Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
-
Alamat alternatif sudah baru gan.
Bookmark alamat ini gan : https://bit.ly/ceksemprot
Atau buka dengan VPNIkuti alamat terbaru dari forum di : Follow Twitter @SemprotCom
CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA
- Thread starter akangwarhol
- Start date
- Status
jajateka78
Semprot Baru
- Daftar
- 3 Jul 2015
- Post
- 39
- Like diterima
- 25
Di lanjutkan suhu
akangwarhol
Semprot Kecil
- Daftar
- 1 Sep 2021
- Post
- 76
- Like diterima
- 2.976
27. CERITA LALU
TOK TOK TOK
“assalamualaikum, Naf..”. terdengar salam dari luar pintu. Aku rebahan di kasur sambil main hp nungguin Nafisa dandan.
“waalaikumsalam, Niken? Oh iya! malem ini kita mau ngerjain tugas kelompok ya? Astaga! Kok bisa lupa sih?!”. Kata Nafisa membukakan pintu dan terkejut karena baru ingat kalau malam itu dia ada janji ngerjain tugas sama temen kelompoknya..
“haha, aku aja juga hampir lupa tadi, ketunda mulu sih”. Kata Niken.
“yuk sini masuk.. Aida sama Sita?”
“lagi di jalan mereka”.
“sayang, kenalin.. Niken”.
“oh halo.. Angga”. Kataku memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangan untuk salaman.
“Niken”. Kata Niken memperkenalkan diri.
“yang, hehe.. aku lupa kalau hari ini udah ada janji sama anak-anak buat ngerjain tugas, aku gak jadi ikut ya”. Kata Nafisa.
“oh gitu.. beneran gak ikut nih?”. Tanyaku memastikan.
“beneran.. ini Niken udah sampe sini, masak aku tinggal, maaf ya”. Kata Nafisa sambil nyengir.
“gapapa, oke deh kalau gitu aku berangkat ya”.
“iya hati-hati yang, salam buat mbak-mbak nya ya”.
“siaap”. Kataku sambil bersalaman sama Nafisa dan reflek hampir mencium bibirnya.
“hush! Main nyosor aja ada orang juga!”. Bisik Nafisa.
“oh iya!”. Kataku sambil nyengir melirik Niken. Kulihat Niken hanya tersenyum menahan tawa melirik kami.
TELOLET TELOLET
Di perjalanan, mbak Marta menelponku.
“iya halo mbak?”.
“dimana Ngga?”.
“udah di jalan nih bentar lagi sampe”.
“oh yaudah, ini aku udah siap, keburu malem, gak enak kalau bertamunya kemaleman”.
“oke mbak, gak lama ini”. kulihat jam memang sudah menunjukkan pukul 7 lebih. Gara-gara nungguin sang kekasih mandi sama dandan dulu, ee malah gak jadi ikut.
TOK TOK TOK
“assalamualaikum”.
“waalaikumsalam..hai Ngga! bentar aku ambil tas dulu ya”. Kata mbak Marta membukakan pintu dan aku masuk di bibir pintu menunggu mbak Marta.
“Nafisa gak diajak masuk Ngga?”. Tanya mbak Marta yang sudah rapi memakai sweater krem lengan panjang dan rok lebar warna hitam dengan hijab melilit di leher, khas mbak Marta, berjalan ke arahku sambil menenteng tas kecilnya.
“gak jadi ikut mbak, ngerjain tugas kelompok dia”.
“oh ya?!” kata mbak Marta dengan ekpresi sedikit terkejut lalu tersenyum manja ke arahku seraya membentangkan kedua tangannya. Aku tau maksud mbak Marta dan langsung memeluknya. Mbak Marta mengalungkan kedua tangannya di leherku dan masih memegang tas kecilnya.
“ya ampun, kangen banget Angga!”. Kata mbak Marta sumringah menatapku.
“sama mbak! Kangen banget!”. Kataku sambil mengangkat tubuh mbak Marta yang tiba-tiba mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku menurunkan tubuhnya lagi lalu membalas ciuman mbak Marta. Sambil berciuman beberapa lama, tangan kananku reflek menjamah buah dada mbak Marta lalu meremasnya. Mbak Marta terlihat menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya sambil menggigit pelan bibir bawahku. Lidah kami saling beradu. Mbak Marta melepaskan tangannya dari leherku dan menjatuhkan tas kecilnya. Tiba tiba kontolku yang sudah tegang maksimal diremas dari luar celana. Agak ngilu sih, tapi hasratku memuncak seketika. Aku lepas ciumanku lalu kututup pintu di sebelahku yang masih sedikit terbuka dari tadi tanpa melepas pelukan mbak Marta yang masih meremas-remas kontolku. Lalu aku kembali menatap wajah mbak Marta dengan terseenyum.
“mbak Marta makin cantik aja sih! Makin montok!”. Sambil aku remas-remas pantatnya.
“iya nih, agak gendutan”. Kata mbak Marta seraya menguncupkan bibirnya.
“enggak ahh, padat berisi, aku suka!”. Kataku merayunya sambil mengangkat roknya dengan cepat sampai ke pinggang mbak Marta.
“eh! Mau ngapain?!” tanya mbak Marta sambil tersenyum kaget.
“bertar aja yuk mbak! Gak tahan nih”. Kataku sambil memutar tubuh mbak Marta membelakangiku dan menghadap ke pintu.
“udah jam segini Angga.. nanti aja!”. Kata mbak Marta sedikit berbisik. Aku tak menghiraukan perkataan mbak Marta. Ku arahkan mbak marta sedikit nungging dengan kedua tangan yang memegang handle pintu, lalu ku tarik CD nya ke bawah sampai ke paha. Mbak Martapun hanya pasrah. Ku buka belahan pantat mbak Marta, aku raba memeknya yang masih belum begitu basah, lalu aku ludahu belahan pantat mbak Marta lalu ku lumurkan ludahku ke memek mbak Marta. Dengan cepat aku membuka celana dan CDku sekedarnya. Kubasahi kepala kontolku dengan ludah lalu kuarahkan ke belahan pantat mbak Marta, tepat di bibir memeknya. Aku gesek-gesekkan sesaat lalu langsung aku tusukkan ke memek mbak Marta.
“aukh! Sakit! Pelan dulu Angga!”.
Kontolku keluar lagi. mungkin posisinya kurang pas gara-gara aku yang keburu nafsu. Ku basahi lagi memek mbak Marta dengan ludahku lagi lalu kuarahkan lagi kontolku untuk masuk ke dalamnya dan dengan mudah langsung masuk sepenuhnya.
“aahhhhh! Ssshhhh!”. Mbak Marta mendesah.
Kuayunkan pinggulku langsung dengan kecepatan tinggi, biar laharnya juga cepet keluar, maklum ngejar waktu. Tak berhenti aku genjot dengan kecepatan tinggi, begitu pula dengan mbak Marta yang tak berhenti mendesah dengan suara pelan.
PLOK..PLOK..PLOK..
“sssshhh! Ahh aahhhhh!!”. Setelah sekitar 2 menit akhirnya keluar juga spermaku setelah sekian lama tertahan. Aku mengerang dan mengejang.
“ohhhh!!”. desah mbak Marta.
Buru-buru aku keluarkan kontolku dari memek mbak Marta.
“eh tahan dulu Ngga! Yaaahh..”. tangan mbak Marta berusaha menahan spermaku di memeknya biar gak menetes, tapi keburu kontolku aku keluarkan dan meneteslah spermaku di lantai dan beberapa tersangkut di CD mbak Marta. Tangan mbak Marta memegang memeknya sambil jarinya mengeluarkan sisa-sisa spermaku yang masih ada di dalam.
“astaga banyak banget peju mu Ngga?!”
“efek udah kelamaan gak keluar kali mbak..hehe”. jawabku.
“itu ambil tisyu di meja”. Kata mbak Marta. Akupun berjalan sambil memegang ujung kontolku lalu kuambil tisyu itu. aku lap kontolku lalu kubersihkan memek mbak Marta. Aku bantu mbak Marta melepaskan CD nya yang sudah ternodai pejuku lalu kubersihkan dengan tisyu. Begitupun yang bercecer di lantai.
“taruh di meja aja Ngga celana dalemku”. Aku bergegas memakai celanaku dan menaruh CD mbak Marta di meja.
“ayuk buruan berangkat, gak enak sama mamanya Lala kalau kemaleman”. Kata Mbak Marta sambil menata kembali rok, sweater dan jilbabnya.
“loh mbak, gak ambil celana dalem dulu?”.
“gak usah.. kelamaan, toh di rumah Lala gak lama juga kok, yuk!”. Kamipun bergegas dan segera berangkat.
Di perjalanan, mbak Marta memperbaiki make up di wajahnya.
“duh mukaku juga berantakan lagi, bekas keringat”. Gerutuku.
“haha, salah sendiri, udah tau mau bertamu, pake ngajakin main lagi”. ledek mbak Marta.
“hehe... gak tahan banget sih mbak, daripada ditahan”.
“ya kan bisa pulangnya nanti Ngga”.
“kelamaan mbak, bisa salah tingkah selama di rumah mbak Lala aku gara-gara si dedek meronta-ronta pengen masuk sangkarnya”.
“hahaha, bisa aja.. untung Nafisa gak jadi ikut ya”.
“iya juga sih, ada hikmahnya, haha”.
“lagian ngapain sih ngajak Nafisa?”.
“yaa kan mumpung pas ada moment nih mbak, mbak Lala lahiran, pikirku sih minimal dia bisa kenal secara langsung sama mbak Marta, mbak Lala, jadi kalau pas kita ada komunikasi dia gak curiga”.
“make sense sih, ya kapan-kapan aja lah ya... eh dia gak kamu apa-apain kan Ngga?”.
“diapa-apain gimana nih maksudnya?”.
“belum kamu...”.
“belum lah mbak, aman... dijamin masih segel, sampe nikah, haha.. aku sabar kok, selama masih ada mbak cantik satu ini buat aku”. Sahutku sambil ketawa.
“sialan nih bocah! haha.. jagain tuh Ngga, jangan dilepasin, anak baik-baik dia”.
“pasti dooong, tapi ya itu..kadang bingung juga harus gimana kalau pas ngambek atau berantem gitu, susah emang cewek”.
“hmmm, gak mau tanya sama cewek senior sih”. Kata mbak Marta sambil melirikku.
“cewek senior?! eh iya bener juga, kenapa gak tanya ke mbak aja ya, duh”. Kataku sambil nyengir.
Mbak Marta hanya tersenyum dengan ekspresi songong sambil melirikku.
Beberapa saat kemudian kamipun sampai di rumah mbak Lala.
“assalamualaikum”. Mbak Marta
“waalaikumsalam, ee nak Marta”. sosok perempuan paruh baya berjilbab membukakan pintu sambil menjawab salam mbak Marta.
“tante apa kabar, lama ya gak ketemu”. Kata mbak marta bersalaman sambil mencium tangannya lalu ber cipika cipiki.
“Tante..Angga”. kataku memperkenalkan diri sambil bersalaman mencium tangannya.
“Mamanya Lala”. Kata perempuan itu, sebut saja namanya Mama Ira.
“ini temen kerja di butik, tante, masih kuliah tapi pengen mandiri”. Jelas mbak Marta.
“ooo, yayaya... ayuk masuk nak”.
“ya beginilah orang tua, kamu kemana aja?”. Tanya Mama Ira ke mbak Marta.
“ini lagi banyak di Jakartanya tante, paling sebulan sekali pulang ke solo”.
“wah, lancar ya butiknya?”.
“alhamdulillah... itu juga hasil kerjanya Lala juga tante, pas lagi buka cabang tiba-tiba ngilang, eee tau-tau ngasih kabar udah lahiran anaknya aja, kan nyebelin tan”.
“hahaha, tapi tante bersyukur banget, setelah nunggu 10 tahun lebih, akhirnya Lala dikasih momongan juga, itu dia di kamar belakang”.
“iya ya tan, alhamdulillah banget!”.
Aku hanya mendengarkan obrolan mereka dengan seksama.
Njir, gak tau aja mereka kalau aku bapak dari bayi itu... jangan sampe tau lah!
“Lalaaa!”. Mbak Marta dengan girang menyapa mbak Lala yang sedang duduk di ranjang menyusui anaknya.
“heeeiii! Apa kabaaar?”. Jawab mbak Lala sambil cipika cipiki dengan mbak Marta.
“kamu tuh yang apa kabar?! Ngilang tau-tau punya anak, masa aku sampe gak tau kalau temennya sendiri lagi hamil”. Gerutu mbak Marta sambil duduk di tepi ranjang dekat paha mbak Lala. Dan aku duduk di kursi sebelah ranjang.
“eh Ngga, kamu di luar dulu ya, Lala lagi nenenin nih”. Kata mbak Marta.
“udah gak papa, masuk aja Ngga”. Kata mbak Lala.
“hei mbak, selamat ya...”. aku berasa canggung dengan adanya mbak Marta disitu.
“makasih Angga”. Kata mbak Lala tersenyum.
“yaa... aku cuman pengen jaga ini aja sih, takutnya pas udah ngasih kabar kalau aku hamil, ee gak taunya terjadi yang enggak-enggak sama kandunganku, aku gak mau sedih dan bikin orang lain ikutan sedih juga, itu aja sih Ta”. Jelas mbak Lala sumringah.
“ya udah lah ya, yang jelas sekarang waktunya kita ngerayain kehadiran si kecil ini”. kata mbak Marta begitu antusias melihat bayi mungil itu.
“cowok ya La? Namanya siapa?”.
“Namanya ALODIA RANJANA Ta” jawab mbak Lala sambil tersenyum melirik kearahku, lalu melepaskan mulut anaknya yang sudah pulas dari payudara mbak Lala, lalu memasukkan lagi payudaranya kedalam bra dan dasternya.
Wah, ternyata mbak Lala beneran make nama yang aku kasih buat anak kami. Gitu aja udah seneng banget rasanya.
“Bagus! Aku panggil ALE aja ya sayang”. Kata mbak Marta sambil elus-elus pipi Ale.
“iya tante, dipanggil ganteng juga boleh”. Kata mbak Lala sambil tertawa.
“Nak Marta”. terdengar Tante Ira memanggil mbak Marta dari luar kamar.
“Iya tante.. eh bentar ya La, mama mu manggil tuh”.
“iya”. Jawab mbak Lala sambil melirikku lalu tersenyum lebar. Setelah mbak Marta keluar kamar, akupun mendekat ke mbak Lala.
“anak kamu!” kata mbak Lala berbisik. Dirasa aman, Akupun bangkit dan mencium kening mbak Lala, lalu kukecup bibirnya dan dibalas dengan menggigit pelan bibirku.
“gantengnya!”. Bisikku sambil mencium pipi Ale. Mbak Lala menganggukkan kepala.
“Heh! Ngapain itu?!”. kata mbak Marta yang tiba-tiba masuk kamar dengan membawa 2 gelas teh hangat, mengagetkan kami.
“eh, ini loh kenalan sama dek Ale”. Jawabku sekenanya, Jantungku serasa mau copot.
“si Angga gemes katanya Ta”. Sahut mbak Lala.
“sini-sini biar aku gendong gantengnya tante”. Kata mbak Marta sambil meletakkan 2 gelas teh hangat tadi di meja agak jauh dari ranjang. Lalu mengambil Ale dari pelukan mbak Lala.
“bentar-bentar, ini mirip siapa ya?”. Tanya mbak Marta.
“ya mirip ayahnya dong”. Jawab mbak Lala.
“apa iya ya? Enggak ah, hidung ayahnya gak gini deh?”.
“ya kalau gitu mirip aku,”. Kata mbak Lala.
“ya masak mirip tetangga sebelah rumah mbak? Haha”. Candaku mengalihkan perhatian mbak Marta.
“iya kali ya, uuu gantengnya”.
Mungkin yang dimaksud mbak Lala dengan mirip ayahnya itu aku kali ya, soalnya kalau dilihat sekilas emang hidungnya mirip bentuk hidungku, duh... bahaya nih!
“suamimu udah balik berarti ini”. tanya mbak Marta.
“udah kemarin lusa, nunggu aku bisa mandiri dulu baru dia balik”.
“waaah, contoh tuh Ngga, suami tuh emang kudu gitu”. Akupun hanya tersenyum menanggapinya.
Mereka ngobrol beberapa lama dan aku sesekali aja ikut nimbrung obrolan mereka. Entah kenapa aku jadi tidak se biasa dulu kalau pas mereka lagi berdua begini.
“eh, udah jam setengah 10 aja nih, yuk Ngga pulang”, ajak mbak Marta.
“yah buru-buru amat sih, masih kangen nih!”. Kata mbak Lala merengek.
“udah malem La, kasihan tante biar istirahat”.
“ya kan emang datengmu udah malem, hmmm”. Gerutu mbak Lala.
“itu tuh, gara-gara Angga tuh jadi kemaleman”. Kata mbak Marta meledekku sambil tersenyum melirikku.
“hehe, iya maaf-maaf”. Sialan nih mbak Marta.
“datengnya telat maksudnya, haha.. yaudah yuk”.
“yaudah kalau gitu, besok udah balik Jakarta lagi?”. tanya mbak Lala.
“lusa kayaknya, ya lihat sikon lah.. yaudah aku sama Angga pamit ya La, sehat terus mama sama baby nya”.
“iya tante makasih, kapan-kapan jalan-jalan bareng ya tante”.
“beress.. haha, assalamualaikum”.
“pamit dulu ya mbak, assalamualaikum”. Kataku.
“iya waalaikumsalam, hati-hati kalian”.
Kamipun berpamitan dengan tante Ira lalu pulang. Di tengah perjalanan aku dan mbak Marta hanya mengobrol ringan. Tapi ada pernyataan mbak Marta yang bikin aku sedikit kaget.
“lihat temen punya bayi mungil gitu jadi kangen juga punya bayi lagi”. Kata mbak Marta yang sedang rebahan di sebelahku sambil main HP.
“hah! Becanda nih si embak”. Sahutku. Dag dig dug rasanya jantungku.
“kalau beneran gimana?”. Kata mbak Marta sambil meraba pahaku dan tersenyum melirikku.
“waduh!”. Jawabku singkat yang seketika spechless mendengarnya.
“lihat kamu nyium Ale tadi kayaknya aura kebapakanmu udah ada tuh Ngga”.
“heh! Ngaco nih mbak Marta, aku masih kecil kali mbak”. Kataku sambil tetap fokus menyetir, melihat jalan dan sedikit melirik mbak Marta.
“besok lepas KB ah!” kata mbak Marta sambil mulai mengelus kontolku dari luar celana.
“eh eh, jangan dong mbak, duuuh!”. Kataku merengek.
“hahaha, becanda Angga, kenapa sih? Gitu banget takutnya! Haha”. Mbak Martapun terbahak-bahak.
“kalau ini boleh kan?!”. Tanya mbak Marta sambil membuka resleting dan kancing celanaku.
“nah kalau ini boleh banget!”. Plong banget denger kalau mbak Marta becanda. Lalu mbak Marta membuka CDku dan mengeluarkan kontolku.
“baru juga dielus bentar udah tegang aja ini dedek gemes!”. Kata mbak Marta mulai mengocok pelan kontolku.
“ahhh! Yang ngelus yang bikin ngaceng...uhhh enak banget mbak!”.
Mbak Marta mengocok kontolku dengan tempo yang sedang, lalu sedikit dipercepat. Sesekali dia meludahi tangannya yang kemudian dioleskan ke batang kontolku. Dikocok, diremas, kadang jempol mbak Marta mainin lubang pipisku. Tak mau diam saja, aku remas toket mbak Marta dengan tangan kiriku. Tapi justru mbak Marta mengangkat roknya lalu memindah tanganku ke memeknya. Mbak Marta rebahan lagi sambil mengangkat kaki kirinya naik ke dashboard dan membentangkan kaki kanannya biar tanganku lebih leluasa memainkan memeknya yang sudah mulai basah itu. Tangan kanannya dengan lincahnya mengocok kontolku dengan kecepatan sedang. Kugesek-gesek klitorisnya beberapa lama membuat mbak Marta sesekali mengerang dan tubuhnya berkedut.
mbak Marta bangun dan menegakkan kembali jok yang didudukinya, sambil melepaskan tanganku yang lagi asyik mainin memeknya. Tanganku ditaruh di headrest tempat mbak Marta lalu menghadapku.
“turunin celanamu bentar Ngga”. Akupun menuruti apa kata mbak Marta. tanpa membuang waktu, tiba-tiba mulut mbak Marta mendarat di kontolku, dan mengulumnya. Reflek tangan kiriku menjambak rambut mbak Marta dibalik jilbabnya.
“eh eh mbak, di rumah aja mbak, bentar lagi nyampe ini”. kataku yang sedikit terkejut.
“udah fokus nyetir aja!”. Bukannya berhenti, kontolku justru dilahapnya habis. Pelan-pelan mulut mbak Marta mengocok kontolku.
“ahhhh! Gak konsen nih mbak!”. Tubuhku menggeliat menahan serangan dari mbak Marta.
Tak lama kemudian, kami pun sampai rumah mbak Marta yang masih terus mengulum kontolku.
“mbak, udah sampe nih”. Mbak Marta menyedot kontolku dengan kuat lalu tiba-tiba melepasnya, dan tersenyum kepadaku.
“bentar aku bukain pagarnya ya”. Mbak Marta membukakan pagar dan pintu rumah lalu masuk kerumah duluan. Aku memarkirkan mobil lalu kurapikan celanaku. Pagar aku tutup lalu kususul mbak Marta ke dalam rumah.
“mbak, dimana?”. Tanyaku.
“sinih Ngga, di kamar.. kunci pintu depan ya”.
“oke”.
Setiba di mulut pintu mbak Marta, tiba-tiba dia menarik tanganku dan mendorongku terlentang di kasur. kulihat mbak Marta sudah melepas roknya, tersisa sweater dan jilbab menempel di tubuhnya. Segera mbak Marta melepas celana dan CDku. Dia tersenyum lebar melihat kontolku yang sangat tegang berkedut. Pelan-pelan mbak Marta naik ke kasur dan berjalan lutut di atasku.
“waktunya pembalasan!”, bisik mbak Marta di telingaku.
“siapa takut!”. balasku berbisik.
Kini mbak Marta yang menguasai permainan di atasku, aku hanya disuruh menikmati di bawahnya. Kontolku tak henti-hentinya diuleg memek mbak Marta dengan beberapa gaya WOT. Sesekali aku genjot dari bawah ketika ulegan mbak Marta sedikit melemah. Desahan dan erangan mbak Marta begitu liar malam itu. gairahku pun meluap-luap. Tak sekali kontolku tiba-tiba keluar dari lintasan memek mbak Marta karena saking kencangnya dia menggenjotku, lalu mbak Marta memasukkannya lagi.
“ahhhh...sssshhh! enak banget!”. 2 kali mbak Marta orgasme sebelum lahar putihku keluar. Ketika mbak Marta menghadapku dan genjotannya mulai melemah lagi, aku genjot dari bawah dengan kecepatan maksimal.
“ooohhhh!”. Aku mengerang seraya menyemburkan spermaku di dalam memek mbak Marta.
“aaaahhhhh! Sssh ahhh!”. Mbak Marta menggeliat, tubuhnya kembali kejang, menggelinjang lepas kendali lalu menindihku dengan nafas yang tak beraturan.
“enak banget mbak!”. Bisikku ke mbak Marta sambil ngos-ngosan. Mbak Marta lalu membaringkan tubuhnya di sebelahku seraya mengatur nafas, kamipun saling tatap dan tertawa pelan.
“capek juga ya”. Kata mbak Marta.
“ah gak begitu, kalau mau lagi juga siap ini!”.
“alah apaan, si dedek udah lemes gitu, haha”. Ledek mbak Marta sambil berbaring miring menghadapku dan menyentil kontolku yang memang masih lemas.
“eee jangan salah, masih recovery tuh, tunggu beberapa menit lagi deh! Haha”. Sahutku sambil meraba memek mbak Marta.
“ah masaaak”. Ledek mbak Marta sambil mengelus-elus kontolku.
“udah lama ya mbak gak gini”. Kataku.
“la ma ba nget, tau! Ada kali hampir setaun... kalau diajak ketemu menghindaar terus, hmmm”.
“hehe, ya maaf mbak, sebenernya juga pengen sih, pengen banget malah”.
“terus ngapain menghindar coba? Jujur aja gak usah boong”.
“emmm, sebenernya cuman perasaanku aja sih mbak, rasanya kok ngeganjel gitu, gak enak hati kalau pas aku main sama mbak Marta sementara aku udah punya Nafisa, ya walaupun belum jadi istri sih, kepikiran aja gimana kalau sampe Nafisa tau kalau aku ada main sama perempuan lain? itu aja sih.. aku cuman pengen ngejaga perasaan Nafisa aja mbak walaupun secara gak langsung”.
Mbak Marta tersenyum mendengar itu.
“aku paham.. dan justru itu yang bikin aku interest sama kamu Ngga, ya walaupun gak peka jadi cowok, tapi kamu punya empati dan jujur... andai aja aku masih seumuran kalian, aku gak akan rela kamu pacaran sama dia”.
“loh, kenapa mbak?”.
“ya kamu udah punyaku lah! udah aku kasih semuanya ke kamu, masak aku rela kamu buat yang lain, enak aja!”. Kata mbak Marta dengan nada sewot.
“uuuu.. sayang dong sama aku?”. Ledekku.
“menurutmu?! Aku tuh cemburu kamu sama Nafisa, kamu ngerti gak sih!”. Kata mbak Marta yang bernada tinggi berbisik.
“loh loh, mbak? Kok marah?”.
“andai Ngga, andai aku seumuran kalian.. haha, serius banget sih”.
“astaga mbak! Bikin kaget aja”.
“makanya, jangan Nafisa aja yang dipikirin, istri pertamamu ini juga pengen dimanjain..”. kata mbak Marta tertawa pelan sambil mengelus-elus lagi kontolku yang mulai mengeras lagi.
“ooo..minta dimanjain?? Istri mah harus nurut sama suami kan ya?!”. Kataku sambil bangkit mengarahkan mbak Marta untuk terlentang dan ngangkang.
“lagi?? nanti aja loh, santai dulu lah Ngga”. Rayu mbak Marta sambil ketawa pelan.
“katanya mau dimanjain??!”. Ledekku.
“hehe, masih lemes nih, bentar lagi lah ya.. ya..”.
BLESSS!
“aaaahhhh!! Sssshh! Anggaaa!”.
~ Bersambung
TOK TOK TOK
“assalamualaikum, Naf..”. terdengar salam dari luar pintu. Aku rebahan di kasur sambil main hp nungguin Nafisa dandan.
“waalaikumsalam, Niken? Oh iya! malem ini kita mau ngerjain tugas kelompok ya? Astaga! Kok bisa lupa sih?!”. Kata Nafisa membukakan pintu dan terkejut karena baru ingat kalau malam itu dia ada janji ngerjain tugas sama temen kelompoknya..
“haha, aku aja juga hampir lupa tadi, ketunda mulu sih”. Kata Niken.
“yuk sini masuk.. Aida sama Sita?”
“lagi di jalan mereka”.
“sayang, kenalin.. Niken”.
“oh halo.. Angga”. Kataku memperkenalkan diri sambil menjulurkan tangan untuk salaman.
“Niken”. Kata Niken memperkenalkan diri.
“yang, hehe.. aku lupa kalau hari ini udah ada janji sama anak-anak buat ngerjain tugas, aku gak jadi ikut ya”. Kata Nafisa.
“oh gitu.. beneran gak ikut nih?”. Tanyaku memastikan.
“beneran.. ini Niken udah sampe sini, masak aku tinggal, maaf ya”. Kata Nafisa sambil nyengir.
“gapapa, oke deh kalau gitu aku berangkat ya”.
“iya hati-hati yang, salam buat mbak-mbak nya ya”.
“siaap”. Kataku sambil bersalaman sama Nafisa dan reflek hampir mencium bibirnya.
“hush! Main nyosor aja ada orang juga!”. Bisik Nafisa.
“oh iya!”. Kataku sambil nyengir melirik Niken. Kulihat Niken hanya tersenyum menahan tawa melirik kami.
TELOLET TELOLET
Di perjalanan, mbak Marta menelponku.
“iya halo mbak?”.
“dimana Ngga?”.
“udah di jalan nih bentar lagi sampe”.
“oh yaudah, ini aku udah siap, keburu malem, gak enak kalau bertamunya kemaleman”.
“oke mbak, gak lama ini”. kulihat jam memang sudah menunjukkan pukul 7 lebih. Gara-gara nungguin sang kekasih mandi sama dandan dulu, ee malah gak jadi ikut.
TOK TOK TOK
“assalamualaikum”.
“waalaikumsalam..hai Ngga! bentar aku ambil tas dulu ya”. Kata mbak Marta membukakan pintu dan aku masuk di bibir pintu menunggu mbak Marta.
“Nafisa gak diajak masuk Ngga?”. Tanya mbak Marta yang sudah rapi memakai sweater krem lengan panjang dan rok lebar warna hitam dengan hijab melilit di leher, khas mbak Marta, berjalan ke arahku sambil menenteng tas kecilnya.
“gak jadi ikut mbak, ngerjain tugas kelompok dia”.
“oh ya?!” kata mbak Marta dengan ekpresi sedikit terkejut lalu tersenyum manja ke arahku seraya membentangkan kedua tangannya. Aku tau maksud mbak Marta dan langsung memeluknya. Mbak Marta mengalungkan kedua tangannya di leherku dan masih memegang tas kecilnya.
“ya ampun, kangen banget Angga!”. Kata mbak Marta sumringah menatapku.
“sama mbak! Kangen banget!”. Kataku sambil mengangkat tubuh mbak Marta yang tiba-tiba mendaratkan bibirnya di bibirku. Aku menurunkan tubuhnya lagi lalu membalas ciuman mbak Marta. Sambil berciuman beberapa lama, tangan kananku reflek menjamah buah dada mbak Marta lalu meremasnya. Mbak Marta terlihat menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya sambil menggigit pelan bibir bawahku. Lidah kami saling beradu. Mbak Marta melepaskan tangannya dari leherku dan menjatuhkan tas kecilnya. Tiba tiba kontolku yang sudah tegang maksimal diremas dari luar celana. Agak ngilu sih, tapi hasratku memuncak seketika. Aku lepas ciumanku lalu kututup pintu di sebelahku yang masih sedikit terbuka dari tadi tanpa melepas pelukan mbak Marta yang masih meremas-remas kontolku. Lalu aku kembali menatap wajah mbak Marta dengan terseenyum.
“mbak Marta makin cantik aja sih! Makin montok!”. Sambil aku remas-remas pantatnya.
“iya nih, agak gendutan”. Kata mbak Marta seraya menguncupkan bibirnya.
“enggak ahh, padat berisi, aku suka!”. Kataku merayunya sambil mengangkat roknya dengan cepat sampai ke pinggang mbak Marta.
“eh! Mau ngapain?!” tanya mbak Marta sambil tersenyum kaget.
“bertar aja yuk mbak! Gak tahan nih”. Kataku sambil memutar tubuh mbak Marta membelakangiku dan menghadap ke pintu.
“udah jam segini Angga.. nanti aja!”. Kata mbak Marta sedikit berbisik. Aku tak menghiraukan perkataan mbak Marta. Ku arahkan mbak marta sedikit nungging dengan kedua tangan yang memegang handle pintu, lalu ku tarik CD nya ke bawah sampai ke paha. Mbak Martapun hanya pasrah. Ku buka belahan pantat mbak Marta, aku raba memeknya yang masih belum begitu basah, lalu aku ludahu belahan pantat mbak Marta lalu ku lumurkan ludahku ke memek mbak Marta. Dengan cepat aku membuka celana dan CDku sekedarnya. Kubasahi kepala kontolku dengan ludah lalu kuarahkan ke belahan pantat mbak Marta, tepat di bibir memeknya. Aku gesek-gesekkan sesaat lalu langsung aku tusukkan ke memek mbak Marta.
“aukh! Sakit! Pelan dulu Angga!”.
Kontolku keluar lagi. mungkin posisinya kurang pas gara-gara aku yang keburu nafsu. Ku basahi lagi memek mbak Marta dengan ludahku lagi lalu kuarahkan lagi kontolku untuk masuk ke dalamnya dan dengan mudah langsung masuk sepenuhnya.
“aahhhhh! Ssshhhh!”. Mbak Marta mendesah.
Kuayunkan pinggulku langsung dengan kecepatan tinggi, biar laharnya juga cepet keluar, maklum ngejar waktu. Tak berhenti aku genjot dengan kecepatan tinggi, begitu pula dengan mbak Marta yang tak berhenti mendesah dengan suara pelan.
PLOK..PLOK..PLOK..
“sssshhh! Ahh aahhhhh!!”. Setelah sekitar 2 menit akhirnya keluar juga spermaku setelah sekian lama tertahan. Aku mengerang dan mengejang.
“ohhhh!!”. desah mbak Marta.
Buru-buru aku keluarkan kontolku dari memek mbak Marta.
“eh tahan dulu Ngga! Yaaahh..”. tangan mbak Marta berusaha menahan spermaku di memeknya biar gak menetes, tapi keburu kontolku aku keluarkan dan meneteslah spermaku di lantai dan beberapa tersangkut di CD mbak Marta. Tangan mbak Marta memegang memeknya sambil jarinya mengeluarkan sisa-sisa spermaku yang masih ada di dalam.
“astaga banyak banget peju mu Ngga?!”
“efek udah kelamaan gak keluar kali mbak..hehe”. jawabku.
“itu ambil tisyu di meja”. Kata mbak Marta. Akupun berjalan sambil memegang ujung kontolku lalu kuambil tisyu itu. aku lap kontolku lalu kubersihkan memek mbak Marta. Aku bantu mbak Marta melepaskan CD nya yang sudah ternodai pejuku lalu kubersihkan dengan tisyu. Begitupun yang bercecer di lantai.
“taruh di meja aja Ngga celana dalemku”. Aku bergegas memakai celanaku dan menaruh CD mbak Marta di meja.
“ayuk buruan berangkat, gak enak sama mamanya Lala kalau kemaleman”. Kata Mbak Marta sambil menata kembali rok, sweater dan jilbabnya.
“loh mbak, gak ambil celana dalem dulu?”.
“gak usah.. kelamaan, toh di rumah Lala gak lama juga kok, yuk!”. Kamipun bergegas dan segera berangkat.
Di perjalanan, mbak Marta memperbaiki make up di wajahnya.
“duh mukaku juga berantakan lagi, bekas keringat”. Gerutuku.
“haha, salah sendiri, udah tau mau bertamu, pake ngajakin main lagi”. ledek mbak Marta.
“hehe... gak tahan banget sih mbak, daripada ditahan”.
“ya kan bisa pulangnya nanti Ngga”.
“kelamaan mbak, bisa salah tingkah selama di rumah mbak Lala aku gara-gara si dedek meronta-ronta pengen masuk sangkarnya”.
“hahaha, bisa aja.. untung Nafisa gak jadi ikut ya”.
“iya juga sih, ada hikmahnya, haha”.
“lagian ngapain sih ngajak Nafisa?”.
“yaa kan mumpung pas ada moment nih mbak, mbak Lala lahiran, pikirku sih minimal dia bisa kenal secara langsung sama mbak Marta, mbak Lala, jadi kalau pas kita ada komunikasi dia gak curiga”.
“make sense sih, ya kapan-kapan aja lah ya... eh dia gak kamu apa-apain kan Ngga?”.
“diapa-apain gimana nih maksudnya?”.
“belum kamu...”.
“belum lah mbak, aman... dijamin masih segel, sampe nikah, haha.. aku sabar kok, selama masih ada mbak cantik satu ini buat aku”. Sahutku sambil ketawa.
“sialan nih bocah! haha.. jagain tuh Ngga, jangan dilepasin, anak baik-baik dia”.
“pasti dooong, tapi ya itu..kadang bingung juga harus gimana kalau pas ngambek atau berantem gitu, susah emang cewek”.
“hmmm, gak mau tanya sama cewek senior sih”. Kata mbak Marta sambil melirikku.
“cewek senior?! eh iya bener juga, kenapa gak tanya ke mbak aja ya, duh”. Kataku sambil nyengir.
Mbak Marta hanya tersenyum dengan ekspresi songong sambil melirikku.
Beberapa saat kemudian kamipun sampai di rumah mbak Lala.
“assalamualaikum”. Mbak Marta
“waalaikumsalam, ee nak Marta”. sosok perempuan paruh baya berjilbab membukakan pintu sambil menjawab salam mbak Marta.
“tante apa kabar, lama ya gak ketemu”. Kata mbak marta bersalaman sambil mencium tangannya lalu ber cipika cipiki.
“Tante..Angga”. kataku memperkenalkan diri sambil bersalaman mencium tangannya.
“Mamanya Lala”. Kata perempuan itu, sebut saja namanya Mama Ira.
“ini temen kerja di butik, tante, masih kuliah tapi pengen mandiri”. Jelas mbak Marta.
“ooo, yayaya... ayuk masuk nak”.
“ya beginilah orang tua, kamu kemana aja?”. Tanya Mama Ira ke mbak Marta.
“ini lagi banyak di Jakartanya tante, paling sebulan sekali pulang ke solo”.
“wah, lancar ya butiknya?”.
“alhamdulillah... itu juga hasil kerjanya Lala juga tante, pas lagi buka cabang tiba-tiba ngilang, eee tau-tau ngasih kabar udah lahiran anaknya aja, kan nyebelin tan”.
“hahaha, tapi tante bersyukur banget, setelah nunggu 10 tahun lebih, akhirnya Lala dikasih momongan juga, itu dia di kamar belakang”.
“iya ya tan, alhamdulillah banget!”.
Aku hanya mendengarkan obrolan mereka dengan seksama.
Njir, gak tau aja mereka kalau aku bapak dari bayi itu... jangan sampe tau lah!
“Lalaaa!”. Mbak Marta dengan girang menyapa mbak Lala yang sedang duduk di ranjang menyusui anaknya.
“heeeiii! Apa kabaaar?”. Jawab mbak Lala sambil cipika cipiki dengan mbak Marta.
“kamu tuh yang apa kabar?! Ngilang tau-tau punya anak, masa aku sampe gak tau kalau temennya sendiri lagi hamil”. Gerutu mbak Marta sambil duduk di tepi ranjang dekat paha mbak Lala. Dan aku duduk di kursi sebelah ranjang.
“eh Ngga, kamu di luar dulu ya, Lala lagi nenenin nih”. Kata mbak Marta.
“udah gak papa, masuk aja Ngga”. Kata mbak Lala.
“hei mbak, selamat ya...”. aku berasa canggung dengan adanya mbak Marta disitu.
“makasih Angga”. Kata mbak Lala tersenyum.
“yaa... aku cuman pengen jaga ini aja sih, takutnya pas udah ngasih kabar kalau aku hamil, ee gak taunya terjadi yang enggak-enggak sama kandunganku, aku gak mau sedih dan bikin orang lain ikutan sedih juga, itu aja sih Ta”. Jelas mbak Lala sumringah.
“ya udah lah ya, yang jelas sekarang waktunya kita ngerayain kehadiran si kecil ini”. kata mbak Marta begitu antusias melihat bayi mungil itu.
“cowok ya La? Namanya siapa?”.
“Namanya ALODIA RANJANA Ta” jawab mbak Lala sambil tersenyum melirik kearahku, lalu melepaskan mulut anaknya yang sudah pulas dari payudara mbak Lala, lalu memasukkan lagi payudaranya kedalam bra dan dasternya.
Wah, ternyata mbak Lala beneran make nama yang aku kasih buat anak kami. Gitu aja udah seneng banget rasanya.
“Bagus! Aku panggil ALE aja ya sayang”. Kata mbak Marta sambil elus-elus pipi Ale.
“iya tante, dipanggil ganteng juga boleh”. Kata mbak Lala sambil tertawa.
“Nak Marta”. terdengar Tante Ira memanggil mbak Marta dari luar kamar.
“Iya tante.. eh bentar ya La, mama mu manggil tuh”.
“iya”. Jawab mbak Lala sambil melirikku lalu tersenyum lebar. Setelah mbak Marta keluar kamar, akupun mendekat ke mbak Lala.
“anak kamu!” kata mbak Lala berbisik. Dirasa aman, Akupun bangkit dan mencium kening mbak Lala, lalu kukecup bibirnya dan dibalas dengan menggigit pelan bibirku.
“gantengnya!”. Bisikku sambil mencium pipi Ale. Mbak Lala menganggukkan kepala.
“Heh! Ngapain itu?!”. kata mbak Marta yang tiba-tiba masuk kamar dengan membawa 2 gelas teh hangat, mengagetkan kami.
“eh, ini loh kenalan sama dek Ale”. Jawabku sekenanya, Jantungku serasa mau copot.
“si Angga gemes katanya Ta”. Sahut mbak Lala.
“sini-sini biar aku gendong gantengnya tante”. Kata mbak Marta sambil meletakkan 2 gelas teh hangat tadi di meja agak jauh dari ranjang. Lalu mengambil Ale dari pelukan mbak Lala.
“bentar-bentar, ini mirip siapa ya?”. Tanya mbak Marta.
“ya mirip ayahnya dong”. Jawab mbak Lala.
“apa iya ya? Enggak ah, hidung ayahnya gak gini deh?”.
“ya kalau gitu mirip aku,”. Kata mbak Lala.
“ya masak mirip tetangga sebelah rumah mbak? Haha”. Candaku mengalihkan perhatian mbak Marta.
“iya kali ya, uuu gantengnya”.
Mungkin yang dimaksud mbak Lala dengan mirip ayahnya itu aku kali ya, soalnya kalau dilihat sekilas emang hidungnya mirip bentuk hidungku, duh... bahaya nih!
“suamimu udah balik berarti ini”. tanya mbak Marta.
“udah kemarin lusa, nunggu aku bisa mandiri dulu baru dia balik”.
“waaah, contoh tuh Ngga, suami tuh emang kudu gitu”. Akupun hanya tersenyum menanggapinya.
Mereka ngobrol beberapa lama dan aku sesekali aja ikut nimbrung obrolan mereka. Entah kenapa aku jadi tidak se biasa dulu kalau pas mereka lagi berdua begini.
“eh, udah jam setengah 10 aja nih, yuk Ngga pulang”, ajak mbak Marta.
“yah buru-buru amat sih, masih kangen nih!”. Kata mbak Lala merengek.
“udah malem La, kasihan tante biar istirahat”.
“ya kan emang datengmu udah malem, hmmm”. Gerutu mbak Lala.
“itu tuh, gara-gara Angga tuh jadi kemaleman”. Kata mbak Marta meledekku sambil tersenyum melirikku.
“hehe, iya maaf-maaf”. Sialan nih mbak Marta.
“datengnya telat maksudnya, haha.. yaudah yuk”.
“yaudah kalau gitu, besok udah balik Jakarta lagi?”. tanya mbak Lala.
“lusa kayaknya, ya lihat sikon lah.. yaudah aku sama Angga pamit ya La, sehat terus mama sama baby nya”.
“iya tante makasih, kapan-kapan jalan-jalan bareng ya tante”.
“beress.. haha, assalamualaikum”.
“pamit dulu ya mbak, assalamualaikum”. Kataku.
“iya waalaikumsalam, hati-hati kalian”.
Kamipun berpamitan dengan tante Ira lalu pulang. Di tengah perjalanan aku dan mbak Marta hanya mengobrol ringan. Tapi ada pernyataan mbak Marta yang bikin aku sedikit kaget.
“lihat temen punya bayi mungil gitu jadi kangen juga punya bayi lagi”. Kata mbak Marta yang sedang rebahan di sebelahku sambil main HP.
“hah! Becanda nih si embak”. Sahutku. Dag dig dug rasanya jantungku.
“kalau beneran gimana?”. Kata mbak Marta sambil meraba pahaku dan tersenyum melirikku.
“waduh!”. Jawabku singkat yang seketika spechless mendengarnya.
“lihat kamu nyium Ale tadi kayaknya aura kebapakanmu udah ada tuh Ngga”.
“heh! Ngaco nih mbak Marta, aku masih kecil kali mbak”. Kataku sambil tetap fokus menyetir, melihat jalan dan sedikit melirik mbak Marta.
“besok lepas KB ah!” kata mbak Marta sambil mulai mengelus kontolku dari luar celana.
“eh eh, jangan dong mbak, duuuh!”. Kataku merengek.
“hahaha, becanda Angga, kenapa sih? Gitu banget takutnya! Haha”. Mbak Martapun terbahak-bahak.
“kalau ini boleh kan?!”. Tanya mbak Marta sambil membuka resleting dan kancing celanaku.
“nah kalau ini boleh banget!”. Plong banget denger kalau mbak Marta becanda. Lalu mbak Marta membuka CDku dan mengeluarkan kontolku.
“baru juga dielus bentar udah tegang aja ini dedek gemes!”. Kata mbak Marta mulai mengocok pelan kontolku.
“ahhh! Yang ngelus yang bikin ngaceng...uhhh enak banget mbak!”.
Mbak Marta mengocok kontolku dengan tempo yang sedang, lalu sedikit dipercepat. Sesekali dia meludahi tangannya yang kemudian dioleskan ke batang kontolku. Dikocok, diremas, kadang jempol mbak Marta mainin lubang pipisku. Tak mau diam saja, aku remas toket mbak Marta dengan tangan kiriku. Tapi justru mbak Marta mengangkat roknya lalu memindah tanganku ke memeknya. Mbak Marta rebahan lagi sambil mengangkat kaki kirinya naik ke dashboard dan membentangkan kaki kanannya biar tanganku lebih leluasa memainkan memeknya yang sudah mulai basah itu. Tangan kanannya dengan lincahnya mengocok kontolku dengan kecepatan sedang. Kugesek-gesek klitorisnya beberapa lama membuat mbak Marta sesekali mengerang dan tubuhnya berkedut.
mbak Marta bangun dan menegakkan kembali jok yang didudukinya, sambil melepaskan tanganku yang lagi asyik mainin memeknya. Tanganku ditaruh di headrest tempat mbak Marta lalu menghadapku.
“turunin celanamu bentar Ngga”. Akupun menuruti apa kata mbak Marta. tanpa membuang waktu, tiba-tiba mulut mbak Marta mendarat di kontolku, dan mengulumnya. Reflek tangan kiriku menjambak rambut mbak Marta dibalik jilbabnya.
“eh eh mbak, di rumah aja mbak, bentar lagi nyampe ini”. kataku yang sedikit terkejut.
“udah fokus nyetir aja!”. Bukannya berhenti, kontolku justru dilahapnya habis. Pelan-pelan mulut mbak Marta mengocok kontolku.
“ahhhh! Gak konsen nih mbak!”. Tubuhku menggeliat menahan serangan dari mbak Marta.
Tak lama kemudian, kami pun sampai rumah mbak Marta yang masih terus mengulum kontolku.
“mbak, udah sampe nih”. Mbak Marta menyedot kontolku dengan kuat lalu tiba-tiba melepasnya, dan tersenyum kepadaku.
“bentar aku bukain pagarnya ya”. Mbak Marta membukakan pagar dan pintu rumah lalu masuk kerumah duluan. Aku memarkirkan mobil lalu kurapikan celanaku. Pagar aku tutup lalu kususul mbak Marta ke dalam rumah.
“mbak, dimana?”. Tanyaku.
“sinih Ngga, di kamar.. kunci pintu depan ya”.
“oke”.
Setiba di mulut pintu mbak Marta, tiba-tiba dia menarik tanganku dan mendorongku terlentang di kasur. kulihat mbak Marta sudah melepas roknya, tersisa sweater dan jilbab menempel di tubuhnya. Segera mbak Marta melepas celana dan CDku. Dia tersenyum lebar melihat kontolku yang sangat tegang berkedut. Pelan-pelan mbak Marta naik ke kasur dan berjalan lutut di atasku.
“waktunya pembalasan!”, bisik mbak Marta di telingaku.
“siapa takut!”. balasku berbisik.
Kini mbak Marta yang menguasai permainan di atasku, aku hanya disuruh menikmati di bawahnya. Kontolku tak henti-hentinya diuleg memek mbak Marta dengan beberapa gaya WOT. Sesekali aku genjot dari bawah ketika ulegan mbak Marta sedikit melemah. Desahan dan erangan mbak Marta begitu liar malam itu. gairahku pun meluap-luap. Tak sekali kontolku tiba-tiba keluar dari lintasan memek mbak Marta karena saking kencangnya dia menggenjotku, lalu mbak Marta memasukkannya lagi.
“ahhhh...sssshhh! enak banget!”. 2 kali mbak Marta orgasme sebelum lahar putihku keluar. Ketika mbak Marta menghadapku dan genjotannya mulai melemah lagi, aku genjot dari bawah dengan kecepatan maksimal.
“ooohhhh!”. Aku mengerang seraya menyemburkan spermaku di dalam memek mbak Marta.
“aaaahhhhh! Sssh ahhh!”. Mbak Marta menggeliat, tubuhnya kembali kejang, menggelinjang lepas kendali lalu menindihku dengan nafas yang tak beraturan.
“enak banget mbak!”. Bisikku ke mbak Marta sambil ngos-ngosan. Mbak Marta lalu membaringkan tubuhnya di sebelahku seraya mengatur nafas, kamipun saling tatap dan tertawa pelan.
“capek juga ya”. Kata mbak Marta.
“ah gak begitu, kalau mau lagi juga siap ini!”.
“alah apaan, si dedek udah lemes gitu, haha”. Ledek mbak Marta sambil berbaring miring menghadapku dan menyentil kontolku yang memang masih lemas.
“eee jangan salah, masih recovery tuh, tunggu beberapa menit lagi deh! Haha”. Sahutku sambil meraba memek mbak Marta.
“ah masaaak”. Ledek mbak Marta sambil mengelus-elus kontolku.
“udah lama ya mbak gak gini”. Kataku.
“la ma ba nget, tau! Ada kali hampir setaun... kalau diajak ketemu menghindaar terus, hmmm”.
“hehe, ya maaf mbak, sebenernya juga pengen sih, pengen banget malah”.
“terus ngapain menghindar coba? Jujur aja gak usah boong”.
“emmm, sebenernya cuman perasaanku aja sih mbak, rasanya kok ngeganjel gitu, gak enak hati kalau pas aku main sama mbak Marta sementara aku udah punya Nafisa, ya walaupun belum jadi istri sih, kepikiran aja gimana kalau sampe Nafisa tau kalau aku ada main sama perempuan lain? itu aja sih.. aku cuman pengen ngejaga perasaan Nafisa aja mbak walaupun secara gak langsung”.
Mbak Marta tersenyum mendengar itu.
“aku paham.. dan justru itu yang bikin aku interest sama kamu Ngga, ya walaupun gak peka jadi cowok, tapi kamu punya empati dan jujur... andai aja aku masih seumuran kalian, aku gak akan rela kamu pacaran sama dia”.
“loh, kenapa mbak?”.
“ya kamu udah punyaku lah! udah aku kasih semuanya ke kamu, masak aku rela kamu buat yang lain, enak aja!”. Kata mbak Marta dengan nada sewot.
“uuuu.. sayang dong sama aku?”. Ledekku.
“menurutmu?! Aku tuh cemburu kamu sama Nafisa, kamu ngerti gak sih!”. Kata mbak Marta yang bernada tinggi berbisik.
“loh loh, mbak? Kok marah?”.
“andai Ngga, andai aku seumuran kalian.. haha, serius banget sih”.
“astaga mbak! Bikin kaget aja”.
“makanya, jangan Nafisa aja yang dipikirin, istri pertamamu ini juga pengen dimanjain..”. kata mbak Marta tertawa pelan sambil mengelus-elus lagi kontolku yang mulai mengeras lagi.
“ooo..minta dimanjain?? Istri mah harus nurut sama suami kan ya?!”. Kataku sambil bangkit mengarahkan mbak Marta untuk terlentang dan ngangkang.
“lagi?? nanti aja loh, santai dulu lah Ngga”. Rayu mbak Marta sambil ketawa pelan.
“katanya mau dimanjain??!”. Ledekku.
“hehe, masih lemes nih, bentar lagi lah ya.. ya..”.
BLESSS!
“aaaahhhh!! Sssshh! Anggaaa!”.
~ Bersambung
reg2
Pertapa Semprot
Mantab updetnya berharap marta punya dede bayi lagiii
pandamen
Tukang Semprot
- Daftar
- 24 May 2014
- Post
- 1.425
- Like diterima
- 4.304
mantab updatenya suhu @akangwarhol , dibilang nga baper tapi ternyata mbak Marta jealous sama Nafisa
Wibowo hadi
Semprot Sejati
- Daftar
- 5 Jul 2016
- Post
- 19.400
- Like diterima
- 54.810
Suwun Akangwarhol
Kindunguap
Guru Besar Semprot
- Daftar
- 26 Aug 2019
- Post
- 2.321
- Like diterima
- 5.776
Lanjutkan
Sonic110
Pertapa Semprot
- Daftar
- 19 Feb 2018
- Post
- 6.927
- Like diterima
- 51.577
Terima Kasih 
penthoel_11
Tukang Semprot
Mantab, makasih updatenya suhu 
yahem_yahem69
Senpai Semprot
- Daftar
- 11 Jul 2017
- Post
- 851
- Like diterima
- 697
Lagi nunggu moment yg pas untuk trisom lala dan marta nih... Semoga kejadian yah
check_mate
Pertapa Semprot
- Daftar
- 23 Apr 2018
- Post
- 4.962
- Like diterima
- 22.441
Makasi kelanjutannya @akangwarhol
wekaweka343
Semprot Baru
- Daftar
- 16 Feb 2021
- Post
- 33
- Like diterima
- 44
luar biasa update-nya, hu. makasih @akangwarhol
- Status
Similar threads
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
