kepada Yully. Dia tampak sedikit kaget mendengar pertanyaan gue. Kemudian dia menggeleng lemah sambil tersenyum sayu menatap ke meja.

"Ga jadi, Ler.. Next time aja deh.. Gue juga udah tau jawabannya.. " Katanya pelan.

Hmm, Okay.. Maybe next time dia akan cerita apa itu.. Yang penting, sekarang gue dapetin nomer si cewe itu. Yeay!


. . . . .

. . . .

. . .

. .

.



Carolina Astriuly "Yully" Watung
 
Okey itu dia update berikutnya dari ane.. Plus, ilustrasi Yully.

Semoga ga mengecewakan suhu suhu semuanya yang udah baca yaa :ampun:

Seperti biasa ditunggu Kritik dan Saran dari semuanyaa. Dan beberapa komentar yang menarik atau berguna buat ane, suka ane kasih GRP juga sebagai timbal balik (berhubung ane udah bisa ngasih cendol juga sih :hammer: )

Yuly...
:cup:
Ehh. Pertamax kah?

Selamat anda pertamax suhuu :beer:
 
Mulustrasi kaka yully nya oke suhu lerlah.

Kasian kaka yully gak jadi ngomong karna kelakuan si belernya..
 
Huasyem,,,
Yuli mah istimewa Ler,,
:jempol:

Sepertinya ntar setelah berkelana si beler juga balik nya ke yuli,,

Nice update Bos Beler
:beer:
 
Wadezik....

Yully cakep bener.
Masa si beler gak mudeng2 gelagatnya si yully.
Payah lo ler..
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd