Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA

Status
Please reply by conversation.
16. TERPERANGKAP RASA



“emmm, gak jadi deh?!”. Kataku sambil tersenyum.

“ihh, apaan sih?”.

“Enggak Ziva...”.

“ayok apa? Terlanjur penasaran nih gue?!”.

“emmm, gimana ya.. aku penasaran tapi...”.

“kok jadi elu yang penasaran?! Apaan sih?”.

“emmm.. oke, aku mau tanya sesuatu, tapi kamu jangan marah loh ya”.

“yaelah masak orang tanya doang mau dimarahin”.

“sebenernya udah lama sih, kemarin sebelum liburan, aku lagi ada acara di sekitar sini sorean gitu lah, pulangnya pengen mampir kost Rosi, ternyata gak ada orang, aku gak chat dulu sih.. kupikir dia main ke kost mu, langsunglah aku kesini... nah sampe sini..” aku diam sejenak.

“iya terus?”.

“emmm, aku kayak denger suara kamu, lagi ‘main’ sama cowok, eit.. jangan marah loh ya?!”

“main?”. Tanya ZIva terlihat bingung dengan mimik muka seperti mengingat-ingat sesuatu.

“ya tapi aku agak gak percaya Va, soalnya waktu itu bahasa kamu beda banget, kayak bukan kamu... penasaran dong aku, nah disini aku minta maaf ya Va, waktu itu aku nyoba ngintip apa itu beneran kamu.. ya walaupun waktu itu aku emang ngeliat kalau itu beneran kamu, aku masih belum percaya kalau itu kamu, itu yang mau aku tanyain.. itu beneran kamu bukan sih Va?”. Tanyaku yang terlalu polos.

“maksudnya? Kapan sih?!”. Ziva masih mencoba mengingat-ingat. Dan beberapa saat kemudian mimik mukanya agak terkejut seperti sudah terikat sesuatu.

“waktu itu? lu liat apa aja Ngga?”. Tiba-tiba raut muka ZIva sedikit memerah dan dengan tatapan yang berbeda.

“ya lihat.. kamu, tapi masak sih itu kamu Va?”. Tanyaku berusaha meyakinkan bahwa yang aku lihat itu orang lain.

“elu lihat...gue? ngewe?” Ziva tersenyum sinis kepadaku, bukan seperti pandangan ZIva yang biasa aku lihat selama aku kenal dia. Akupun menjawabnya dengan mengangguk pelan sambil nyengir agak salah tingkah. Berasa betapa bodohnya aku menanyakan hal itu kepada yang bersangkutan, Ziva sendiri. Tapi ya namanya penasaran, gimana dong?? Masak mau tanya ke Rosi?? Yang ada malah bikin malu Ziva. Hmmm dilematis.

Ziva yang sedari tadi duduk disampingku agak jauh, seketika mendekat ke aku dan tiba-tiba duduk di pahaku, dimana aku sedang duduk santai selonjoran bersandar di dipan kasurnya. Kaget dong aku!.

“eh ehh Va, mau ngapain?”.

“menurut lo, gue gimana Ngga?”. Tanya Ziva dengan tatapan tajam, dan senyum yang berbeda dengan Ziva yang aku kenal. Raut muka ini... persis sama yang aku lihat sore itu. Jadi, itu beneran Ziva dong??? Ya iyalah, siapa lagi, bodoh!!! Emang sih, kenapa aku mendadak bodoh gini?!

“gimana, apanya Va?”.

“bagus gak? Lu suka?”. Tiba-tiba Ziva melepas kaos oblongnya, dan langsung terlihatlah dua buah gundukan danging yang tak terlalu besar, pas jika di genggam. Ternyata sedari tadi dia gak pake bra. Terlihat putih bersih imut dengan puting coklat muda kemerahan yang membuatnya semakin cantik menarik. Sangat serasi dengan bentuk tubuhnya. Seketika aku melotot melihatnya. Celanakupun terasa sesak seketika.

“eh Va, kamu mau ngapain sih??! pake lagi Va!”. Aku mencoba merebut kaosnya untuk menutupi dadanya, tapi keburu Ziva melamparnya ke atas kasur.

“gimana? Sama kayak yang lu liat waktu itu?”. tanya Ziva dengan senyum sinisnya sambil menggeliat pelan dan kedua tangannya meremas toketnya.

“Va udah Va! oke mungkin pertanyaanku yang salah, tapi udah.. inih pake kaosku!”. Kataku sambil melepas kaoskuuntuk kupakai menutupi tubuh Ziva yang sudah bugil setengah badan. Tapi baru sampai kepala aku melepas kaosku, Ziva memegang lenganku sambil mendorongku kebelakang”.

“Va, sadar Va!”. Kataku dengan agak bernada tinggi tetapi kutahan,

“diem lu anjing!!! Ini kan yang lu mau?”. Kata Ziva sambil mengisyaratkan pandangan ke tubuhnya.

“Va, aku gak mau apa-apa Va!”. kataku terkejut mendengar kata-kata dari Ziva.

Tanpa menjawab satu katapun, Ziva hanya tersenyum sinis dengan tatapan yang makin tajam. Dan tiba-tiba bibir Ziva sudah menempel di bibirku. Dia berusaha melumat bibirku. Lidahnya menyeruak ke dalam belahan mulutku. Tubuhku beregetar. Hasrat yang coba aku tahan sekuat mungkin sedari tadi, akhirnya luluh oleh ciuman dari bibir mungil Ziva. Ziva menggeser tubuhnya ke depan sehingga dia duduk tepat diatas titit ku. Ciumannya berangsur semakin liar sambil dia menjambak rambut belakangku.

Aku harus gimana ini?! hatiku bergejolak. Tapi hasrat ini semakin memuncak. Semakin dan semakin tak kuat aku menahan cobaan ini. oke, kamu yang mulai Va!

Setelah beberapa saat, aku pun membalas ciuman Ziva, aku balas lumatan Ziva, lidah kami beradu. Kadang aku menggigit lidahnya pelan. Begitupun Ziva yang sesekali menggigit bibirku. Kini aku sungguh menikmatinya. Aku tak mampu menahan hasrat untuk tidak melewatkan bercumbu dengan tubuh indah itu. Tanganku mulai bermain, aku remas-remas pantat Ziva, sesekali ku belai belai rambut dan punggungnya. Aku tetap mencoba menjaga diri untuk tidak hilang kendali agar Ziva tetep bisa memimpin permainan.

Selang beberapa lama, Ziva melepaskan ciumannya seraya senyum padaku.

“Suka?”. Tanya Ziva.

Dengan mimik muka yang sebenernya masih kebingungan, aku mengangguk pelan untuk meresponnya. Tanpa senyum. Namanya juga orang bingung, plus terlanjur sange berat.

Kemudian Ziva berdiri lutut tepat di hadapanku dengan jarak mungkin hanya satu jengkal. Perlahan dia menurunkan celana pendeknya sekalian dengan CDnya. Lalu nampaklah gundukan kecil dengan bulu tipis yang terlihat rutin di cukur, belahan memeknya belum begitu kelihatan. Gemas sekali melihat tubuh itu, pengen rasanya aku remas Toket mungilnya, ku remas Pantat imutnya. Tapi aku masih terdiam.

Ziva mendorongku dengan sedikit bertenaga, ke samping kiriku sehingga aku terlentang. Hatiku berkata ingin menghentikan itu semua... tapi lagi-lagi keindahan tubuh Ziva seakan telah menghipnotisku untuk tetap dan terus melanjutkan peperangan ini.

Ziva berdiri sebentar untuk melepas Celana dan CD nya, lalu kembali menduduki lututku. Lagi-lagi hasrat ini membuncah melihat Ziva yang sudah bugil seutuhnya.

Segera Ziva memegang pangkal celana treningku dan menariknya ke bawah beserta CD-ku. Perlahan kini kontolku yang berkedut-kedut, menampakkan diri. Tegang sekali!

“Lumayan juga kontol lu!”, kata Ziva tersenyum seraya memegangnya dan mulai mengocoknya. Ohh.. enak sekali, sekarang aku sama sekali tak mencegah apapun yang mau dilakukan Ziva. Ziva kemudian memasukkan kontolku ke mulutnya sebentar lalu mengeluarkannya lagi. Dijilatinya hampir semua sisi kontolku. Dikecup dan dikulum kepala kontolku.

“ahhh Va, kamu apain Va..ohh!”. ngilu sekali rasanya, tapi nikmat.

Lalu Ziva melepaskan tangannya dari kontolku, mulutnya masih melumat ujung kontolku kemudian perlahan memaju mundurkan kepalanya. Dengan lincah dan tempo yang pas, kontolku dikocok oleh mulut Ziva, sesekali kontolku masuk sampai mentok, dikenyot-kenyot. Akupun menggeliat merasakan kenikmatan itu.

Selesai puas mainin kontolku, Ziva berdiri lalu berbalik badan lalu menduduki perutku. Ziva membelakangiku. Dia elus sebentar kontolku sambil diludahinya. Kemudian Ziva bangkit, sedikit maju dan mengarahkan memeknya ke kontolku. Digesek-gesekkanlah kontolku beberapa saat di bibir memeknya yang sudah becek. Lalu terasa kontolku mulai menembus bibir memek Ziva. Rasanya seperti manabrak sesuatu lalu tiba tiba seperti dihisap dan diremas kuat, hangat. Ohhhh nikmat sekali!.

“ohhhh fuck! Enak banget!” kata Ziva

Kontolku pun masuk sepenuhnya ke lubang surgawi itu. Ziva sedikit membenarkan posisinya agak lebih nyaman lalu mulai menaik turunkan badannya. Aku bantu memegang pinggulnya.

“ahh...ohh..oh!! emhh...”. rintihan dan desahan Ziva yang berisik itu justru membuatku semakin bergairah, nafasku terasa semakin berat.

Ziva menggenjotku dengan sangat lincah, semakin kencang, kadang dia tiba-tiba menghentikannya, lalu menggoyangkan pinggulnya memutar, lalu digenjot lagi.

“ahhhh... genjot terus Va”.

“ahh... emhh...ohhh, fuck!!”. Ziva mendesah keenakan sambil menggenjot semakin kencang.

Kontolku berasa terkoyak-koyak remuk di dalam liang memek Ziva. Ketika Ziva menggenjot kencang, aku merasakan sesuatu dan langsung aku dorong pantat Ziva agar kontolku terlepas... dan..

CROT..CROT..

Spermaku muncrat keatas dan jatuh di atas perutku. Ohhhh.. saking nikmatnya aku tak bisa mengontrol orgasmeku.

“ahhh!” Ziva terkejut karena tiba-tiba aku dorong sampai kontolku lepas tadi.

“Sialan, cuman gitu doang kemampuan kontol lo?!!” Ziva menoleh dan bangkit sambil tersenyum meledekku. Lalu dia menduduki lagi lututku sambil meraih kontolku yang becek dan sedikit berbuih itu. Masih tegang dan berkedut. Ziva mengocoknya lagi sambil berkata;

“kontol payah!”. Lalu mengecup ujung kontolku yang masih belepotan dengan sisa sperma, lalu mengulum, dan menelan sisa sperma yang menempel di kepala kontolku tadi. Njir, dia gak jijik dong!

“sial, dikatain payah gue!”, kataku dalam hati sedikit emosi dan merasa ditantang oleh Ziva. Segera aku bangkit berdiri, mengambil kaos Ziva yang dilempar tadi untuk mengelap sperma di perutku. Aku lepas Celana dan CD ku yang masih nyangkut di betisku. Lalu aku tarik Ziva yang masih duduk dibawah untuk berdiri, lalu ku dorong lumayan kuat ke arah kasur. Ziva justru tersenyum puas.

“fuck me!!!” Kata Ziva berbisik dari kejauhan sambil tersenyum sinis.

Gairah ini semakin meledak-ledak melihat kelakuan Ziva. Lalu aku merangkak di atasnya, dan langsung mendaratkan bibirku ke bibir Ziva. Zivapun langsung menyambutnya dengan lumatan, dan hisapan liarnya. Tak perlu waktu lama kontolku sudah tegang maksimal lagi.

Setelah puas, aku turun ke toketnya. Wah indah sekali! Sambil aku remas-remas toketnya, sesekali aku mainin puting kecilnya yang keras itu. Lanjut aku jilat putingnya, aku kenyot-kenyot, aku remas lagi. Merasa cukup, kemudian aku beralih ke bawah. Aku buka pahanya melebar ke samping. Kini terlihat jelas belahan memek yang becek berwarna kemerahan itu. Aku tekan bibir memeknya ke samping, terbukalah liang surgawi itu.

Aku mainkan klitorisnya dengan jari, lalu perlahan aku masukkan jariku ke lubangnya, satu jari aku keluar masukkan berirama, lalu dua jari aku goyang-goyangkan di dalam.

“ahh...shit! ohh... terus Ngga!”.

Sesekali gantian aku mainkan memeknya dengan mulut dan lidahku, aku jilat-jilat klitorisnya, aku hisap bibir memeknya... lalu kembali aku mainkan dengan jari dari pelan, perlahan semakin kencang.

“ahhhh!... emh emh”.Ziva melenguh sambil sedikit mengejang, tanda dia sedang orgasme. Aku keluarkan jariku dari memeknya lalu aku arahkan kontolku ke mmeknya. Karena sudah sangat basah, kontolku langsung aku masukkan ke memek Ziva.

“ohhhh, fuck! Gila enak banget kontol lu!”

Aku angkat kaki kanannya, lalu aku taruh di atas pundak kananku, sehinggak pinggulnya sedikit miring. Aku genjot dengan tempo sedang sambil aku remas toketnya bergantian kanan kiri, sesekali aku tampar toketnya.

“uuuhhhh...ssssshhh, ahhh!! Ahh... lebih kenceng lagi!”. Akupun menggenjot lebih kencang lagi sambil berpegangan ke toket kanannya. Lalu aku taruh kaki kanan Ziva di atas kaki kirinya, kini posisi dia miring sambil aku tekan pantat kanannya untuk memeri ruang kontolku yang masih terbenam di dalam memeknya. Terasa terjepit, sempit banget! Aku genjot lagi perlahan makin kencang.

“ooohhh!...” akupun tak tahan dan ikut mendesah.

Setelah beberapa lama dengan posisi itu, dan teras spermaku sudah di ujung, lalu aku kembalikan posisi paha kanan Ziva ke tempat semula. Sekarang diang terlentang, ngangkang. Aku pegang pahanya sambil aku genjot sekuat tenaga.

“aaaahhh..ahh..ah..ahhhhhh”. Desah Ziva tak terkendali, sambil badannya menggeliat, dan tangannya mencengkeram bantal yang dipakainya.

“ohhhhhh...”. segera aku lepas kontolku dan akhirnya spermaku menyembur lagi, berceceran di atas perut Ziva.

“ahhh...anjing! enak banget!”. Ziva mengerang pelan dengan nafas yang berat. Tubuhnya kejang dan berkedut, lalu dia menggeliat. Akupun hanya duduk di posisi yang sama sambil mengatur nafas, dan melihat keindahan tubuh Ziva yang sedikit basah oleh keringat. Sangat cantik! Ziva pun tersenyum ke aku sambil menggigit bibir bawahnya.

Kembali aku terdiam. Kemudian aku beringsut mencari tisyu untuk membersihkan kontolku yang sangat becek dan mengelap spermaku yang berceceran di atas perut Ziva. Lalu aku punguti pakaianku dan pakaian Ziva.

“di pake lagi gih, Va”. Ziva pun memakai pakaiannya lagi, begitupun denganku.

Ziva duduk di tepi kasur dan aku berdiri di sebelahnya, tiba-tiba Ziva memeluk perutku, erat sekali.

“Va, hei... kamu kenapa?”. Zivapun hanya diam. Akupun membalas pelukannya, sambil ku belai rambutnya.

Apa yang kita lakukan barusan? Memang aku bernafsu melihat perempuan cantik seperti Ziva, tapi gak harus sampai begini?! Apa jadinya kalau sampai Rosi tau coba... secara mereka sahabatan lama. Duuhhh!

Tapi, kan Ziva sendiri yang mulai?! Ya kan bisa ditahan Ngga!... ahh, aku Cuma manusia biasa yang punya batas untuk menahan sesuatu. Tadi bener-bener gak tertahan! Dilema!


Tiba-tiba lenganku yang melekat di pipi Ziva sedikit basah. Aku meliriknya, ternyata air mata Ziva jatuh dan langsung dia bersihkan. Tapi dia tak terisak sama sekali.

“Va, ini tadi.. aku minta maaf ya Va”.

Ziva lalu melepaskan pelukannya dan bangkit seraya tersenyum menatapku. Aku duduk di sebelahnya.

“Maafin gue ya Ngga”. Kata Ziva yang kemudian mencium pipiku. Lalu kami terdiam beberapa saat.

Lah kok Ziva yang malah ikutan minta maaf?

Aku sudah tak tau lagi harus berkata apa. Yang tadinya aku tanya soal rasa penasaranku, Ziva justru menjawab dengan mengajakku bercumbu. Apa maksudnya semua ini?

“Va... aku pamit dulu, boleh?”.

Ziva menganggukkan kepala sambil tersenyum lalu berkata,”Iya Ngga, hati-hati”.

Akupun beringsut keluar kamar dan Ziva masih duduk di tepian kasurnya.

Astaga Angga! Apalagi sih ini?!

Ada perasaan senang, puas... bisa bersetubuh dengan Ziva. Manusiawi..

Ada perasaan bersalah, kenapa aku gak mampu menahan hasrat itu?!

Ada perasaan gelisah, gimana kalau Rosi sampe tau? Ya dia bukan apa-apaku sih, tapi bisa bubar pertemanan kita.

Aku menghela nafas panjang. Semoga semua tetap baik-baik saja.




***



“Angga, aku mau ngobrol serius nih, kalau bisa kamu nanti ke kantor sore ya, sebelum pulang kantor gitu, soalnya malem aku ada acara”. Chat Mbak Marta siang itu.


~ Bersambung
 
Wah ngobrol serius apa nih sama mba marta, apa mba marta hamil apa mau nikah lagi?
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd