Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Cerita Kita

"eh teh mau tanya dong, kok bisa sih nerima lamaran bocah satu ini? yang mau sama teh Asya pasti banyak kan gacuman dia aja?tanya Dara penasaran sambil menunjuk Idan dengan dagunya, Asya melirik suaminya yang sedang asyik dengan gamenya sebentar dan kembali menatap Dara.


"ya ada sih beberapa tapi yang bisa buat aku yakin cuman dia, gatau kenapa diantara banyaknya laki laki yang ngajak aku nikah cuman bocah ini yang paling ngeyakinin. Dan ya setiap ucapanya itu terbukti setelah nikah, sebelum nikah aku bilang aku masih mau main sama temen temen dan setelah nikah dia galarang aku sama sekali kalo mau pergi, trus aku bilang gamau idup susah dan ya sampai sekarang dia selalu nyukupin semuanya"


"egois banget gamau idup susah, harusnya jadi perempuan tuh mau nemenin lakinya dari nol" celoteh Wira, Asya langsung mengalihkan pandanganya pada Wira


"terserah sih mau dibilang apa, gue cuman realistis aja jadi cewe. Lagian kebanyakan laki laki yang ditemenin dari nol suka gatau diri, palingan kalo udah sukses malah nyari yg lain" balas Asya


"kenapa lu gamau idup susah?" tanya Teo sambil tetap memainkan gamenya.


"karna dia anak semata wayang yang disayang banget sama orang tuanya, apapun keinginan dia bisa dipenuhi sama orang tuanya. Jadi gamungkin mau kalo idup susah karna terbiasa punya segalanya, sama kaya gue begitu juga" balas Idan, Asya menoleh pada suaminya secara tidak langsung Idan membelanya membuatnya tersenyum simpul.


"ohh ya wajar sih kalo anak satu satunya" jawab Teo sambil menganggukan kepalanya.


"makanya kalo masih susah sendiri gausah ngajakin anak orang buat nikah yakali mau susah berjamaah" celoteh Idan membuat teman temannya tertawa.


"tapi istri gue mau tuh nemenin gue, gue juga nikahin dia kaga kaya ucapan istri lu yang kalo udah sukses ditinggalin, itusih istri lu aja emang matre" ucap Wira, Idan yang mendengar ucapan Wira tersebut langsung menaruh ponselnya dan menatap lawan bicaranya.


"kalo istri gue matre emang kenapa? masalah buat lo? dia ngabisin duit lakinya ini bukan orang lain, lagian gue juga gamasalah sama sekali. iya gaditinggalin cuman dibanding"in doang kan ya?" balas Idan dengan tersenyum meremehkan.


"jangan lupa diselingkuhin juga Dan haha" sambung Daniel, semua mata tertuju pada Wira.


"emang kenapa kalo selingkuh? wajar kali. Lagian emang lu gabosen makan ikan tiap hari? sekali-kali makan daging yg lain dong" bela Wira karna merasa tersudutkan.


"gue sih gabosen ya makan ikan soalnya tiap hari ikannya beda beda jadi lebih bervariasi" balas Idan


"kenapa jadi bahas ikan?" tanya Dara dengan polosnya.


"ini bukan soal ikan Daraaaaaaa!" jawab Imel pada sahabatnya itu, membuat Asya tertawa kala melihat wajah bingung Dara karna jelas jelas yang di sebutkan kedua teman laki lakinya itu ikan tapi kata sahabatnya bukan tentang ikan.


"Teh? gasalah tiap hari?" tanya Imel dengan berbisik, Asya menghentikan tawanya dan menganggukan kepalanya.


"emang gasakit?" tanya Imel lagi sambil meringis membayangkan, ia mendengar cerita teman temannya bahwa melakukan seks skali saja sakit apalagi tiap hari.


"mana ada ga sakit? ya sakitlah cuman ya nikmatin aja akhirnya juga enak" jelas Asya dengan berbisik juga.


"kamu bisik-bisik apa sih sayang?" tanya Idan


"kepo kamuuuu wleeee" ledek Asya sambil menjulurkan lidahnya.



Karna waktu yang semakin larut Asya meminta pulang pada suaminya, Idanpun menurutinya namun sebelum pulang ia pergi ke kamar mandi terlebih dahulu. Setelah selesai dari kamar mandi, Idan melipir kebagian kasir ia membayar semua makanan yang ia pesan bersama teman temannya.


"mau pulang sekarang sayang?" tanya Idan yang berdiri disamping Asya


"kok pulang sih tehhh, masih mau ngobrol ihhh" ucap Dara sambil menggoyangkan tangan Asya


"gacukup Dar ngobrol daritadi? binigue dimanipulasi sama lu dari tadiiii" protes Idan


"ahhh Idan mah gangertiin" ucap Dara


"yauda sana ngobrol sejam lagi tapi, gue cape soalnya" ucap Idan mengalah.



Akhirnya Idan duduk kembali di samping istrinya, menyandarkan kepalanya dibahu Asya. Asya mengusap rambutnya sesekali, karna baru sehari dipotong membuat Asya ketagihan untuk mengusapnya.


"eh di paskal ada club baru, kesana yuk!" ajak Daniel


"yuk gasslah!" sahut Wira


"gue ikut!!!" ucap Teo


"Mel, Dar? mau gabung ga?" tanya Daniel


"boleh juga! ayodeh" ucap Imel


"gue ngikut aja dah" sahut Dara


"Dan, Sya?" tanya Daniel



Asya melihat suaminya yang kini menatapnya.


"kamu mau?" tanya Asya tanpa suara, Idan menggeleng sebagai jawaban.


"kita engga deh mau balik aja, lagian besok harus balik jakarta lagi. Tapi thanks udah di ajakin" jawab Asya.


"yaudah kalo gitu kita pergi aja sekarang" ucap Wira sambil berdiri dari kursinya, semuanyapun mengikuti.



Saat Daniel akan pergi kekasir, Idan menghentikkannya dan berbisik "udah gue bayar, ayo keluar". Idanpun berjalan bergandengan dengan istrinya sedangkan teman temanya berada di belakangnya.


"duluaaan ya teh, Dan" ucap Dara dan Imel


"duluan broo!" ucap Daniel dan Teo jangan tanya Wira sepertinya ia kesal dengan Idan.



Asya dan Idanpun kembali berjalan menuju mobilnya yang terparkir, Idan memanaskan mobilnya sebentar lalu membukakan pintu untuk istri tercintanya itu. Saat ia sudah memastikan Asya aman dan pintu tertutup rapat ia pun berjalan menuju kemudinya tapi baru saja ia membuka pintu tiba tiba ia mendengar seseorang yang memanggilnya, Idanpun mencari sumber suara itu hingga terlihat wajah seseorang yang sangat familiar kini berdiri dihadapannya.


"Zaidankannn?" tanyanya dengan senang, Idan hanya mengangguk mengiyakan.


"Yaampunnn aku udah cari kamu daripagi tau, aku seneng deh bisa ketemu kamu lagi. Aku mau minta maaf tentang kita di masa lalu Idan" Idan hanya diam tak memberi respon sama sekali.


"aku tau aku salah udah khianatin kamu Dan, aku nyesel udah ngelakuin itu, semenjak kamu pergi ninggalin aku rasanya banyak yang kosong dihidup aku, sampe sekarang gada yg bisa gantiin posisi kamu Dan. Aku berharap kamu mau maafin kesalahan aku dimasalalu" ucapnya sambil tertunduk.


"aku udah maafin kamu, jadi gaperlu dibahas lagi" jawab Idan membuat seseorang itu tersenyum penuh arti.


"kamu beneran udah maafin aku?" tanyanya lagi memastikan, Idan hanya mengangguk mengiyakan.


"jadi kita masih bisa sama sama kan? aku pengen sama kamu lagi Dan" ucapnya lagi, kini tanganya meraih tangan Idan tapi Idan melepasnya.


"sorry, aku dah punya istri Ray"



Raya diam, ia menatap Idan tak percaya. Yap yang kini berada dihadapan Idan adalah mantanya semasa SMA dulu. Ia sengaja datang ke SMAN3 hanya untuk mencari Idan, ia tidak bisa melupakan mantan kekasihnya itu.


"kamu pasti bohongkan Idan? aku tau rencana kamu nikah tuh umur 28, sekarang kamu baru 24. gamungkin banget sih kamu udah nikah itu pasti cuman alesan kamu buat nolak aku kan? Idan please kasih aku kesempatan! aku gaakan nyakitin kamu kaya dulu, please Idan aku cuman mau kamu balik"


Ucapan Raya tidak ada yang salah, memang benar dulu Idan berencana menikah diumur 28 tapi ternyata rencana Tuhan lebih cepat.


"ngapain aku bohong Ray? aku emang udah punya istri" tegas Idan


Raya tetap tak percaya sampai akhirnya Asya keluar karna suaminya tak kunjung masuk kedalam mobilnya, Asya berjalan menghampiri Idan ia menatap perempuan yg ada di hadapan suaminya itu.


"dia siapa by?" tanya Asya, Raya melihat Asya dari atas sampai bawah dengan tatapan yang sulit do artikan.


"dia Raya sayang" jawab Idan, tanganya meraih pinggang istrinya agara lebih dekat denganya.


"mantanmu?" bisik Asya


"kok kamu tau?" tanya Idan bingung, karna ia tak pernah menceritakan mantannya semasa SMA dulu.



Asya tak menjawab pertanyaan suaminya itu, pandanganya beralih pada mantan suaminya yang berdiri di hadapannya. Kedua perempuan itu saling bertatapan, saling melihat dari ujung kaki sampai ujung kepala, Asya menaikkan satu alisnya kala menyadari bahwa tatapan mantan suaminya itu seolah mengejek dirinya.


"ada perlu apa ya mba nemuin suami saya?!" dengan penuh penekanan Asya bertanya.


"yakin suami? ngaku ngaku aja kali mbanya" jawab Raya sinis


"ngapain ngaku ngaku mba? ohhhh mbanya masih berharap ya sama suami saya ini?!!" ucap Asya tak kalah sinis


"udah ayo pulang sayang" ajak Idan, rasanya suasana menjadi panas hanya karna tatapan kedua perempuan itu.



Idan menarik kembali istrinya ke bagian pintu penumpang dan memastikannya aman, ia kembali berlari ke arah yang berlawanan dan langsung masuk tanpa memperdulikan Raya yg masih ada disana. Kini Idan melajukan mobilnya kearah rumah orangtuanya.
 
"kamu gacemburu yang?" tanya Idan saat mobilnya berhenti karna lampu didepannya berwarna merah.


"cemburu kenapa? kemantan kamu tadi?" tanya Asya tanpa mengalihkan pandanganya dari ponsel yang ia mainkan sejak tadi.


"yakali aja gitu marah gara gara aku ketemu mantan" balas Idan.


"ketemu juga gasengaja, lagian dia yang nemuin bukan kamu" jawab Asya lagi



Idan melajukan kembali mobilnya saat lampu didepannya berubah menjadi hijau, di sepanjang perjalan tak ada obrolan lagi Idan bergelut dengan pikirannya sendiri, rasanya ada yang berubah karna tak biasanya Asya tak cemburu pada perempuan lain. Tapi karna hal itu Idan menemukan Ide cemerlang untuk melancarkan rencananya malam ini.


Mobil mereka pun masuk ke gerbang utama komplek perumahan orang tua Idan, ia tetap diam hingga akhirnya mobilpun masuk ke garasi rumahnya. Asya menoleh pada suaminya yang tak kunjung berbicara lagi dengannya.


"kamu kenapa? aku salah? daritadi diem aja gangajakin aku ngobrol kaya biasanya" tanya Asya


"aku gapapa" balas Idan sambil membuka seatbeltnya. Saat Idan hendak membuka pintu mobilnya Asya menahanya.


"jelasin kenapa bukan jawab gapapa Idan" ucap Asya, ia tau suaminya menyembunyikan sesuatu darinya.


"aku bilang gapapa Asya" Idan tetap kekeuh dengan jawabannya. Asya mulai jengah dengan keadaan ini.


"Idan aku cape! kalo aku ada salah tuh ngomong bukan diem, bukan bilang gapapa kaya gini!" Idan tetap diam, ia juga sama lelahnya.


"jawab by! kamu kenapa? kenapa sih masalah sepele doang di permasalahin! Jangan kaya anak kecil deh!"



Degh!


Ucapan dari mulut Asya mampu menusuk jiwanya dan menyakiti hatinya.


"kamu udah ga sayang sama aku?" tanya Idan, Asya mengerutkan keningnya tak mengerti dengan pertanyaan suaminya.


"kamu ga cemburu liat aku sama perempuan lain? kamu udah ga sayang sama aku?" tanya Idan lagi. Asya menyurai rambutnya tak percaya, bisabisanya Idan memliki pemikiran seperti itu.


"emang salah kalo aku gacemburu Idan?! Raya cuman masalalu kamukan sedangkan aku masa depan kamu! apa yang harus aku cemburuin hah?! kenapa sih harus kaya anak kecil gini pikirannya!" bentak Asya, Idan tak mau berdebat dengan istrinya, ia membuka pintu mobil dan masuk kedalam rumahnya.



Setelah pasutri itu masuk kedalam kamarnya, Idan yang hendak masuk kekamar mandi ditarik oleh istrinya.


"kamu marah karna aku gacemburu doang Idan?! aku gacemburu bukan berarti aku ga sayang sama kamu! aku gahabis pikir sama pikiran kamu itu bocah banget tauga?" ucap Asya kesal. Idan kembali tak menghiraukan ucapan Asya, ia berbalik dan menuju kamar mandi. Baru saja ia membuka pintu kamar mandi, Asya kembali bersuara.


"kalo kaya gini terus aku cape Idan sama kamu!" bentak Asya membuat Idan berbalik melihatnya.


"kalo cape pergi aja Asya, cari aja orang yang dewasa, yang gakaya anak kecil kaya Idan" balas Idan dan langsung masuk kekamar mandi.



Asya duduk di tepi ranjang ia memikirkan ucapan suaminya, Idan tersinggung dengan ucapan yang keluar dari mulutnya sendiri. Asya merutuki dirinya karna mengatakan Idan seperti anak kecil, setengah jam berlalu Idan keluar dari kamar mandi ia membuka lemari pakaiannya dan mencari pakaian yang akan ia gunakan.


"bajunya udah aku siapin by" ucap Asya, Idan tak menghiraukannya sama sekali. Benar dugaannya suaminya itu marah padanya.


Idan mengambil kaos dan memakainya, ia pergi keluar untuk menaruh handuk yang sudah ia gunakan. Asya tak ingin membuat suaminya semakin kesal padanya, ia memutuskan untuk pergi mandi saja.


Setelah keluar dari kamar mandi Asya melihat suaminya sedang berbaring di ranjangnya sambil memeluk gulingnya, Asyapun menghampirinya dan ikut berbaring disampingnya.


"kamu masih marah? aku minta maaf by" ucap Asya pelan, Idan tak menanggapinya sama sekali ia tetap sibuk dengan ponselnya. Berkali kali Asya mengajaknya berbicara hingga akhirnya ia merasa kesal sendiri karna diabaikam suaminya.


Asya memilih tidur dan memunggungi suaminya, tidak hanya fisiknya yang lelah tapi hati dan pikirannya juga sama. Asya memaksan dirinya untuk tidur malam ini tanpa dekapan suaminya itu.


Idan yang tidak merasakan pergerakan istrinya lagi membalikan badan, ia melihat punggung istrinya yang meringkuk. Idan memeluknya sebentar sebelum ia beranjak dari kasurnya. Idan membernarkan selimut untuk istrinya sebelum ia memutuskan untuk keluar dari kamarnya.


Tubuhnya juga lelah sama seperti Asya tapi ia memiliki rencana yang harus ia selesaikan, Idan naik ke lantai 3 rumahnya disana ada ruangan karoke dan tempat bilyard tepat disamping rooftopnya.


Idan masuk ke dalam ruang karoke yang sudah dipenuhi beberapa barang pesanannya, ada beberapa papperbag disana yang berisi balon, alat dekorasi, dan tentunya hadiah untuk istrinya. Dengan bantuan orangtuanya Idan bisa mendapatkan itu semua karna ia tak bisa lepas dari pandangan istrinya sama sekali.


Besok adalah hari jadi pernikahannya yang pertama, Idan ingin memberikan kejutan untuk istrinya, ia sudah memikirkannya sejak jauh jauh hari tentang ini namun ia bingung bagaimana bisa pergi tanpa istrinya dan untungnya tadi ia bertemu mantanya jadi ia memiliki ide untuk membuat Asya marah.


Idan mulai memompa balon satu persatu hingga selesai dan menempelkannya pada dinding, ia juga menambahkan dekorasi lain seperti pita disana. Tak hanya ruang karoke tapi rooftop hingga tangga menuju ke lantai 3 pun ia dekor, ia membuat banyak notes untuk di gantung di sepanjang jalan.


Cukup lama Idan mendekor tempat itu karna berkali kali ia menguap menahan kantuknya sendiri, tak terhitung berapa gelas kopi yang ia habiskan untuk menahan kantuknya. Hingga akhirnya pukul 3.00 dini hari semuanya selesai, Idan merebahkan badanya di sofa yang ada di ruang karoke, ia menatap kesekelilingnya dan merasa puas dengan hasilnya.


Idanpun tertidur sebentar sebelum akhirnya ia turun dan mandi. Idan melihat istrinya yang masih tertidur pulas di atas kasurnya, ia membiarkannya dan bergegas turun kebawah.


"udah selesai?" tanya Ayah Idan yang kini duduk di meja makan.


"aman yah siap" ucap Idan, Ayah Idan hanya mengangguk menanggapi


"Asya ganangis kan semalem?" tanya Ibunya, Idan menggeleng karna memang tak sampai membuat istrinya menangis


"baguslah, kalo menantu ayah sampe nangis liat aja kamu" ucap Ayahnya.



Benarkan? Kedua orang tua Idan memang sangat menyangi menantunya itu, sebenarnya ide harus bertengkar itu dari kedua orangtuanya karna kalo tidak seperti itu Idan takkan punya waktu untuk mempersiapkan kejutannya tapi tetap saja ia tak boleh membuat istrinya sampai menangis karna kalo iya Ayahnya sendiri yang akan menghukumnya.


"nanti kalo mama sama papa udah dateng, kalian naik ya, tp kalo Idan udah masuk kamar sama Asya" ucap Idan memberitahu kedua orang tuanya.


1jam berlalu Idan masih berbincang dengan kedua orang tuanya, sedangkan Asya baru saja terbangun dari tidurnya. Ia meraba kesampingnya sebelum membuka matanya, ia tak melihat suaminya yang biasa mengganggu tidurnya.


Asya beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi untuk membersihkan badanya, setelah selesai ia memandang dirinya sendiri di depan cermin ada rasa kesal pada dirinya yang selalu tak bisa mengontrol ucapannya sendiri.


Asya menghembuskan nafas kasar ia ingin menemui suaminya dan kembali meminta maaf, Asya keluar dari kamar, dilantai bawah Idan yang mendengar pintu kamar terbuka langsung pergi keluar rumah sambil menunggu mertuanya datang.


Asya turun dan melihat kedua mertuanya masih berada di ruang tengah. Ibu Idan yang melihatnyapun menyapa Asya.


"mau sarapan sayang?" tanya Ibu Idan sambil menghampirinya, Asya menggeleng dan tersenyum.


"Ibu liat Idan?" tanya Asya, Ibu Idan mengerutkan keningnya.


"lho kok nanya ibu? emang gada dikamar? ibu sama ayah galiat Idan kok daritadi"


"mmm yauda deh Asya tunggu dikamar aja, mungkin lagi keluar" ucap Asya


"lagi berantem Sya?" tanya Ayah Idan, Asya mengangguk dan tersenyum tak enak.


"gapapa wajar namanya rumah tangga, sabar aja ngadepinnya apalagi Idan masih kaya anak anakan" jelas Ayah Idan lagi, rasanya Asya seperti disindir halus. Ia mengingat jelas ucapanya semalam pada suaminya.



Idan memang seperti anak anak tapi hanya padanya, di depan banyak orang akan terlihat sangat dewasa dan sangat melindunginya batin Asya.


Asyapun memilih untuk kembali ke kamarnya saja, tapi sebelum ia naik ke anak tangga pertama tibatiba pintu utama terbuka. Idan masuk dan langsung duduk dengan santainya.


"dari mana kamu? tuh istrimu nyariin. Kalo punya masalah tuh selesein bukan kaburkaburan Zaidan" ucap Ayah Idan dengan ketus, Idan menatap ayahnya dengan tatapan datar.


"bukan urusan Ayah" balas Idan


"aidaaaan!" bentak ibunya, Idan tak terima ia berdiri dari duduknya dengan tatapan marah.


"apasih bu! kenapa sih kalian belain Asya terus? Idan tuh anak kalian bukan Asya!! ayah mau tau kenapa Idan pergi? Asya cape sama Idan! Asya cape ngurusin anak anak kaya Idan makanya Idan pergi! lagian Asya juga udah gasayang sama Idan, ayah tau? Asya gacemburu meskipun Idan ketemu sama mantan. Ahh kayaknya kalo jajan diluar juga dia gakan cemburu" ucap Idan



Ayah Idan berdiri dari duduknya dan tanpa aba aba ia menampar anak semata wayangnya itu membuat Asya dan Ibu Idan terkejut, ini bagian dari sandiwara yang mereka rencanakan barusan.


"ayah gapernah ngajarin kamu jadi brengsek ya Idan!! awas aja kamu kalo berani nyakitin Asya" teriak ayah memperingati, Idan terkekeh sambil mengusap sedikit darah yang keluar diujung bibirnya.


Idan tak membalas ucapan ayahnya, ia naik ke atas disusul oleh Asya dibelakangnya. Sebelum Asya menyusul suaminya ia sempat meminta maaf pada ibu mertuanya tanpa suara, ibu mertuanya hanya mengangguk dan menyuruhnya mengikuti suaminya.


Idan masuk ke dalam kamar, ia membanting pintu dengan kerasnya. Itu adalah kode untuk kedua orangtuanya bersiap naik ke rooftop.


Idan duduk ditepi ranjang dengan tatapan tajam, meskipun hanya berpura pura Idan melakukannya dengan baik. Ia tak mau istrinya curiga, Asya masuk kedalam kamar dengan membawa kotak p3k.


Asya duduk dihadapan suaminya, ia membuka alkohol dan dituangkanya kedalam kapas. Diobatinya luka yang ada dibibir suaminya itu, setelah selesai Asya mengusap pipi Idan dengan lembut.


Idan masih tak mau melihatnya, ia terus mengalihkan pandangannya dari Asya.


"byby aku minta maaf sayang, maaf atas semua ucapan aku semalem yang udah nyakitin kamu. Seharusnya kamu gaperlu berantem sama ayah kaya tadi by, aku gacape ngurusin kamu sayang beneran deh kemarin aku cuman kecapean jadi ngomongnya gadikontrol"


Asya terus membujuk suaminya, sesekali ia mencium pipi Idan bahkan bibirnya.


"maafin aku ya pleaseee, aku sayang sama kamu by. Meskipun aku gacemburu kamu ketemu mantanmu itu bukan berarti aku gacinta Idan, tapi ada beberapa hal yg bisa bikin aku cemburu dan engga by. Kalo cuman karna ketemu gasengaja ngapain aku cemburu? tapi kalo kamu janjian sama dia pasti aku cemburu by. Aku cemburu kan sama Nayra karna terangterangan suka sama kamu?" Idan mengangguk mengiyakan, ia baru mau melihat wajah istrinya sekarang.


Asya tersenyum kala pandanganya beradu dengan suaminya, ia merindukannya? jelas sekali.


"jadi masih mau bilang aku ga sayang kamu?" tanya Asya, Idan mengangguk membuat Asya mengernyitkan keningnya. Apalagi yatuhaaaaaan!


"kok gitu? kan aku udah jelasin gantengggg" tanya Asya


"soalnya kamu belum ngasih aku jatah, jadi Asya tetep gasayang Idan" ucap Idan membuat Asya tertawa


"ohhh mau jatah jadinya?" Idan mengangguk semangat.


"boleh, tapi baikkan dulu" tawar Asya sambil mengacungkan jari kelingkingnya. Idan seolah berfikir, ia mengetuk dagunya dengan telunjuknya.


"jadi mau ngga?" desak Asya, ia tak mau kembali bertengkar dengan suaminya.


"baikkan tapi ada syaratnya" ucap Idan


"apa syaratnya?" tanya Asya


"layanin aku di rooftop sekarang" ucap Idan dengan suara beratnya.



Shit!!!


Asya menelan salivanya, jika ia menolak berarti mereka masih bertengkar tapi jika menerimanya itu ide yang gila.


"disini aja sih by ihhh" rengek Asya, Idan menggelengkan kepalanya kuat ia tak mau dibantah akhirnya Asya mengalah.


"oke aku layanin kamu disana tapi kita baikkan dulu, udah aku layanin kamu nanti kamu harus minta maaf sama ayah dan ibu soalnya kamu udah bentak mereka tadi, deal?" ucap Asya sambil mengulurkan tanganya, Idan langsung menyambutnya dan tersenyum senang.



Idan berdiri dari duduknya, ia mengambil baju yang sudah ia siapkan. Tenang tenang bukan lingerie, ini hanya dress yang membentuk lekuk tubuh istrinya saja dipadukan dengan luaran longgar yang memberi kesan seksi.


"pake ini sayang" pinta Idan sambil memberi 1 papperbag pada Asya, Asya membukanya dan melihatnya.


"kenapa harus ganti baju segala sih by?" protesnya.


"gamau? yaudah gausah" ucap Idan ketus, Asya langsung menatapnya. Idan dalam mode seperti ini lebih menyebalkan dibanding Idan yang sangat manja padanya.


"iya iya aku ganti babyy" ucap Asya.



Asyapun mengganti pakaiannya di depan suaminya, Idan berkali kali menelan salivanya menahan hormonya yang sudah bergejolak itu.


"udah gini aja?" tanya Asya lagi


Idan memperhatikan tubuh istrinya yang sangat menggairahkan itu dari pandanganya dan cermin yang ada dibelakang istrinya. Ia juga memerhatikan wajah istrinya yang sangat cantik, Idan tersenyum puas melihat pemandangan yg ada didepannya.


Idan mengambil kameranya sebelum keluar dari kamarnya, ingat ini momen indah keduanya ya meskipun Asya tak tau apa apa. Asya sempat protes kala melihat Idan membawa kameranya, tapi dengan santainya Idan menjawab ia ingin mengabadikannya dan menjadikan video mereka sebagai koleksinya.


Asya mulai menaiki tangga tapi baru 3 anak tangga yg ia pijak Idan menahan tanganya, Asya berbalik dan melihat suaminya.


"kamu seksi banget tau sayang" ucap Idan dengan nada rendahnya, sedari tadi ia matimatian menahan libidonya sendiri saat melihat Asya. Asya tersenyum dan mengalungkan tanganya, Asya dengan sengaja menekan bagian payudaranya ke dada suaminya.


"jadi gimana? mau disini baby?" goda Asya, ia tau suaminya takkan tahan melihatnya dengan pakaian ketat seperti ini. Jangankan ketat, longgar saja Idan tak pernah tahan untuk tidak menerkamnya.



Idan tak menjawab, ia menarik pinggang Asya agar semakin menempel pada tubuhnya. Ia memiringkan wajahnya, dan Asyapun mengerti kini bibir mereka saling beradu menimbulkan suara decakan decakan yang merdu.


Idan melepaskan ciumannya, ia menghapus jejak saliva di bibir istrinya. Idan lagi lagi tersenyum mengagumi keindahan Asya dihadapannya, ia mencium pipi istrinya hingga menimbulkan bunyi membuat Asya terkikik.


"ayo naik lagi, aku record sekarang ya" ucap Idan.


Asya menurut dan berjalan lebih dulu sedangkan Idan dibelakangnya mulai merekamnya, saat sampai dipertengahan tangga Asya berhenti kala melihat beberapa notes yang berada di bagian pegangan tangga. Asya mengambilnya satu persatu.


"Hai semestaku🌹" Asya langsung menoleh pada Idan dibelakangnya, Idan hanya tersenyum dan memintanya untuk melanjutkan langkahnya.


"Selamat hari pernikahan kita yang pertama Asya, terimakasih sudah bertahan sejauh ini"


"Terimakasih sudah menerima segala kekuranganku, terimakasih sudah sabar menghadapiku, terimakasih sudah mengurus segala tentang diriku yang memang sangat merepotkan ini"


"Maaf kalo selama ini Idan banyak salah sama Asya, maaf kalo belum bisa jadi yang Asya mau, maaf kalo masih ke kanak kanakkan"


"Idan gamau janji tentang apapun kedepannya sayang, tapi Idan pastiin apapun yg kamu mau bisa aku kasih dan turutin. Jadi tuntutlah suamimu ini sesukamu, asal gaminta bulan harus ada dipangkuanmu aja hehe, tetep sama Idan ya pleaseeeeee gimanapun keadaanya nanti. Idan cuman mau Asya, sekarang besok dan selamanya. Iloveyouuu Asya fredelia Darmestha!"



Asya terkekeh kala membaca notes terakhir diujung tangga, matanya berkaca kaca karna terharu dengan apa yg ia dapatkan dari suaminya.
 
Idan berjalan menghampiri Asya yang kini menyeka air mata bahagianya.


"kok nangis? jelek ya? maaf ya Idan gabisa romantis soalnya" ucap Idan sambil menggaruk kepalanya yg tak gatal. Asya menangkup wajah suaminya yang kini melihatnya.


"aku terharu bukan sedih baby, kamu yg buat ini semua?" Idan mengangguk mengiyakan, Asya mengecup bibir suaminya itu.


"terimakasih, iloveyou Idan!"


"iloveyoumore Asya, ayo ke rooftop!"



Merekapun kembali berjalan namun saat Asya akan membuka pintu rooftop ia berbalik menghadap suaminya yg tepat berada dibelakangnya.


"beneran mau disana by?" tanya Asya memastikan, Idan tersenyum gemas istrinya benar benar menganggap ucapannya serius. Tapi kalo dilayanin juga gapapa wkwk.


"jangan banyak tanya ihh, ayo buka cepet" ucap Idan tak sabar.



Asyapun memutar knop pintu lalu mendorongnya, ia terkejut kala confetti beterbangan diatasnya. Orangtua beserta mertuanya ada disana, 2 laki laki setengah abad itu membuatnya terkejut dengan confetti ditanganya sedangkan 2 perempuan yang tak lain ibu dan mamanya memegang 2 lembar kertas bertuliskan "Happy Anniversary Arsyad & Asya".


Asya menutup mulutnya tak percaya, Idan benar benar mempersiapkannya dengan indah. Asya berbalik dan melihat suaminya tersenyum ke arahnya.


"are you happy sayang?" tanya Idan.


Asya mengangguk dan langsung memeluk tubuh tegap itu, Ayah Idan langsung mengambil alih kamera yang dibawa oleh anaknya ia membantu merekam momen bahagia pasangan muda itu.


"iloveyou Idan iloveyou, makasih selalu ngasih yang terbaik buat aku. Maaf kalo asya masih sering marah marah, gasesabar Idan ngadepin Asya. Tapi yang harus Idan tau Asya sayang banget sama Idan, cinta banget sama Idan, Asya beruntung banget jadi istri Idan" ucap Asya dalam dekapan suaminya. Idan mengelus lembut punggung istrinya, mengusap kepala Asya yang tepat berada didadanya.


Idan meregangkan pelukannya, mengamati wajah istrinya yang selalu mempesona dimatanya. Ia mencium seluruh wajah istrinya.


"Idan juga beruntung jadi suami kamu" ucap Idan tulus.


Mereka berduapun berjalan menghampiri kedua orangtuanya yang sudah duduk lebih dulu, disana sudah tersedia masakan sederhana buatan mama dan ibu mereka. 3 pasangan suami istri itupun menikmati makananya sambil berbincang santai.


Asya merasa sangat bahagia hari ini, karna suaminya membuat kejutan untuknya. Meskipun bukan sebuah pesta yang mewah tapi kebersamaan bersama kedua orangtuanya sudah sangat menggembirakan hatinya. Asya juga tak menyangka jika pertengkaran yang terjadi diantara mereka hanya akal akalan suaminya, Idan juga sudah minta maaf pada kedua orangtuanya karna sempat membentak mereka dan ayahnyapun juga meminta maaf karna sudah menampar anak semata wayangnya.


Asya sangat bangga pada suaminya karna Idan benar benar membuktikan ucapannya, Asya masih ingat kala ia ditanya berulang kali oleh kerabatnya untuk menikah dengan laki laki yang lebih muda darinya karna kebanyakan mereka menikah dengan yang lebih tua atau seumuran, tak sedikit ia mendengar ucapan miring kerabatnya. Tapi ia tetap memilih Idan dan yakin akan pilihannya karna kedua orangtuanyapun tak mempermasalahkannya, dan sekarang Asya merasa sangat amat beruntung dinikahi laki laki muda di sebelahnya ini.


Idan meruntuhkan ucapan jika laki laki muda tidak akan sepengertian yang lebih tua, Idan benar benar menjadi sosok laki laki yang penuh kejutan dengan segala kesabaran yang ia miliki.


"ohiya nih papa punya hadiah buat kalian" ucap papa Asya sambil memberikan sebuah papperbag.


"ayah juga nih"


"ibu juga"


"mama juga"



Keempatnya memberikan satu buah papperbag pada Asya dan Idan, pasutri muda itu saling menatap dan tersenyum lucu melihat tingkah orangtuanya. Karna mereka anak satu satunya jadi ya begitu.


Idan membuka papperbag dari ayahnya sedangkan Asya dari papanya, mereka mengeluarkan isinya secara bersamaan. Dan ternyata mereka berdua dihadiahi 1 resort dikintamani oleh papa Asya dan 1 villa di pangalengan oleh ayah Idan.


Mata Asya berbinar kala melihat namanya tertulis lengkap di sertifikat, begitu juga Idan ia merasa senang kala melihat nama istrinya yang tersemat di atas sertifikat vila yang diberikan ayahnya. Kedua orang tuanya benar benar menyayangi Asya seperti putrinya sendiri, Idan iri? tentu saja tidak.


"makasih pa, yah" ucap Asya dengan senang, kedua laki laki paruh baya itu mengangguk dan tersenyum.


Asya dan Idanpun membuka papperbag yang diberikan mama dan ibunya, Idan tersenyum kala membuka kotak berwarna hitam yang berisi satu set perhisan dengan berlian diatasnya ia memperlihatkannya pada Asya dan membuat istrinya itu terharu, sebegitu sayangnya mertuanya pada dirinya.


Asyapun melakukan hal yang sama tapi belum seluruhnya kotak yg mamanya berikan terbuka ia langsung menutupnya, hadiah dari mamanya sangat amat berbeda. Asya menelan salivanya dan menatap mamanya, mamanya hanya mengedipkan satu matanya untuk menggoda anak perempuannya itu. Untung saja suaminya tak melihat hadiahnya batinya.


Mama Asya menghadiahkan lingerie entah ada berapa tapi saat Asya melihat yg paling atas itu sangat seksi makanya ia langsung menutupnya.


Setelah memberikan hadiah untuk putra putrinya kedua pasang suami istri itupun pamit, karna hari sudah beranjak siang mereka harus kembali ke toko dan perusahaanya. Tak lupa Idan mengucapkan terimakasih pada orangtua dan juga mertuanya karna mau meluangkan waktunya, Idan tau ke2nya sibuk dengan pekerjaannya tapi masih mau menuruti keinginannya untuk membuat pesta sederhana untuk istrinya.


Setelah ke4nya pergi tinggalah mereka berdua diatas rooftop yang didekor begitu indah itu.


"kamu dekor ini sendiri by? kapan?" tanya Asya, ia menyandarkan kepalanya pada bahu Idan.


"semalem pas kamu udah tidur hehe" jawab Idan.



Asya menoleh kala melihat suaminya terus menguap, ia yakin Idan kurang tidur semalaman tadi.


"ohiya aku punya hadiah buat kamu sayang, tunggu sebentar"


Idan langsung pergi dan masuk keruangan karoke, ia mengambil 2 papperbag yang berisi hadiah untuk istrinya. Idan menaruhnya diatas meja yang terdapat papperbag dari orangtuanya.


"aku buka sekarang boleh?" tanya Asya


Idan mengangguk, ia kembali duduk dan memeluk Asya dari samping. Asya membuka satu papperbag, ia tercengang karna suamianya memberikannya satu set perhiasan edisi terbaru dari tiffani N Co.


"byby! serius buat aku?" tanya Asya tak percaya, harganya cukup mahal setaunya.


"yaiya buat kamu, buat siapa lagi?" jawab Idan


"aaaa makasih bybyyyyyy" Asya mencium bibir suaminya berkali kali.



Asyapun kembali membuka papperbag lainnya, isinya kembali membuat Asya menganga.


"bybyyyyyy ih ini mahaaaal" protes Asya sambil mengeluarkan hadiahnya.


Idan menghadiahinya jam tangan merk Bvlgari yang ia incar 2 bulan lalu, Asya bisa saja membelinya tapi ia menimang nimangnya hingga akhirnya tak jadi membelinya.


Meskipun ia terlahir dari keluarga yang kaya raya tapi ia juga tak mudah untuk mengeluarkan uang, Asya selalu berfikir berulang kali sebelum membeli barang yang ia inginkan.


Idan memakaikan jam itu di pergelangan tangan istrinya, jam itu sangat pas dan cocok untuk istrinya. Asya terus tersenyum melihat hadiah yang diberikan suaminya, Idan memang bukan type laki laki romantis tapi love languagenya act of service.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd