Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Bunga Dikubangan Lumpur

*Update

Part 7


“Hey gelandangan, cepat bangun, jangan tidur disini. Toko mau buka nih,” Suara ibu – ibu yang sedikit membentak membuatku terbangun.

Tak terasa semalam aku tertidur di sebuah emperan toko di pinggir jalan setelah seharian aku berjalan menyusuri jalanan,

“ii..iya, maaf bu..” bergegas aku bangkit dengan malas,

“Cepat pergi dari sini, membuat usahaku sial saja..” Ucapnya dengan kesal

“Ba..baik..bu. maafkan aku..” Suaraku lirih sambil berlalu meninggalkannya

“Kamu itu masih muda bukannya bekerja malah jadi gelandangan,” Umpatan ibu ini terdengar sangat jelas dibelakang disaat aku meninggalkan tempat itu,

Mendengar kalimat itu, hatiku terasa sangat pedih. Apakah memang seperti ini kehidupan dikota yang sering kudengar waktu dikampung dulu, yaitu kehidupan yang keras, acuh serta sikap jauh dari ramah. Disaat aku seperti ini, mereka seakan memandangku sebelah mata.

Aku kembali melangkahkan kaki, bayangan orang – orang yang aku yang menyayangiku kembali memenuhi pikiranku.

“Akankah ini balasanku karena aku sangat berdosa pada semua orang – orang yang sangat baik dirumah itu?” Ucapku lirih bersamaan dengan airmata yang kembali mengalir

---

Seminggu sudah aku menjadi gelandangan dikota besar ini dengan terus berjalan tanpa arah. Untuk bertahan hidup dengan terpaksa aku meminta – minta sedekah dijalanan. Uang recehan hasil meminta aku kumpulkan demi membeli sebungkus nasi untuk mengisi perutku. Tubuh yang kotor serta baju yang kupakai satu – satunya kini sudah terlihat sangat lusuh karena setiap malam aku tidur di sembarang tempat membuat pandangan orang semakin sinis disaat aku melintas didepannya.

Malam ini terasa tidak seperti biasanya, jalanan terasa lengang dan rintik hujan mulai turun menambah suasana jalanan terlihat sunyi. Sebuah gang dengan tembok kanan kiri jalan yang tinggi ditambah sedikit penerangan tepat berada didepanku. Ada perasaan sedikit berdigik ngeri sebenarnya untuk melanjutkan berjalan. Aku terdiam sejenak, akan tetapi rintik hujan terasa semakin deras sehingga membuatku bertekad untuk melanjutkan melangkah melewati gang tersebut dengan harapan didepan sana ada tempat untuk berteduh, aku mempercepat langkahku.

Baru sekitar beberapa meter aku melangkah, terlihat dua orang pria yang tiba – tiba menghadang didepanku seakan menutupi jalan yang akan kulewati. Aku berhenti menatap mereka dari balik kegelapan. Terlihat orang berbadan besar, dan satu orang berbadang ceking dengan kumis tebal dan rambut gondrong. Mereka menatap tajam dan seakan tersenyum sinis membuatku semakin bergidik ngeri,

“Malam – malam begini kok sendirian saja sih cantik..” Kata pria yang berbadan kecil

“Ma..maf..aku hanya gelandangan, mohon kasih aku jalan..” Kataku merinding

Mendengar kata – kataku mereka malah terlihat semakin tersenyum dan tetap tidak memberiku jalan. Setelah mereka berdua saling berpandangan, mereka berjalan mendekat dengan senyum menyeringai seakan hendak menerkamku.

“Mau apa kalian? Aku ini seorang gelandangan yang tidak mempunyai apa – apa untuk kalian ambil,” Ujarku yang kini sedikit berteriak panik

“Hahaha…kami tidak inginkan apa – apa darimu cantik, kami hanya ingin kamu temani malam ini, kamu juga merasakan kedinginan kan?” Ucap si badan besar, mereka berdua tetap melangkah mendekat.

“Tolong..mau apa kalian?” Kataku yang mulai panik

Mendengar suaraku, mereka seakan menghiraukannya malah senyumnya semakin lebar. Aku sudah mengira kalau mereka ini akan berniat jahat kepadaku, sontak aku hendak membalikkan badan untuk lari dari terkaman mereka berdua. Akan tetapi naas, belum sempat aku berbalik, sebuah tangan yang kekar membekap mulutku dari belakang dan tangan yang lainnya mengunci tubuhku hingga aku tak bisa berbuat apa – apa. Aku mencoba meronta sekuat tenaga berharap terkaman itu bisa terlepas, tapi apa daya tenagaku tidak seimbang dengan tangan kekar itu, sehingga usahaku seakan sia – sia.

“Sudah, jangan berontak manis..kita akan bersenang – senang malam ini..hahahaha,” Ujar si badan ceking yang kini sudah ada didepanku

“Em….em..” Suara teriakanku terhalang bekapan tangan

“Kamu ini cantik juga, sayang sekali bila menjadi gelandangan,” Ucapan si badan besar dan bersamaan dengan tangannya meremas payudaraku.

Diperlakukan kurang ajar seperti itu, aku semakin meronta dan berusaha menendangnya dengan sekuat tenaga tepat di selakangannya,

“Aaarggg….Danccoook…” Teriakannya meringis kesakitan

“Oh, kamu mau berbuat ulah ya,” Melihat temannya tersungkur, si badan kecil seketika naik pitam,

“Plak…” Ditamparnya pipiku dengan keras oleh si badan kurus, dan kuncian tangan yang kekar ditubuhku terasa semakin erat,

“Dasar gelandangan, makanya jangan macam – macam dengan kami, rasakan itu akibatnya..” Ucap seseorang yang membekapku dari belakang.

Aku yang semakin panik mencoba lagi dengan sekuat tenaga untuk meronta dan berusaha menendangkan kaki ke arah mereka, sehingga tangan kekar yang membekapku dari belakang terlihat kuawalan, sampai ahirnya terasa pukulan yang sangat keras menghantam dibagian kepala belakang. Pukulan itu seketika membuat pandanganku kabur sesaat lalu berangsur – angsur gelap, aku tak sadarkan diri.

---

“Hahaha…ternyata memek gelandangan ini enak sekali…aaaaah…”

Gelegar suara hampir memenuhi ruangan, disertai tawa terbahak – bahak di sekeliling tubuhku. Aku yang masih terpejam diantara sadar dan tidak karena kepalaku bagian belakang terasa masih sangat nyeri, kudengar suara itu di iringi dengan sesuatu yang menghujam keluar masuk di liang vaginaku dengan kasar. Rasa perih kurasakan disana, disertai tamparan serta remasan dengan kasar dipayudaraku,

“Plak…”

“Ohh….sempit sekali memeknya…aaaah..”

“Plok,plok,plok..”

“Hahaha…cepatlah…habis ini ganti aku…sudah tidak sabar merasakan jepitan memek gelandangan ini..”

Sayup – sayup suara gaduh disertai rasa perih di liang vaginaku membuatku membuka mata dengan pelan. Betapa terkejutnya aku setelah tahu apa yang terjadi, kini aku sudah terlentang dengan mulut tertutup lakban, aku lihat seorang pria bertubuh besar tadi sedang menggenjotku diantara kedua selakanganku yang sudah terbuka lebar dengan baju yang sudah tersingkap keatas. Batang penisnya yang besar dan mengkilat terlihat telah keluar masuk kedalam vaginaku. Seketika itu aku berusaha meronta sekali lagi akan tetapi usahaku sia – sia, terasa dua tangan kekar lainnya menahan tangan kanan dan kiri ku,

“Aaaaahhh, akhirnnya bangun juga kamu, enak kan kontolku hah?..hahaha” Suara badan besar yang sedang menggenjotku dengan terengah engah.

“Eemm…em..” Hanya suara yang tertahan dari mulutku

“plo..plok..plok..” sibadan besar semakin cepat

“Aaaaah….” suara lenguhan panjang bersamaan dengan kedutan batang penisnya terasa didalam vaginaku, dan hampir bersamaan dengan itu terasa semburan batang penisnya beberapa kali didalam rahimku,

“Oooohhhhh…” Setelah didiamkan beberapa saat, dia melepaskan penisnya

“Plup..”

“Oh, sempit juga memekmu membuatku tak bertahan lama,” Ujarnya setelah itu terlihat berlalu,

Tidak lama kemudian si badan kurus mengambil alih posisi si badan besar, dia sekarang ada di antara pahaku yang sudah terbuka,

“Hahahaha..akhirnya giliranku menikmati memek ini..” Suara si kurus yang terlihat sudah telanjang disana, terlihat batang penisnya sudah tegak menjulang dengan bebas.

Meskipun badan pria ini terlihat kurus, akan tetapi penisnya bisa terbilang besar dan panjang,bahkan lebih besar daripada batang penis milik si badan besar tadi,

Setelah dilihat beberapa saat, terasa ujung penisnya menyeruak masuk kedalam lian vaginaku lalu dihentakkannya dengan kasar oleh si badan kurus ini,

“Blees..”

“Ohh…kamu benar. sempit sekali memek gelandangan ini,” Ujarnya

Benar saja, aku merasakan sesak disana disertai rasa perih yang luar biasa di vaginaku. Kini aku hanya bisa pasrah di setubuhi bergantian oleh pria – pria disini. Aku mencoba teriak dan berontakpun juga percuma, mulut terbekap lakban serta tubuhku terasa sangat lemas disertai rasa nyeri dikepalaku karena pukulan keras tadi semakin terasa, aku hanya bisa mengalihkan pandanganku ke seisi ruangan ini. Gelap pengap, dan suara hujan diluar terdengar semakin deras disertai suara gelak tawa yang terbahak – bahak dari para pria ini. Entah berapa kali pria – pria ini menggilirku secara bergantian, aku yang semakin lama merasakan nyeri dikepala semakin menjadi, sehingga aku kembali tak sadarkan diri.

---

Sinar mentari menelusup memasuki celah – celah atap ruangan yang tepat mengenai wajah membuatku membuka mata dengan perlahan. Aku tersadar sepenuhnya, setelah aroma sperma yang tercium menyengat di hidungku. Bahkan mataku terasa sangat pedih setelah pertama kali terbuka. Aku raba wajahku dengan jari terdapat sperma yang tercecer disana. Aku lirik kiri dan kanan sudah tidak terlihat lagi pria – pria bajingan itu. Rasa nyeri yang ada dikepala sudah berangsur hilang, akan tetapi rasa nyeri di vaginaku masih sangat terasa. Aku melirik kebawah bajuku masih tersingkap. Segera aku bangkit dengan tubuh masih terasa sangat lemah. Setelah berbenah, aku kembali beranjak keluar ruangan itu dengan tertatih..

Berlanjut ke Part 8
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd