Miranda Series: Age is Just A Number (Part 1)
Mulustrasi
Miranda
Aku sedang berencana untuk mulai ‘narik lebih awal dari waktu biasanya. Selain karena butuh refreshing setelah melihat hasil kerja karyawan selama sebulan, rasanya bisa ngobrol dengan penumpang tipis-tipis curhat juga bisa menjadi peredam tensi emosiku yang agak kencang dengan performa tim yang menurun.
Elsa: Om, anak-anak rencana mo pake calya elu tuh buat ada visit meeting malem sama calon klien?
Iqbal: Hadeehhh kan anak2 tau gue pulang jam kerja ‘narik. Masa iya gue pake mobil beneran gue?
Elsa: Yaelah om, kaga cape emang pake tu mobil? Menjiwai banget cosplay lau om.
Iqbal: Kan itu mobil ninja gue bisa narik kemana-mana gak ketahuan
Elsa: Jadi jadi boleh pinjem kaga ni?
Iqbal: Yaudah, balik awas jangan sampe kotor.
Alhasil ku mulai perjalanan taksi online ku dengan mobil baru yang kubeli, Mazda 3 hatchback, sebagai kompatriot taksi online malam ini. Start dari kantorku di kemang, baru saja ku mulai nyalakan aplikasi di ponselku, dan langsung terdapat order dari salah satu area rumah di Kemang menuju salah satu mall di kawasan SCBD.
Saat sampai ke depan rumahnya, aku cukup kaget dengan sosok penumpang yang akan kubawa malam ini.
Dengan langkah anggun dan mengenakan aksesoris dan attire fashion yang masuk ke dalam strata quiet luxury, jelas ia merepresentasikan wanita-wanita sukses kelas atas di Jakarta Selatan. Dan dari cara berbicaranya pun ketahuan bahwa wanita ini memang di “liga” itu..
Miranda: Hai mas, sorry ya agak nunggu lama ya. Tadi satpam bilang udah nyampe di carport nungguin.
Iqbal: Gapapa bu, aman kok.
Miranda: But your car looks fancy loh untuk dipakai taksi online. Apa gak sayang?
Iqbal: Ah gpp kok, mobil tempurnya lagi di service jadi sekali-kali keluarin mobil mainan. By the way tujuan kita ke Mall XXXX ya.
Entah kenapa playlist spotify yang kugunakan untuk menjamu penumpangku sedang memutar lagu dari Simply Red, salah satu pop band yang populer di angkatan 90an.
Memang aku kenal Simply Red di jaman sekolah, namun sepertinya band ini menjadi “hook” masuk untuk komunikasi ku dengan Miranda. Jadi hampir sepanjang perjalanan ku putar lagu Simply Red saja.
Miranda: Hebat ya cowok muda kaya kamu seleranya simply red loh. Jarang banget ada yg suka sama band ini.
Iqbal: Hehe, iya bawaan dari keluarga.
Miranda: Your parents have a good taste in music, loh. Aku tuh udah denger Simply Red dari awal album mereka, sampai aku ngejar konser dia di Manchester 90an pas aku kuliah disana.
Iqbal: Oh memang lama stay di UK ya bu?
Miranda: Don't call me “bu” dong mas, I'm still young and fun. Panggil aku Miranda, or Mira yah.
Iqbal: Oke siap Mira. Kalau saya sempat nonton Simply Red yang di Amsterdam pas bbrp tahun terakhir, itupun karena pas lagi tugas di sana ternyata ada concert mereka.
Miranda: Oalah, itungannya baru ya.. Tp kamu punya pilihan simply red dari tadi saya bener-bener suka loh.
Melanjutkan perjalanan yang sayangnya cukup macet menuju SCBD, sembari pula Miranda kembali berkaraoke seakan mengenang era muda energik yang heboh dengan pesona penampilan Mick Hucknall, sang vokalis Simply Red. Ternyata selain tubuhnya yang cukup mempesona, suaranya juga tak kalah memikat. Cukup oke untuk wanita yang kutakar usianya sudah melewati kepala 5.
Iqbal: Okay sudah sampai di Mall XXXX ya, pembayarannya sudah via xxx (nama ewallet)
Miranda: Thank you ya, bener-bener bintang lima deh kamu sepanjang perjalanan. Anyway abis ini lanjut lagi?
Iqbal: Hmm bisa lanjut lagi bisa masuk parkir si, kayaknya makan dulu aja baru lanjut jam 9. Kan gak kejer setoran.
Miranda: Good! Kamu minta valet aja ke security nya. Kamu temenin aku belanja bentar, abis itu anterin aku ya ke hotel XXXXX. Nanti aku bayar cash ya..
Iqbal: Oh, siap kalo begitu..
Jadilah aku menemani Miranda masuk ke dalam mall tersebut, dan aku diajaknya menuju salah satu brand fashion high-end, yang posisinya di lantai ground floor mall tersebut dan sejajar dengan deretan brand fashion kenamaan eropa. Kelas!
Miranda: Menurutmu bagusan mana, dari 3 dress ini?
Iqbal: Hmm both are good. But i choose this. Lebih chic tapi gak yang overdress gitu secara detailnya.
Miranda: Cool, mbak aku jadinya pakai yg ini ya, sisanya nanti langsung kirim ke rumah aku including yang aku request repair. Anyway, iqbal kamu belum laper kan? Kita dinnernya di hotel XXXXX aja ya..
Iqbal: Hmm aku jajan pastry dulu kali ya, asal ada yang ngisi. Bentar doang nanti balik, biar tinggal langsung jalan ke sana.
Kelar urusan membeli kopi dan cemilan, aku pun kembali ke butik tersebut dan tercengang akan hasil dress yang melekat pada tubuh Miranda kali ini.
Meskipun sebenarnya dress yang digunakan sarat akan corak seni lokal, tapi ketika dikenakan ia justru kesan sensual yang terpancar semakin mencolok. Mau tidak mau agar tidak terlihat jomplang, aku pun terpaksa harus ikut match dengan style dia. Setidaknya untuk pakaian batik “ngeceng”, masih ada standby di mobil.
Berada di hotel bintang 5 di bilangan Gunawarman, aku diajak Miranda dinner terlebih dahulu sebelum akhirnya kami meluncur ke speakeasy bar yang diasosiasikan jadi melting pot para sosialita, ekspatriat, dan pebisnis Ibukota untuk melepas penat dan bersosialisasi.
Layaknya “old money socialite”, Miranda seakan bak tamu yang ditunggu di malam itu. Tak terhitung banyak tamu di situ menyapanya, dan beberapa kukenal sering tampil di berita pagi atau setidaknya berada di majalah bisnis yang ada di Tanah Air, saling berkumpul santai dansa dansi di sini.
Ditemani segelas vodka martini dan cerutu, Miranda menikmati berbagai seleksi lagu yang dilantunkan dalam live music di tempat tersebut sembari basa basi denganku atau dengan teman-temannya. Barulah saat musisi live music menyanyikan lagu George Michael, kami terlarut dalam suasana dan menari dalam pelukan.
Miranda: Yah jadinya aku gangguin kamu malem ini.
Iqbal: Gak lah, tapi temen-temen kamu gak aneh apa ada aku disini?
Miranda: Ah yang disini juga pada bawa brondong sama ani-aninya kan. Untungnya kamu gak kaya mereka..
Miranda: Look at them babe. Mereka tampilannya sok classy, but itu gak fit sama looks mereka. Kamu cuma pake batik aja people seems impress loh.
Iqbal: hehehe aku harus ikutin kamu dong biar gak jomplang.
Suasana dansa ku dengan Miranda semakin panas, mungkin karena campuran alkohol yang sudah kami teguk bersama. Libidoku pun mulai bangkit dari tidurnya. Terlebih saat secara sengaja Miranda mulai semakin merekatkan tubuhnya padaku. Sungguh saat itu hanyalah aku, Miranda, dan hentakan musik jazz yang semakin merekatkan kedua fisik manusia yang sedang mencari esensi kenikmatan duniawi.
Miranda: Aku gak keliatan mabuk kan
Miranda: Gapapa.. siapa tau (berbisik) kamu mau temenin bobo aku malem ini?
Iqbal: Are you sure? Masih bisa sadar kan nanti..
Miranda: Don't tease me honey…
Jujur untuk wanita yang usianya hampir sedikit lagi menyentuh usia ibuku, rasanya godaan Miranda ini agak-agak rawan untuk kusantap. Bukan karena umurnya tua, tapi aku tau.. wanita di usia kepala 40-50an awal ini biasanya sedang berusaha stay young dan bahkan.. kadang bisa lebih liar daripada usia 20an.
Dengan sebuah ciuman di bibir, di tengah lantai dansa tersebut, seakan mengunciku untuk ikuti alur permainan Miranda malam ini. Kubiarkan saja ia terus bercengkrama dengan koleganya sembari duduk berpangku padaku. Sesekali kuciumi pundaknya dari belakang sambil menghabiskan negroni yang masih ada di tanganku.
Miranda: Eh gue pulang dulu ya bebs
Teman Wanita: Ceu.. pulang apa naik keatas?
Miranda: Tergantung sayang aku..(cium pipiku)
Iqbal: Whatever you wish babe..
Teman Wanita 2: Titip Miranda ya mas, suka gatel dia kalo udah ada cowok ganteng
Miranda: Seenggaknya gak miara brondong puyeng bebbb…
Langkah kami sebenarnya terbagi dua, belok kiri berarti aku antar Miranda pulang dan anggap malam itu hanya malam seru semata. Tapi belok kanan, berarti kita naik check in ke kamar hotelnya.
Dalam kamar bergaya british classic, penuh dengan aksen wood yang hangat, tubuhku dan tubuh Miranda saling merekat. Kedua bibir ini seakan tak ingin pisah. Hanya dengan sekali tarikan, dress yang baru saja dibeli nya jatuh kelantai. Menyisakan g-string hitam yang memberikan makna mendalam.
Ya, wanita seperti Miranda ini layak jika ku asosiasikan dengan g-string. Terasa menggoda, membuat panas dingin, tapi tak semua orang boleh tau. Tak peduli apa mereknya, tapi hanya pengguna dan orang yang diperlihatkan yang boleh memahami keindahan kain terdalam itu.
Miranda: Kamu gak masalah sama tubuh aku, udah gak sekenceng dulu..
Iqbal: Shusshh.. Jangan bikin aku nyesel sama keputusan aku…
Miranda: Auchhh… pelan-pelan sayang..
Aku tau maksud Miranda adalah mencoba bermain tarik ulur, seakan tak mau tapi sebenarnya nafsu. Pertahanan seperti ini hanya bisa runtuh oleh 2 hal, menurutku. Pertama, buai dengan ucapan-ucapan membangkitkan emosi dan nafsu diri. Dan yang kedua…
Miranda: Jangan dijilaatt sayangg...… Ahhhh.
Menciumi dan menjilati vagina Miranda memang terasa beda. Sungguh benar perawatan wanita mahal itu ada efeknya.
Masih ranum layaknya wanita 30an, aroma maupun titik rangsang di area kewanitaan ini masih dalam posisi prima sekali. Terlebih ketika jemari tengah sudah bermain masuk ke dalam lubang tersebut, dikombinasikan dengan rangsangan pada area clitoris menggunakan lidah.
Ketika semua sudah siap, segera kuarahkan penisku pada mulutnya. Awalnya ku kira ku bisa mendapatkan blowjob yang kusuka, namun kali ini hanya jilatan-jilatan manja yang kudapatkan. Tapi sungguh tepat sasaran semua titik jilatan Miranda, sehingga sensasinya tak kalah jika dibandingkan dengan blowjob.
Miranda: Sorry ya gak dimasukin ke mulut, baru kelar treatment sayang.
Iqbal: Kalo dimasukin ke bawah, mau?
Miranda: Pleasee, gantian tadi kan udah tangan kamu..
Seusai mengenakan kondom 0.03 yang kusimpan di clutch bag ku, kini senjata pamungkas itu segera melesak masuk ke dalam liang surgawinya. Sembari mencium dan memeluknya dari atas, kubiarkan penisku beradaptasi dengan vaginanya yang berusaha mengimbangi spirit anak muda ini.
Iqbal: Gapapa kan pelan-pelan aja?
Miranda: Aku suka sayanghhh….
Meski ritme yang kulakukan cukup lambat, tapi hentakan yang kulakukan justru sebaliknya. Ada kalanya ketika hentakannya kencang, direspon dengan teriakan yang kusuka..
Puas memandangi wajahnya yang penuh nafsu kenikmatan, kuminta Miranda tidur menyamping, dengan posisiku tetap berada di atasnya. Barulah di posisi ini, ketika penisku sudah melesak berada di dalam vagina Miranda, sensasinya lebih menggugah. Terlebih dengan remasan pada payudaranya yang masih prima untuk wanita seusianya.
Miranda: Jangan bal.. aku gak tahannn…
Iqbal: Keluarin aja mir.. Aku mau kamu ennakkk..
Miranda: Enakk sayang.. ahh.. akuu….
Dicengkram dengan keras sekali lenganku yang sedang meremas payudaranya. Dengan mata tertutup namun kepala mencoba mengadah keatas, terjadilah yang seharusnya terjadi saat itu..
Dengan nafas yang tersengal-sengal, kubiarkan Miranda menikmati momen orgasme yang entah apakah itu sangat puncak atau biasa saja untuknya. Tapi satu hal yang pasti, saat penisku kembali menusuk jantung kenikmatannya, mulai dari ritme perlahan sampai agak kencang, disitulah kembali Miranda berlaku layaknya anak gadis yang baru merasakan kenikmatan pertama kalinya.
Iqbal: Mau di dalem apa di luar?
Miranda: diluar.. aku gak pake kb..
Mungkin Miranda tak sadar jika sebenarnya aku keluar di dalam pun aman, karena masih menggunakan kondom. Toh, perlu dicoba juga seberapa jago Miranda bisa mengeluarkan lahar putih di penisku jika dalam posisi diluar vagina.
Tepat saat kuarahkan penisku di depan wajahnya, Miranda dengan cerdik melakukan handjob sembari lidahnya bermain di area kepala penisku. Lebih gilanya lagi handjob Miranda semakin terasa firm dan kencang.
Harusnya aku bisa bertahan lama jika dipermainkan dengan cara ini. Tapi wajah Miranda yang sayu habis terserap hawa nafsu, sungguh membuat imaji di kepalaku benar-benar liar. Dan respon tubuhku pun berkata serupa, sudah waktunya lahar putih itu dikeluarkan dari sarangnya…
Akhirnya…
Tumpah semua stok sperma yang entah berapa lama tersimpan di penisku karena tidak dikeluarkan. Meski tidak dimuntahkan di wajahnya, tapi seluruh dada wanita itu penuh akan cairan kenikmatanku..
Miranda: Banyak banget kayaknya, enak ya main sama aku?
Iqbal: Harusnya aku loh yang nanya sebaliknya..
Miranda: Bersihin dulu ya sayang, nanti lengket dada aku nih…
Benar-benar ku turuti saja semua mau Miranda malam itu. Entah apa aku ini di waktu itu, pelayan seksual Miranda atau peneman malam sepi baginya. Tapi, layaknya sapi yang dicucuk, ya itulah aku sehabis mendapat orgasme bersama Miranda. Nurut.
Dalam hangatnya air bathtub yang menyegarkan Miranda, aku dengan segelas bir di tangan, kami saling bertukar kata..
Miranda: Makasih ya gak galak sama aku di ranjang..
Iqbal: Biasanya brondongnya mainnya hardcore ya..
Miranda: Kadang orang sulit bedain apa itu have sex sama making love.
Iqbal: Hehehe bagus dong kalo begitu..
Miranda: Jadi.. tipnya berapa sayang?
Iqbal: Udahlah, aku juga tadi lagi horny. Bukan karena butuh uang juga.
Miranda: Kalo aku pengen kamu gimana? Masa iya gak bayar..
Iqbal: Well, kalo gitu aku mending cabut aja dari sini.
Rasanya agak aneh dengan term yang ditawarkan Miranda saat itu. Mungkin dengan kenangan di masa lalu, rasanya jadi canggung dengan hubungan seksual berbasis transaksi ini.
Miranda: sayang, don't take it seriously. Aku kebiasaan soalnya, well di Jakarta gak ada yang gratis kan.
Iqbal: Iya sih, just bad memories aja dengan transactional sex.
Miranda: Pasti kamu yang bayar ya.
Iqbal: You might very well think that; but I couldn't possibly comment. Anggep aja mutual needs yang saling terpenuhi, so no money involved in bed.
Miranda: Hmmm.. tapi kamu bisa gak cerita ke mana-mana kan soal ini..
Iqbal: Kamu juga bisa keep secret gak tidur sama aku?
Miranda: Any secret from you, i’ll keep it safe.
Sejatinya di dalam kamar itu, yang kami lakukan hanya sekali berhubungan sex dan sisanya berdiskusi dalam pelukan kasur. Sungguh hebat sekali cara Miranda menguliti setiap detil yang kututupi. Tapi jadinya agak aneh sensasi yang kurasakan pada saat itu. Disatu sisi aku meniduri wanita yang usianya menuju kepala 5, setara dengan umur tanteku. Di sisi lain aku sedang berbicara dengan dewasa dan nyaman layaknya aku berdiskusi dengan wanita sebayaku.
Miranda: Well fuck them! Semoga mantan kamu kena batunya mainin cowok baik kaya kamu.
Iqbal: Well, fuck them! Semoga suami kamu juga kena batunya ya..
Miranda: Eh kok bawa-bawa suami aku sih.. hahaha
Iqbal: kan kamu bawa-bawa mantan aku.. Hehe. Yaudahlah, keenakan banget kita bahas mereka, aku tarik lagi deh omongan tadi..
Miranda: Tarik selimut aja please, pengen dipeluk kamu malem ini pokoknya..
Pagi pun tiba, sudah mulai kurasakan bahwa tiada wanita itu dalam pelukku. Ah, palingan dia pergi sehabis ku tidur.
Miranda: Morning sayang, aku pergi duluan ya.. aku harus ada ketemuan pagi banget.
Iqbal: Jam 6 banget? Okay… Tapi bentar.. kok kamu?
Miranda: aku suruh supir bawa baju kantor kesini, supirku standby di bawah..
Iqbal: Tapi.. gapapa, lupain aja…
Miranda: Kaget aku pake hijab? atau karena pin ini.
Iqbal: Ah hijab kamu buat kebutuhan kerja doang kan, padahal tadi tidur kita sama-sama telanjang.
Miranda: Upsss.. diem-diem aja ya.. By the way ini kartu nama aku, call me ya..
Iqbal: Tunggu, ini kartu nama aku.. Kita lihat siapa yang akan kontak duluan ya…
Miranda: (cium bibir) please.. aku takut gak tahan permainan ini.. Pergi dulu ya..
Waktu pun berlaku, dari atas kamar hotel itu kulihat Miranda dijemput oleh sebuah mobil Alphard putih bersama motor pengawal di depannya. Pastinya Miranda akan dengan sangat cepat bisa memecah kemacetan menuju kantornya..
.... yang terletak di Senayan.
(Bersambung)
Note penulis:
Selamat datang suhu-suhu di cerita baru Iqbal yang kembali cosplay sebagai driver taxi online. Dan kali ini ceritanya iqbal dapet jatah main sama wanita yang usianya ternyata lebih tua, mungkin setara tante-nya kali ya.
Apakah bakal cuma sex belaka atau terjadi hal-hal yang diinginkan lainnya? Tungguin aja cerita selanjutnya dalam "Miranda Jessica Series" episode berikutnya..
Monggo banget buat para suhu-suhu untuk kirim like dan cendol kalo suka, ato misal mau kirim komentar lagi me-review perjalanan Iqbal juga dengan senang hati ane baca dan bales jika sempat. Kalau nanya playlist, ane sementara saran setiap lagu yang ada di cerita ane di save aja di youtube masing-masing yaaa.
Disclaimer: Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, mulustrasi, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata ditulis berdasarkan fantasi TS. hehehe
