Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA

Status
Please reply by conversation.
Kapan2 entotan sama ziva lagi ah....

Siva bahagia karen dpt kepuasan. Dia sdh menemukan kontal yg sesuai buat memeknya.


Tapi sayang kenapa oemilik kontol adalh cowok yg sangat dicintai oleh sahabaty...

Bagi siva ini adalah beban yg berat.
 
20. UJIAN DUNIA



“belum aja rencana sih, kamu jadi nanti take foto sama kak Ziva?”.

“jadi dong, udah janjian juga sama dua temenku, abis liburan tugasnya dikumpulin soalnya.. ikutan aja yuk!”.

“enggak ah, ngapain? Malah gangguin kamu nanti disana”.

“ya gak ganggu lah”.

“udah gak usah sayang, gak enak sama temen-temen kamu...”

“tapi gak pulang kan? Kita tahun baruan disini aja enak, toh liburnya gak lama ini”.

“oh iya, mau tahun baru ya.. emmm, pulang dulu deh bentar, kangen rumah, hehe”.

“ohh ya udah, okee cantik!”

Kuliah kami sudah mau masuk semester ke 4. Masih lama buat merealisasikan tujuan kami, menikah. Tapi ya tetep harus sabar. Nikmati aja prosesnya sambil tetep fokus kuliah. Setelah tidak bekerja aku terpaksa mengandalkan uang jajan dari orang tua lagi, walaupun tabunganku selama kerja kemaren juga masih lumayan. Liburan kali ini aku disibukkan dengan tugas-tugas, salah satunya tugas foto model yang pernah ku bahas sama Bono dan Ardi waktu itu. Sebenernya aku agak canggung mau minta tolong sama Ziva lagi gara-gara kejadian itu. Ketemu pun jadi jarang. Tapi demi tugas akupun nyoba buat minta tolong Ziva lagi, dan Ziva justru mau ngebantu dengan senang hati seakan gak pernah terjadi apa-apa antara kami. Huh... lega rasanya.

TOK..TOK..TOK

“Ziva, assalamualaikum”.

“waalaikumsalam.. eh Angga, yuk masuk-masuk, temennya suruh masuk aja Ngga, santai disini mah”. Kata Ziva yang sudah pake make up tipis dan rambut yang sudah tertata rapi dengan masih memakai baby doll pendek, seraya membukakan pintu kamar kost nya.


“kenalin Va, ini Bono sama Ardi, temen sekelasku”.

“oh hai Bono, Ardi”.

“iya halo Ziva, salam kenal”. Kata Ardi.

“hai Ziva, cantik nian!”. Kata Bono.

“heh! Baru kenal juga udah godain aja”. Kataku kepada si Bono.

“ya udah, ini gue harus gimana nih Ngga?”.

“gini aja, biar gak monoton hasilnya dengan model yang sama, tiap fotografer kamu pake kostum yang beda, jadi ada 3 kostum nanti, gapapa kan Va?”.

“tenang, tuh baju gue banyak di rak gantung, kalian pilih sendiri aja tar gue pake”.

“Oke.. Bono sama Ardi, set lighting sama background ya, aku coba cek baju-baju Ziva dulu”.

“okee”. Kata Ardi.

“pilihin baju yang sexy Ngga”. Kata Bono sambil cekikikan.

“heh! Gak sopan!”. Kataku.

Aku lihat baju-baju Ziva bagus-bagus semua kalau buat foto sesion, tapi aku lebih tertarik ZIva pake hijab. Karena bingung, aku minta Ziva sendiri yang milih bajunya. Akhirnya Ziva memilih dress panjang yang sedikit mengekspos belahan dadanya, setelan casual dengan bawahan ripped jeans dan atasan tank top dengan outer jaket kulit, dan 1 set casual hijab yang stylenya mirip-mirip sama style Mbak Marta atau Mbak Lala.

“Ya udah yuk mulai, aku yang terakhir aja biar rambut Ziva tetep bagus buat di foto kalian”.

“Oke, aku duluan ya... Mbak Ziva boleh pakai setelan casualnya?”. Kata Ardi.

“oke tunggu ya, gue ganti baju dulu”.

Ziva memulai pemotretan sesi pertamanya dengan ardi. Tanpa berlama-lama sesi kedua lanjut si Bono. Setelah itu terakhir giliranku memotret Ziva. Semua berjalan lancar berkat Ziva yang memang sangat mahir berpose di depan kamera. Nyaris tanpa arahan dari kami, dia bergaya bak model profesional. Ditambah tubuhnya yang proporsional itu membuat kami lebih semangat melakukan sesi pemotretan itu. Selesai sesi pemotretan denganku, kamipun istirahat sambil ngemil snack dan minum soft drink yang kami bawa buat bekal tadi. Terlihat Bono sedang melihat-lihat baju-baju Ziva di rak gantung sambil mengangguk-angguk.

“Bon, duduk sini, ngapain disitu, foto-fotonya udah kelar juga”.

“bentar Ngga, penasaran sama stok kostumnya mbak Ziva yang buanyak ini loh”. jawab Bono.

“udah gapapa Ngga, biarin aja”. Kata Ziva.

“Nafisa kemana? Kok gak diajak?”.

“Pulang dia Va, kangen rumah katanya, tapi aku suruh balik sebelum tahun baru besok, hihi”.

“yaelah bentar doang dong di rumahnya”.

“yaaa.. gak sampe seminggu, gapapa lah dia juga yang mau”

“Btw, Rosi dimana ini Va? Pulang ke Jakarta kah?”. Tanyaku.

“palingan juga di kost nya ngerjain tugas, jarang kesini juga dia kalau gak lagi boring sama tugasnya, sama ngajakin keluar kemana gitu, atau gak bahas jualan kita”.

“oww..key.. soalnya jarang kelihatan juga dia pas aku main ke Nafisa”. jawabku sambil mengangguk-angguk.

“emang gak pernah ngobrol lagi kalian?”.

“ya enggak dong, pernah tapi jarang.. yakali aku pacaran sama Nafisa tapi chatingan juga sama cewek lain?”

“yaelah Ocel kan bukan orang asing Ngga, lagian kan cuman ngobrol biasa doang”.

“ya tetep aja gak enak sama Nafisa nya atuh neng”.

“chat aja suruh kesini Ngga”.

“Nggak ah, udah mau pulang juga”.

“oh iya, gimana jualan, lancar?”. Tanyaku.

“alhamdulillah lumayan lah, bisa lah buat jajan, haha.. oh iya, nanti kalau ada produk baru minta tolong lagi ya”.

“kereeen..alhamdulillaaah, aman kalau soal jepret-jepret mah”.

“waaah, seru banget nih! Coba aja tadi foto mbak Ziva pake ini, pasti lebih cantik mbak!”. Kata Bono menyela obrolanku dengan Ziva sambil menenteng 2 set lingerie yang tadi memang tergantung di rak.

“eh eh, ngawur kamu Bon, balikin-balikin!”. Kataku seraya berdiri menghampiri Bono merebut lingerie nya lalu ku kembalikan di tempatnya.

“gak bilang dari tadi sih, sinih gue pake”. Kata Ziva yang membuat kami bertiga terkejut dan saling berhadapan.

“hah! apaan sih Va! orang ngawur begini mah gak usah diturutin, masa iya kamu pake ini di depan kita?!”. Kataku mencegah Ziva.

“udah gapapa, lagian gue juga belum pernah foto pake ini kok”. Kata Ziva sambil cengar cengir lalu ngeloyor ke kamar mandi membawa salah satu lingerienya.

“eh eh Va, yang bener aja dong?!”. Akupun tak bisa mencegahnya.

“wah, parah kamu Bon!”. Kata Ardi, dan aku hanya menggelengkan kepala lalu berjalan duduk di tempatku tadi.

Zivapun keluar kamar madi dengan balutan bra hitam yang tersambung dengan dress pendek diatas lutut dan bahannyapun lumayan menerawang. Dengab bawahan yang hanya berbalut g string. Lagi-lagi dengan mimik muka yang berubah, dengan tatapan yang lebih tajam. Aku yang melihat itu langsung buru-buru menghampiri Ziva dan membawakan dia selimut dari kasurnya.

“Va va, udah Va! Kamu ini kenapa sih?!”. Kataku sambil menyelimuti tubuhnya dan berbisik kepadanya.

“apaan sih Ngga, udah deh gak usah lebay!”. Ziva menyingkirkan selimut itu.

“yuk Bon, dimulai, kamu sini.. arahin gayanya dong aku harus gimana biar bagus”.

Lah. Bukannya dari tadi sesi foto si Ziva juga udah lincah berpose tanpa diarahin? Kenapa jadi minta diarahin sekarang?? Wah! Gak beres nih.

“udah Ngga, mbak Ziva loh gak papa, kamu ambil kamera aja ikutan motret sama Ardi, yuk mbak Ziva aku arahin gayanya”.

Aku cuman bisa terdiam melihat itu, lalu berjalan menuju Ardi dan duduk di sebelahnya.

“gak apa apa kali Ngga, sesekali juga kita dapet model cantik, sexy banget lagi”. Kata Ardi senyum-senyum.

Ini anak berdua juga udah kalap kali ya ngelihat Ziva yang udah setengah telanjang itu?!

“oke deh, suka-suka kalian aja!”. Kataku jutek kepada Ardi.

Bono sok-sokan ngarahin Ziva yang sebenernya udah jago berpose, entah kenapa tiba-tiba ZIva jadi genit dan sengaja membuat tangan Bono megang-megang bagian tubuhnya. Bono terlihat agak canggung juga, tapi matanya seakan tak mau berkedip melihat lekuk tubuh Ziva. Ardi sibuk mengambil angle yang pas untuk Ziva dan aku Cuma memperhatikannya.

Lama kelamaan, Ziva terlihat makin berani dengan sedikit menurunkan bra-nya sampai toketnyapun benar-benar terekspose. Bono pun makin nakal, ngarahin Ziva sambil sesekali memagang toketnya dimana Ziva justru terlihat menikmatinya. Gak mau kalah, si Ardi pun mendekati mereka, memotret dengan jarak makin dekat, tanpa menghiraukan aku.

“Ziva.. pliss, udah Va! Kamu itu ngapain?!”. Ziva terlalu menikmati suasana sampai tak menghiraukanku.

“Bon, Ardi! Udah yuk udah udah!”. Kataku sambil mendekati mereka. Tapi karena makin risih, aku memilih melipir menjauh. Aku merasa tak punya hak melarang mereka. Tapi ini gak seharusnya terjadi, apalagi sama Ziva!

“Sssst!’. Kode Bono menyuruhku diam. Dan Ardi sibuk jepret-jepret close up bagian-bagian tubuh Ziva.

Bonopun mulai berani meremas-remas toket Ziva.

“Kalian suka?”. Tanya Ziva.

Bono dan Ardipun hanya saling tatap. Lalu Ziva berlutut dan tiba-tiba meremas kontol Bono dari luar celana.

“Auhh!”. Keluh Bono terkejut.

Tanpa berlama-lama, Ziva membuka resleting Bono dan menurunkan celananya bersamaan dengan CD nya. Keluarlah kontol Bono yang sudah sangat tegang. Bono terlihat agak salah tingkah tapi bertahan di posisi itu. Ziva menggigit bibir tanda dia gemas melihat kontol Bono. Lalu di berbalik arah.

“taruh dulu dong kameranya”. Suruh Ziva kepada Ardi. Lalu Ardipun menaruh kameranya di atar kasur, dan kembali mendekati Ziva.

“buka sendiri ya”. Ziva meminta Ardi membuka celananya dan terlihatlah pula kontol Ardi yang sudah tegangan tinggi. Lalu Ziva mulai memegang kedua kontol itu dengan tersenyum menggigit bibir dan melirik mereka bergantian. Njir!! Ngeliat bokep biasa, tapi kalau ngeliat temen sendiri gini kok rasanya aneh, jijik!. aku yang tak mampu melarang merekapun memilih untuk keluar kamar. Masa bodo sama yang kalian lakuin! Aku menutup pintu dari luar dengan hati yang tidak tenang. Duuuh! Ziva kenapa jadi gini sih. Aku bukan apa-apanya, tapi kok aku gak rela ngeliat itu tadi.

Terdengar sayup-sayup desahan kasar dari Ziva seperti sebelum-sebelumnya. Wah..beneran gak bener ini anak! Aku hanya mondar-mandir di depan pintu sambil sesekali mencuri dengar dibalik pintu.

Sekitar 5 menit kemudian, pintu terbuka. Ardi keluar dari dalam kamar dengan membawa tas kamera sambil membenarkan resletingnya.

“Ngga, aku balik dulu ya..sory-sory aku terbawa suasana”. Kata Ardi sambil ngeloyor pulang naik motor.

Lah, si Bono mana?

Akupun membuka pintu dan masuk ke dalam.

“ahhh...sssssh.. yang kenceng Bon! Ohhh fuck! Enak banget anjing!”. Desah Ziva sambil meremas bantal di atasnya.

Terlihat Bono masih menggenjot Ziva dengan sekuat tenaganya dengan posisi misionari.

“Njir! Bon udah Bon!”. Kataku berteriak pelan kepada Bono. Bono tak menghiraukan sambil menggenjot makin kencang lalu buru-buru mencabut kontolnya dari memek Ziva dan membuang spermanya di atas perut Ziva.

“ahhh..ahh!” desah Bono.

“sssssh..ohhh..mmmhhh”. Ziva terengah-engah berusaha mengatur nafas sambil menggeliat.

Bono duduk sebentar lalu bergegas mengambil celananya dan memakainya kembali sambil melihatku dan tersenyum nyengir. Aku hanya menanggapinya dengan menggelengkan kepala. Kemudian dia mengambil tas kameranya lalu menghampiriku.

“Mantab Ngga! Lighting sama Background beresin sendiri ya, aku balik dulu!”.

“Heh! Sialan.. mau enaknya doang, kampret!”.

Bono keluar kamar dan menutup pintu kembali. Aku bergegas menghampiri Ziva yang masih menggeliat terlentang dan masih memakai lingerie yang ngumpul di perutnya dan G string yang masih terpakai, hanya tersibak di bagian memeknya. Aku ambil selimut yang dibuang Ziva tadi lalu aku selimuti dia, aku rangkul lalu ku bangunkan dan aku duduk di samping kirinya. Aku masih terdiam dan Ziva hanya tersenyum melirikku.

“Va, kamu kenapa sih Va?”. Tanyaku lembut kepada Ziva.

“apa Ngga, elu pengen lagi? Yuk!”. Sambil Ziva mencoba melepaskan selimutnya tapi aku menahannya.

“enggak Va enggak”.

“alaaah, gak usah munafik deh lu!”. Sambil tetap berusaha memberontak ingin melepaskan selimutnya. Akupun memeluknya dengan erat. Dan aku terdiam sejenak.

“oke, aku minta maaf untuk yang kemaren, aku terlalu terbawa suasana, gak bisa ngontrol diri... aku minta maaf Va! Tapi aku gak tega kamu kayak gini, apalagi harus ngeliat langsung”.

Ziva diam dan hanya berusaha melepaskan selimut itu sekuat tenaga, akupun menahannya sekuat tenaga. Perlahan gerakan Ziva melemah dan terlihat tangannya memukul-mukul kasur. lalu perlahan aku dengar Ziva terisak seperti menahan tangis. Aku benar – benar makin bingung. Aku hanya bisa memeluknya sambil ku elus-elus lengannya.

KREK.. bunyi pintu dibuka.

“Angga?!!”. Terlihat Rosi membuka pintu dan terkejut melihat Ziva yang menangis dan tampak tak pakai baju, dan hanya berbalut selimut, sementara aku memeluknya erat. Seketika wajah Rosi memerah dengan raut muka yang marah mendekati kami. Aku dan Zivapun terkejut. Reflek aku melepaskan pelukanku ke Ziva dan berdiri.



~ Bersambung
 
Kayaknya Ziva punya backstory yang menarik deh sampai dia bisa kayak gitu.

Jangan2 ziva udah rusak pikirannya soal seks, jadinya gampang ke trigger dan jadi sangean kalau dikondisi tertentu.

Bisa jadi dia abis didoktrin abis2an dimasa lalunya, sampai akhirnya predikat budak seks gak bisa lepas dari dia
 
Bimabet
Wah gawat Rosi salah sangka

Alah kok ane yg sakit hati jadinya ya :galak:
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd