Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG BUNGA - BUNGA DUNIA

Status
Please reply by conversation.
9. AMARAH



Aku tak bisa tidur, aku hanya duduk termenung. Pagipun tiba, aku tak punya nyali untuk sekedar mengetuk pintu Mbak Lala. Aku harus minta maaf, apapun yang terjadi, aku siap menerima konsekwensinya. Aku hanya bisa menunggu Mbak Lala keluar kamar. Pukul 7 lewat, tak ada tanda-tanda Mbak Lala keluar kamar. Aku coba memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

TOK..TOK..

“Mbaak..”. panggilku pelan, sambil berdiri menunggu respon.

Tidak ada respon sama sekali dan aku kembali duduk di sofa. Satu jam berselang.

TITUTIT..

“PULANG! AKU GAK MAU LIHAT KAMU LAGI!”. Kalimat pesan singkat dari Mbak Lala.

Aduuuh! Makin runyam nih! Aku mencoba tetap tenang sembari memikirkan apa yang harus ke perbuat. Di satu sisi, aku pengen tetep stay disini sampai Mbak Lala keluar kamar dan minta maaf, apapun resikonya. Tapi di sisi lain, kalau aku tetap disini, iya kalau Mbak Lala keluar kamar, kalau gak? Gak makan dong dia.. ntar sakit malah tambah merasa bersalah aku... hmmm. Eh tapi kalau aku tinggal, jangan-jangan Mbak Lala nanti berbuat yang enggak-enggak?! Duuuh!

Beberapa saat kemudian, setelah hati ini agak tenang, akhirnya aku memutuskan untuk balik ke Solo. Aku memberi ruang untuk Mbak Lala menenangkan diri. Enggak, gak mungkin Mbak Lala berbuat yang enggak-enggak, aku yakin itu.

“Mbaak, aku balik dulu ya”. Berat aku mengucap itu kepada Mbak Lala di balik pintu. Aku mau balas chat dari Mbak Lala, ternyata nomorku sudah di blokir.



***



“Mbak, aku ijin langsung balik kost ya, agak gak enak badan ini, mobil aku balikin besok pagi ya”. Siang itu aku chat Mbak Marta untuk ijin gak masuk Kantor. Pikiranku masih campur aduk, aku gak mau Mbak Marta curiga dengan tingkahku.

“iya Ngga, kamu istirahat dulu aja, mau Mbak bawain makanan sama vitamin ke kost?”.

“boleh deh Mbak, Grabfood aja biar gak ngerepotin Mbak Marta, haha”. Jawabku berusaha bersikap biasa.



***



“Maak, es teh 2, bakso 1 ya, kamu apa Ngga?”. Tanya Ardi kepadaku.

“Oee!. Nglamun bae, ditanya Ardi tuh mau pesen apa?”. Tanya Bono membangunkan lamunanku.

Ardi dan Bono adalah temen deket atau bisa dibilang sahabatku di kelas. Ardi anak paling kreatif di kelas yang gak suka neko-neko. Bono anak paling jahil, slengekan, tukang bikin rame lah di kelas. Kami deket tapi hanya sebatas untuk kepentingan di kampus aja. Atau pergi ke event-event luar kampus yang masih ada hubungannya sama tugas ataupun referensi fotografi. Jadi soal gimana aku diluar kampus, mereka sedikit tau, ya karena aku jarang cerita masalah personalku ke mereka. Apalagi masalah perempuan, pacar. Rasanya males aja curhat masalah cewek ke temen cowok, dih! Gengsi dong! Hihihi.

“Eh, aku es jeruk aja es jeruk”.

“Bakso mau gak?” tanya Ardi.

“Boleh deh Boleh”.

“Eh boy, kau tuh ya, aku perhatiin semenjak kerja part time itu, di kampus tuh kerjaanmu tiduuur mulu, kenapa sih?”. Tanya Bono.

“Tau tuh, padahal sebelumnya si paling semangat ngampus nih”. Kata Ardi.

“Ah perasaan kalian aja itu.. ya mungkin itu kebetulan pas aku capek kerja aja, kuliah mah aman!”. Jawabku.

“kebetulan kok sering”. Sahut Bono.

“ya udah yok makan dulu, keburu masuk lagi jam ke 5”. Kata Ardi.

“Eh gimana tugas matkul Komposisi? Beres?”. Sambil meracik bakso di depanku.

“Aman, Bono tuh yang katanya belum”.

“Iya nih, lupa beneran aku, tar bantuin yak, dosennya rada-rada soalnya”.

“Wani piro? Haha”. Ledekku..

“gak asik kau ni, ah!”. Kata Bono.

“Iya-iya tar gampang”. Jawabku.

Perasaan bersalahku ke Mbak Lala masih menghantuiku, selalu, dan terus sebelum aku meminta maaf dan mendapatkan maaf dari Mbak Lala. Tapi aku gak boleh terlalu larut oleh perasaan itu. Hidupku harus jalan terus. Nanti, pasti ada waktunya. Kesempatan untuk aku meminta maaf.

“Siang Mbak”. Sapaku sambil membuka Pintu.

“Loh Ngga, kamu gak kuliah?”. Tanya Mbak Marta yang kelihatannya lagi sibuk membuat pola baru untuk produk bajunya di atas mejanya, berdiri membelakangiku dan menoleh sejenak.

“Udah Mbak, dosennya pas gak masuk, aku kesini aja deh”. Sambil naruh tas di sofa.

“Udah enakan badannya?”.

“Udah Mbak cantik!” jawabku seraya memeluknya dari belakang, Mbak Marta tersenyum.

“Kangen!!!”. Kataku manja.

“Hmmm, kangen apa pengen?!”.

Tanpa menjawab, aku berlari kecil mengunci pintu, lalu kembali memeluk Mbak Marta dari belakang, sekarang sembari aku meremas dadanya. Lagi butuh refreshing dari masalah dengan Mbak Lala.

Mbak Marta berbalik badan lalu mencium bibirku. Kamipun berciuman beberapa lama. Sampai warna lipstik tipis Mbak Marta pun memudar. Ku sibakkan gamis yang dipakai Mbak Marta sampai ke perutnya. Aku angkat Mbak Marta duduk di meja kerjanya. Aku plorotin CD-nya. Aku dorong badan Mbak Marta ke belakang bersandar dengan kedua sikunya. Aku angkat kedua paha Mbak Marta, aku buka lebar ke samping. Ritual favorit pun ku mulai. JILMEK!

“Ahhh...uhhhh...”. Mbak Marta mendesah keenakan.

Kulepas dulu celana & CD ku, biar kontolku leluasa mengayun bebas. Kulanjutkan ritualnya. Kubuka makin lebar paha Mbak Marta. Terlihat lubang pantatnya begitu menggoda. Aku jilat-jilat, semakin basah dan menggemaskan. Puas menjilatiinya. Gantian aku memainkan jari jemari lentikku untuk memanjakan memek Mbak Marta. Tapi siang itu aku lebih tertarik mencoba memainkan lubang pantatnya. Aku basahi lubang pantatnya dengan air liurku. Ku coba memasukkan jari tengahku perlahan.

“Auh!... ngapain disitu Ngga?”. Ku abaikan perkataan Mbak Marta. Perlahan tapi pasti akhirnya ujung jariku masuk. Serasa dijepit kuat sekali. Terus aku masukkan sampai pangkat jariku tertelan habis”.

“Ahhhssssshh.. pelan-pelan Ngga”. Kata Mbak Marta pertanda dia mengijinkanku memainkan lubang cantik itu.

Sempit gila! Keknya enak nih kontolku dimasukin kesinih!

Aku keluar masukin jariku pelan-pelan, sambil melemaskan cengkraman lubang pantat hangat itu. Sesekali aku ludahi biar tetap licin.

“awhhhh... emmmmhhh...” desahan Mbak Marta sambi menggeliat.

Karena gak sabar pengen nyoba, tak lama kemudian aku tarik Mbak Marta untuk turun dari meja dan berdiri, membelakangiku. Aku posisikan dia nungging sambil merebahkan badannya di meja. Pemandangan yang tak henti-hentinya ku kagumi. Indah sekali.

Kontol langsung aku arahkan ka memeknya. BLESSH!!

“uhhhh...emmmhh!”.

Tempo sedang aku mainkan, karena memek Mbak Marta sudah sangat becek. Buat pemanasan. Saat ku rasa cukup pemanasannya. Aku cabut kontolku, aku buka pantat Mbak Marta aku ludahi lubang pantatnya. Aku arahkan kontolku ke lubang itu. agak susah memang. Akhirnya kami berpindah ke sofa, biar Mbak Marta bisa nungging maksimal. Siapa tau lebih gampang masuknya.

Perlahan aku coba lagi, kini aku masukkan dulu jariku untuk melemaskan tepian lubang itu, setelah terlihat elastis, kembali aku arahin kontolku ke lubang itu, aku tekan pelan.

“uhhhhhh....sssshhh, pelan pelan”.

Tak pantang menyerah, aku terus mencobanya, sampai akhirnya.. BLOOPH!!!

Masuklah kepala kontolku, sensasinya luar biasa, jepitannya terasa berbeda.

“Ahhhh....uhhhhh...emmmhh”. Mbak Marta melenguh sambil bergetar.

Aku coba mendorongnya pelan-pelan.

“Ahhhhhhh...”.

Perlahan tapi pasti, kontolku masuk sebagian, aku coba untuk memaju mundurkan pinggulku. Uhhhhhh nikmat sekali walaupun belum masuk sepenuhnya.

“Awhhh... ahhhh”. Desahan Mbak Marta membuatku semakin semangat.

Keringat mulai membasahi tubuh kami, dan aku rasa cukup percobaan kali itu. aku cabut kontolku, kembali aku masukin ke memeknya. Jempol kananku aku masukin ke lubang pantatnya yang sudah mulai terbiasa menerima tamu benda-benda tumpul.

“owhhhh...uhhh...yang kenceng Ngga”.

Langsung aku mainkan dengan tempo maksimal.

PLOK..PLOK..PLOK..PLOK..

“ohh..ohh..emh..uhhhh!”.

PLOK..PLOK....... CROOT! Aku tahan agak lama di dalam.

“ahhhhhhh!!”. Desah Mbak Marta agak keras dibarengi tubuh yang bergetar.

Aku lepas kontolku dan Mbak Marta pun rebahan di sofa sambil mengatur nafas. Aku duduk bersandar di bawah kakinya.

Sembari mengelus paha Mbak Marta, sekilas terbesit kembali perasaan bersalahku ke Mbak Lala. Entah sampai kapan aku harus dihantui rasa bersalah itu.

“Ngga, Erlangga...yee malah ngelamun! Ayok bebersih, Mbak mau lanjutin yang tadi”.

“eh.. oh.. iya iya Mbak”. Aku pun bangkit dan menuju kamar mandi bareng Mbak Marta.

Pertempuran hari itu usai. Kamipun mau melanjutkan aktifitas kami semula.

“Oh iya Ngga, Besok 2 sampe 3 harian Mbak ke Jakarta ya, mau cek bahan-bahan buat produk yang baru”.

“Ohhh oke Mbak, sendiri aja?”.

“Iya sendiri, jadi tar kalau kamu lagi pengen tahan dulu ya!”. Sambil tertawa cekikikan.

“tenang Mbak, masih ada kedua telapak tangan ini”.

“Hiyaaah, coli lagi dong, haha”. Mbak Marta tertawa. Akupun tersenyum.




~ Bersambung
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd