Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA

Status
Please reply by conversation.
11. MAAF



BUGH!!!..

“Mbak Lala?!!” sontak aku bangun, duduk, seraya menoleh ke kanan, kiri, memastikan keberadaan Mbak Lala.

Tapi aku bingung, ngapain aku tiduran dibawah depan sofa??

“Astaga!!!, barusan cuman mimpi?!!”. Aku baru sadar kalau ternyata aku barusan ketiduran dan terbangun gara-gara jatuh dari atas sofa. Aku pun menghela nafas panjang sambil kembali duduk bersandar di sofa. Sekali lagi aku menoleh ke kanan kiri, memastikan bahwa Mbak Lala yang aku lihat tadi beneran Cuma mimpi. Kemudian aku beranjak dari dudukku menuju kamar mandi dan cuci muka.

“Huh!!”. Ternyata kondisi ini sangat membuatku tidak tenang. Aku terus dihantui rasa bersalah ke Mbak Lala. Mau sampai kapan coba kayak gini terus? Sejenak aku melamun. Andai malam itu Mbak Marta gak mergokin aku, pasti gak kejadian tuh aku ngewe sama Mbak Marta. Masalahnya, aku jadi ketagihan setelah tau enaknya. Beneran emang kata Mbak Marta, kalau udah pernah ngerasain enaknya, kepancing dikit susah ngontrolnya! Mbak Lala deh yang jadi korbannya. Atau lebih tepatnya, korbanku. Lagian ngapain juga siiih aku nekat ngentotin Mbak Lala malam itu?!! sange ya tinggal coli di sofa depan apa di kamar mandi, kan kelar, selesai perkara. Dan semua akan baik-baik saja!.

Tapi percuma, semua udah kejadian, Angga! Sekarang tuh yang dibutuhin solusi, bukan berandai-andai!

Ini semua kamu yang mulai Ngga! Jadi kamu juga yang harus nyelesainnya!


Hmmm. Bener juga. Mau masalah ini cepat selesai, atau dibiarkan saja sampai jadi sejarah, ya aku yang nentuin. Mustahil Mbak Lala yang kesini nyamperin aku, orang dia aja udah gak mau ngeliat mukaku. Oke. Mau tidak mau, aku harus segera ke Surabaya untuk minta maaf ke Mbak Lala, pantang pulang sebelum mengantongi maaf!!

Aku lihat jam dinding, waktu menunjukkan pukul 1 malam lewat. Ngantukku seakan lenyap dikagetkan oleh mimpi tadi. Aku mencoba menghitung waktu perjalanan ke Surabaya. Wah pas!!!

Akhirnya malam itu, atau pagi itu aku putuskan untuk langsung bertolak ke Surabaya. Biar bisa sampai rumah Mbak Lala sebelum dia berangkat ke store. Segera aku bergegas ke terminal dan naik bis malam untuk ke Surabaya. Tak lupa aku ngasih kabar Mbak Marta kalau aku harus segera pulang ke Kediri dulu sehari atau 2 hari, lagi ada sedikit masalah keluarga. Gak mungkin dong aku jujur?!!

Hampir jam 8 pagi akupun sudah berada di depan rumah Mbak Lala. Duduk – duduk sebentar sambel ngelemesin otot-otot. Lalu mendekati jam 9 aku stay, berdiri mematung di samping pintu sambil nunggu Mbak Lala berharap segera keluar rumah, mau ke store.

KLAK! Tak berselang lama, bunyi pintu dibuka dibarengi dengan deguban jantungku yang serasa berhenti sejenak.

Mbak Lala terkejut melihatku dan langsung saja ditutupnya kembali pintu itu. Reflek aku mencoba memegang gagang pintu itu untuk menahan Mbak Lala, namun kalah cepat dengan Mbak Lala.

TOK..TOK.. aku mengetuk pintu pelan.

“mm.. Mbak Lala, bukain pintu dong, pliss!”. Aku memohon ke Mbak Lala dangan nada memelas dari luar pintu sambil menempelkan wajahku ke pintu.

“aku cuman mau minta maaf Mbak, apapun konsekwensinya, apapun resikonya, aku siap nerima hukuman apapun asal Mbak bisa maafin aku... pliss Mbak Lala”.

“aku gak apa-apa Mbak pecat dari kerjaan, Mbak mau tampar aku berkali-kalipun aku siap, karena memang aku yang salah. Tapi aku mohon, sekali aja Mbak, untuk aku bisa minta maaf ke Mbak secara langsung”.

“Mbak pliss, bukain pintu dong”. Aku merengek terus menerus.

“Oke, aku akan tetap disini nungguin Mbak buka pintu, aku gak akan balik sebelum dapat maaf dari Mbak”.

Saat aku masih ngoceh merengek, tiba-tiba pintu dibuka.


“Masuk!”. Mbak Lala menyuruhku masuk dengan nada agak ketus. Sambil mengatur nafas, aku masuk ke rumah pelan-pelan, tanpa berani melihat wajah Mbak Lala sedikitpun.

“Duduk!”. Akupun menuruti perintahnya. Dengan tenang Mbak Lala pun ikut duduk di ujung sofa, bersandar ke sofa seraya menghela nafas.

“Kamu mau ngomong apa? Silakan!”.

“Mbak, aku minta maaf ya... “. Tiba-tiba aku hanya bisa mengucap kalimat maaf singkat itu. Mbak Lala hanya diam beberapa saat.

“Kenapa Ngga? Kenapa kamu lakuin itu?!!”.

“iya Mbak, itu.. aku.. khilaf Mbak”.

“Terus sekarang apa? Aku maafin kamu gak ada untungnya buat aku, pun kalau harus membencimu, Cuma buang-buang tenagaku”. Terlihat Mbak Lala menoleh kearahku.

“aku siap nerima hukuman apapun Mbak, yang penting Mbak Lala bisa maafin aku, aku emang salah Mbak, sekali lagi aku minta maaf”. Sambil kutundukkan kepalaku.

“Ngga, kamu udah terlalu jauh, sengaja atau gak disengajapun aku juga sudah menghianati suamiku...”. setelah itu Mbak Lala diam sesaat. Akupun hanya bisa diam.

“kamu yang memulai Ngga, Aku mau kamu juga yang menyelesaikannya”.

“apa pun Mbak, asal Mbak mau maafin aku”.

“bantuin Mbak, Mbak mau hamil, kalau tidak bisa dengan suamiku, aku harap bisa sama kamu!”.

DEGH!!! Jantung berhenti sepersekian detik mendengar itu.

“hamil Mbak? Aku hamilin Mbak?”. Tanyaku terpatah-patah memastikan perkataan Mbak Lala.

“Iya... kamu keberatan?”.

Aku masih belum sepenuhnya menerima kalimat Mbak Lala, maklum masih umur 20, kuliah juga baru masuk, eee udah ngebahas hamilin anak orang. Pelan tapi pasti otakku mencoba menelaah kalimat itu.

“ee iy, eh anu enggak.. mbak.. tapi.. ak”. Belum selesai ngomong, tiba-tiba bibir Mbak Lala sudah mendarat di bibirku. Aku masih terdiam, membeku. Otak dan tubuhku belum singkron untuk merespon ciuman Mbak Lala. Tak lama kemudian Mbak Lala berdiri sambil menarikku untuk berdiri juga. Mbak lala mengalungkan tangannya di leherku sambil tersenyum manis. Akupun meleleh melihat senyuman itu. kesadaranku mulai kembali. Aliran darahkupun mulai lancar. Adrenalinku mulai terpacu. Titit di bawahpun mulai merespon rangsangan. Tegang! Akupun membalas senyuman Mbak Lala sambil berkata;

“ini aku gak mimpi kan Mbak?”.

Tak menjawab apa-apa, Mbak Lala kembali mendaratkan bibirnya di bibirku. Kali itu aku merespon ciumannya. Semakin erat dia memelukku. Begitupun aku... kami berciuman, saling melumat bibir, bermain lidah sampai beberapa lama.

Mbak Lala melepaskan ciumannya, lalu berkata,”Bantuin Mbak ya Ngga”.

Aku yang udah terlanjur sange maksimal, hanya bisa mengangguk pelan ke Mbak Lala.

Sambil tersenyum, Mbak Lala menarikku masuk ke dalam kamar. Di dalam kamar, perlahan tapi pasti Mbak Lala melepas kancing gamisnya dari atas ke bawah. Gamis itupun jatuh ke lantai. Kemudian dia melepas jilbabnya. Terurailah rambut panjang itu. semerbak wangi Mbak Lala memenuhi kamar itu. kemudian mbak mengikat rambutnya ke belakang ala kadarnya. Sempurna memang tubuh itu. putih bersih. Tinggi padat berisi, buah dadanya yang montok, menyembul dari bra warna hitam itu. CD hitam itupun hanya mampu menutupi bagian memeknya saja.

Melihat itu semua badanku sudah mulai panas dingin. Sambil masih mematung melihat Mbak Lala. Aku belum berani merespon berlebih memang, masih trauma.

Perlahan Mbak Lala melepas bra nya. Mengayunlah dua buah dada montok itu, seakan melambai menantangku. Puting kecoklatan yang masih kecil tanda belum tersentuh mulut bayi itu terlihat sangat tegang.

Lalu Mbak Lala kembali mengalungkan tangannya di leherku.

“rilex dong Ngga, yang bawah kamu yang lepasin ya!”.

Aku tersenyum dan langsung segera melucuti semua pakaianku, kecuali CD. Hasratku benar-benar sudah memuncak pagi itu. kembali kami berciuman, makin mesra, makin liar. Pelan-pelan aku plorotin CD Mbak Lala, sambil mempertahankan ciuman, agak butuh effort sih. Tapi aku gak mau melewatkan moment bercinta ini sedetikpun.

Berhasil! CD itupun meluncur jatuh ke lantai. Aku remas bokong montok itu. Aku mainkan, aku buka tutup belahannya. Mbak Lala menahan desahannya sambil menggigit –gigit pelan bibirku. Kini giliran CD ku yang aku lepas. Sekarang kamipun tak memakai sehelai benangpun. Dia terasa sangat bersemangat berciuman denganku. Ku biarkan itu, sambil aku kembali memainkan pantatnya. Selang beberapa lama, Mbak Lalapun melepas lagi ciumannya dan tersenyum kecil kepadaku. Akupun tersenyum menatapnya, lalu kuajak Mbak Lala naik keatas kasur.

Kali ini sebelum perang alat kelamin, aku ingin menikmati dulu tubuh Mbak Lala yang dengan senang hati diserahkan kepadaku, jengkal demi jengkal. Aku minta Mbak Lala berbaring, terlentang. Aku naik berlutut diatasnya. Aku ciumi dia mulai dari kening, turun ke pipi, lanjut ke telinga kirinya. Aku kulum-kulum telinganya.

“ahhh…emhhh”. Mbak Lala mulai menikmati permainan.

Lidah menjilati telinganya lalu turun ke leher. Aku cipok-cipok pelan lehernya. Aku jilat lagi lalu turun ke toket kirinya. Aku jilat-jilat puting itu, sesekali aku kenyot, seraya aku remas-remas keduanya. Sangat nikmat.

“emhhh…uhhh….” Mbak Lala mendesah halus.

Jilatanku turun lagi ke pusarnya. Aku mainin sebentar lalu aku turun lagi ke paha kirinya sambil kubuka lebar selangkangannya. Ter ekspos jelas memek yang merekah nan cantik itu yang dihiasi jembut tipis tapi agak gondrong, tanda beberapa hari ini belum dicukur. Lubang pantatnyapun terlihat sangat menggairahkan. Aku jilat mulai dari selangkangannya, memutar ke bawah melewati lubang pantatnya, naik ke selangkangan kanannya, lalu geser ke bibir memek bagian luarnya. Perlahan aku buka bibir memeknya. Terlihat merah segar dan berkedut – kedut. Membuat hasrat ini terus dan terus memuncak. Aku mulai menjilat pelan klitorisnya.

“ahhhh… emhhhhhh!”.

Lanjut aku jilat seluruh bagian memeknya. Favorit! Ini posisi terFavorit sih!

Aku jilat, aku kulum, aku ludahi, habis memek itu aku lumat. Nikmat sekali!

Setelah puas, barulah aku arahkan kontolku ke bibir memek Mbak Lala. Aku ludahi kontolku. Kugesekkan pelan-pelan di bibir memek Mbak Lala.

“sssshhh.. emhhh..”. Mbak Lala mendesah sambil sedikit menggeliat.

Pelan-pelan aku masukkan. Blesss!!

Sempit! Tapi masuk dengan lancar tanpa kesusahan. Aku masukkan kontolku mentok.

“uuuhhhh...emhh....”

Wajahku ku dekatkan dengan wajah Mbak Lala, aku cium bibirnya dan disambut oleh Mbak Lala. Sambil ciuman, aku menaik turunkan pinggulku pelan-pelan. Nikmat sekali!

Perlahan tempo aku naikkan, ciumanku aku lepas.

“ahhh.. ahh... awhhhh, terus Ngga!”. Mbak Lala menikmati.

Dengan sisa-sisa tenagaku pagi itu, aku hanya fokus di satu gaya itu aja. Begitupun Mbak Lala yang terlihat pasrah menikmati permainanku. Aku bangkit, duduk sambil mengambil posisi misionary yang lebih nyaman. Aku tekan kedua paha Mbak Lala ke samping tubuhnya. Aku genjot Mbak Lala dari pelan, perlahan sampai sekencang-kencangnya.

“aaaahhhh, emh.. uhhhh, enak banget Ngga”.

“ooohhh, memekmu masih sempit banget!”. Sambil menggenjot sekuat tenaga.

Tak berselang lama, tubuhkupun berkedut, sperma menyembur di liang memek Mbak Lala. Mbak Lala pun menggeliat dan berkedut, tubuhnya bergetar tanda sudah sampai puncak kenikmatan.

Aku masih maju mundurin pelan kontolku yang mulai melemah di dalam memek Mbak Lala, lalu perlahan aku cabut. Mengalirlah larva putih kental hangat dari dalam memek Mbak Lala. Lalu aku rebahan disampingnya sembari mengatur nafas. Mbak Lala yang masih bersemangat, kini bangkit lalu menindih kakiku, dia pegang kontolku yang sangat becek dan sudah tak tegang maksimal. Dia kocok-kocok pelan, dan tanpa rasa jijik, mulai memasukkan ke mulutnya. Dengan lincah Mbak Lala, mengulum kontolku dengan tempo naik turun. Oh nikmat banget!.

Tak lama kemudian kontolkupun tegangan tinggi. Mbak Lala tampak makin bersemangat memainkannya. Diemut-emut, disedot, dimasukkan ke mulut sampai mentok, lalu dikocoknya kontolku cepat dengan tetap menjaga tempo. Tak lama kemudian Mbak Lala mengarahkan memeknya ke kontolku, dimasukkannya pelan dan masuk!

Uuuuhhhh! Kenikmatan WOT emang nagih! Dia goyang-goyangkan pinggulnya ke atas bawah, mengocok kontolku, aku sangat menikmati permainan Mbak Lala. Tubuh yang sedikit basah dengan keringat itu makin menggemaskan. Setelah beberapa lama pada posisi itu, aku yang gemas dengan tubuh Mbak Lala, menarik tubuhnya lalu ku peluk. Aku ciumi bibirnya. Lalu aku pegang pinggulnya agar tetap diam pada posisi itu, aku genjot Mbak Lala dari bawah.

“awhhhh...yeahhh...emhhh”.

Ku genjot makin kencang, dan CROT!!! Spermaku kembali menyembur di liang memek Mbak Lala.

“owwhhhhhh...ah..ah..”. Mbak Lala mendesah keenakan sambil merebahkan tubuhnya ke tubuhku, akupun memeluknya, kepalanya di taruh di leherku. Kontolku masih tertancap di memeknya.

“Ngga..”

“Iya Mbak”

“kamu jaga kesehatan ya, jaga makan juga, jangan sampe kecapekan... terus lagi, gak usah ngocok dulu sebelum ketemu Mbak lagi, tahaan, jangan dibuang-buang itu spermanya, ya”.

“siap nyonyaa” kataku sambil nyengir.

Yesss! Akhirnya happy ending. Mbak Lala udah maafin aku dong, dapet plus-plus lagi, hihihi. Yaa walaupun ada tanggungjawab baru sih, dan itu gak main-main. Ngehamilin anak orang, e bukan. Ngehamilin istri orang, pusing gak tuh! Sore itu di perjalanan aku balik ke Solo, aku masih sempat bertanya-tanya dalam hati, belum percaya dengan permintaan Mbak Lala tadi. Kalau beneran hamil gimana dong? Masak udah jadi bapak aja gua?!! Aishhh! Belum sampai otak ini berfikir. Tapi kan Mbak Lala sendiri yang minta, ah bodo amat dah! Show must go on!.


CENINIT..CENINIT..

“Angga, kamu dimana?”. Chat dari Nafisa saat aku masih di tengah perjalanan sore itu, mendekati malam.


~ Bersambung
 
Bimabet
Berani nya nafisa chat angga yg lagi konak di genjot sama angga pingsan lu 😅😅😅😅
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd