Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERITA IDA (Story of Teh Ida)

Evan1987

Kakak Semprot
Daftar
18 Jun 2018
Post
189
Like diterima
2.231
Bimabet


Ohayou...
Selamat pagi..
Sugeng enjang..
Sugeng Rawuh..
Sugeng Subali..
Susu Ageng Sak Ball Volly.. 😁 😁 😁

Kembali lagi sama ane yang lagi belajar nulis cerita. Kali ini ane mau bercerita intermezzo dari tokoh dalam cerita ane sebelumnya.

Cerita ini ane awali dari sosok wanita cantik bertubuh tinggi sexy tengah tertelungkup di tempat tidurnya sambil terisak meneteskan air mata. Lagi-lagi ia terjebak dalam kesalahan yang sama, hati nurani bersihnya sangat menyesali perbuatan nista itu. Namun nafsu hayawaniyah nya berkata lain.

"Hmmm.. Hemmhhhhhh...."
Setelah nafas panjang yang menenangkan dirinya, terlihat senyum merekah dari bibir merahnya. Senyum yang menandakan sebuah pencapaian akan kepuasan.

Dia lah Ida Farida, atau Teh Ida wanita yang agan-agan pernah baca ceritanya dari Kisah Tongkat Sakti Ceng Umar.

Jika agan belum membaca ceritanya silahkan mampir ke sini...

Tongkat Ceng Umar

Ini cerita intermezo tentang dirinya, dari sudut pandangnya. Seorang wanita yang mempunyai sisi nakal namun teguh dalam memegang prinsip. Di mana prinsip itu akhirnya tergoyahkan oleh Aceng Umar, tokoh utama dalam cerita ane sebelumnya.

Dan tidak menutup kemungkimam cerita ini akan dikembangkan tergantung respon agan2 dan suhu2 semua..

Terimakasih sebelumnya..
___________________________________________

Teh Ida

Nama : Ida Farida
Umur : 33 Tahun
TB/BB : 174cm/55kg 85-63-88
Deskripsi : Istri Pelaut


Namaku Ida Farida, usiaku kini 33 tahun. Saat usiaku 18 tahun aku nikah muda dengan seorang pelaut. Selain karena cinta, aku berfikir realistis sebab pria yang bernama Kang Agus, lulusan akademi pelayaran itu memiliki masa depan yang cerah dan sangat menjanjikan. Sehingga aku meninggalkan dunia keatlitan volley yang pada saat itu membesarkan namaku. Padahal ada Klub Nasional yang menawariku bergabung.

Abah yang menjodohkan aku dengan Kang Agus masih yang masih bisa dibilang saudara jauhku. Abah pula lah yang menentukan dengan siapa aku dan adiku Evi untuk menikah. Tentu ini demi kebaikan dan masa depan kami. Dan aku pun menyadarinya, maka dari itu aku meninggalkan pacar-pacarku dan mengikuti kemauan Abah.

Berbeda dengan adiku Evi, aku adalah kebalikannya. Jika Evi adalah wanita yang alim dan tertutup, aku lebih terbuka pada lawan jenis. Badanku yang tinggi atletis seperti model Gal Gadot ini tentu menarik para lelaki untuk mendekatiku. Walau payudaraku kecil, tapi ia ranum dan menantang. Di puncaknya ada sebuah puting mancung berwarna pink yang menggemaskan. Dan aku merawatnya sehingga masih tetap ranum terawat walau sekarang aku sudah memiliki anak remaja.

Dan tentu saja pantatku yang bulat dan kencang adalah bagian tubuhku yang menjadi daya tarik bagi para laki-laki. Ini yang membuat mereka terhipnotis tak berdaya. Setidaknya itulah pengakuan mantan-mantan pacarku dan TTM-TTM ku.

Ya, memang tak sedikit laki-laki yang mengisi kehidupanku. Dan tak sedikit pula laki-laki yang bisa dibilang "pernah menikmati" tubuhku. Entah itu pacar, kawan, tetangga orang lewat karena aku memang memiliki sifat exibisionis. Aku merasakan kepuasan tersendiri bisa ada lelaki yang menikmatinya. Namun aku masih bisa menjaga keperawananku sampai aku menikah. Prinsipku, vagina adalah bagian tubuhku yang paling sakral yang akan selalu aku jaga. Senakal apa pun aku dalam mengumbar auratku, hanya suamiku lah yang layak mendapatkan kehormatan itu.

Ya Kang Agus lah laki-laki yang pertama membuka segelku, menembus selaput daraku. Dan juga menjadi laki-laki yang menembakan benih pertama di rahimku. Benih yang sekarang sudah beranjak remaja.

Namun, Tak Ada Gading yang Tak Retak.

Sesempurna apa pun aku dalam memegang prinsip itu, ada satu titik hitam dalam lembaran kertas putih prinsipku ini. Titik noda yag sebenarnya aku sangat sesali namun aku tak kuasa menghindarinya. Terlebih kondisi rumah tanggaku yang mengharuskan suamiku menghabiskan kebanyakan waktunya di samudra lepas.

Noda itu adalah laki-laki yang bernama Aceng Umar. Laki-laki bertubuh besar yang menjadi suami adiku. Kadang aku bertanya dalam hati, kenapa harus dia? Aku sungguh tak ingin menyakiti hati adiku.

Tapi ini di luar kuasaku. Adik iparku lah laki-laki kedua yang bisa menembus kehormatanku ini. Dia lah mengisi kekosongan hatiku yang sering ditinggal suamiku mencari nafkah di tengah lautan.

Kejadian di rumah Evi tempo hari bukanlah pertama kali dia menggarap tubuhku.

Tepat hari ini, 5 tahun yang lalu adalah kali pertama kejadiaan naas itu. Aku masih mengingatnya dengan jelas. Harinya, jam nya, tanggalnya sampai jalannya kejadian itu masih tergambar jelas dalam ingatanku. Seakan baru saja terjadi.

Dan sejak saat itulah aku tak bisa menolak Tongkat Sakti Ceng Umar itu.....


Bersambung...
 
Terakhir diubah:


Kulupakan semua aturan
Kuhilangkan suara yang berbisik
yang selalu menyuruhku
tuk tinggalkan kamu..

Hanya hati yang kuandalkan
dan kucoba melawan arus
namun saat bersamamu
masalahku hilang, terbang melayang

Kau adalah kesalahan yang terindah..
hingga, buatku marah
tapi juga menikmati
kau adalah dosa termanis yang menggodaku saat, kubutuh
rasakan sedikit cinta..

___________________________________________


Kejadian naas 5 tahun lalu itu, bisa dibilang adalah buah dari kenakalanku selama ini. Dosa itu seolah menjadi sebuah karma untuku. Semua itu terjadi karena sifat eksibisionisku. Aku merasakan kepuasan tersendiri karenanya, dan tentu saja itu adalah sebuah kelainan dan penyimpangan.

Saat Evi dan Aceng yang masih "lelengkah halu" dalam membina rumah tangga, mereka tinggal bersamaku. Kehadiran mereka mewarnai kehidupan keluargaku. Kang Agus senang karena ada yang menemaniku. Evi mengajari anaku mengaji, sementara Aceng mengajarinya bela diri.

Bukan hanya anaku, namun anak-anak di sekitar tempat tinggalku pun mereka ajari. Tentu ini berdampak juga pada lingkunganku, karena anak-anak terutama remaja ada kegiatan yang positif.

Namun, sifat nakalku tak berubah. Kehadiran laki-laki di rumahku membawa keseruan tersendiri untuku yang suka ditingal suamiku. Ketika malam tiba, sering aku mendengar suara desahan-desahan dari kamar Evi. Desahan kenikmatan dari kedua insan yang sedang memadu kasih. Aku tak habis pikir, Evi yang alim bisa berisik seperti itu dalam bercinta. Suara-suara itu pun mulai membangkitkan birahiku. Bahkan aku mulai sering bermasturbasi ketika mendengarkan mereka tengah bersetubuh di kamar sebelah. Hingga suatu ketika, didorong oleh rasa penasaran dan lonjakan birahiku aku memberanikan diri untuk mengintip kegiatan intim mereka.

Aku mengendap-ngendap melewati ruang tengah. Di depanku adalah pintu kamar tidur Aceng dan Evi. Dengan perasaan tak menentu, jantungku berdebar kencang ketika dengan perlahan-lahan aku membuka pintu kamari itu sedikit demi sedikit. Sehingga celah kecil pun terbuka, dan aku bisa melihat dengan jelas seperti apa kegiatan mereka.

Aceng berada di atas tengah menindih tubuh adiku. Sementara dibawahnya Evi terlihat memejamkan matanya ketika suaminya yang gemuk dan besar itu tengah menggenjotnya. Susu Evi yang besar itu terlihat bergoyang-goyang akibat genjotan-genjotan suaminya. Aku terkesima melihat kontol Aceng yang besar tengah keluar masuk menghujam ke dalam memek Evi.

"Ayaaaaaaaaaaahh.... Ampun... Ampuuuunnn.."
"Duh Gustiii... Ampuuuunnn..."
"Mamaaaaaaaahhhh.. Maaaaaaahhhh..
"Ampunnn.. Aaaaaaaaaaaaaaahhhhhh..."

Evia meracau menikmati perlakuan Aceng suaminya. Aku yang makin penasaran membuka pintu kamar itu sedikit lebih lebar agar aku bisa lebih jelas menonton percintaan mereka. Namun rupanya Aceng menyadari kehadiranku, dia menoleh ke arah pintu dan memergokiku yang tengah berdiri mematung menonton persetubuhan mereka..

Sontak saja dia segera menghentikan aksinya, namun tititnya itu masih keras menancap di memek adiku. Mata kami saling menatap satu sama lain. Sementara di bawah sana Evi yang tidak mengetahui keberadaanku terkelapar-terkelepar seperti ikan yang kehabisan air.

"Kok berenti, Yah?"
"Terusin atuh Yah!!.. Sssttt terusssiiiiinnn...."

Evi menggoyang-goyangkan pinggulnya, menekan-nekan memeknya ke kontol Aceng. Berharap suaminya itu meneruskan aksinya yang tertunda.

Aku mulai menggodanya, menggigit bibir bawahku. Sambil menatapnya dengan tatapan genit. Seakan kode mempersilahkan melanjutkan aksinya pada adiku. Dia pun sepertinya menangkap kode itu, dah kembali memajumundurkan tubuhnya di atas tubuh adiku.

Aku makin menggodanya dengan ekpresi sensual. Lidahku aku julurkan ke bibirku bagian atas. Sambil menggeliat dengan gerakan yang erotis. Tarian erotisku itu seakan menyemangatinya. Kadang dia menoleh ke arahku sambil menggenjot tubuh istrinya.

Ohhhhhh, sungguh menggoda. Gerakanku mengalir, aku mengemut jari tangan kiriku sementara tangan kananku mulai meremasi buah dadaku. Saat itu aku sudah mengingkap daster tidurku ke atas, sehingga dia bisa melihat bagian payudaraku. Tidak bersar seperti punya adiku itu memang, namun keduanya masih ranum dan menggoda.

Terus kumainkan buah dadaku, meremas-remasnya dan memainkan puting susunya sambil menonton aksi Aceng yang sedang memompa adiku. Kadang matanya menatapku seolah mengatakan, nih adikmu lagi digenjot, nih adikmu lagi diewe. Evi makin tak karuan dibuatnya.

Celana dalamku terasa basah karena cairan pelumas memeku yang mulai merembes keluar. Reflek tangan kiriku kuturunkan menuruni perutku yang rata, masuk ke dalam cangcutku dengan gerakan pelan, erots dan penuh penghayatan. Jariku mulai mengusap-ngusap bibir memeku yang sudah sangat basah, sementara remasan tangan kananku lebih kuat memeras buah dadaku. Jari itu terus menyusuri bibir memek lalu mulai memainkan itilnya.

"Sshhh.. Hmmpphhhg.."
Desahanku tertahan, jari tengahku mulai masuk ke dalam liang kemaluanku. Oh, nikmat sekali rasanya bermasturbasi sambil menonton pertunjukan langsung adiku yang tengah disetubuhi suaminya itu.

"Aaaaaauuuhhh... Aahhh.. Ahhhhh.. Aaaaaaaaaahhhh.. Aaaaaaaaaaahhhh.."

Sahutan-sahutan desahan Evi makin terdengar. Aksi kami pun semakin panas. Evi makin meracau tak karuan, di atasnya suaminya makin kencang menggenjotnya. Dan gerakan jariku keluarmasuk memeku pun semakin cepat.

"Hmmpp.. Arrrghhhh.. Aaaaaaaaahhhhhh"
Evi mendesah kencang hampir bersamaan saat pandanganku menjadi gelap menghilangkan kesadaranku akibat datangnya sengatan orgasme. Disusul Aceng yg menyemburkan mani ke dalam kemaluan istrinya itu.

Aku mengatur irama nafasku setelah badai orgasme itu lewat. Aceng masih berada di atas tubuh adiku, dan menindihnya dengan tubuhnya yang beratnya 1 kwintal itu. Untungnya, Evi tidak mengetahui keberadaanku.

"muach"
Bibirku ku manyunkan sebagai tanda kecupan saat Aceng melihat ke arahku. Aku memejamkan mata sambil, mengemut jari tengahku yang basah karena cairan hangat orgasmeku. Tentu dengan ekspresi sensual untuk menggodanya. Lalu setelah itu aku kembali menutup pintu kamarnya dan segera beranjak dari tempat itu.

Segera ku langkahkan kakiku menuju dapur. Aku memasakan 2 bungkus indomie rebus, disertai dengan 2 butir telur, kornet dan parutan keju. Sebab aku sudah tau pola kebiasaanya. Setelah bersetubuh Aceng akan mandi lalu memasak indomie. Sementara Evi akan langsung tidur. Namun kali ini, setelah dia mandi dia akan menikmati indomie spesial buatanku.

"Terimakasih sudah kasih Teteh hiburan ya Aa.."

Begitu bunyi secarik kertas berisi pesan tulisan yang kutujukan untuknya. Kusimpan di bawah mangkuk indomie rebus buatanku.

Aku pun tidur dan bangun pagi dengan perasaan yang segar dan bersemangat. Dan sejak malam itu hampir aku tak pernah melewatkan live show tersebut. Awalnya Aceng risih, tapi lama-lama ia mulai terbiasa. Dan aku pun bisa melihat sisi liar adiku, kadang ia di atas memegang kendali, kadang dia pun nungging seperti anjing. Menonton persetubuhan mereka seakan memberi warna baru di rumah ini. Dan tentu saja Evi tidak mengetahui hal ini, hanya antara Aceng dan aku.

Inilah awal mula kenakalanku pada adik iparku yang pada akhirnya nanti akan mendapat karmanya..

Bersambung..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd